Anda di halaman 1dari 14

Slide 3

Deskripsi tangau

Tungau adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang, bersama-sama d


engan caplak, menjadi anggota superordo Acarina. Tungau bukanlah kutu dalam p
engertian ilmu hewan walaupun sama-sama berukuran kecil (sehingga beberapa or
ang menganggap keduanya sama). Pada gambar tersebut adalah contoh tungau
merah. Pada tungau merah, tungau betina lebih besar dibanding tungau jantan.

Slide 4

Deskripsi tungau

Tungau merupakan organisme penganggu tanaman (OPT) penting dengan ukuran


kecil yang tidak melebihi 0,8 mm. Tungau mempunyai badan yang beruas-ruas.

Slide 5

Siklus Hidup Tungau

Selama empat minggu, Tungau debu berkembang dari masa larva dan dewasa hin
gga tua. Ada enam fase dalam siklus hidup Tungau debu. Fasenya terdiri dari telur,
larva dengan enam kaki, nimfa dengan enam kaki, nimfa dengan delapan kaki (su
atu fase yang muncul dua kali) dan tua.

Slide 6

Masa Hidup Tungau

Tungau dapat menetas atau berkembang biak dalam waktu 3 hari dengan kondisi keri
ng dengan suhu optimal 27°C , satu induk tungau betina dapat bertelur hingga 20 butir
telur per hari dan memiliki masa hidup 2 sampai 4 minggu dan juga satu indukan tung
au dapat menetaskan ratusan telur. Perkembangan tungau terjadi sangat cepat, tungau
dapat dewasa secara seksual hanya dalam waktu lima hari saja. Dan perlu diketahui ba
hwa satu indukan tungau bisa berkembang biak hingga satu juta ekor hanya dalam wa
ktu satu bulan. Dengan tingkat reproduksi (berkembang biak) yang sangat cepat mem
ungkinkan tungau untuk beradaptasi hingga dapat bertahan dari pestisida, hal ini men
yebabkan sangat sulit untuk mengendalikan hama tungau dan penggunaan pestisida ya
ng sama secara terus menerus dalam kurun waktu yang lama.
Perkembangbiakan tungau bersifat diploid dan haploid. Tungau betina bersifat diploi
d dan tungau jantan bersifat haploid. Dengan kata lain, telur yang dibuahi oleh tungau
jantan akan menghasilkan tungau betina dan sebaliknya, apabila telur tidak dibuahi ol
eh tungau jantan maka akan menghasilkan tungau jantan. Ketika melakukan perkawin
an, tungau betina akan menghindari terjadinya pembuahan pada beberapa butir telur u
ntuk menghasilkan tungau jantan. Telur yang dibuahi akan menghasilkan betina diploi
d. Sementara telur yang tidak dibuahi akan menghasilkan tungan jantan haploid.

Hama tungau merusak tanaman pada bagian daun dengan menusuk daun tanaman dan
menghisap cairan yang terdapat pada daun tanaman. Sehingga kerusakan yang diakiba
tkan oleh hama tungau tidak bisa diremehkan, dimana bagian daun merupakan bagian
penting pada tanaman untuk mendapatkan makanan. Tidak hanya itu, hama tungau m
ampu beradaptasi pada berbagai macam habitat dan bisa menyerang dan merusak sem
ua jenis tanaman, serta hama tungau kemungkinan bisa merusak bagian batang dan bu
kan tidak mungkin menyerang bagian buah tanaman.

Slide 7

Klasifikasi Tungau

Filum : Arthropoda

Sub filum : Chelicetara

Kelas : Arachnida

Ordo : Parasitisformes dan Acariformes

Hama tungau bersembunyi di balik daun. Hama tungau menyerang tanaman denga
n cara menghisap cairan daun di dalam jaringan mesofil hingga jaringan itu rusak.
Akibatnya klorofil pada daun menjadi rusak dan menghambat proses fotosintesis t
anaman. Serangan ditandai dengan munculnya bintik kuning di permukaan daun.
Bintik tersebut lama-kelamaan melebar lalu berubah menjadi kecokelatan dan akh
irnya menghitam. Daun menjadi keriting dan menggulung kearah bawah, menebal,
berbentuk seperti sendok terbalik. Bagian bawah daun berwarna seperti tembaga
dan terdapat benang-benang putih halus.

