Anda di halaman 1dari 14

Pelita Perkebunan 29(2) 2013, 128 - 141 Yuliasmara & Ardiyani

Morfologi, Fisiologi, dan Anatomi Paku Picisan (Drymoglossum


phyloselloides) serta Pengaruhnya pada Tanaman Kakao

Morphology, Physiology, and Anatomy of Penny Fern


(Drymoglossum phyloselloides) and Its Effect on Cocoa

Fitria Yuliasmara1*) dan Fitria Ardiyani1)


1)
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember, Indonesia
*)
Alamat penulis (corresponding author): yuliasmara_iccri@yahoo.com
Naskah diterima (received) 10 Mei 2013, disetujui (accepted) 21 Juni 2013

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui anatomi, fisiologi serta morfologi


paku picisan (Drimoglosum phylloseloides) serta pengaruh keberadaannya pada
tanaman kakao. Pengamatan morfologi paku picisan menggunakan metode mikroskopi
untuk mengamati akar, batang, daun serta spora. Kajian fisiologi paku picisan
dilakukan terhadap variabel jumlah stomata dan lebar bukaan stomata dengan
menggunakan metode cetak stomata, sedangkan pengamatan jumlah klorofil
menggunakan metode spektrofotometri dan pengamatan laju transpirasi menggunakan
kertas kobalt klorida. Kajian anatomi paku picisan dengan membuat preparat
irisan melintang dan membujur pada akar, batang, dan daun. Kajian pertumbuhan
paku picisan diamati dengan melakukan pengukuran pertambahan panjang sulur
pada interval satu minggu sekali selama musim hujan dan musim kemarau.
Pengaruh keberadaan paku picisan dilakukan dengan pengamatan pada variabel
luas daun dengan metode gravimetri, penampang melintang batang kakao terserang
picisan dengan menggunakan mikrotom dan mikroskop, serta kadar klorofil dengan
klorofilmeter. Hasil penelitian menunjukkan paku picisan termasuk kelompok
gulma epifit, tipe crassulaceae acid metabolism yaitu tumbuhan dengan kemampuan
mengikat karbon dioksida pada malam hari dan melakukan fotosintesis pada siang
hari dengan stomata tertutup. Paku picisan berkembang biak dengan menggunakan
spora. Pertumbuhan panjang ruas picisan pada musim kemarau 2,18 cm/minggu
dan pada musim penghujan 3,89 cm/minggu. Daun picisan mengandung
0,0212 mg/g klorofil dengan kerapatan stomata 18,33/mm2 dengan lebar bukaan
stomata pada malam hari 26,3 µm sehingga menghasilkan laju transpirasi yang
sangat lambat yaitu 0,69 mm2/detik. Keberadaan picisan pada tanaman kakao
menyebabkan penurunan luas daun dan kadar klorofil pada daun sehingga akan
berpengaruh terhadap produktifitas tanaman yang ditandai dengan menurunnya
jumlah bunga, buah kecil, buah sedang, dan buah besar pada tanaman yang terserang
picisan. Keberadaan picisan tidak berpengaruh pada jumlah daun pada satu ruas
flush kakao.

Kata kunci: Drimoglosum phylloseloides, gulma, penurunan produktivitas, Theobroma cacao

Abstract

This study aims to determine the anatomy, physiology and morphology


of penny fern (Drimoglosum phylloseloides) and its effect on cocoa. Morpho-
logical observation of penny fern used microscope to observe the roots, stems,
leaves and spores. Physiology of penny fern was observed based on number of

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, Edisi Agustus 2013

128
Morfologi, fisiologi, dan anatomi gulma picisan (Drymoglossum phyloselloides) serta pengaruhnya pada tanaman kakao

stomata and stomatal conductance using stomata printing method, while the amount
of chlorophyll based on spectrophotometric method and rate of transpiration used
cobalt chloride paper. Penny fern anatomy on cross-sectional and longitudinal
in roots, stems and leaves. Penny fern growth was observed based the length of
tendrils once a week during rainy and dry season. While the effect of penny
fern invasion was observed based on variable leaf area with gravimetric method,
the cross-section of attacked cacao branch using microtom and microscope
and chlorophyll content by chlorophyll meter. Results showed that penny fern is
a epiphytic weed which was crassulaceae acid metabolism plants that have the
ability to absorb carbon dioxide at night and carry out photosynthesis during the
day with closed stomata. Penny ferns reproduce using spores. The growth rate
of penny fern 2.18 cm/week during the dry season and while in rainy season
3.89 cm/week. Penny fern leaf contains 0.0212 mg/g chlorophyll. Penny
fern stomata density was 18.33/mm2 with a width of opening stomata at night
26.3 µm which caused a very slow rate of transpiration of 0.69 mm2/seconds.
The existence penny fern on cocoa decreased leaf area and chlorophyll content
decreased crop productivity which was indicated by decreasing in number of
flowers, number of small, medium fruit, and large pods. However it had no effect
on the number of leaves on one side flush cocoa.

