Anda di halaman 1dari 44

KULIAH KE 5

GALUR MURNI / INBRED LINE

 A. Pembentukan Inbred Line


 B. Seleksi Inbred Line dengan
Analisis Daya Gabung
C. Pemeliharaan Inbred Line
 D. Penggunaan Inbred line

Etti Swasti
Tim Pengampu
Pemuliaan Hibrida
Prodi Agroteknologi
FPUA
GALUR MURNI ( INBRED LINE)

 A. Pembentukan Inbred Line


1. Selfing (Penyerbukan Sendiri,
Inbreeding)
2. Kultur Antera
A. PEMBENTUKAN GALUR MURNI ( INBRED)

1. Selfing (Penyerbukan
Sendiri, Inbreeding)

#Terutama Pada Tanaman Menyerbuk Silang,


contoh Tanaman Jagung

# 8x Selfing (S1 – S8) menghasilkan Inbred yang bersifat homozigot


secara genetik
# Setiap kali selfing dapat ditentukan Frekuensi homozigot dan
Persentase Tekanan Inbreeding (rumus lihat slide materi 3)
Prosedur pembentukan inbred (galur murni)
 Heterozigot
S0

S1 Ear to Row

S2

Berapa ID ? S3
Berapa %ID %
S4

S0i - S1i
ID =
S5
S 0i

S6

S7

Homozigot S8 INBRED
A. PEMBENTUKAN GALUR MURNI ( INBRED LINE)
Kultur Antera
 Penting untuk membentuk tan haploid
 Tan haploid sangat penting bagi pemulia tanaman: memperpendek
masa pemuliaan
 Pada reproduksi secara seksual, jumlah kromosom akan menjadi
½ saat pembentukan gamet (meiosis)
 Karena hanya ada 1 set kromosom (n), mudah mengidentifikasi
mutasi resesif

A b C D e F A b C D e F
a B c d E f Haploid
Diploid
A b C D e F

A b C D e F
Double haploid
◦ Double haploid (dihaploid) atau haploid ganda bersifat
homozygote=2 set komosom(2n): spontan atau induksi
Double Haploid (DH)

 Penerapan haploids ganda pada jagung (Zea mays) menjadi semakin


populer dan signifikan sbgi alat untuk pemuliaan tanaman
◦ Pengembangan galur/lini baru.
◦ Haploid ganda (DH) memiliki dua set kromosom identik.
◦ Galur homozigot dihasilkan dalam 2 generasi, berbeda dengan
pembentukkan secara selfing sampai 8 generasi paling tidak.
◦ Galur DH dapat diterapkan untuk menggabungkan ciri-ciri
penting dalam waktu singkat dalam program pemuliaan.

CPC: mempercepat
SPC: memperbaiki mutu
inbred line untuk tetua
genetik tetua hibrida dr F1
hibrida
(antera tanaman F1 yang di
kulturkan)
Manfaat tanaman haploid
 Homosigositas dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
Menguntungkan bagi plant breeder karena mempersingkat
waktu untuk mendapat varietas baru
 Pola segregasi gen lebih mudah diamati
 Menghasilkan homosigot untuk tanaman yang self-
inkompatibel
 Memperpendek generasi selfing untuk mencapai homosigot
melalui penggandaan haploid dengan toluene blue, maleic
hydrazide,nitrous oxide, atau colchicine
 Memperpendek pencapaian tingkat homosigot pada
tanaman dengan fase juvenil yang panjang
 Menghasilkan hibrid F1 yang homogen
Prosedur umum kultur antera

 Koleksi kuncup bunga


◦ Keseluruhan inflorescence atau kuncup
bunga dipanen dan dijaga kelembabannya
sampai siap dikulturkan
◦ Jika kuncup perlu pre-treatment, bungkus dg
kertas tisu yg sdh diperciki air, lalu masukkan
ke dlm plastik.
 Desinfestation, excision & culture
◦ Sterilisasi umum dg 5% NaOCl, 5-10’
◦ Anther lalu diambil, hati2 jgn sampai terluka.
Hilangkan filamen
◦ Tanam dlm media, biasanya pake petri dish
◦ Pindahkan ke media regenerasi
◦ Aklimatisasi

