Anda di halaman 1dari 11

BAB 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hama Penggerek Cabang Kopi (Xyloxandrus Morigerus)
Hama penggerek ini tergolong dalam Fillum Arthropoda, dalam kelas
Insecta dan Ordo Coleoptera. Hama ini memiliki ciri –ciri panjang tubuh antara 1,5
– 2 mm. Dimana tubuh betina nya lebih besar dari jantan dan berwarna coklat muda
sampai cokelat tua kehitaman. Memiliki sepasang antenna, pada masing – masing
antenna terdapat 5 segmen, serta memiliki warna antenna yang senada dengan kaki
nya yaitu cokelat kekuningan. Pada saat fase larva, hama ini berwarna putih, dengan
panjang sekitar 2 mm. Menurut Oktavianda (2018) Hama jenis ini termasuk hama
utama yang menyerang bagian cabang / ranting kopi yang dapat menyebabkan
penurunan hasil produksi kopi secara nyata.
Jenis serangan dari hama ini ditandai dengan adanya lubang gerekan yang
berdiameter 1 – 2 mm, yang terdapat di permukaan ranting tanaman kopi hingga
mencapai panjang 20 – 50 mm. Hama ini sebenarnya tidak memakan jaringan
tanaman, melainkan memakan jamur ambrosia (Fusarium solani) yang tumbuh
berkembang dalam lubang gerakan. Aktivitas larba ketika memakan jamur tersebut
lah penyebab rusaknya jaringan tanaman pada lubang gerekan di ranting kopi,
sehingga mengakibatkan kerusakan pada cabang karena gerekan semakin panjang,
ujung ranting nantinya akan layu, menguning, dan kemudian mati (Oktavianda,
2018)
.
4.2.2 Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella)
Hama penggerek buah kakao merupakan salah satu dari jenis hama penting
yang menyerang tanaman kakao. Hama dari ordo Lepidoptera ini memiliki ciri –
ciri antara lain : pada fase larvanya memiliki panjang ukuran ±1,2 cm berwarna
hijau kekuningan. Ketika sudah menjadi imago, hama ini panjang tubuhnnyas ±0,7
cm dengan lebar ±0,2 cm, dengan antena sebanyak sepasang yang berukuran lebih
panjang dari panjang tubuhnya dengan warna cokelat ke- abuan. Ciri lainnya di fase
ini adalah sayapnya memiliki garis putih berbentuk zig –zag.
Menurut Suherlina & Efendi, (2020) menyatakan bahwa Secara morfologi
tidak ada perbedaan antara buah kakao yang terserang PBK dengan yang sehat.
Gejala PBK baru tampak dari luar ketika buah matang. Warna kulit buah kakao
yang terserang agak jingga atau pucat keputihan, bobot buah meningkat dan bila
diguncang antara biji dengan dinding buah tidak terdengar suara benturan. Kondisi
ini disebabkan karena terbentuknya lendir dan kotoran pada daging buah dan
kerusakan biji. Adapaun akibat dari serangan PBK yaitu biji kakao menjadi
keriput dan kulit biji berwarna gelap. Hal ini mengakibatkan turunnya bobot dan
mutu biji serta meningkatnya biaya panen, akibat penambahan waktu dan tenaga
kerja untuk memisahkan biji sehat dari biji yang rusak (Suherlina & Efendi, 2020).
4.2.3 Penghisap Buah Kakao (Helopeltis spp.)
Hama penghisap buah kakao merupakan hama dari ordo Hemiptera yang
memiliki ciri – ciri antara lain : telur nya berwarna putih berbentuk lonjong,
diletakkan pada tangkai buah, jaringan kulit buah, tangkai daun muda, ranting atau
permukaan buah muda dengan ukuran kisaran 1 mm. Lama periode telur 6 – 7 hari.
Nimfa yang keluar berbulu halus dan belum memiliki jarum. Nimfa Helopeltis sp
bentuknya seperti serangga dewasa tetapi tidak bersayap, lama periode nimfa 10 –
11 hari. Nimfa mempunyai bentuk yang sama dengan imago tetapi tidak bersayap,
terdiri dari 5 instar dengan 4 kali ganti kulit. Adapun Helopeltis sp. Ketika
memasuki fase dewasa (imago) pada bagian tengah tubuhnya berwarna jingga dan
bagian belakang berwarna hitam atau kehijau-hijauan dengan garis putih. Pada
bagian tengah tubuh (mesoskutelum) terdapat embelan tengah lurus berbentuk
jarum pentul, sayap dua pasang, tipis dan tembus pandang. Serangga betina dewasa
selama hidupnya dapat meletakkan telurnya hingga 200 butir selama 34 hari.