Key words: Drimoglosum phylloseloides, weeds, decrease productivity, Theobroma cacao

PENDAHULUAN pada pertanaman kakao perlu dilakukan


secara intensif pada masa tanaman belum
Keberhasilan usaha perkebunan kakao menghasilkan (TBM). (Setiastuti, 2011).
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain Salah satu jenis tanaman yang tumbuh
pembibitan, pemeliharaan, pemupukan, menempel pada tanaman kakao dan
pemangkasan, pengendalian hama penyakit berpotensi mengganggu tanaman kakao
dan gulma, serta pemanenan dan pengolahan adalah paku picisan (Drymoglossum
hasil (Agustriana, 2006). Di antara berbagai heterophyllum) (Puslitkoka, 2004). Paku
faktor tersebut, pengendalian gulma picisan merupakan salah satu tumbuhan epifit
merupakan salah satu faktor yang perlu yang sering dijumpai berasosiasi dengan
diperhatikan pada budidaya kakao. tanaman lain termasuk tanaman kakao
Keberadaan gulma menyebabkan terjadinya (Zaenudin, 1986). Menurut Bayu et al.
kompetisi penggunaan unsur hara, cahaya (2004), tumbuhan paku epifit hidup
matahari, dan ruang tumbuh sehingga menempel pada tumbuhan lain, tidak
pada periode tersebut perlu dilakukan mengambil unsur hara maupun air dari
pengendalian, dan jika tidak dilakukan maka tumbuhan yang ditumpanginya, hanya
hasil tanaman pokok akan menurun (Samosir, tumbuh di atas permukaan kulit pohon dan
2010). Gangguan gulma tidak eksplosif mendapatkan seluruh air dari akarnya.
seperti halnya hama dan penyakit, namun Kehadiran paku epifit tidak merusak pohon,
berlangsung secara terus menerus sehingga kecuali dalam jumlah yang sangat banyak
perlu dikendalikan secara rutin (Puslitkoka, akan memberikan efek menutupi atau
2004). mematahkan cabang dengan lilitannya (Bayu
Pada perkebunan kakao, periode et al., 2004). Beberapa epifit kecil dapat
kompetisi atau periode kritis pengendalian mendorong pertumbuhan jamur dekat dengan
gulma terjadi pada saat tanaman kakao masih akarnya, dan jamur ini mungkin bersifat
muda. Oleh sebab itu pengendalian gulma parasit bagi pohon (Bayu et al., 2004).

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, Edisi Agustus 2013

129
Yuliasmara & Ardiyani

Paku picisan akan tumbuh lebat pada kimia ini menimbulkan kerontokan bunga
daerah basah (Zaenudin, 1997). Gulma ini dan buah, kematian kulit batang, daun dan
termasuk tumbuhan sukulen sehingga mampu cabang kakao, sedangkan herbisida berbahan
bertahan hidup dalam kondisi kekeringan aktif glifosat sampai dengan 150 cc/L tidak
dalam waktu cukup lama karena mampu mampu mematikan paku picisan.
menyimpan dan menimbun air di dalam Informasi yang terbatas tentang anatomi
tubuhnya. Tubuh tanaman sukulen seperti paku picisan menyebabkan pengembangan
pada buah naga tersusun atas air 88,7% metode pengendalian sulit dilakukan. Tujuan
(Yuliasmara, 2007), sedangkan kandungan penelitian ini adalah untuk mengkaji sifat
air pada lidah buaya 98,8% (Hasanah, morfologis, fisiologis serta anatomis paku
2009). picisan. Dengan mengetahui karakteristik
Jenis gulma epifit ini tumbuh pada paku picisan diharapkan dapat digunakan
batang, cabang, dan ranting kakao maupun sebagai dasar pembuatan suatu teknologi
penaung dan tahan terhadap naungan serta pengendalian yang efektif dan efisien.
sulit dikendalikan. Walaupun bersifat epifit
namun pada intensitas tertentu gulma picisan
BAHAN DAN METODE
dapat merusak tanaman kakao karena dapat
menutup bantalan bunga terutama pada Pengamatan morfologi paku picisan
bagian pangkal tanaman sehingga tanaman dilaksanakan di Kebun Banjarsari,
tidak dapat berbuah. Dalam jumlah besar, Kabupaten Jember, Jawa Timur pada bulan
gulma ini dapat menahan kelembaban, Juli 2011 sampai dengan Januari 2012.
sehingga dapat menjadi medium tumbuh Pengamatan dilakukan dengan mengambil
yang sesuai bagi jamur penyebab penyakit. contoh picisan untuk diamati di bawah
Sampai saat ini belum ada metode mikroskop dan diindentifikasi jenis dan
pengendalian yang efektif dan efisien bagian-bagian tubuhnya. Pengamatan laju
untuk pengendalian picisan. Pencegahan dan pola pertumbuhan gulma picisan
dan deteksi dini keberadaan paku picisan dilakukan dengan melakukan survei di
sebelum populasi melimpah dan membentuk lapangan. Pengamatan pertumbuhan ruas
spora merupakan cara paling mudah dilakukan pada 40 contoh paku picisan,
(Puslitkoka, 2004). Di beberapa perkebunan, dengan memberi tanda pada ujung picisan
pengendalian picisan dilakukan secara kemudian diamati pertambahan panjang dan
mekanis yaitu dengan menggabungkan percabangannya setiap dua minggu sekali.
metode pangkasan dengan pengambilan Pengamatan penampang melintang dan
gulma secara manual. Sementara itu membujur bagian tubuh gulma dilakukan di
pengendalian gulma dengan menggunakan Laboratorium Fisiologi Tanaman, Fakultas
herbisida sampai dengan saat ini belum Pertanian UGM yang dilakukan dengan
dilakukan oleh pekebun karena belum tersedia membuat irisan penampang melintang dan
herbisida yang bersifat selektif yang mampu membujur picisan, baik bagian akar maupun
mematikan paku picisan tanpa merusak daun. Preparat diamati tanpa melalui proses
tanaman kakao. Hasil penelitian pendahuluan pengawetan dan pewarnaan sehingga
menunjukkan bahwa aplikasi herbisida dilakukan pada hari yang sama setelah
kontak dengan bahan aktif parakuat diklorida pengirisan. Pengamatan stomata dilakukan
dan methil metsulfuron dengan konsentrasi dengan menggunakan metode cetak stomata.
minimal 40 cc/L mampu mematikan Kerapatan stomata diamati dengan
paku picisan. Akan tetapi khemikalia, bahan menggunakan mikrometer jaring sedangkan

