Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman

“ Layu Fusarium pada Tanaman Cabai “

OLEH

TESSA PUTRI DENIA

NIM 2010212054

DDPT - T

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman cabai merah (Capcicum annum L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang tergolong tanaman semusiman. Tanaman berbentuk perdu dengan
ketinggian antara 70-120 cm, memilki banyak cabang dan pada setiap percabangan akan
muncul buah cabai (Samadi, 1997). Cabai (C. annum L.) juga merupakan komoditas
prospektif yang diandalkan dalam berbagai skala usaha tani. Saat ini cabai juga dapat
digunakan untuk keperluan industri diantaranya, industri bumbu masakan, industri masakan
dan industri obat-obatan atau jamu. tangga (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2005).

Cabai merupakan salah satu jenis sayuran yang dibudidayakan secara komersial di
negara-negara tropis dan memilki nilai ekonomis. Cabai juga digunakan untuk keperluan
rumah tangga, untuk rempah bumbu pelengkap masakan sebagai penguat rasa masakan.
Permintaan cabai ditingkat nasional masih dipengaruhi pasokan cabai dari daerah sentra
produksi (Rukman & Oesman, 2002).

Berbagai upanya telah dilakukan oleh petani untuk meningkatkan produksi cabai di
Indonesia. Produktivitas cabai merah di Indonesia masih rendah yaitu baru mencapai 6,70
ton ha-1 (Safuan et al,. 2013).

Salah satu faktor yang menurunkan produktivitas dan mutu cabai adalah adanya
serangan penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum
(Semangun, 1993). Sutariati & Wahab (2015), menyatakan kerugian akibat penyakit layu
fusarium pada tanaman cabai cukup besar karena menyerang tanaman dari masa
perkecambah sampai dewasa. Penyakit layu Fusarium dapat mengakibatkan gagal panen
sampai 50 % (Nugroho, 2013).
Layu Fusarium disebabkan oleh jamur patogen Fusarium oxysporum. Ferniah dkk.
(2011) memaparkan bahwa tanaman yang terserang patogen ini akan menjadi busuk
rimpang yang ditandai dengan layu dan menguningnya daun, kemudian tanaman akhirnya
mati sebelum panen. Jamur ini juga dapat menyebabkan busuk pada akar, batang, dan
kecambah pada lebih dari 100 jenis tanaman (Yurnaliza, 2011). Jamur patogen ini
merupakan jamur yang penting secara ekonomi karena apabila tanaman telah terserang,
maka akan menyebabkan para petani menjadi gagal panen.

Fungi Fusarium sp mempunyai variasi spesies yang tinggi, yaitu sekitar 100 jenis dan
menyebabkan kerusakan secara luas dalam waktu singkat dengan intensitas serangan
mencapai 35%. Fungi ini adalah salah satu jenis patogen tular tanah yang mematikan,
karena patogen ini mempunyai strain yang dapat dorman selama 30 tahun sebelum
melanjutkan virulensi dan menginfeksi tanaman (Albertus dkk., 2011).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu penyakit layu Fusarium pada tanaman cabai?


2. Bagaimana gejala dan akibat dari gangguan layu Fusarium?
3. Bagaimana proses gangguan layu Fusarium?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya layu Fusarium?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui apa itu penyakit layu Fusarium,
serta mengetahui bagaimana gejala, akibat dari gangguan layu Fusarium. Mengetahui
Bagaimana proses dari gangguan layu Fusarium dan mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi terjadinya layu Fusarium pada tanaman.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Cabai

Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu, berdiri tegak dangan batang
berkayu, dan memiliki banyak cabang. Tinggi tanaman dewasa antara 65 – 120 cm. Lebar
tajuk tanaman 50 – 90 cm. Menurut Dermawan, (2010) klasifikasi tanaman cabai adalah
sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama
ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar
ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia (Yulianah,
2007).