Serangga jantan berwarna coklat kehitam-hitaman, sedangkan serangga betina
berwarna coklat kemerah-merahan, tungkai berwarna coklat kelabu, punggung
berwarna hijau kelabu, dan panjang tubuhnya 6,5 sd 7,5 mm. Serangga yang
tumbuh optimal pada ketinggian 200 sd 1.400 meter di atas permukaan laut ini,
dapat hidup sampai 50 hari. Telur tersebut biasanya diletakan di permukaan.
Menurut Sacita & Naim (2021) Helopeltis spp. merupakan hama utama yang
menduduki peringkat kedua setelah PBK. Serangga muda (nimfa) dan imago
menyerang pucuk tanaman kakao dan buah muda dengan caara menusukkan alat
penghisap dari mulutnya ke dalam jaringan tanaman lalu menghisap cairan yang ada
di dalamnya, bersamaan dengan hal tersebut, hama ini akan mengeluarkan cairan
bersifat racun yang dapat mematikan jaringan tanaman yang ada di sekitar tusukan.
Adapun gejala serangan dari hama ini ditandai dengan munculnya bercak – bercak
cekung yang berwarna cokelat muda yang lama kelamaan akan berubah warna
menjadi kehitaman, serta serangan berat pada buah muda akan menyebabkan kulit
menjadi retak dan terjadi perubahan bentuk sehingga menghambat perkembangan
biji di dadalamnya. Selain pada buah muda, serangan pada pucuk atau ranting
menyebabkan layu, kering dan kemudian mati. Daun akan gugur dan ranting
tanaman akan seperti lidi. Penurunan produksi buah bisa mencapai 50 - 60%
(Karmawati, et al., 2010).
4.2.4 Kumbang Badak (Orcytes rhinoceross)
Menurut Bandu (2018) , Kumbang Badak (Coleoptera : Scarabaeidae)
menempati posisi paling penting sebagai hama tanaman kelapa, baik ditinjau dari
kemampuan merusak, luas sebaran, stabilitas maupun jumlah populasi sepanjang
tahun dan sudah umum dikenal oleh petani kelapa. Hama jenis ini memiliki ciri –
ciri antaralain adalah : pada fase Nimfa – Dewasa berwarna gelap sampai hitam,
dengan ukuran sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan terdapat
satu tanduk di bagian kepala.Panjang tubuh hama ini bisa mencapai sekitar 3 – 5
cm.
Hama ini biasanya akan merusak daun muda yang belum terbuka, pada
tanaman muda yang berumur dua tahun atau kurang, kumbang akan merusak titik
tumbuh dan tanaman akan mati. Serangan parah terjadi saat hama merusak titik
tumbuh yang berakibat pertumbuhan terhenti atau bahkan kematian tanaman. Lama
serangan pada titik tumbuh berkisar 4-6 hari, kemudian serangga akan menetap
untuk bereproduksi atau berpindah ke pokok kelapa di sekitarnya (Suswanto et al.,
2020). Serangan kumbang badak dapatdiikuti oleh serangan kumbang sagu
(Rhynchoporussp.) atau infeksi bakteri/cendawan yang akan menyebabkan
pembusukan. Indikator akan munculnya serangan hama diketahui dari migrasi
serangga dewasa dalam jumlah banyak ke rumah penduduk (Pujiastuti et al., 2018).
Selain itu, hama ini juga menampakkan gejala serangan berupa adanya potongan
pelepah daun muda yang khas berupa guntingan segitiga berbentuk huruf ‘V’ pada
pertanaman kelapa sawit (Pujiastuti et al., 2018).
4.2.5 Uret (Lepidiota stigma)
Hama uret merupakan hama yang merugikan pada fase larvanya, karena
biasanya uret akan memakan bagian batang tanaman dengan masuk melalui pangkal
batang hingga terus merusak kebagian atas dan menyebabkan kematian. Hama uret
memiliki ciri – ciri diantaranya yaitu : Larvanya merugikan pada instar ketiga
karena mencapai panjang ±7cm, berwarna putih kekuningan dan pada ujung
abdomennya terdapat pola pertumbuhan yang sejajar. Imago dari hama ini berupa
kumbang berwarna cokelat tua dengan panjang tubuh 30 – 50 mm.