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, Edisi Agustus 2013

130
Morfologi, fisiologi, dan anatomi gulma picisan (Drymoglossum phyloselloides) serta pengaruhnya pada tanaman kakao

lebar bukaan stomata dilakukan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN


menggunakan mikrometer garis. Kadar
klorofil daun paku picisan diamati dengan Paku picisan termasuk tumbuhan
metode spektrofotometri sedangkan laju sukulen sehingga mampu bertahan hidup
transpirasi diamati dengan mengunakan dalam kondisi kekeringan dalam waktu
kertas kobalt klorida. Irisan melintang kulit cukup lama karena mampu menyimpan dan
batang kakao yang ditumbuhi picisan juga menimbun air di dalam tubuhnya. Menurut
dibuat untuk mengetahui pengaruh Suryati (2009), daun paku tumbuh dari
keberadaan paku picisan terhadap tanaman percabangan tulang daun disebut frond, dan
inang. keseluruhan daun dalam satu tangkai daun
disebut pinna. Menurut Hetti (2008), paku
Pengamatan pengaruh keberadaan paku picisan memiliki daun yang satu sama lain
picisan terhadap tanaman kakao dilakukan tumbuh dalam jarak yang pendek, tangkai
di Kebun Banjarsari dengan rancangan acak pendek, tidak terbagi, pinggir utuh,
kelompok lengkap dengan empat ulangan berdaging atau seperti kulit, permukaan buah
dan 10 tanaman contoh pada masing-masing tidak berbulu sama sekali atau sedikit. Daun
ulangan. Tanaman contoh yang digunakan picisan berbentuk jorong, ujung tumpul atau
adalah tanaman yang ditumbuhi picisan pada membundar, pangkal runcing, dan tepi
cabangnya dengan beberapa tingkat rata. Permukaan atas daun berwarna hijau
serangan. Penelitian tentang kriteria serangan tua, berlapis lilin tebal dan terdapat rambut
picisan untuk buah kakao belum pernah pada permukaan bawah. Daun picisan ada
dilakukan. Namun berdasarkan pengamatan yang bersifat mandul (daun steril) dan ada
di lapangan maka serangan paku picisan yang membawa spora (daun fertil). Jika
dapat dikelompokkan dalam empat kriteria diperhatikan pada permukaan bagian daun
serangan yaitu: S0 (cabang sehat/tidak (frond) terdapat bentuk berupa titik-titik
ditumbuhi picisan), S1 (cabang dengan hitam yang disebut sorus yaitu badan tempat
serangan ringan yaitu penutupan picisan berkumpulnya kotak spora. Dalam sorus
1 - 50%), S2 (cabang dengan serangan terdapat kumpulan sporangia yang
sedang yaitu penutupan picisan 51 - 100%), merupakan tempat atau wadah dari spora.
dan S3 (cabang dengan serangan berat yaitu Tidak semua daun paku memiliki sorus.
penutupan picisan 100% dan lebih dari satu Daun paku yang memiliki sorus merupakan
lapis). daun fertil yang disebut daun sporofil
Pengamatan jumlah daun, luas daun, sedang daun paku yang tidak memiliki
dan kadar klorofil daun diamati tiga bulan sorus disebut daun steril. Daun fertil
sekali sedangkan jumlah bunga dan buah bertangkai pendek atau duduk, oval
diamati dua minggu sekali. Jumlah bunga memanjang 1 - 2 cm, sedangkan daun fertil
dan buah diamati pada cabang kakao ber- berbentuk oval, bertangkai lebih panjang
diameter 5 - 7 cm. Cabang tanaman kakao 1 - 5 cm, lebar 1 - 2 cm (Gambar 1).
yang diamati diberi tanda yang berjarak Pada paku picisan, spora terkumpul
50 cm sebagai batas area pengamatan. dalam sporangium (kantong spora), dan
Pengamatan jumlah bunga dan buah kakao sporangium terkumpul dalam sorus yang
dilakukan pada area tersebut dengan berbagai mengelilingi hampir keseluruhan daun fertil
tingkat serangan picisan. Data yang (Shalihah, 2010). Spora pada paku picisan
didapatkan dianalisis dengan taraf uji 5% dapat bersifat homospora atau isospora
dan dilanjutkan dengan uji Duncan jika (hanya menghasilkan satu macam spora).
terjadi beda nyata antarperlakuan. Spora digunakan untuk perbanyakan paku

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, Edisi Agustus 2013

131
Yuliasmara & Ardiyani

A B
Gambar 1. Paku picisan yang menempel pada tanaman kakao: daun fertil (A) dan daun steril (B)
Figure 1. Penny fern attached to cocoa plant: fertile leaves (A) and sterile leaves (B)