Menurut Departemen Pertanian (2004) cabai (Capsicum annuum L.) merupakan


tanaman sayuran yang sangat penting di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan areal
pertanaman cabai merah yang terluas diantara tanaman sayuran yang diusahakan di
Indonesia. Budidaya cabai selalu menghadapi kendala. Salah satunya adalah penyakit
tanaman. Di antara penyakit tanaman tersebut. penyakit layu karena jamur Fusarium
oxysporum yang merupakan penyakit yang sering dijumpai pada tanaman cabai. penyakit
tersebut berperan penting dalam menurunkan produksi cabai (Musa, Wachjadi dan Soesanto.,
2005).
Salah satu kendala yang mempengaruhi produksi dan mutu cabai adalah adanya
serangan penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum
(Semangun, 1993). Fusarium sp. adalah jamur patogen yang dapat menginfeksi tanaman
dengan kisaran inang sangat luas. Jamur ini menyerang jaringan bagian vaskuler dan
mengakibatkan kelayuan pada tanaman inangnya dengan cara menghambat aliran air pada
jaringan xylem. Salah satu tanaman hortikultura yang diserang oleh Fusarium sp. adalah
tanaman cabai (Capsicum annuum L.) yang mempunyai arti ekonomi sangat penting dan
menjadi salah satu pembatas terjadinya penurunan produksi cabai merah (De Cal et. al.,
2000).
Menurut Soesanto (2013), klasifikasi jamur Fusarium oxysporum penyebab penyakit layu
pada tanaman adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Family : Nectriaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium oxysporum

Fusarium oxysporum merupakan jenis jamur tanah yang bersifat patogen karena dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan pada beberapa tanaman, penyakit yang ditimbulkan
menyebabkan terjadinya kerusakan pada akar tanaman dan akan menyebar ke bagian
tanaman yang lain (Amrulloh, 2008). Salah satu patogen yang menyerang adalah Fusarium
sp. penyebab layu fusarium. Wahib (2016) menjelaskan bahwa layu fusarium disebabkan
oleh organisme jamur bersifat tular tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada tanahtanah
yang ber pH rendah (masam).

B. Gejala dan Akibat dari Gangguan Layu Fusarium

Layu Fusarium biasa menyerang pada area penanaman cabai (Prajnanta, 1999). Gejala
awal dari penyakit layu Fusarium sp. adalah pucat tulang-tulang daun terutama daun-daun
atas kemudian diikuti dengan menggulungnya daun yang lebih tua (epinasti) karena
merunduknya tangkai daun dan akhirnya tanaman menjadi layu keseluruhan. Pada tanaman
yang masih sangat muda penyakit dapat menyebabkan tanaman mati secara mendadak,
karena pada pangkal batang terjadi kerusakan. Sedangkan tanaman dewasa yang terinfeksi
sering dapat bertahan terus dan membentuk buah tetapi hasilnya sangat sedikit dan kecil-
kecil (Semangun, 2000). Menurut (Rivelli 1989) gejala termasuk klorosis daun, perubahan
warna pembuluh darah, dan layu pada tanaman cabai. Suhu tinggi dan kelembaban tinggi
kondusif untuk perkembangan gejala.

Gejala serangan ditandai dengan memucatnya tulang daun sebelah atas, kemudian
diikuti dengan merunduknya tangkai. Daun tampak terkulai dan seluruh tanaman menjadi
layu, warna daun tidak lagi hijau segar, melainkan hijau pucat (Setiadi 1996). Kadang-
kadang kelayuan didahului dengan menguningnya daun, terutama daun-daun bawah,
kelayuan dapat terjadi sepihak. Pada batang kadang-kadang terbentuk akar adventif. Pada
tanaman yang masih sangat muda penyakit dapat menyebabkan tanaman mati secara
mendadak, karena pada pangkal batang terjadi kerusakan atau kanker menggelang,
sedangkan tanaman dewasa yang terinfeksi sering dapat bertahan terus dan membentuk buah
tetapi hasilnya sangat sedikit dan kecil-kecil (Semangun 1996).

Karakter dari jamur ini adalah menyerang tanaman yang kondisi nya sedang lemah
(peka) karena kekeringan, kekurangan unsur hara, terlalu banyak sinar matahari dan tanaman
terlalu banyak buah (Semangun, 2000).

