Anda di halaman 1dari 3

Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan salah satu jenis hama penting yang

menyerang tanaman palawija dan sayuran di Indonesia. Hama ini sering mengakibatkan

penurunan produktivitas bahkan kegagalan panen karena hama tersebut menyebabkan daun

menjadi robek dan buah berlubang (Trizelia, 2011). Fitriani (2011) menjelaskan bahwa ulat

grayak mempunyai kisaran inang yang luas meliputi kedelai, kacang tanah, kubis, ubi jalar,

kentang dan lain-lain. Gejala tanaman terserang ulat grayak mirip dengan gejala akibat

serangan belalang. Daun-daun digerek ulat dari arah tepi daun menuju tulang daun.

Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh serangan hama ini pada tanaman kubis mencapai 40-

60% dengan intensitas serangan yang berat.

Siput semak (Elaphroconcha planior) merupakan siput yang memiliki cangkang

sinistral besar memiliki warna coklat kekuningan dengan garis pertumbuhan tipis, ukuran

cangkang berkisar antara 1,5-2,0 cm, diameter cangkang berkisar antara 2,6 cm, dengan lebar

6 uliran cembung. Pada umumnya siput ini aktif pada malam hari pada siang hari umumnya

mereka hidup di tempat yang lembab, dibawah tanaman, di tebing – tebing dan dibawah

pepohonan. Menurut Pracaya (2007) mengatakan gejala yang ditibulkan akibat serangan siput

semak diantaranya terdapat lubang-lubang tidak beraturan pada daun tanaman, terdapatnya

lendir yang mengkilap dan kotoran siput pada tanaman.

Menurut Apriyanto (2003) di sentra tanaman sayur Rejang Lebong, Bengkulu diketahui

terjadi kerusakaan kubis bunga yang cukup parah akibat serangan respo atau siput

(Parmarion puppilaris). Kerapatan siput setengah cangkang ini lebih tinggi pada tanaman

tua dari pada tanaman muda. Bahkan pada kerapatan populasi siput setengah cangkang >5

ekor per tanaman kubis bunga yang sedang membentuk bunga menyebabkan kehilangan hasil

(yang siap dipasarkan) > 50%. Sehingga petani setempat menganggap siput setengah

cangkang merupakan hama utama pada tanaman kubis bunga.


Siput setengah cangkang memakan daun, batang, bunga dan buah pada tanaman.

Kerusakan pada tanaman biasanya terlihat dari adanya lubang dan bekas gigitan pada

permukaan buah, sayuran dan daun. Gejala tanaman yang terserang siput setengah cangkang

adalah bekas lubang-lubang tak beraturan pada daun. Bekas lendir yang sedikit mengkilat dan

kotoran menjadi tanda yang membedakan serangan siput setengah cangkang dengan ulat.

Selain memakan daun, Parmarion juga menyerang akar dan tunas serta seringkali merusak

persemaian atau tanaman yang baru saja tumbuh bahkan pada umur lanjut pada tanaman

kubis bunga. Siput setengah cangkang ini juga memakan bahan organik yang telah busuk

ataupun tanaman yang masih hidup (Isnaningsih, 2011).

Busuk hitam adalah salah satu penyakit yang paling merusak kubis dan silangan kubis

lain. Penyakit ini disebabkan oleh Xanthomonas campestris. Infeksi Xanthomonas campestris

menyebar dengan cepat dan dapat mendatangkan kerugian lebih dari 50% pada iklim yang

basah dan hangat. Kubis dapat terserang penyebab busuk hitam pada setiap tahap

pertumbuhan. Infeksi yang pertama kali muncul pada pembibitan yaitu kotiledon menjadi

hitam. Bibit yang terserang patogen akan berwarna kuning sampai coklat, layu dan mati.

Infeksi pada tanaman yang memasuki pertumbuhan vegetatif lanjut akan menunjukkan gejala

kerdil, layu dan daun yang terinfeksi berbentuk seperti huruf V. Daerah V ini kemudian

membesar dan menuju dasar daun, berwarna kuning sampai coklat, dan kering. Gejala ini

dapat muncul pada daun, batang, akar, dan berubah menjadi hitam akibat patogen yang

berkembang biak (Barroroh, 2012).

Salah satu kendala yang penting dalam budidaya daun bawang adalah karena adanya

serangan patogen yang menyebabkan penyakit bercak ungu. Penyakit bercak ungu tersebut

disebabkan oleh jamur Alternaria porri (Ell.) Cif. Jamur A. Porri dapat menyerang bawang

putih (Allium cepa L.), bawang Bombay (Allium cepa var. cepa L.), bawang prei (Allium

ampeloprasium var. porrum L.) dan bawang daun (Alliu fistulosum L.). Jamur tersebut
umumnya menyerang tanaman bawang-bawangan pada saat tanaman membentuk umbi,

namun pada keadaan yang mendukung perkembangan penyakit, seperti misalnya pada saat

musim penghujan, tanaman yang masih muda pun dapat terserang (Nirwanto, 2008).

Gejala yang ditimbulkan pada daun terdapat bercak melekuk, berwarna putih atau

kelabu. Ukuran bervariasi tergantung tingkat serangan. Gejala pada serangan lanjut bercak-

bercak menyerupai cincin, warna keunguan dengan tepi agak kemerahan atau keunguan yang

dikelilingi oleh zona berwarna kuning yang dapat meluas ke bagian atas atau bawah bercak,

dan ujung daun mengering. Permukaan bercak bisa juga berwarna coklat atau hitam terutama

pada keadaan cuaca yang lembab (Manihuruk, 2007).

Trizelia., Syahrawati dan Mardiah. 2011. Patogenisitas beberapa isolat cendawan


entomopatogen Metarhizium spp. terhadap telur Spodoptera litura Fabricius
(Lepidoptera: Noctuidae). J. Entomol. Indon., Vol. 8(1): 45-54.

Fitriani, UL., Melina dan A, Gassa. 2011. Kemampuan memangsa Euborellia annulata
(Dermaptera: Anisolabididae) dan preferensinya pada berbagai instar larva Spodoptera
litura. Jurnal Fitomedika, Vol. 7(3): 182-185.

Pracaya. 2007. Hama Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Apriyanto, Dwinardi dan B. Toha. 2003. Ledakan populasi jenis respo, Filicaulis bleekeri, di
sentra produksi sayur Rejang Lebong, Bengkulu. Jurnal Perlindungan Tanaman
Indonesia, Vol. 9(1): 16-21

Isnaningsih, NR. 2011. Keong hama Pomacea di Indonesia: karakter morfologi dan
sebarannya (Mollusca, Gastropoda: Ampullariidae). Berita Biologi, Vol. 10(4): 441-447.

Barroroh, Ibnati. 2012. Pemanfaatan bakteriofage sebagai agens pengendalian hayati busuk
hitam pada kubis. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Nirwanto, Herry. 2008. Kajian aspek spasial penyakit bercak ungu (Alternaria porri Cif. (Ell)
pada tanaman bawang merah. Jurnal Pertanian Mapeta, Vol. 10(3): 211-218.

Manihuruk, Ginman. 2007. Uji efektifitas pestisida nabati untuk mengendalikan penyakit
bercak ungu (Alternaria porri Ell. Cif) pada bawang merah (Allium ascalonicum L.) di
lapangan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Anda mungkin juga menyukai