 Penentuan tahap mikrospora


◦ Ditentukan dg cara memencet anter dlm
acetocarmine atau propiocarmine dan
diamati di bwh mikroskop.
Faktor yg mempengaruhi kultur
antera

1. Genotipe
1. Menentukan kesuksesan/kegagalan
2. Perlu mencoba berbagai cv saat mengembangkan
protokol utk menghslkan tan haploid via kultur
anter
2. Kondisi tanaman donor
1. Umur, kondisi fisiologis : pilih yg sehat dan kuat
2. General rule : gunakan ‘bud’ yg baru muncul
3. Tahap perkembangan mikrospora
1. Anther umumnya responsif pd tahap
uninucleate
2. Saat menyiapkan protokol/prosedur, catat
ukuran, warna, bentuk bunga, lalu
disesuaikan dg tahap mikrospora yg tepat.
Sehingga dikemudian hari, memudahkan
pengambilan eksplan yg tepat
4. Perlakuan awal & inkubasi awal
1. Pd tembakau, kuncup diinkubasi pd 7-8oC
selama 12 hr sebelum dikulturkan
2. Pd B. campestris, 35oC selama 1-3 hr
3. Pd Padi, 5oC , 8 hari

5. Media
1. Yg umum : media MS (Murashige & Skoog,
1962) dan N6 (Chu, 1978)
2. Kadang perlu ekstrak kentang, air kelapa,
casein hydrolisate, sukrosa.
3. Media padat atau cair
Masalah dlm kultur anter

 Hasil rendah
 Ketidakstabilan genetik.
 Pd serealia, tan haploid selalu albino
 Perlu memodifikasi media, tahap
perkembangan mikrospora dan faktor
lain
Contoh Kultur Antera F1 pada Padi
Anther (antera) tan F1 sumber eksplan

1. Malai dikoleksi pada fase bunting.

simpan (8-10 hari)5 0C.

menyeragamkan stadia polen,

2. 1/3 bag tengah malai NHClO, 20 mnt


Sterilisasi

3. Potong 1/3 bag bwh spikelet Bilas 2x


laminar air flow cabinet.
25-30 spikelet
25 ml media
Petridish
Penanaman Generasi F1 sebagai sumber eksplan
sterilisasi alat Penyimpanan Sterilisasi
pembuatan media
dan bahan malai Eksplan

Perakaran Regenerasi tanaman Induksi Kalus Penanaman


FaSio FaSil
 Kultur diinkubasi di ruang gelap
bersuhu 25 ± 20C untuk menginduksi
keluarnya kalus yang berasal dari butir
sari di dalam antera
 Kalus bertekstur kompak yang
berukuran 1-2 mm langsung
dipindahkan ke dalam botol kultur
yang sudah berisi 25 ml media
regenrasi.
 Tanaman hijau yang tumbuh dari
kalus pada media regenerasi dan
sudah mencapai tinggi 3-5cm
dipindahkan ke dalam tabung kultur
berisis 15 ml media perakaran.
 Aklimatisasi pertama dilakukan dengan
menanam tanaman (planlet) hasil kultur
antera di dalam tabung reaksi berisi air steril
setelah sebelumnya akar dipotong sedikit
untuk merangsang munculnya akar-akar
baru.
 Satu minggu kemudian dilakukan
aklimatisasi kedua, yaitu dengan
memindahkan tanaman ke bak persemaian
berisi tanah lumpur.
 Satu minggu setelah aklimatisasi, tanaman
dipindahkan ke ember dan ditanam di rumah
kaca untuk evaluasi lebih lanjut. Seleksi
tanaman haploid ganda dilakukan terhadap
tanaman hijau dengan mengamati tinggi
tanaman, tanaman fertil/steril.
Pengamatan lainnya: dilakukan
terhadap:

1. jumlah antera yang dikulturkan,


2. jumlah kalus yang terbentuk,
3. jumlah kalus yang menghasilkan
tanaman (albino dan hijau),
4. jumlah tanaman total (albino + hijau),
jumlah tanaman hijau,
5. jumlah tanaman albino,
6. dan jumlah tanaman haploid ganda
spontan (tanaman fertil).
Hasil
Tabel 2. Muncul Kalus, Tekstur dan warna kalus
No Persilangan Muncul Kalus Tekstur Kalus Warna Kalus
(MST)
1 2 (KASIL) 4 minggu Kompak Putih Kekuningan
2 3 (KAFA) 8 minggu Remah Putih Kekuningan
3 4 (SIOSIL) 6 minggu kompak Putih Kekuningan
4 5 (SIOFA) 8 minggu Remah Putih Kekuningan
5 6 (SILFA) 6 minggu Remah Putih Kekuningan
6 7 (SIOKA) 6 minggu Remah Putih Kekuningan
7 8 (SILKA) 6 minggu Kompak Putih Kekuningan
8 10 (SILSIO) 4 minggu kompak Putih Kekuningan
9 11 (FASIO) 4 minggu kompak Putih Kekuningan

Dahlia Sari, 2014)


Tabel 3. Persentase antera membentuk kalus
Total ∑antera per ∑antera % antera
Persilangan Total Antera
penanaman petri berkalus berkalus
2 (KASIL) 15 petri 120 1800 18 1%
3 (KAFA) 22 petri 120 2640 11 0,4%
4 (SIOSIL) 56 petri 120 6720 72 1,1%
5 (SIOFA) 13 petri 120 1560 2 0,1%
6 (SILFA) 15 petri 120 1800 10 0,5%
7 (SIOKA) 52 petri 120 6240 32 0,5%
8 (SILKA) 53 petri 120 6360 59 0,9%
10 (SILSIO) 44 petri 120 5280 32 0,6%
11 (FASIO) 104 petri 120 12480 240 1,9%
12 (FASIL) 67 petri 120 8040 107 1,3%

Dahlia Sari, 2014)


Tabel 4. Persentase plantlet hijau dan albino
∑plantlet ∑plantlet % plantlet % plantlet
Persilangan ∑Plantlet
hijau albino hijau albino
2 (KASIL) - - - - -
3 (KAFA) - - - - -
4 (SIOSIL) - - - -
5 (SIOFA) 1 - 1 - 100%
6 (SILFA) - - - - -
7 (SIOKA) - - - - -
8 (SILKA) 1 - 1 - 100%
10 (SILSIO) 1 - 1 - 100%
11 (FASIO) 17 2 15 17,6% 82.4%
12 (FASIL) 15 4 11 26,7% 73.3%
Dahlia Sari, 2014)
Tomato
Cucurbitaceae:
TUGAS 4

Setiap Mahasiswa meresume Jurnal tentang kultur antera untuk


pembentukkan galur murni atau tanaman homozigot

Tugas dikumpulkan paling lama hari selasa


tanggal 22 Maret 2022 pukul 18 WIB
B. PEMILIHAN TETUA HIBRIDA

 Evaluasi Daya Gabung


◦ Diallel Cross
◦ Top Cross

1. Heterosis
2. DGU
3. DGK
3. Daya Gabung: yaitu suatu ukuran kemampuan tanaman dalam
persilangan untuk menghasilkan tanaman atau
turunan yang unggul

