Anda di halaman 1dari 7

Kutu Rambut (Pediculus Humanus Capitis)

Nama Mahasiswa : NURBAITI SARI

NIM : AK816056

Semester : IV

Kelas : B

Mata Kuliah : Parasitologi III

Program Studi : DIII Analis Kesehatan

Dosen : Putri Kartika Sari, M.Si

YAYASAN BORNEO LESTARI

AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI

BANJARBARU

2018
1.1 Pengertian Kutu Kepala ( Pediculus Humanus Capitis )
Pediculus humanus capitis atau yang dikenal dengan kutu rambut merupakan
ektoparasit yang hidup pada kulit kepala manusia. Kutu dewasa dapat bertahan
hidup dengan tidak makan selama sepuluh hari pada suhu 50C. Kutu rambut bukan
merupakan bahaya utama pada kesehatan maupun sebagai vektor penyakit, namun
dapat mengganggu karena menyebabkan eritema kulit kepala, gatal dan bahkan
menyebabkan kemungkinan terjadinya infeksi sekunder (James, 2003).
Kutu kepala tidak bertindak sebagai vektor penyakit pada manusia namun
demikian dapat ditemukan adanya infeksi bakteri Bartonella quintana pada kutu
kepala (Veracx and Raoult 2012). Kutu kepala (Pediculus humanus capitis) hanya
ditemukan sebagai parasit pada manusia dan tidak dapat menular ke anjing, kucing
atau hewan peliharaan lainnya (Pray 1999).

1.2 Klasifikasi klasifikasi kutu kepala :


Sub Ordo : Anoplura
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Phthiraptera
Familia : Pediculidae
Genus : Pediculis
Spesies : Pediculus Humanus Capitis

1.3. Morfologi Kutu Kepala


Kutu kepala berukuran 1 – 3 mm dan berwarna keabu-abuan. Tubuh dewasa
terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, toraks dan abdomen. Bagian kepala berbentuk
mengerucut dan memiliki antena pendek berbentuk filiform dengan lima segmen.
Mata majemuk biasanya kurang berkembang dan bahkan tidak ada. Bagian mulut
termodifikasi menonjol terdiri atas tiga bagian yang berasal dari fusi rahang atas
(maxillary). Toraks berbentuk kecil dan menyatu, sedangkan abdomen memiliki
sembilan segmen. Tiga pasang kaki yang berkembang dengan baik yang terdiri atas
coxa, trochanter, femur, tibia dan tarsus (Marjan et al. 2015). Pada ujung tarsus
berbentuk seperti cakar untuk menggenggam pada rambut. Kutu mampu 4 bergerak
dengan kecepatan hingga 23 cm per menit, namun tidak mampu terbang ataupun
melompat (Nutanson et al. 2008).
Kutu rambut jantan berukuran 2mm, alat kelamin berbentuk seperti huruf
“V”. Sedangkan kutu rambut betina berukuran 3mm, alat kelamin berbentuk
seperti huruf “V” terbalik. Pada ruas abdomen terakhir mempunyai lubang
kelamin di tengah bagian dorsal dan 2 tonjolan genital di bagian lateral yang
memegang rambut selama melekatkan telur. Jumlah telur yang diletakkan
selama hidupnya diperkirakan 140 butir.
a. Nimfa
Nimfa berbentuk seperti kutu rambut dewasa, hanya bentuknya lebih kecil.
b. Telur
Telur berwarna putih mempunyai oper culum 0,6-0,8 mm disebut “nits”.
Bentuknya lonjong dan memiliki perekat, sehingga dapat melekat erat pada
rambut. Telur akan menetas menjadi nimfa dalam waktu 5-10 hari.