A B
Gambar 2. Spora paku picisan: kantung spora (A) dan spora (B)
Figure 2. Penny fern’s spores: sporangium (A) and spores (B)

picisan. Spora menyebar dibantu oleh angin tinggi sehingga stomata membuka. Senyawa
selanjutnya spora akan membentuk antheredia C4 akan membebaskan CO2 pada siang hari
dan arkegonia dan akan membentuk individu sehingga dapat digunakan untuk fotosintesis.
baru. Spora paku picisan berbentuk bundar Paku picisan termasuk kelompok tumbuhan
dan sedikit oval (Gambar 2). tipe CAM yaitu tumbuhan dengan
Pada kelompok tumbuhan crassulaceae kemampuan mengikat karbondioksida pada
acid metabolism (CAM), stomata membuka malam hari dan melakukan fotosintesis pada
pada malam hari sedangkan pada siang hari siang hari dengan stomata tertutup (Kluge
stomata menutup. Menutupnya stomata pada et al., 1989). Faktor yang mempengaruhi
siang hari merupakan adaptasi untuk membuka dan menutupnya stomata yaitu
mengurangi proses penguapan tumbuhan faktor eksternal dan faktor internal (Melloto
yang hidup di daerah kering. Spesies CAM et al., 2006). Faktor eksternal antara lain
mengikat CO2 menjadi senyawa beratom C cahaya matahari, konsentrasi CO2, dan asam
empat seperti pada tanaman C4, namun absisat (ABA). Selain itu, faktor suhu juga
pengikatan CO2 tersebut berlangsung pada berpengaruh terhadap stomata. Pada suhu
malam hari pada saat kelembaban udara tinggi stomata akan cenderung membuka

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, Edisi Agustus 2013

132
Morfologi, fisiologi, dan anatomi gulma picisan (Drymoglossum phyloselloides) serta pengaruhnya pada tanaman kakao

sedangkan pada suhu rendah, stomata akan Pada malam hari stomata tumbuhan tipe
cenderung menutup (Utama et al., 2007). CAM membuka sehingga uap air masuk
Cahaya matahari merangsang sel penjaga tanpa mengalami transpirasi sedangkan pada
menyerap ion kalium (K+) dan air, sehingga siang hari stomata menutup (Gardner et al.,
stomata membuka pada pagi hari. 1991). Pembukaan dan penutupan stomata
Konsentrasi CO2 yang rendah di dalam daun dikendalikan oleh sel-sel penjaga yang
juga menyebabkan stomata membuka. mengelilingi stomata. Pada tingkat
Stomata akan menutup apabila terjadi kelembaban yang rendah akan mengakibatkan
cekaman air. Pada saat cekaman air, zat sel-sel penjaga kehilangan turgiditasnya
pengatur tumbuh ABA diproduksi di dalam sehingga stomata menutup (Gardner et al.,
daun yang menyebabkan membran bocor 1991). Stomata membuka karena sel penjaga
mengambil air dan menggembung dan
sehingga terjadi kehilangan ion K+ dari sel
mendorong dinding bagian dalam stomata
penjaga dan menyebabkan sel penjaga
hingga merapat. Stomata bekerja dengan
mengerut sehingga stomata menutup. Pada
caranya sendiri karena sifat khusus yang
saat stomata membuka akan terjadi akumulasi
terletak pada anatomi submikroskopik
ion K + pada sel penjaga. Ion kalium ini
dinding selnya. Sel penjaga dapat bertambah
berasal dari sel tetangganya. Cahaya sangat panjang, terutama dinding luarnya, hingga
berperan merangsang masuknya ion kalium mengembang ke arah luar. Kemudian,
ke sel penjaga dan jika tumbuhan ditempat- dinding sebelah dalam akan tertarik oleh
kan dalam gelap, maka ion kalium akan mikrofibril tersebut yang mengakibatkan
kembali keluar sel penjaga. Selain faktor stomata membuka (Salisbury & Ross, 1995).
eksternal, faktor internal (jam biologis) juga Jumlah stomata pada daun bagian atas lebih
berpengaruh terhadap pembukaan stomata. sedikit daripada jumlah stomata pada bagian
Jam biologis memicu serapan ion pada pagi bawah daun yang berfungsi mengurangi laju
hari sehingga stomata membuka, sedangkan transpirasi tanaman. Permukaan daun
malam hari terjadi pembebasan ion yang ditumbuhi oleh rambut berbentuk bintang
menyebabkan stomata menutup (Salisbury yang berfungsi untuk menghemat air (Chin,
& Ross, 1995). Pada pagi hari suhu 1983).
lingkungan masih seimbang dengan suhu Pada pengamatan jaringan daun terlihat
tubuh tanaman, sehingga penguapan air bahwa daun paku picisan mengandung
tanaman masih terkontrol. Sementara itu klorofil sehingga mampu melakukan
pada siang hari suhu naik sementara suhu fotosintesis. Klorofil terbentuk agak
tanaman masih rendah, sehingga tanaman transparan sehingga sebagian besar cahaya
harus mengurangi penguapannya (trans- matahari dapat menembus sel-sel pada
pirasi), sehingga stomata mulai menyempit lapisan berikutnya (Roziyati, 2009).
secara perlahan (Haryanti & Meirina, 2009). Berdasarkan hasil pengukuran kadar klorofil