Evaluasi DG Untuk pembentukan varietas


hibida F1 memilih tetua-tetua atau
genotip yang akan dijadikan tetua
hibrida

a. DGU : nilai rata-rata dr galur-galur dlm kombinasi


persilangan hibridanya (dimanfaatkan untuk var
sintetetik)
b. DGK : penampilan atau nilai kombinasi persilangan
galur tertentu (dimanfaatkan utk var hibrida)
 Utk mengevaluasi DG: Persilangan dialel dan
top cross
 Persilangan dialel: Rancangan persilangan yg
memungkinkan semua kombinasi persilangan
galur atau genotip dilakukan, baik maupun
tanpa resiprokalnya: ½ p (p-1)
 Top cross (persilangan puncak): Persilangan
antara galur-galur tetua betina dgn galur tetua
jantan tertentu (tester)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 M
1 V 86 84 98 98 92 92 96 81 88 90
2 86 V 91 105 102 86 92 79 80 90 90

3 84 91 V 87 80 65 84 93 77 83 83
4 98 105 87 V 97 100 101 97 91 80 95
5 98 102 80 97 V 96 83 93 78 83 90
6 92 86 65 100 96 V 80 93 76 70 84
7 92 92 84 101 83 80 V 90 74 72 85
8 96 79 93 97 93 93 90 V 91 96 92
9 81 80 77 91 78 76 74 91 V 78 81
10 88 90 83 80 83 70 72 96 78 V 82
87
(Singh and Chaudarry, 1077)
Jumlah gabah per malai hasil persilangan setengah dialel
(Azwir, 2011)
A B C D F Rata-rata hasil
persilangan
A 145,27 121,75 76,43 100,29 110,94
B 130,22 107,20 142,92 131,40
C 177,17 116,25 136,35
D 103,81 116,15
F 115,82
Rata-rata 122,13
umum

Keterangan : A = Danau Gaung, B = Krowal, C = Batu Tegi, D = Batang Piaman, F = IR64

Tetua C (Batu Tegi) memiliki nilai DGU yang lebih baik


dibandingkan dengan tetua lain. Hasil persilangan Batu Tegi
dengan Batang Piaman memiliki nilai DGK terbaik
Persentase gabah bernas hasil persilangan setengah dialel

A B C D F Rata-rata hasil
persilangan

A 79,03 15,19 17,41 37,01 37,16


B 31,37 53,36 54,42 54,55
C 45,61 43,34 33,88
D 52,29 42,17
F 46,77
Rata-rata 42,91
umum

Keterangan : A = Danau Gaung, B = Krowal, C = Batu Tegi, D = Batang Piaman, F = IR64

Tetua B (Krowal) memiliki nilai DGU lebih baik dibandingkan


dengan tetua lain. Hasil persilangan Danau Gaung dengan
Krowal memiliki nilai DGK terbaik
Bobot 1000 butir hasil persilangan setengah dialel

A B C D F Rata-rata hasil
persilangan

A 22,40 21,62 19,85 21,39 21,32


B 25,59 24,33 23,14 23,87
C 22,57 20,81 22,65
D 22,56 22,33
F 21,98
Rata-rata 22,43
umum

Keterangan : A = Danau Gaung, B = Krowal, C = Batu Tegi, D = Batang Piaman, F = IR64

Tetua B (Krowal) memiliki nilai DGU lebih baik dibandingkan


dengan tetua lain. Hasil persilangan Krowal dengan Batu Tegi
memiliki nilai DGK terbaik
G. Bobot gabah per pot hasil persilangan setengah dialel
(Azwir, 2011)
A B C D F Rata-rata hasil
persilangan

A 23,85 3 4,03 9,90 10,20


B 5,10 13,97 16,90 14,95
C 14 12,17 8,57
D 13,57 11,39
F 13,14
Rata-rata 11,65
umum
Keterangan : A = Danau Gaung, B = Krowal, C = Batu Tegi, D = Batang Piaman,F = IR64