Serangan parah terjadi pada musim kemarau. Hal ini disebabkan karena hama tun
gau lebih cepat berkembang biak pada kondisi kering. Disaat musim kemarau dan
cuaca panas dengan suhu optimal 27° C telur-telur tungau dapat menetas dalam w
aktu 3 hari. Menjadi tungau dewasa secara seksual dalam waktu 5 hari setelah me
netas.

Seekor hama tungau betina mampu bertelur sebanyak 20 butir telur/hari, dan dapat
hidup antara 2 sampai 4 minggu. Tungau-tungau tersebut dapat bertelur hingga rat
usan telur. Seekor tungau betina tunggal mampu berkembang biak hingga satu juta
ekor tungau dalam jangka waktu satu bulan.

Slide 9

Famili Tungau

Famili Tetranychidae :

 Hidup dan berhabitat pada tanaman dan menetap di dalam permukaan bagian
bawah dari daun

 beberapa sepesies memakan bagian daun yang muda.

 Siklus hidup : Telur, prelarva, larva, protonymph, deutonymph, dan dewasa.

 Tetranychidae mulai menyerang tumbuhan sejak fase larva hingga imago.

 Ciri khas :

1. Menghasilkan benang sutra yang digunakannya sebagai pelindung dan tempat


meletakkan telur, juga untuk pelindung dari musuh.

2. Termasuk famili yang sangat merugikan karena dapat mematikan tanaman.

Contoh Famili Tetranychidae : Tetranychus bimaculatus pada daun ubi kayu dan
Tetranychus coffeae pada daun teh dan kopi.

 Tungau merah yang merupakan famili Tetranychidae terdiri dari dua spesies yaitu
Tetranychus urticae dan Tetranychus cinnabarius (= telarius, bimaculatus) T. urtic
ae memiliki tubuh berwarna hijau dengan bintik gelap pada setiap sisi belakang, s
edangkan T. cinnabarinus memiliki tubuh berwarna merah Imago T. cinnabarius
berukuran 0,5 mm dengan warna merah tua, serta dengan kaki dan mulut berwarn
a putih. T. cinnabarinus dianggap sebagai sinonim dari polimorfik T. urticae yang
berwarna merah . 1
 Tungau merah betina memiliki tubuh berbentuk elips, dengan panjang 0,4 mm da
n memiliki 12 pasang duri di punggung. Tungau merah jantan berbentuk elips den
gan ujung ekor. 1

 Gejala awal dari serangan tungau merah adalah adanya bintik-bintik berwarna ku
ning pada bagian dasar daun, selanjutnya ke tulang daun utama. Pada saat popula
si berkembang, tungau menyebar ke seluruh daun, termasuk permukaan atas daun,
dan bintik-bintik kuning menyebar ke seluruh daun, yang menyebabkan daun ber
warna kemerahan seperti karat.

 Pada serangan parah, daun bagian tengah dan bawah akan rontok, selanjutnya ser
angan mengarah ke bagian pucuk di mana tunas mengalami penyusutan ukuran d
an banyak dijumpai adanya jaring warna putih menyelimuti daun pada sepertiga b
agian atas tanaman, dan pada tahap ini dapat menyebabkan tanaman mati. Kerusa
kan berat dapat menyebabkan daun kering dan luruh. 1

Slide 10

Famili Tarsonimidae :

 Tungau yang berperan penting dalam pengendalian hayati hama tanaman karena
sebagian genus berperan sebagai parasitoid dan predator.

 Tungau predator berbentuk seperti buah pir dan berwarna mengkilat.