C. Proses Gangguan Layu Fusarium

Penyebaran cendawan Fusarium sp. sangat cepat dan dapat menyebar ke tanaman lain
dengan cara menginfeksi akar tanaman menggunakan tabung kecambah atau miselium. Akar
tanaman dapat terinfeksi langsung melalui jaringan akar, atau melalui akar lateral dan
melalui luka-luka, yang kemudian menetap dan berkembang di berkas pembuluh. Setelah
memasuki akar tanaman, miselium akan berkembang hingga mencapai jaringan korteks akar.
Pada saat miselium cendawan mencapai xylem, maka miselium ini akan berkembang hingga
menginfeksi pembuluh xylem. Miselium yang telah menginfeksi pembuluh xylem, akan
terbawa ke bagian lain tanaman sehingga mengganggu peredaran nutrisi dan air pada
tanaman yang menyebabkan tanaman menjadi layu (Semangun, 2006).

Setelah jaringan pembuluh (xylem atau floem) mati dan keadaan udara lembab,
cendawan membentuk spora yang berwarna putih keunguan pada akar yang terinfeksi.
Penyebaran dapat terjadi melalui angin, air pengairan dan alat pertanian. Layu total dapat
terjadi antara 2–3 minggu setelah terinfeksi. Tanaman biasanya layu mulai dari daun bagian
bawah dan anak tulang daun menguning. Bila infeksi berkembang, tanaman menjadi layu
dalam 2–3 hari setelah infeksi. Jika tanaman sakit dipotong dekat pangkal batang akan
terlihat gejala cincin coklat dari berkas pembuluh. Warna jaringan akar dan batang menjadi
coklat. Tempat luka infeksi tertutup hifa yang berwarna putih seperti kapas (Huda, 2010).

Cendawan Fusarium sp. membentuk polipeptida yang disebut likomarasmin yaitu suatu
toksin yang mengganggu permeabilitas membran plasma tanaman. Selain itu, Fusarium sp.
juga membentuk senyawa yang lebih sederhana, yaitu asam fusarat dan menghasilkan enzim
pektolitik, terutama pektinmetilesterase (PME) dan depolimerase (DP). PME menghilangkan
metil pada rantai pektin menjadi asam pektat. Depolimerase memecah rantai asam pektat
menjadi poligalakturonida dengan bermacam-macam berat molekul. Enzim-enzim tersebut
memecah bahan pektin yang ada dalam dinding xilem. Fragmen-fragmen asam pektat masuk
ke dalam pembuluh xilem yang kemudian membentuk massa koloidal yang mengandung
bahan non pektin yang dapat menyumbat pembuluh. Berkas pembuluh akan menjadi cokelat
disebabkan karena fenol-fenol yang terlepas masuk ke dalam berkas pembuluh. Fenol-fenol
tersebut oleh enzim fenol oksidase yang dihasilkan tumbuhan inang akan mengalami
polimerisasi menjadi melanin yang berwarna cokelat. Bahan berwarna ini terutama diserap
oleh pembuluh xilem yang berlignin yang menyebabkan warna cokelat yang khas pada
penyakit layu Fusarium (Mukarlina, 2010).

Jamur Fusarium sp mengalami 2 fase dalam siklus hidupnya yakni patogenesis dan
saprogenesis. Patogen ini hidup sebagai parasit pada tanaman inang yang masuk melalui luka
pada akar dan berkembang dalam jaringan tanaman yang disebut sebagai fase patogenesis
sedangkan pada fase saprogenesis merupakan fase bertahan yang diakibatkan tidak adanya
inang, hidup sebagai saprofit dalam tanah dan sisa-sisa tanaman dan menjadi sumber
inokulum untuk menimbulkan penyakit pada tanaman yang lain. Agrios (2005) menyatakan
bahwa jamur yang menyerang tanaman semusim biasanya bertahan pada sisa-sisa tanaman
inang, terinvestasi di dalam tanah dan organ perbanyakan tanaman seperti biji, dan umbi
dengan membentuk struktur bertahan. Jamur Fusarium sp dapat menginfeksi jaringan inang
sebelum ada serangan jamur patogen lain dan dapat menimbulkan gejala, selain itu dapat
pula menginfeksi tanaman inang setelah ada serangan jamur patogen lain, sehingga tingkat
serangan menjadi bervariasi (Isnaini et al. 2006). Jamur dapat menyebar melalui
pengangkutan bibit dan tanah yang terbawa angin atau air atau alat pertanian. Populasi
patogen dapat bertahan secara alami di dalam tanah dan pada akar-akar tanaman sakit.
Apabila terdapat tanaman yang peka dan terdapat luka pada akarnya, maka patogen akan
dengan mudah menginfeksinya.