Tetua B (Krowal) memiliki nilai DGU lebih baik dibandingkan


dengan tetua lain Hasil persilangan Danau Gaung dengan Krowal
memiliki nilai DGK terbaik
Tabel 14. Nilai Rata-rata, DGU, dan DGK pada Tinggi Tanaman, Panjang Malai, dan
Jumlah Gabah per Malai (Muharama Yora, 2015)
Genotipe Tinggi Panjang Malai Jumlah
Tanaman Gabah per
Malai
Rata- DGU Rata- DGU Rata- DGU
rata rata rata
Silopuk 138.67 18.43 28.33 0.50 184.00 3.96
B10970C-MR 78.90 -9.02 27.67 -0.27 212.33 17.02
B11844-MR 77.83 -9.41 26.83 -0.23 150.00 -20.98
DGK DGK DGK
B10970C- 144.00 16.25 35.83 3.68 271.67 44.13
MRxSilopuk
B11844-MR x 144.17 16.81 37.67 5.49 206.33 16.79
Silopuk
B11844-MR 126.5 26.58 35.17 3.75 215.00 12.40
x B10970C-MR

Nilai Rata-rata, DGU, dan DGK pada Persentase Jumlah Gabah Bernas per Malai,
Bobot Gabah per Rumpun, dan Bobot Gabah Bernas per Rumpun (Muharama Yora, 2015)

Genotipe Persentase Bobot Gabah Bobot Gabah


Jumlah Gabah per Rumpun Bernas per
Bernas (%) (g) Rumpun (g)
Rata- DGU Rata- DGU Rata- DGU
rata rata rata
Silopuk 60.07 -1.07 52.60 2.47 37.13 -5.31
B10970C-MR 69.97 2.95 55.03 5.80 46.13 4.17
B11844-MR 68.79 -1.88 19.87 -8.27 55.03 1.14
DGK DGK DGK
B10970C-MR x Silopuk 60.31 2.35 54.40 18.25 47.33 7.84
B11844-MR x Silopuk 38.50 -14.26 54.40 9.78 14.37 -22.09
B11844-MR x B10970C- 38.84 -18.31 66.20 18.25 43.80 -2.14
MR
Nilai Rata-rata, DGU dan DGK dari Tetua Anak Daro, Saganggam Panuah, dan Inpari-21
(Swasti, Ilham dan Anwar, submit SABRAO Desember 2021)
AD SP IP-21
Rata-rata DGU Rata-rata DGU Rata- DGU
rata
Tinggi Tanaman 88,03 -4,90 111,47 8,61 88,60 -3,71
Jumlah Anakan Total 35,67 3,91 23,67 -2,62 25,33 -1,29
Jumlah Anakan Produktif 34,67 3,56 23,67 -2,31 25,00 -1,24
Panjang Malai 19,64 -0,67 21,98 0,39 21,84 0,28
Jumlah Gabah Total/Malai 131,00 -2,93 165,67 13,80 128,00 -10,87
Bobot Gabah Total/Malai 1,94 -0,41 3,72 0,49 2,68 -0,08
Bobot 1000 Butir 15,31 -2,53 21,21 0,54 23,98 1,99
Umur Berbunga 103,00 2,07 93,00 -2,53 98,67 0,47
Umur Panen 133,00 1,89 125,00 -2,64 131,00 0,76
AD x SP AD x IP-21 SP x IP-21
Rata-rata DGK Rata-rata DGK Rata- DGK
rata
Tinggi Tanaman 104,13 2,19 88,23 -1,39 108,93 5,80

Jumlah Anakan Total 29,00 -0,57 32,33 1,43 23,67 -0,70

Jumlah Anakan Produktif 28,33 -0,63 31,00 0,97 23,67 -0,50

Panjang Malai 21,51 0,44 21,26 0,30 21,85 -0,16

Jumlah Gabah Total/Malai 201,33 32,63 153,33 9,30 167,67 6,90


Bobot Gabah Total/Malai 3,57 0,41 2,79 0,21 3,72 0,24
Bobot 1000 Butir 18,67 0,09 20,37 0,34 23,92 0,81
Umur Berbunga 95,00 -1,87 98,67 -1,20 95,67 0,40

Umur Panen 128,00 -0,63 133,00 0,97 126,33 -1,17


Nilai Rata-rata, DGU, dan DGK dari Tetua Ceredek Merah, Junjung, dan Inpari-21
(Swasti, Ilham dan Anwar, submit SABRAO Desember 2021)