Contoh tungau dari Famili ini : Tungau kuning atau yellow mite
(Polyphagatorsonemus latus)

 Kerusakan daun yang disebabkan oleh serangan tungau P. latus mengakibatkan p


ertumbuhan tanaman menjadi terhambat, cacat, kerdil dan mengalami staknasi. 2

 Tungau kuning P. latus (Helmitarsonemus latus (Banks) termasuk Acarina: Tarso


nemidae bukan insekta. Tungau ini ditemukan pertamakali oleh Banks pada tahun
1904 pada tunas mangga di rumah kaca
 Ukuran tungau ini sangat kecil 0,8 mm, dapat dijumpai pada tanaman sayuran, to
mat, cabe, tanaman teh, karet, pepaya, tanaman jeruk, bunga dahlia, bunga krisan,
stroberi dan Gossypium sp.

 Tungau menyerang dengan cara menghisap cairan sel daun. Serangan awal biasan
ya hanya berupa bintik-bintik pada permukaan daun bagian bawah. Serangan tung
au mengakibatkan daun menjadi keriting, menggulung dan akhirnya kering, pada
kuncup bunga dan bunga, mengakibatkan tidak terbentuk buah dan penurunan pro
duksi.

 Siklus hidup tungau kuning P. latus mengalami metamorfose tidak sempurna, yait
u telur, larva, nimfa dan imago .

Slide 11

FamiliEryophidae

 Berbentuk pipih da agak datar.

 Memiliki mulut bertipe menusuk dan mengisap.

 Berperan sebagai vektor penular penyakit tumbuhan

 Siklus hidup : Telur, larva, protonymph dan dewasa.

 Menyerang tanaman gandum, apel, bawang, jeruk., teh.

Contoh famili : Tungau merah muda ( Eriphyes theae)

Slide 12

Jenis Tungau Hama Tanaman Tungau Teh Kuning

Tungau kuning adalah salah satu jenis tungau yang kebanyakan menyerang tanam
an cabai. Gejala yang ditimbulkan adalah permukaan daun bergelombang dan per
ubahan warna daun tidak merata. Siklus hidupnya terdiri dari empat fase yaitu telu
r, larva, nimfa, imago.

Slide 13

Jenis Tungau Hama Tanaman Tungau Merah


DAERAH PENYEBARAN TUNGAU MERAH Tungau merah berasal dari Eropa
dan Asia, saat ini menyebar ke sebagian besar negara di dunia (Raworth et al. 200
2) meliputi sebagian besar negara di Eropa, Asia, Afrika, Australia, Pasifik dan Ke
pulauan Karibia, Amerika Utara, Tengah dan Selatan (Gambar 1) (CABI 2015).

Tungau merah bergerak dengan cara merayap, penyebaran jarak jauh dibantu oleh
angin dan aktifitas manusia. Tungau merah memiliki mekanisme penyebaran yang
kompleks, yang mempengaruhi struktur populasi dan keragamannya menjadi kom
pleks (Sun et al. 2012).

BIOLOGI TUNGAU MERAH Tungau merah yang merupakan famili Tetranychid


ae terdiri dari dua spesies yaitu Tetranychus urticae dan Tetranychus cinnabarius
(= telarius, bimaculatus) (Klashoven 1981). T. urticae memiliki tubuh berwarna hi
jau dengan bintik gelap pada setiap sisi belakang, sedangkan T. cinnabarinus mem
iliki tubuh 38 BULETIN PALAWIJA VOL. 14 NO. 1, MEI 2016 berwarna merah
(Álvarez et al. 2012) .

Imago T. cinnabarius berukuran 0,5 mm dengan warna merah tua, serta dengan ka
ki dan mulut berwarna putih. T. cinnabarinus dianggap sebagai sinonim dari polim
orfik T. urticae yang berwarna merah (Auger et al. 2013). Bentuk aktif dari betina
hijau T. urticae mempunyai variasi warna antara hijau kekuningan .