Jamur Fusarium sp mengadakan infeksi pada akar terutama melalui lukaluka. Bila luka
telah menutup, patogen berkembang sebentar dalam jaringan parenkim, lalu menetap dan
berkembang dalam berkas pembuluh. Inokulum patogen dapat masuk melalui akar dengan
penetrasi langsung atau melalui luka. Di dalam jaringan tanaman, patogen dapat berkembang
secara interseluler maupun intraseluler. Klamidospora dapat berkecambah bila ada
rangsangan eksudat akar yang mengandung gula dan asam amino. (Sastrahidayat 1992).

D. Pengendalian Layu Fusarium pada Tanaman

Faktor yang berpengaruh adalah cuaca lembab sehingga penyakit banyak dijumpai di
kebun yang terlalu rapat, terutama pada musim hujan karena banyak terjadi infeksi baru.
Kebun yang peteduhnya ringan kurang mendapat gangguan penyakit. Jamur F. oxysporum
juga dapat bertahan lama di dalam tanah. Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan
kembali dari jamur ini. F. oxysporum adalah cendawan tanah yang dapat bertahan lama
dalam tanah sebagai klamidospora yang terdapat banyak dalam akar-akar yang sakit.
Cendawan dapat bertahan juga pada akar bermacam-macam rumput, dan pada tanaman jenis
Heliconia. F. oxysporum menyerang melalui akar, terutama akar yang luka. Baik luka
mekanis maupun luka yang disebabkan nematode Radophulus similis. Tetapi tidak bisa
masuk melalui batang atau akar rimpang, meskipun bagian ini dilukai (Semangun, 2013).

Penyebaran jamur Fusarium sp. dipengaruhi oleh keadaan pH yaitu dari kisaran
keasaman tanah yang memungkinkan jamur Fusarium sp. tumbuh dan melakukan
kegiatannya. Sementara itu, suhu di dalam tanah erat kaitannya dengan suhu udara di atas
permukaan tanah. Suhu udara yang rendah akan menyebabkan suhu tanah yang rendah,
begitu juga sebaliknya. Suhu selain berpengaruh terhadap petumbuhan tanaman, juga
terhadap perkembangan penyakitnya. Jamur Fusarium sp. mampu hidup pada suhu tanah
antara 10-24ᵒC, meskipun hal ini tergantung pula pada isolat jamurnya (Soesanto, 2002).
Patogen penyebab layu Fusarium ini cepat berkembang pada tanah yang terlalu basah atau
becek, kelembaban udara yang tinggi, dan pH tanah yang rendah (Tjahjadi, 1989). Cendawan
ini sangat cocok pada tanah-tanah asam yang mempunyai kisaran pH 4,5-6,0 (Sastrahidayat,
1992). Menurut Semangun (1996), serangan cendawan ini lebih ditentukan oleh suhu-suhu
yang kurang menguntungkan tanaman inang.
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan

Tanaman cabai merah (Capcicum annum L.) merupakan tanaman semusim berbentuk
perdu, berdiri tegak dangan batang berkayu, dan memiliki banyak cabang. Cabai merupakan
salah satu jenis sayuran yang dibudidayakan secara komersial di negara-negara tropis dan
memilki nilai ekonomis. Cabai juga digunakan untuk keperluan rumah tangga, untuk rempah
bumbu pelengkap masakan sebagai penguat rasa masakan. Berbagai upanya telah dilakukan
oleh petani untuk meningkatkan produksi cabai di Indonesia.

Salah satu kendala yang mempengaruhi produksi dan mutu cabai adalah adanya
serangan penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum..
Fusarium oxysporum merupakan jenis jamur tanah yang bersifat patogen karena dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan pada beberapa tanaman, penyakit yang ditimbulkan
menyebabkan terjadinya kerusakan pada akar tanaman dan akan menyebar ke bagian
tanaman yang lain.