Hama pada tanaman tebu menyebabkan penurunan produktivitas gula sekitar
10%. Hama penting penggerek tanaman tebu yang menyebabkan kerugian ekonomi
tinggi ialah penggerek pucuk, penggerek batang bergaris, penggerek batang berkilat,
dan penggerek batang raksasa (Subiyakto, 2016).Umumnya hama uret ini banyak
merugikan pada pertanaman tebu karena menyerang dari bagian pangkal batang
terus ke bagian atas batang sehingga lama kelamaan menyebabkan kematian pada
tanaman tebu. Gejala serangan dari hama ini biasanya ditandai dengan daun yang
semakin melayu, menguning, kering, dan pada akhirnya mati, serta dapat ditemukan
luka bekas gerekan pada pangkal batang dan terdapat hama uret di dalamnya bila di
belah (Adrian et al., 2019).
4.2.6 Hama cabang/ranting muda kopi robusta (Coccus viridis)
Hama Kutu tempurung (C.viridis) merupakan hama dari golongan serangga
(insecta) Ordo Homoptera dan family Coccidae. Kutu tempurung ini merupakan
hama pemakan segala tanaman (polifag) dan tersebar di daerah tropis dan subtropis,
diantaranya di Indonesia. Ciri dari hama ini sendiri antara lain adalah sebangsa kutu
yang berukuran sangat kecil, dimana imagonya berbentuk oval pipih, berwarna
dengan nuansa kehijauan yang panjangnya hanya sekitar 0,5 cm. Kutu betina
umumnya bersayap dan memiliki ciri menyimpan telur dan anakan yang masih kecil
dibagian perutnya. Gejala serangan dari hama ini diantaranya adalah mengkerutnya
daun muda yang diserang lalu daun akan menjadi kuning dan gugur, ranting kopi
menjadi kering, tanaman kopi akan menjadi kerdil dan buah akan gugur (Rismayani
et al., 2013) .
4.2.7 Penggerek Batang kopi (Zeuzera coffeae)
Hama penggerek batang kopi ini terklasifikasikan pada ordo Lepidoptera,
dimana hama ini memiliki ciri – ciri diantaranya yaitu : pada fase larva hama ini
berwarna kuning kemerahan dengan kepala berwarna hitam dan terdapat bintik
hitam tebal berpasangan di tubuhnya. Panjang dari larva ini sekitar 4,4 cm – 5 cm.
Menurut Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (2018) Zeuzera
coffeae Nietner (Lepidoptera: Cossidae) atau disebut juga penggerek batang merah
(red stem borer/red twig borer/red borer) merupakan salah satu hama penggerek
batang kopi. Serangga ini menyebabkan kerusakan tanaman pada saat stadium larva.
Larva Z. coffeae umumnya membuat lubang gerekan pada bagian batang, tetapi
dapat juga ditemukan pada bagian ranting/cabang tanaman kopi. Lubang yang
terbentuk, semacam terowongan, mengakibatkan batang yang terserang menjadi
rapuh/mudah patah, layu atau bahkan kering dan mati karena distribusi hara dan air
terganggu. Sebagian besar siklus hidup hama ini adalah di dalam batang atau cabang
tanaman.
4.2.8 Belalang Kukus Hijau (Atractomorpha crenulata)
Belalang merupakan jenis hama penting pada beberapa jenis komoditas
tanaman, salah satunya pada pertanaman perkebunan Adapun ciri-ciri belalang
kukus hijau adalah memiliki seluruh bagian tumbuh yang berwarna hijau dan
dengan kepala yang berbentuk lancip dengan 2 pasang antena yang berfungsi
sebagai alat indera mencium,penunjuk jalan,pendengaran, dan indera lainnya.
(Ilhma et al., 2018). Belalang kukus hijau (Atractomorpha crenulata) merupakan
serangga hama yang memakan daun-daun tanaman di perkebunan, belalang kukus
hijau juga merupakan makanan bagi serangga predator seperti belalang sembah
(Tohir, 2010).
Menurut Gazali, (2015) serangga ini sering menjadi hama yang banyak di
temukan pada kawasan perkebunan dan persawahan yang jumlahnya populasinya
sangat banyak. Adapun gejala serangan dari hama ini adalah daun yang menjadi
bolong – bolong, menguning, layu kemudian mati, atau bahkan pada serangan berat
daun akan tersisa tulang daun nya saja karena seluruh bagian helai daun dimakan
oleh hama ini.