Tubuh tungau dibagi menjadi dua bagian yang berbeda: (1) gnathosoma dan (2) i
diosoma. Gnathosoma mencakup bagian mulut, dan idiosoma mencakup sisa tubu
h yang sejajar dengan kepala, dada dan perut serangga. Tungau merah betina mem
iliki tubuh berbentuk elips, dengan panjang 0,4 mm dan memiliki 12 pasang duri d
i punggung. Tungau merah jantan berbentuk elips dengan ujung ekor

Slide 14

Ciri Tungau Kuning

Tungau kuning adalah salah satu jenis tungau yang kebanyakan

menyerang tanaman cabai.Siklus hidupnya terdiri

dari empat fase yaitu telur, larva, nimfa, imago. Telur berbentuk elips tipis dan

berwarna transparan atau bening. Tungau kuning merupakan pengganggu utama


pada tanaman cabai khususnya cabai rawit

Slide 15

Ciri tungau merah

Tungau merah dapat melewati empat stadia utamanya, yaitu telur, larva, protonimfa,

dan deutonimfa. Kemudian terdapat fase istirahat yang disebut dengan deutochrysalis.
Protonimfa berukuran yang lebih besar daripada larva, mempunyai tungkai sebanyak
empat pasang, dan berwarna kehijauan. Telur tungau merah berbentuk bulat, berwarn
a bening.

Slide 16

Gejala Umum serangan Tungau

Tungau menyerang tangkai, daun dan buah. Tangkai yang terserang akan berwarna se
perti perunggu, pada permukaan atas daun terdapat titik berwarna kuning atau cokelat.
Serangan pada permukaan bawah daun menyebabkan mesofil rusak sehingga transpir
asi tanaman meningkat. Akibatnya, banyak daun yang gugur pada musim kemarau. Se
rangan pada buah mengakibatkan bercak-bercak kecil pada permukaan buah, kesegara
n dan ukuran buah berkurang, serta buah yang gugur meningkat.

Gejala khas kerusakan kulit buah berbeda untuk setiap jenis jeruk dan tingkat kemasa
man buah. Pada grapefruit, lemon dan jeruk nipis, serangan pada awal perkembangan
buah menyebabkan warna keperak-perakan pada kulit dan apabila serangan lebih para
h mengakibatkan kulit buah bersisik. Pada jeruk manis, serangan pada fase perkemba
ngan buah mengakibatkan timbulnya retakan-retakan coklat pada permukaan kulit, se
dangkan pada fase pemasakan buah, kerusakan pada kulit ini menyerupai russeting.

Hama ini menyerang tanaman pada berbagai musim karena memiliki kemampuan ber
adaptasi di berbagai habitat, seperti lumut, tanah, rumput, bahkan hingga gudang peny
impanan. Tungau bersifat polyfag. Jenis tanaman yang diserang antara lain kapas, kac
ang-kacangan, jeruk, tanaman hias dan gulma terutama golongan dikotiledon, tanama
n perdu, pohon-pohon besar, tanaman hias seperti Hibiscus, Buddleya, ubi jalar, teh.

Slide 17-18
Hama tungau yang biasa menyerang tanaman cabe ialah tungau kuning (Polyphagotar
sonemus latus) dan tungau merah (Tetranycus sp.). Serangan tungau selalu dimulai da
ri pucuk daun / tunas muda. Serangan ditandai dengan munculnya bintik kuning di per
mukaan daun yang lama-kelamaan melebar lalu berubah menjadi kecokelatan dan akh
irnya menghitam.

Daun yang terserang mengalami perubahan bentuk dan pertumbuhan tunas terhenti. B
agian bawah daun berwarna seperti tembaga dan terdapat benang-benang putih halus.
Pada serangan parah, daun-daun cabai berguguran hingga tidak tersisa sama sekali, tu
nas menghitam kecoklatan dan mati.

Pencegahan

Tanam cabai pada tempat yang jauh dari tanaman cabai terserang.

Jangan tanam cabai secara terus menerus pada tempat yang sama.

Rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup hama tungau.

Menjaga kebersihan kebun, hama tungau bersifat polifag yaitu memiliki banyak tana
man inang termasuk gulma atau rumput liar.

Monitoring atau pengamatan rutin untuk memantau perkembangan tanaman dan seran
gan hama tungau.