Tabel 1. Sifat fisiologis paku picisan


Table 1. Physiological characteristic of penny fern
Variabel pengamatan Nilai
Observations variable Value
Kerapatan stomata (Stomatal density) 18.33/mm2
Jumlah klorofil (Chlorophyll content) 0.018 mg/g
Lebar bukaan stomata (Stomatal conductance) 26.4 µm
Laju transpirasi (Transpirations rate) 144.5 mm/detik/ (mm/second)

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, Edisi Agustus 2013

133
Yuliasmara & Ardiyani

A B

Gambar 3. Stomata pada permukaan daun bagian bawah (A) dan stomata pada permukaan daun bagian
atas (B), (Insert: Stomata picisan yang dilangkapi dengan trikoma).
Figure 3. Stomata bellow the leaf surface (A) and Stomata upper leaf surface (B), (Insert: Penny
fern stomata with trichomes).

Gambar 4. Penampang melintang daun picisan


Figure 4. Cross-section of penny fern leave

daun picisan dengan menggunakan metode transpirasi sehingga dapat tetap bertahan
spektrometri diketahui bahwa kadar klorofil pada kondisi kering dalam waktu yang lama.
daun picisan sebesar 0,0212 mg/g. Lapisan tersebut diduga mampu melindungi
Pada irisan melintang maupun jaringan di dalamnya dari bahan aktif
membujur daun picisan terdapat lapisan lilin herbisida sehingga pengendalian paku picisan
yang sangat tebal pada permukaan daun. dengan herbisida sampai saat ini sulit
Lapisan tersebut bergerigi pada permukaan dilakukan.
luarnya sehingga ikatan antarsel sangat rapat Batang picisan yang hanya memiliki
dan kuat sehingga mampu menekan laju panjang sekitar 1 mm memiliki susunan sel

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, Edisi Agustus 2013

134
Morfologi, fisiologi, dan anatomi gulma picisan (Drymoglossum phyloselloides) serta pengaruhnya pada tanaman kakao

A B

Gambar 5. Penampang melintang (A) (: menunjukkan tiga berkas pembuluh) dan membujur (B) batang
picisan
Figure 5. Cross-sectional (A) (: shows three bundle sheats) and longitudinal-sectional (B) of penny
fern stem

A B

Gambar 6. Penampang melintang pada perbesaran 40x (A) (Insert: penampang melintang pada perbesaran
100x) dan penampang membujur pada perbesaran 40x (B) akar picisan
Figure 6. Cross-sectional and longitudinal-sectional: Cross sectional at 40x (A)(insert: cross sectional
at 100x) and cross-section longitudinal at 40x (B) of penny fern root

yang sangat padat dengan lapisan lilin yang epidermis akar tidak terlalu rapat. Sel epi-
tidak terlalu tebal pada bagian permukaan- dermis berbentuk bulat dengan ukuran lebih
nya. Pada irisan melintang batang picisan kecil daripada sel epidermis pada batang
terlihat bahwa terdapat jaringan pengangkut picisan. Jarak antarsel epidermis pada akar
yang berjumlah tiga buah yang tersusun atas picisan tidak terlalu rapat sehingga terlihat
xilem dan floem dengan letak menyebar. Sel banyak rongga antar sel. Pada bagian luar
epidermis berbentuk bulat dengan ukuran permukaan akar juga tidak terlihat adanya
lebih kecil daripada ukuran sel epidermis lapisan lilin yang banyak terdapat pada
pada daun. batang dan daun. Dengan struktur susunan
Akar picisan tersusun atas sel-sel yang sel yang cukup renggang merupakan peluang
berbentuk batang memanjang yang rapat untuk dijadikan pintu masuk pengendalian
seperti terlihat pada gambar irisan membujur dengan menggunakan bahan kimia.
akar. Pada gambar irisan melintang akar Menurut Dharma et al. (2004)
picisan terlihat bahwa sel-sel pada bagian tumbuhan paku epifit biasanya hidup dalam

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, Edisi Agustus 2013

135
Yuliasmara & Ardiyani

Akar utama

Rambut akar

A B

Gambar 7. Akar picisan pada perbesaran 40x (A) dan rambut akar pada perbesaran 40x (B),
(Insert: rambut akar pada perbesaran 100x)
Figure 7. Penny fern’s root 40x (A) and feeding roots at 40x (B) (insert: feeding roots at 100x)

Musim penghujan (Wet season) Musim kemarau (Dry season)


Panjang picisan (Penny fern length), cm

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7
Pengamatan, minggu
Observation, week

Gambar 8. Laju pertumbuhan paku picisan pada musim kemarau dan penghujan pada tujuh minggu
pengamatan
Figure 8. Growth rate of penny fern during dry season and rainy during seven weeks of observation

lingkungan yang miskin hara, sehingga pada (Bayu, 2004). Gambar 7 menunjukkan
umumnya akar paku epifit mengandung bahwa akar paku picisan berupa serabut,
kloroplas sehingga mampu berfotosintesis. berbentuk pipa tidak bercabang, berwarna
Akar utama paku picisan berwarna hijau dan hitam dan berjumlah banyak. Akar serabut
akan berubah kecoklatan seiring dengan ini memiliki fungsi sebagai penyerap dan
pertambahan umur paku picisan. Namun penahan air maupun uap air yang ada di
masalah paling utama yang dihadapi lingkungan dan permukaan pohon inang
tumbuhan paku epifit adalah suplai air, dan (Bayu, 2004). Tumbuhan paku epifit
untuk mengatasi masalah ini tumbuhan mempunyai akar yang sangat tertutup dengan
mengembangkan cara adaptasi yang khas baik dan rapat oleh rambut-rambut akar