4.2.9 Bapak Pucung (Dsydercus cingulatus)
Bapak pucung merupakan jenis hama golongan ordo Hemiptera, memiliki
ciri – ciri tubuh yaitu panjang tubuhnya sekitar 12 – 18 mm, dengan warna tubuh
merah dominan tetapi memiliki warna kerah putih dengan 3 bintik hitam, dengan
sepasang antenna dan 3 pasang kaki. Menurut Supriyatdi et al (2020) pada fase
nimfa dan serangga dewasa menyerang dengan cara mengisap cairan dari
permukaan daun dibagian bawah daun. Daun yang terserang memiliki ciri-ciri daun
berwarna kuning, belang-belang atau loreng, pertumbuhan pada tanaman lambat,
dan struktur tanaman menjadi lemah. Serangan yang besar dapat menyebatkan
kematian pada tanaman kapas (Kasno et al. 2015). Hama ini sangat berpengaruh
dalam menurun produksi kapas jika tidak dikendalikan. Hama ini menyerang
tanaman kapas sepanjang tanaman kapas tersebut hidup. Ketahanan tanaman kapas
terhadap hama penggerek buah berhubungan dengan kandungan gosipol tanin dalam
kapas (Harsanti, 2016).
4.2.10 Penggerek biji kopi (Hypothenemus hampei)
Hama Penggerek buah kopi (H.hampei) menyerang perkebunan kopi
bermula dari tanaman yang berada di daerah yang paling lembab atau tanaman
penaungnya terlalu rimbun. Menurut Erfandari et al., (2019) terdapat beberapa
macam jenis kerusakan yang mungkin dapat ditimbulkan oleh serangan H. hampei,
seperti buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan
dan akhirnya gugur, serta buah berlubang yang pada akhirnya mengakibatkan
penurunan kuantitas dan kualitas produksi. H. hampei biasanya menggerek buah
muda dan buah yang mulai mengeras, yaitu posisi di sekitar diskus (pusar) buah
kopi. Penggerek buah kopi masuk kedalam buah kopi dengan cara membuat lubang
di sekitar diskus. Jika buah masih muda akan menggakibatkan buah muda gagal
berkembang dan akan gugur, namun jika buah sudah mulai mengeras akan
mengakibatkan biji kopi cacat berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh
negatif terhadap susunan senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula
pereduksi. Biji berlubang merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mutu
kimia, sedangkan citarasa kopi dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen
senyawa kimia yang terkandung dalam biji (Firdaus, 2018).
4.2.11 Penggerek batang tebu (Chilo sp.)
Penggerek batang tebu yang pernah ditemukan di Indonesia ada enam species
diantaranya penggerek batang bergaris, penggerek batang berkilat, penggerek
batang abu-abu, penggerek batang kuning, penggerek batang jambon, dan
penggerek batang raksasa (Pawirosemadi 2011), salah satunya adalah hama
penggerek batang tebu (Chillo sp.). Penyebab tinggi nya serangan hama ini antara
lain adalah karena faktor lingkungan yang sesuai dengan habitat tumbuh kembang
hama jenis ini. Siklus hidup C.sacchariphagus Bojer 58-87 hari. Fase telur
berkembang menjadi larva 6-7 hari, Larva berganti kulit 6-7 kali selama periode
menjadi pupa 45-70 hari kemudian menjadi imago dengan lama hidup 7 hingga 10
hari (Geetha et al. 2018). Fase larva dapat mengakibatkan kerusakan yang semakin
besar karena sangat aktif bergerak dengan gejala serangan ditandai adanya lubang
gerekan di sepanjang batang tebu disertai dengan bekas gerekan larva di sekitar
lubang (Muliasari & Trilaksono, 2020).
DAPUS :

Adrian, Rizaldi., Nasamsir., Meilin, Araz. 2019. SURVEI SERANGAN HAMA


PADA PERKEBUNAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PROVINSI
JAMBI. Jurnal Media Pertanian. Vol.4, No.1 : 1 – 7.
Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar. 2018. Badan Litbang Pertaniang.
Kementerian Pertanian.
Erfandari, Ovy., Hamdani., Supriyatdi, Dedi. 2019. Keragaman Intensitas Serangan
Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei ferrari) Pada Beberapa
Sentra Produksi Kopi Robusta di Provinsi Lampung. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan Vol. 19 (3): 244-249.
Firdaus, Muhammad Aly. 2018. Mutu dan Citarasa Kopi Arabika (Coffea Arabica L.)