Gejala awal dari penyakit layu Fusarium sp. adalah pucat tulang-tulang daun terutama
daun-daun atas kemudian diikuti dengan menggulungnya daun yang lebih tua (epinasti)
karena merunduknya tangkai daun dan akhirnya tanaman menjadi layu keseluruhan. Pada
tanaman yang masih sangat muda penyakit dapat menyebabkan tanaman mati secara
mendadak, karena pada pangkal batang terjadi kerusakan. Sedangkan tanaman dewasa yang
terinfeksi sering dapat bertahan terus dan membentuk buah tetapi hasilnya sangat sedikit dan
kecil-kecil. Gejala termasuk klorosis daun, perubahan warna pembuluh darah, dan layu pada
tanaman cabai. Karakter dari jamur ini adalah menyerang tanaman yang kondisi nya sedang
lemah (peka) karena kekeringan, kekurangan unsur hara, terlalu banyak sinar matahari dan
tanaman terlalu banyak buah.

Penyebaran cendawan Fusarium sp. sangat cepat dan dapat menyebar ke tanaman lain
dengan cara menginfeksi akar tanaman menggunakan miselium. Akar tanaman dapat
terinfeksi langsung melalui jaringan akar dan melalui luka-luka, yang kemudian menetap dan
berkembang di berkas pembuluh. Setelah memasuki akar tanaman, miselium akan
berkembang hingga mencapai jaringan korteks akar. Pada saat miselium cendawan mencapai
xylem, maka miselium ini akan berkembang hingga menginfeksi pembuluh xylem. Miselium
yang telah menginfeksi pembuluh xylem, akan terbawa ke bagian lain tanaman sehingga
mengganggu peredaran nutrisi dan air pada tanaman yang menyebabkan tanaman menjadi
layu.
Setelah jaringan pembuluh (xylem atau floem) mati dan keadaan udara lembab,
cendawan membentuk spora yang berwarna putih keunguan pada akar yang terinfeksi.
Penyebaran dapat terjadi melalui angin, air pengairan dan alat pertanian. Layu total dapat
terjadi antara 2–3 minggu setelah terinfeksi. Tanaman biasanya layu mulai dari daun bagian
bawah dan anak tulang daun menguning. Bila infeksi berkembang, tanaman menjadi layu
dalam 2–3 hari setelah infeksi.

Faktor yang berpengaruh adalah cuaca lembab sehingga penyakit banyak dijumpai di
kebun yang terlalu rapat, terutama pada musim hujan karena banyak terjadi infeksi baru.
Penyebaran jamur Fusarium sp. dipengaruhi oleh keadaan pH yaitu dari kisaran keasaman
tanah yang memungkinkan jamur Fusarium sp. tumbuh dan melakukan kegiatannya.
Sementara itu, suhu di dalam tanah erat kaitannya dengan suhu udara di atas permukaan
tanah. Suhu udara yang rendah akan menyebabkan suhu tanah yang rendah, begitu juga
sebaliknya. Suhu selain berpengaruh terhadap petumbuhan tanaman, juga terhadap
perkembangan penyakitnya. Patogen penyebab layu Fusarium ini cepat berkembang pada
tanah yang terlalu basah atau becek, kelembaban udara yang tinggi, dan pH tanah yang
rendah.
DAFTRA PUSTAKA

Agrios, G.N., 2005, Plant Pathology, Fifth edition, Academic press.

Amrulloh, I. 2008. Uji potensi ekstrak daun sirih ( Piper betle L.) sebagai antimikroba terhadap
bakteri Xanthomonas oryzae dan jamur Fusarium oxysporum. Skripsi pdf. Malang :
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negri Malang

De Cal A, Garcia-Lepe R and Melgarejo P. 2000. Induced resistance by Penicillium oxalicum


against F. oxysporum f.sp. lycopersici: Histological studies of infected and induced
tomato stem. Phytopathology 90 (3): 260-268.

Deptan. (2004). Buletin Teknopro Holtikultura. Edisi 65. Jakarta: Departemen Pertanian

Dermawan, R dan A. Harpenas. 2010. Budidaya Cabai Unggul, Cabai Besar, Cabai Keriting,
Cabai Rawit, dan Paprika. Penebar Swadaya. Jakarta.