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, Edisi Agustus 2013

136
Morfologi, fisiologi, dan anatomi gulma picisan (Drymoglossum phyloselloides) serta pengaruhnya pada tanaman kakao

berwarna coklat atau hitam membentuk kekasaran, kekerasan, kemampuan


massa seperti spon yang sangat efektif menangkap air, keasaman, kimia dan hara
menyimpan air (Bayu et al., 2004). kulit batang (Amrie, 2009). Selain itu
Pada musim penghujan, pertumbuhan menurut Ewusie (1990), kulit pohon inang
sulur picisan lebih cepat yaitu yang mempunyai alur dan celah akan
menyebabkan epifit tumbuh dengan subur,
2,48 cm/minggu sedangkan pada musim
sedangkan kulit pohon inang yang agak licin
kemarau rerata laju pertumbuhan
akan menyebabkan epifit sulit untuk melekat
0,31 cm/minggu. Hal tersebut senada dengan
dan tumbuh pada pohon tersebut. Karak-
hasil pengamatan yang dilakukan di Kebun
teristik tanaman kakao yang memiliki
Raya Bogor oleh Ruinen (1953) bahwa
percabangan banyak dan kulit yang kasar
pertumbuhan satu sulur paku picisan berkisar
menjadikan tanaman kakao sebagai inang
70 cm/tahun.
potensial bagi paku picisan.
Paku picisan merupakan tumbuhan
Pengaruh Keberadaan Paku Picisan bersifat epifit yang hidup menempel pada
Terhadap Tanaman Kakao tanaman inang, namun, keberadan paku
picisan menimbulkan pengaruh buruk pada
Pohon inang yang umumnya disukai
tanaman kakao. Batang kakao yang
oleh jenis-jenis paku epifit adalah pohon
ditumbuhi picisan lambat laun akan merana,
yang mempunyai percabangan dan pelepah
tajuk kurang rimbun, daun berukuran kecil
daun yang banyak. Kondisi pohon semacam
dan ujung tanaman mangalami kematian
ini, akan mampu menampung serasah yang
(Zaenudin, 1986). Pohon-pohon yang
berguna bagi penyediaan hara dan habitat
terinfeksi memiliki ukuran daun yang kecil,
yang lembab dan porus bagi tumbuhan paku
cepat menguning dan gugur sebelum
epifit (Rismunandar, 1991). Setiap jenis
waktunya (Ruinen, 1953). Gambar 9
pohon memiliki sifat dan ciri fisik kulit
menunjukkan infeksi pada cabang kakao yang
batang yang khas yang menjadi karakter
terlilit erat oleh paku picisan.
pohon tersebut. Sifat dan ciri kulit pohon
yang sangat mempengaruhi kehadiran Dari pengamatan terhadap kulit dan
tumbuhan paku epifit adalah stabilitas, epidermis batang kakao pada perbesaran 40x

Gambar 9. Permukaan kulit batang kakao terserang picisan


Figure 9. Bark surface of cocoa under penny fern invasion

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, Edisi Agustus 2013

137
Yuliasmara & Ardiyani

yang terserang berat oleh picisan terlihat picisan sehingga terjadi malformasi sel. Hal
bahwa tidak ada bagian akar picisan yang tersebut diduga mengganggu transportasi
masuk ke dalam sel epidermis batang kakao asimilat maupun unsur hara sehingga
(Gambar 9). Namun terdapat luka pada mengganggu pertumbuhan batang terutama
batang kakao yang terlilit dengan kuat oleh pada pucuk tanaman kakao.
akar picisan sehingga menghasilkan bekas Pengamatan terhadap luas daun dan
berupa goresan memanjang pada bagian kulit jumlah daun terlihat bahwa keberadaan
batang kakao. picisan pada cabang kakao berpengaruh
Pada Perbesaran 100 x terlihat bahwa terhadap luas daun namun tidak berpengaruh
retakan yang diakibatkan lilitan picisan hanya pada jumlah daun. Pengaruh keberadaan
terjadi pada sel epidermis saja dan tidak picisan terhadap luas daun sesuai dengan
ditemukan adanya bagian tubuh paku picisan pendapat Ruinen (1953) yang menyatakan
yang masuk ke dalam cabang tanaman kakao. bahwa salah satu tolok ukur untuk
Pada gambar irisan melintang batang kakao mengetahui kemunduran pertumbuhan kakao
(Gambar 10) terlihat bahwa sel batang kakao yang disebabkan oleh picisan adalah indeks
yang terlilit oleh picisan memiliki ukuran daun (leaf index) yaitu panjang daun x lebar
yang lebih kecil dibandingkan dengan batang daun (cm). Menurut Zaenudin (1986),
sehat. Bentuk sel juga pipih memanjang dibandingkan dengan cabang-cabang tidak
akibat adanya tekanan dari lilitan akar terinfeksi, maka cabang-cabang terinfeksi

malformasi
sel

retakan epidermis

A B
Gambar 10. Sel epidermis batang kakao terserang paku picisan (A) dan batang kakao sehat (B)
Figure 10. Epidermal cells of cocoa stem under penny fern invasion (A) and healthy cocoa (B)