Pengendalian

Manfaatkan musuh alami, diantaranya cendawan Entomophthora fresenii, tungau Phyt


oseiulus persimilis, kumbang Stethorus gilvifrons, dan thrips Scolothrips sexmaculatu
s.

Semprotkan insektisida nabati dengan ekstrak tembakau, bawang putih yang dicampur
sedikit deterjen. Interval penyemprotan setiap 2 hari sekali dan dilakukan pada pagi at
au sore hari.

Semprotkan insektisida kimia apabila pestisida nabati tidak mampu lagi mengendalika
n hama tungau.

Gunakan 2 jenis bahan aktif akarisida atau lebih secara bergantian untuk menghindari
kekebalan hama tungau terhadap bahan aktif tertentu.
Interval penyemprotan 2-3 hari sekali atau disesuaikan dengan tingkat serangan. Sem
protkan pada pagi atau sore hari dengan dosis yang sesuai.

Slide 19-20

1. Gejala Serangan Hama Tungau Merah pada Ubi Kayu

Tungau merah menyerang tanaman dengan cara merusak sel-sel mesofil dan isi sel ter
masuk klorofil. Gejala awal serangan tungau merah adalah adanya bintik-bintik kunin
g pada bagian dasar daun, yang ada di sekitar tulang daun utama, dan daun berubah w
arna menjadi cokelat. Meskipun luka yang disebabkan oleh individu tungau merah san
gat kecil, namun akibat serangan yang disebabkan oleh ratusan bahkan ribuan tungau
merah akan menyebabkan gejala serangan yang parah, dan secara nyata dapat mengur
angi kemampuan tanaman untuk berfotosintesis. Daun yang mengalami serangan tung
au merah mempunyai laju fotosintesis yang rendah, transpirasi meningkat, dan kadar
klorofil rendah.

Gambar 1. Daun yang terserang tungau merah.

Pada saat berkembang populasi, tungau menyebar ke seluruh daun, termasuk permuka
an atas, dan bintik-bintik kuning menyebar ke seluruh daun, menyebabkan warna kem
erahan seperti karat. Pada serangan parah, daun bagian tengah dan bawah akan rontok,
selanjutnya serangan mengarah ke bagian pucuk, dimana tunas mengalami penyusuta
n ukuran dan banyak dijumpai adanya jaring ( web ) berwarna putih yang menyelimut
i daun pada sepertiga bagian atas tanaman. Pada kondisi demikian dapat menyebabka
n tanaman mati. Gejala serangan tungau merah pada tanaman ubi kayu dapat dilihat p
ada Gambar 2.

Tungau merah dapat menyebabkan kerusakan parah pada seluruh varietas ubi kayu, m
enyebabkan klorosis dan kehilangan area fotosintesis hingga 90%, serta defoliasi. Pen
urunan hasil ubi kayu akibat serangan hama tungau merah dapat mencapai 60%. Sera
ngan yang parah dapat mengakibatkan kematian tanaman, tergantung pada lama seran
gan dan umur tanaman.

Slide 21

PENGENDALIAN TUNGAU MERAH

Pengendalian secara Biologi

Pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami (pre
dator) yang ada di alam. Terdapat 32 jenis predator yang telah dilaporkan menyerang t
ungau. Predator tungau yang paling penting adalah: (1) Oligota minuta untuk Monony
chellus tanajoa, (2) Stethorus tridens untuk T. urticae dan T. cinnabarinus, dan (3) Phy
toseiidae. Terdapat 30 jenis predator dari keluarga Phytoseiidae yang menyerang tung
au pada ubi kayu.