Direktorat Jenderal Hortikultura (2006) Statistik Hortikultura Tahun 2005 (Angka Tetap),
Departemen Pertanian

Ferniah, Rejeki Siti, Pujiyanto, Sri, Purwantisari, Susianan, dan Supriyadi. 2011. Interaksi
Kapang Patogen Fusarium ozysporum dengan Bakteri Kitinolitik Rizosfer Tanaman Jahe
dan Pisang. Jurnal Natur Indonesia Vol. 14 No. 1: 56-59

Huda, Miftahul. 2010. Pengendalian Layu Fusarium pada Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.)
secara Kultur Teknis dan Hayati. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MGY0OTA5ZjdjMjdjZGV
hMDA2MTkxMjczZjE5OTg3MjFhZWE2MWU1Mg==.pdf (29 Februari 2020)

http://eprints.umm.ac.id/38661/3/BAB%20II.pdf (28 Februari 2020)

https://eprints.uns.ac.id/35049/1/H0711003_pendahuluan.pdf (28 Februari 2020)

http://repository.ump.ac.id/420/2/Lusi%20Turwati%20BAB%20I.pdf (28 Februari 2020)


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15347/G.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y (29 Februari 2020)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30864/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y (29 Februari 2020)

https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1208305019-3-BAB%20II.pdf (28 Februari 2020)

Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Penerbit Kreasi Wacana. Yogyakarta.

Ifnawati, K. 2013. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman di [internet]


http://etheses.uin-malang.ac.id/531/5/09620083%20Bab%201.pdf (28 Februari 2020)

Mukarlina, Siti Khotimah dan Reny Rianti., 2010. Uji Antagonis Trichoderma harzianum
Terhadap Fusarium spp. Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Cabai (Capsicum
annum) Secara In Vitro. Skripsi. Universitas Tanjungpura.

Musa AS; M Wachjadi. dan L Soesanto. 2005. Potensi Beberapa Pestisida Nabati dalam Upaya
Penyehatan Tanah Tanaman Cabai In Planta. Universitas Soedirman. Purwokerto.

Nugroho, Bambang. 2013. Efektivitas Fusarium oxysporum f sp. Cepae Avirulen dalam
Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium pada Cabai. Agrisains, 4 (7) : 65-76

Prajnanta, F. 1999. Agribinis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta

Rukmana, R dan Y. Y Oesman. 2002. Bertanam Cabai Dalam Pot. Yogyakarta : Kanisius

Safuan, L.O., Rakian, T.C., Kardiansa, E. 2013. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis
Gliokompos Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Merah (Capsicum
annuum L.). Jurnal Agroteknos. Vol 3(3):127-132.

Samadi Budi, (1997), Usaha Tani Kentang, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Saputra, S. 2020. Penyakit Layu Fusarium - Universitas Muhammdiyah di [Internet]


http://repository.umsu.ac.id/bitstream/123456789/4469/1/05.%20SURYA%20SAPUTRA
%202020.pdf (29 Februari 2020)

Sastrahidayat, I.R. 1992. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Surabaya: Usaha Nasional. 365 Hal.
Semangun, H. 1993. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia, Gadjah Mada University
Press. 449 p

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tanaman. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Edisi ke-4. Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta

Semangun, H. 2006. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada


University Press, Yogyakarta.

Setiadi, B. 1996. Gambut : Tantangan dan Peluang. Himpunan Gambut Indonesia (HGI)
Departemen Pekerjaan Umum. 120 hal.

Soesanto, L. 2002. Penyakit Busuk Rimpang Jahe di Sentra Produksi Jahe Jawa Tengah : 2.
Intensitas dan Pola Sebaran Penyakit. Proyek Pembinaan Kelembagaan Litbang Pertanian
(ARMPII) Jawa Tengah. Hal 57

Soesanto, L. 2013. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. PT Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Tjahjadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanama. Kanisius. Yogyakarta. 147p

Yuliana, Sudremi. 2007. Pengetahuan Sosial Ekonomi Kelas X. Jakarta: Bumi Aksara

Yurnaliza, Margino, Sebastian, dan Sembiring, Langkah. 2011. Kemampuan Kitinase


Stertomyces RKt5 sebagai Antijamur terhadap Patogen Fusarium oxysporum. Jurnal
Natur Indonesia Vol 14. No. 1: 42-46

Anda mungkin juga menyukai