Tabel 2. Pengaruh keberadaan paku picisan terhadap pertumbuhan daun dan kadar klorofil
Table 2. Influence of penny fern existence on leaf’s growth and chlorophyll content
Luas daun
Intensitas serangan Leaf weidth Jumlah daun Kadar klorofil
Invasion intensity 2
Number of leaves Chlorophyll content
(cm )

Sehat (Health) 286.7 a 6.40 a 48.55 a


Ringan (Heavy) 207.2 b 6.43 a 42.45 a
Sedang (Medium) 168.0 c 5.93 a 39.5 ab
Berat (Severe) 135.9 d 5.87 a 23.28 b
Keterangan (Note): Data pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut
uji Duncan (Data in the same column followed by the same letter are not significantly different at 5%
level according to Duncan’s test).

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, Edisi Agustus 2013

138
Morfologi, fisiologi, dan anatomi gulma picisan (Drymoglossum phyloselloides) serta pengaruhnya pada tanaman kakao

Tabel 3. Pengaruh keberadaan paku picisan terhadap jumlah bunga dan buah
Table 3. Influence of penny fern existence on flowering and pod number

Intensitas serangan  Buah besar  Buah sedang  Buah kecil  Bunga


Intensity of invasion  Large pod  Medium pod  Small pod  Flower

Sehat (Health) 1.68 ab 0.97 a 8.32 a 12.50 a


Ringan (Heavy) 1.90 a 0.67 b 5.59 b 8.97 b
Sedang (Medium) 2.12 a 1.00 a 3.71 c 6.97 b
Berat (Severe) 0.57 b 0.31 c 1.56 d 1.83 c
Keterangan (Note): Data pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut
uji Duncan (Data in the same column followed by the same letter are not significantly different at 5%
level according to Duncan’s test).

berat oleh picisan memiliki sebaran indeks KESIMPULAN


daun lebih kecil daripada cabang yang sehat.
Pada serangan berat, luas daun hanya 1. Paku picisan termasuk kelompok
berkisar 47% dari luas daun tanaman gulma sukulen yang epifit, tipe CAM
normal. Rata-rata indeks daun dari cabang- (Cras-sulaceae Acid Metabolism) dan
cabang terinfeksi hanya 69,37% dibanding- berkembang biak dengan menggunakan
kan dari cabang yang sehat (Ruinen, 1953). spora.
Kadar klorofil daun kakao pada cabang yang
terserang berat oleh picisan juga mengalami 2. Laju pertumbuhan rata-rata ruas picisan
penurunan yang signifikan. Pada cabang pada musim kemarau 2,18 cm/minggu dan
yang sehat, kadar klorofil daun 48,55 mg/g pada musim penghujan 3,89 cm/minggu.
sedangkan pada cabang dengan serangan 3. Daun picisan mengandung 0,0212 mg/g
berat hanya sebesar 23,28 mg/g. Berkurang- klorofil dengan kerapatan stomata picisan
nya luas daun dan kadar klorofil akan 18,33/mm2 dengan lebar bukaan stomata
mempengaruhi fotosintesis dan produktivitas pada malam hari 26,3 µm sehingga
tanaman (Zaenudin, 1986).
menghasilkan laju transpirasi yang sangat
Hasil pengamatan pada kemunculan lambat yaitu 0,69 mm2/detik.
bunga dan buah terlihat bahwa jumlah
buah besar sangat berkurang dan berbeda 4. Keberadaan picisan pada tanaman
nyata pada tingkat serangan berat, sedangkan kakao menyebabkan penurunan luas
pada tingkat serangan sedang dan ringan daun sehingga berpengaruh terhadap
tidak berbeda nyata dengan tanaman sehat. produktivitas tanaman yang ditandai
Jumlah buah sedang, buah kecil dan jumlah dengan menurunnya jumlah bunga, buah
bunga terlihat bahwa pada kondisi tanaman kecil, buah sedang dan buah besar.
tidak terserang jumlah buah dan bunga Keberadaan picisan tidak berpengaruh
yang muncul lebih banyak dan berbeda pada jumlah daun pada satu ruas flush
nyata dengan serangan berat. Hal tersebut kakao.
sesuai dengan pendapat Zaenudin &
Soenaryo (1991), yaitu pada serangan berat
picisan berpengaruh terhadap jumlah DAFTAR PUSTAKA
bunga, jumlah buah kecil, jumlah buah Agustriana, D. (2006). Pemeliharaan Tanaman
sedang dan jumlah buah besar. Pada Kakao (Theobroma cacao, L) dengan
cabang-cabang besar, keberadaan picisan Aspek Khusus Pemupukan di Afdeling
dapat menutup dan mengganggu bantalan Banaran-Delik, Kebun Getas, PTPN IX,
bunga sehingga tidak aktif (Zaenudin & Semarang, Jawa Tengah. Skripsi.
Soenaryo, 1991). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, Edisi Agustus 2013