Terfermentasi Secara Metode Basah dengan Penambahan α-Amilase.
[SKRIPSI]. Universitas Jember.
Gazali, A. (2015). Teknologi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Sawi. In Journal
of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Geetha MV, Kalyanasundaram, J Jayaraj, M Shanti, VA Vijayashanti, D Hemalatha,
K Karhtic.2018. Pest of Sugarcane: Pest and Their Management. Singapore
(SG): Springer pp 241-330
Harsanti, L. (2016). Pengamatan Sifat Agronomi, Mutu Serat dan Hama Penyakit
Galur Mutan Harapan Kapas (Gossypium hirsutum L.) di Citayam Bogor.
12(2): 123–132.
Ilham et al. 2018. Pengaruh Pemberian Biopestisida Terhadap Jenis Hama yang
Menyerang Tanaman Tumpang Sari Sawi Sendok (Brassica rapa L.). Jurnal
Penelitian Kehutanan. Vol.15, No.2, Hal : 120 – 129.
Karmawati, I., Mahmud, Z., Syakir, M., Munarso, J., Ardana, I.K., and Rubiyo. 2010.
Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Bogor.
Kasno, A., Trustinah, & Rahmiana, A. (2015). Seleksi Galur Kacang Tanah Adaptif
Pada Lahan Kering Masam. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan
32(1): 16–24.

Muliasari, Ade Astri., Trilaksono, Ranu. 2020. INSIDENSI HAMA DAN


PENYAKIT UTAMA TEBU (Saccharum officinarum L) DI PT PG
RAJAWALI II JATITUJUH MAJALENGKA. Jurnal Sains Terapan. Vol.10,
No.1, Hal : 40 – 52.
Oktavianda, Aidatul. 2018. JENIS DAN POPULASI SERANGGA HAMA PADA
PERKEBUNAN KOPI ARABIKA(Coffea ArabicaL.) DAN
ROBUSTA(Coffea canephorapierre.) DI DESA JUMA LUBANG DAN
DESA TUMANGGER KECAMATAN SUMBUL. [SKRIPSI]. Fakultas
Pertanian – Universitas Sumatera Utara.
Pujiastuti, Y., J. Setiawan, dan A. (2018). Pendugaan Perkembangan Populasi
Oryctes Rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaeidae) Di Perkebunan Kelapa
Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.). Jurnal Rekayasa Lingkungan, 6(2), 199–205.
https://doi.org/10.29122/jrl.v6i2.1931.
Rismayani., Rubiyo., Ibrahim, Meynarti Sari Dewi. 2013. DINAMIKA POPULASI
KUTU TEMPURUNG (Coccus viridis) DAN KUTUDAUN (Aphis gossypii)
PADA TIGA VARIETAS KOPI ARABIKA (Coffea Arabica). Jurnal Littri.
Vol 19, No. 4, Hal : 159 – 166.
Sacita, Andi Safitri., Naim, Muhammad. 2021. TINGKAT SERANGAN HAMA
Helopeltis spp DAN PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) PADA
BEBERAPA DOSIS PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO. Jurnal Pertanian
Berkelanjutan. 9 (3) : 202 – 207.
Subiyakto, 2016. Hama Penggerek Tebu dan Perkembangan Teknik Pengendalianya.
Jurnal Pertanian Litbang 35 (4) 179-186. Malang.
Suherlina, Y., Yaherwandi, Y., & Efendi, S. C. (2020). SEBARAN DAN TINGKAT
SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha
cramerella Snellen) PADA LAHAN BUKAAN BARU DI KABUPATEN
DHARMASRAYA. JURNAL AGRONIDA, 6(1), 44–54.
Supriyatdi, Dedi., et al. 2020. Uji Resistensi 22 Plasma Nutfah Kapas terhadap Hama
Utama pada Fase Generatif. Jurnal Penelitian Agronomi. Vol. 22, No.1, Hal
21 – 24.
Suswanto et a., 2020. PENGENDALIAN HAMA KUMBANG BADAK PADA
KEBUN KELAPA MASYARAKAT. Jurnal Masyarakat Mandiri. 4 (5) : 752
– 763.
Tohir, A. (2010). Teknik Ekstraksi dan aplikasi Beberapa Pestisida Nabati untuk
Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera litura, Fabr) di
Laboratorium. Bulaten Teknik Pertanian, 15 (1), 37 – 40.

Anda mungkin juga menyukai