Musuh alami yang sering membatasi populasi T. urticae diantaranya genus Amblyseiu
s, Metaseiulus, Phytoseiulus, Stethorus, dan Orius (Gambar 3), Thrips, Lepto thrips, d
an larva Lacewing, Chrysopa. Scolothrips takahashii merupakan thrip predator yang d
apat digunakan sebagai agen hayati yang efektif terhadap T. urticae pada tanaman stra
wberry. Predator lainnya seperti Orius minutus, Coccinellla septempunctata, Stethorus
gilvifrons, dan Stethorus punctillum dinilai sebagai agen hayati yang potensial. Di A
merika Serikat terdapat lima jenis tungau predator yang tersedia secara komersial, yait
u: Phytoseiulus persimilis (Gambar 3), Mesoseiulus longipes, Neoseiulus californicus,
Galendromus occidentalis (Gambar 4) dan Amblyseius fallicus. Pengendalian T. urtic
ae dengan menggunakan predator Phytoseiidae dinilai tidak efektif. Hal itu disebabka
n perkembangan dari Phytoseiidae lebih lambat dari pada perkembangan tungau mera
h, sehingga predator tidak mampu memangsa tungau merah.

Slide 22
PENGENDALIAN TUNGAU MERAH

Pengendalian dengan Cara Kultur Teknis

Selain memilih bahan tanam, pengairan juga merupakan salah satu cara yang dapat dil
akukan untuk mengendalikan populasi tungau merah. Tanaman ubi kayu yang tersera
ng tungau merah diairi (digenangi) selama 30 menit, disemprot dengan air menggunak
an tekanan yang kuat dapat mengendalikan populasi tungau merah. Irigasi yang mema
dai merupakan cara yang penting untuk mengendalikan populasi tungau, karena tana
man yang tercekam kekeringan mudah terserang tungau. Tanaman terserang dicabut d
an dibakar untuk menghindari penyebaran tungau yang lebih luas.

Slide 23

Cara Kimia

Pengendalian kimia sering menyebabkan resistansi silang yang luas di dalam dan di a
ntara kelas pestisida, sehingga menyebabkan resistensi terhadap pestisida yang baru d
alam kurun waktu 2‒4 tahun. Banyak aspek biologi tungau merah yang menyebabkan
terjadinya perubahan resistensi yang cepat terhadap pestisida, diantaranya perkemban
gan yang pesat, daya tetas tinggi, dan penentuan seks haplodiploid.Pengendalian secar
a kimia, dilakukan melalui pemantauan terhadap populasi tungau merah dan pemiliha
n insektisida yang digunakan harus tepat, karena kesalahan pemilihan dan penggunaa
n insektisida dapat menyebabkan kematian pada musuh alami.Penggunaan insektisida
dalam spektrum luas sering menyebabkan predator tungau mati, dan berakibat pada m
unculnya wabah tungau, sehingga penggunaan pestisida perlu dihindari. Semprotan ai
r, minyak, insektisida, atau sabun dapat digunakan untuk pengendalian tungau merah.
Sebelum melakukan penyemprotan, pemantauan tingkat populasi tungau harus dilaku
kan.Aplikasi insektisida untuk pengendalian tungau merah harus memperhatikan cara
penyemprotan. Cakupan yang luas dari penyemprotan sangat penting ketika melakuka
n aplikasi miticides, bagian bawah daun harus menjadi target penyemprotan supaya te
rjadi kontak antara insektisida yang diaplikasikan dengan tungau sebanyak mungkin,
karena sisi bawah daun merupakan tempat berkumpulnya tungau merah. Aplikasi inse
ktisida dilakukan pada interval 5‒10 hari. Telur tungau yang belum menetas tidak terp
engaruh oleh sebagian miticides. Hal yang sama kemungkinan juga terjadi pada larva
dan nimfa yang mengalami pergantian kulit (molting). Selama molting, tungau tetap ti
dak aktif di bawah bekas kulit yang berfungsi sebagai penghalang terhadap insektisida.
Pada fase ini tungau juga tidak makan, yang menyebabkan insektisida yang bersifat si
stemik tidak berpengaruh. Apabila aplikasi hanya dilakukan sekali, maka tungau dapa
t bertahan hidup.Pengendalian hama tungau merah dapat dilakukan dengan aplikasi ak
arisida seperti Challenger, Ortus, Vertimec dan Delmite, karena efek samping terhada
p predator lebih rendah atau bahkan dapat diabaikan.Pengendalian tungau merah pada
intensitas serangan ringan hingga sedang dengan menggunakan dikofol 2 ml/l mampu
menekan serangan sebesar 90,83% hingga 98,62%, sedangkan pengendalian pada inte
nsitas serangan sedang hingga tinggi hanya mampu menekan tingkat serangan sebesar
18,40% hingga 62,48%. Pengendalian terhadap tungau merah berdampak pada pening
katan rata-rata hasil umbi dari 22,56 t/ha menjadi 26,96 t/ha