CM JJ IP-21
Rata- DGU Rata- DGU Rata- DGU
rata rata rata
Tinggi Tanaman 102,87 2,54 99,07 0,94 88,60 -3,49
Jumlah Gabah Total/Malai 148,67 -4,60 186,00 11,60 128,00 -7,00
Bobot Gabah Isi/Malai 2,37 -0,25 3,74 0,39 2,56 -0,15
Bobot Gabah Total/Malai 2,40 -0,25 3,77 0,38 2,68 -0,13
Bobot 1000 Butir 16,69 -1,44 20,55 -0,23 23,98 1,67
Umur Berbunga 106,00 2,22 97,67 -1,31 98,67 -0,91
Umur Panen 133,00 0,87 129,00 -0,93 131,00 0,07
CM x JJ CM x IP-21 JJ x IP-21
Rata- DGK Rata- DGK Rata- DGK
rata rata rata
Tinggi Tanaman 101,67 -0,60 100,43 2,60 100,03 3,80
Jumlah Gabah Total/Malai 157,67 -14,00 180,67 27,60 187,00 17,73
Bobot Gabah Isi/Malai 3,75 0,32 3,42 0,52 3,87 0,34
Bobot Gabah Total/Malai 3,87 0,38 3,52 0,54 3,90 0,30
Bobot 1000 Butir 20,10 0,92 22,73 1,66 21,03 -1,26
Umur Berbunga 98,67 -1,80 98,67 -2,20 97,67 0,33
Umur Panen 130,00 -0,60 131,00 -0,60 130,00 0,20
C. Pemeliharaan
Galur Murni
(Inbred)

Tujuan: Supaya kemurnian inbred atau galur


murni untuk tetua hibrida tetap terjaga

1. Pada petak terpisah untuk masing-masing


inbred terpilih
2. Isolasi Jarak atau lokasi sehingga
terhindar dari polen lain
3. Isolasi waktu tanam sehingga dari inbred
berbeda tidak sama waktu berbunganya
Penggunaan Galur Murni
(Inbred)
Sebagai tetua dalam perakitan
Varietas dan Produksi Benih
Hibrida F1
Langkah-langkah Perakitan varietas
hibrida F1 dan Produksi benih hibrida:
1. Membuat galur silang dalam dengan mengadakan penyerbukan sendiri secara terus-
menerus sehingga
menjadi galur murni atau inbred, juga melalui kultur antera
2. Menentukan galur atau inbred yang bila disilangkan menimbulkan keunggulan pada
keturunannya yang memiliki heterosis tinggi, melalui persilangan diallel ataupun topcross
3. Dilakukan dengan mencari kemampuan daya gabung khusus (species combining ability)
yang tinggi
4. Pasangan galur terpilih diperbanyak untuk digunakan sebagai tetua hibrida.
5. Pasangan tetua terpilih disilangkan untuk menghasilkan biji hibrida F1, baik secara
single cross (SC), Tree Way Cross (TWC) dan Double Cross (DH)
6. Selanjutnya dilakukan pengujian UDHP, UDHL dan UML, pada setiap pengujian dibuat
benih F1 nya.
7. Calon varietas Hibrida F1 terpilih didaftarkan dan diajukan untuk dilepas sebagai
Varietas ungugul hibrida ke PPVT kementan
8. Produksi benih hibrida F1 secara massal untuk komersial
1. SINGLE CROSS (SC): Melibatkan 2 galur/inbred

INBRED A X INBRED B

F1 SC

2. THREE WAY CROSS (TWC) : Melibatkan 3 galur/inbred

INBRED A X INBRED B

F1 X INBRED C

F1 TWC

3. DOUBLE CROSS (DC/DH): Melibatkan 4 galur / inbred

INBRED A X INBRED B INBRED C X INBRED D

F1 SC X F1 SC

F1 DC/DH

Anda mungkin juga menyukai