139
Yuliasmara & Ardiyani

Amrie, S. (2009). Studi Tipe Morfologi Kulit Drymoglossum piloselloides, an


Pohon Inang Anggrek Epifit dalam epiphytic fern of the humid tropics.
Upaya Menunjang Konservasi Anggrek Journal of Experimental Botany, 40,
Epifit di Taman Nasional Gunung 441 - 452.
Merapi. Universitas Gadjah Mada. Melotto, M.; W. Underwood; J. Koczcan;
Yogyakarta. K. Nomura & S.Y. He (2006). Plant
Bayu, A; Hartutiningsih & I.N. Lugrayasa stomata function in innate immunity
(2004). Ekologi tumbuhan paku di against bacterial invasion. Cellullar, 126,
Taman Nasional Bogani Nani 969 - 980.
Wartabone, Sulawesi Utara. Laporan Puslitkoka (2004). Panduan Lengkap Budidaya
Teknis Bagian Proyek Pelestarian, Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Penelitian dan Pengembangan Flora 328p.
Kawasan Timur Indonesia, 84 - 89.
Rismunandar (1991). Tanaman Hias Paku-
Chin, W.Y. (1983). Ferns of Singapore. The Pakuan. Panebar Swadaya. Jakarta.
Singapore Science Centre. Singapura.
Roziyati, E. (2009). Kandungan Klorofil,
Dharma; ID. ; IM. Merta & I.K. Anom (2004). Struktur Anatomi Daun Angsana
Keanekaragaman dan pemanfaatan (Pterocarpus indicus Wild) dan Kualitas
tumbuhan paku epifit di Bukit Udara Ambien di Sekitar Kawasan
Lempuyang Abang, Karangasem, Bali. Industri Pupuk PT. PUSRI di
Laporan Teknik Kebun Raya Eka Karya Palembang. Thesis. Institut Pertanian
Bali. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Bogor. Bogor.
Kebun Raya Eka Bali. LIPI.
Ruinen, J. (1953). Epiphytosis: a second view
Ewusie, J.Y. (1990). Pengantar Ekologi Tropika. on epiphytism. Annales Bogoriensis, 1,
Institut Teknologi Bandung. Bandung. 101 - 156.
Gardner, F.P.; R.B. Pearce & R.L. Mitchell Salisbury, F.B. & C.W. Ross (1995). Plant
(1991). Physiology of Crop Plants Physiology. 3ed. Wadsworth Publishing
(Fisiologi Tanaman Budidaya, alih Company. Belmont California.
bahasa H. Susilo). Universitas Indo-
nesia Press. Jakarta. Samosir, S. (2010). Studi Periode Kritis
Tanaman Padi Hibrida (Oryza
Haryanti, S. & T. Meirina (2009). Optimalisasi sativa L.) Terhadap Gulma Jajagoan
pembukaan porus stomata daun kedelai (Echinochloa crus-galli L.). Skripsi.
(Glycine max (L) merril) pada pagi hari Institut Pertanian Bogor. Bogor.
dan sore. Bioma, 11, 18 - 23.
Setiastuti, E. (2011). Efikasi Herbisida
Hasanah, U. (2009). Pemanfaatan Gel Lidah Ametrone 243/9 SL dan SIKLAT 160/
Buaya sebagai Edible Coating untuk 90 SL pada Gulma di Tanaman Kakao
Memperpanjang Umur Simpan Paprika (Theobroma cacao L.) Belum
(Capsicum annum varietas Sunny). Menghasilkan. Thesis. Universitas
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Brawijaya. Malang.
Bogor.
Shalihah, M. (2010). Studi Tipe Morfologi Kulit
Hetti, D. (2008). Uji Sitotoksis Ekstrak Etanol Pohon Inang dan Jenis Paku Epifit
70% Herba Sisik Naga (Drymoglossum dalam Upaya Menunjang Konservasi
piloselloides Presl.) Terhadap Sel Paku Epifit di Taman Hutan Raya
T47D. Skripsi. Universitas Muham- Ronggo Soeryo Cangar. Skripsi. Uni-
madiyah Surakarta. Surakarta. versitas Islam Negeri Malang. Malang.
Kluge, M.; V. Friemert; B.L. Ong; J. Brufert Utama, I.M.S.; K.A. Nocianitri & I.A.R. Pudja
& C.J. Goh (1989). In-situ studies of (2007). Pengaruh suhu air dan lama
crassulacean acid metabolism in waktu perendaman beberapa jenis

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, Edisi Agustus 2013

140
Morfologi, fisiologi, dan anatomi gulma picisan (Drymoglossum phyloselloides) serta pengaruhnya pada tanaman kakao

sayuran daun pada proses crisping. Zaenudin (1997). Gulma di Perkebunan Kopi
Agritrop, 26, 117 - 123. dan Kakao; Panduan Identifikasi dan
Analisis Vegetasi. Pusat Penelitian
Yuliasmara, F. (2007). Morfologi dan Fisiologi
Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.
Bibit Buah Naga (Hylocereus undatus)
pada Beberapa Panjang Turus dan Dosis Zaenudin & Soenaryo (1991). Panduan Mengenal
Pupuk NPK. Skripsi. Fakultas Pertanian Gulma Picisan (Drymoglossum
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. phylloseloides Presl.) pada Tanaman
Zaenudin (1986). Paku Picisan (Drymoglossum Kakao dan Penanganannya. Pusat
phylloseloides Presl.), pengaruhnya Penelitian Perkebunan Jember.
pada tanaman kakao di Kebun Percobaan ********.
Kaliwining. Pelita Perkebunan, 2,
120 - 123.

PELITA PERKEBUNAN, Volume 29, Nomor 2, Edisi Agustus 2013

141

Anda mungkin juga menyukai