Slide 24

Cara pengendalian hama tungau pada cabe 

Ada dua jenis tungau yang menyerang tanaman cabe yaitu tungau kuning dan tungau
merah. Tungau dewasa berkaki 8 dan tungau muda berkaki 6.

Tungau kuning transparan, dengan ukuran tubuh 0,25mm sedangkan tungau merah be
tina berukuran 0,45 mm.

Hama ini menyerang tanaman dengan cairan di permukaan bawah daun (terutama dau
n-daun muda).

Gejala serangan hama tungau pada tanaman cabe dengan timbulnya warna seperti tem
baga pada permukaan bawah daun, tepi daun mengeriting, daun menjadi kaku dan mel
engkung kebawah seperti sendok terbalik pada serangan berat tunas dan bunga gugur.

Tanaman inang tungau antara lain adalah cabai, tomat, teh, karet singkong dll.

Pengendalian hama tungau secara kimiawi


Pengendalian hama secara alami menurut saya tidak akan mampu apalagi untuk tana
man cabe atau tanaman lainnya yang memiliki harga jual yang tinggi dengan mengata
si hama secara alami bisa-bisa gagal panen jadi pengendalian kimiawi adalah yang pal
ing tepat.

Tapi menjaga kebersihan gulma pada sekitar tanaman cabe adalah yang paling pentin
g dan paling penting untuk mencegah atau mengurangi serangan hama maupun penya
kit.

Saya melakukan penyemprotan AKARISIDA setelah ada beberapa tanaman cabe yan
g terserang tungau dengan menggunakan AKARISIDA.

AKARISIDA ini cukup ampuh untuk mengatasi hama tungau biasanya setelah melak
ukan penyemprotan 2 / 3x tanaman cabe sudah bisa pulih lagi.

Slide 20

1). Melakukan penyemprotan segera setelah ditemui adanya gejala serangan hama t
ungau,

2). Penyemprotan insektisida kimia dilakukan apabila pestisida nabati tidak mampu
lagi mengendalikan hama tungau,

3). Menggunakan 2 jenis bahan aktif akarisida atau lebih secara bergantian untuk m
enghindari kekebalan hama tungau terhadap bahan aktif tertentu,

4). Interval penyemprotan 2-3 hari sekali atau disesuaikan dengan tingkat serangan,

5). Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari,

6). Semprotkan akarisida dari bawah dan dari atas daun cabai,

7). Gunakan pestisida (akarisida) sesuai dengan dosis yang dianjurkan (tidak lebih a
tau kurang).

Slide 25
1). Menanam cabai pada tempat yang jauh dari tanaman cabai terserang,

2). Tidak menanam cabai secara terus menerus pada tempat yang sama,

3). Rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup hama tungau,

4). Menjaga kebersihan kebun, hama tungau bersifat polifag yaitu memiliki banyak t
anaman inang termasuk gulma atau rumput liar,

5). Monitoring atau pengamatan rutin untuk memantau perkembangan tanaman dan
serangan hama tungau,

6). Dengan pemanfaatan musuh alami, diantaranya cendawan Entomophthora fresen


ti, tungau Phytoseiulus persimilis, kumbang Stethorus gilvifrons, dan thrips Scolothrip
s sexmaculatus. Untuk bagian ini saya tidak paham cara aplikasinya.

7). Penyemprotan insektisida nabati dengan ekstrak tembakau, bawang putih yang d
icampur sedikit deterjen. Interval penyemprotan setiap 2 hari sekali dan dilakukan pad
a pagi atau sore hari,

Anda mungkin juga menyukai