Gambar 1. Morfologi kutu kepala


1.4. Patogenesis
Kutu kepala merupakan parasit manusia saja dan tersebar di seluruh dunia.
Tempat-tempat yang disukainya adalah rambut pada bagian belakang kepala. Kutu
rambut kepala dapat bergerak dengan cepat dan mudah berpindah dari satu hospes
ke hospes lain. Kutu rambut ini dapat bertahan 10 hari pada suhu 5oc tanpa makan,
dapat menghisap darah untuk waktu yang lama, mati pada suhu 400c. Panas yang
lembang pada suhu 600c memusnahkan telur dalam waktu 15-30 menit. Kutu
rambut kepala mudah ditularkan melalui kontak langsung atau dengan perantara
barang-barang yang dipakai bersama-sama. Misalnya sisir, sikat rambut, topi dan
lain-lain.
Kutu kepala dapat bersifat simtomatik maupun asimtomatik. Pada keadaan
simtomati, rasa gatal akan ditemukan dalam presentase variabel yang tinggi pada
seseorang (Chosidow, 2000). Rasa gatal dpat muncul akibat dari gigitan kutu pada
kulit kepala maupun karena adanya reaksi alergi-iritatif yang disebabkan karena
adanya kontak kulit kepala dengan saliva kutu (Chosidow, 2000; Flinders dan
Schweinitz, 2004)
Pada infeksi berat, helaian rambut akan melekat satu dengan yang lainnya dan
mengeras, dapat ditemukan banyak kutu rambut dewasa, telur (nits) dan eksudat
nanah yang berasal dari gigitan yang meradang. Infeksi mudah terjadi dengan
kontak langsung. Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan kepala.
Kelainan pada kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan
rasa gatal. Gatal tersebut timbul karena pengaruh liur dan ekskreta dari kutu yang
masuk ke dalam kulit waktu menghisap darah. Kutu ini dapat bertahan selama 1
hingga 2 hari jika tidak berada di kulit kepala bahkan telah ditemukan penelitian
bahwa dapat bertahan sampai 4 hari dengan kondisi tertentu. Transmisi terjadi
melalui kontak langsung atau melalui sisir, sikat, blow dryer, aksesoris rambut,
tempat tidur, helm dan tutup kepala lainnya (Djuanda, 2007)
1.5. Gambaran Klinis
Gejala utama dari manifestasi kutu kepala ialah rasa gatal, namun sebagian
orang asimtomatik dan dapat sebagai karier. Masa inkubasi sebelum terjadinya
gejala sekitar 4-6 minggu. Kutu dan telur paling banyak terdapat di daerah oksipital
kulit dan retroaurikuler (Djuanda, 2007).

Gambar 1. Gambaran Klinis Pediculosis capitis (stone et al, 2012)

Kutu dewasa dapat ditemukan dikulit kepala berwarna kuning kecoklatan


sampai putih keabu-abuan. Tetapi dapat berwarna hitam gelap bila tertutup oleh
darah. Kutu akan berwarna lebih gelap pada orang yang berambut gelap. Telur
berada dirambut dan berwarna kuning kecoklatan atau putih, tetapi akan berubah
menjadi hitam gelap bila embrio didalamnya mati (Stone et al., 2012).
Gigitan dari kutu dapat menghasilkan kelainan kulit berupa eritema, macula
dan papula, tetapi pemeriksaan seringnya hanya menemukan eritema dan ekskoriasi
saja. Ada beberapa individu yang mengeluh dan menunjukkan tanda demam serta
pembesaran kelenjar limfa setempat (Burn, 2004).
Gambaran 2. Gambaran Klinis Pediculosis capitis berupa makula eritema.

Garukan pada kulit kepala dapat menyebabkan terjadinya erosi, ekskoriasi dan
infeksi sekunder berupa pus dan krusta. Bila terjadi infeksi sekunder berat, rambut
akan bergumpal akibat banyak nya pus dan krusta. Keadaan ini disebut
plicapolonica yang dapat ditumbuhi jamur kutu kepala adalah penyebab utama
penyakit pyoderma sekunder dikulit kepala diseluruh dunia (Nutanson et al., 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Burns DA. 2004. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals .
In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C eds. Rook`s Textbook Of
Dermatology Eight Edition Volume 2. United Kingdom: Willey Blackwell
Publication. Pp. 446 - 8.
Chosidow O. Scabies and pediculosis. Lancet. 2000;355:819–826. Flinder DC,
Schweinitz PD. Pediculosis and Scabies. Am Fam Physician.
2004;69(2):341-4.
Djuanda, Adhi, Hamzah M, Aisyah S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hlm. 128 – 36
James S. A. Review of the regulation of head lice treatments in Australia. Medicines
evaluation committee. Department of Health and Ageing Therapeutic Goods
Administration. Australian Government, October; 2003.
Nutanson I, Steen CJ, Schwartz RA, Janniger CK. 2008. Pediculosis Humanus Capitis:
An update .Acta Dermatoven APA. 17(4): 147 – 53 Pray WS. 1999. Head
Lice Perfectly Adapted Human Predators. American J Pharma Edu
63(2):204 – 209.
Stone SP. Jonathan NG. Rocky E. 2012. Bacelieri Scabies, Other Mites and Pediculosis.
In : Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K
eds. Fitzpatrick`s Dermatology In General Medicine Eight Edition. New
York : McGraw Hill. Pp. 2573 – 8.
Veracx A, Raoult D. 2012. Biology and Genetics of Human Head and Body Lice.
Trends Parasitol 28(12): 563 – 571.

Anda mungkin juga menyukai