Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH FISIOLOGI TANAMAN

HUBUNGAN FITOKROM DENGAN CAHAYA PADA PERTUMBUHAN


VEGETATIF DENGAN BANTUAN HORMON AUKSIN

Disusun oleh:
Shafa Salsabilaa Zahirah 185040200111038
Tarra Syifa Alisha 185040200111204
Afuwwan Almira 185040201111161

Dosen Pengampu:
Prof.Dr.Ir. Ellis Nihayati, MS.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cahaya adalah faktor lingkungan yang diperlukan untuk mengendalikan
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Alasan utamanya tentu saja karena
cahaya menyebabkan fotosintesis. Hubungan antara pengaruh cahaya dan
perkecambahan dikontrol oleh suatu sistem pigmen yang dikenal sebagai fitokrom.
Fitokrom terdiri dari dua yaitu fitokrom merah yang menyerap sinar merah dan
fitokrom infra merah yang menyerap sinar infra merah (Campbell, 2003). Jika pada
benih yang sedang berimbibisi diberikan cahaya merah maka akan menyebabkan
cahaya merah berubah menjadi fitokrom infra merah, yang akan menimbulkan reaksi
merangsang perkecambahan. Sebaliknya, bila diberikan cahaya infra merah maka
akan menyebabkan fitokrom infra merah berubah menjadi fitokrom merah yang
menghambat perkecambahan. Pada keadaan di alam cahaya merah lebih
mendominasi sehingga benih yang berada pada tanah hutan dapat dirangsang
perkecambahannya oleh cahaya. Namun dalam keadaan tanpa cahaya (gelap), dengan
adanya oksigen dan temperatur rendah, perubahan fitokrom tersebut berlangsung
lambat.

Hormon (zat pengatur tumbuh) adalah salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap proses pertumbuhan tanaman. Dalam mendukung keberhasilan pertumbuhan
bibit cabutan alam ini peran hormon sangatlah penting. Salah satu hormon tumbuhan
yang digunakan dalam pembudidayaan tanaman adalah hormon auksin. Hormon
auksin berperan dalam proses pemanjangan sel, terdapat pada titik tumbuh pucuk
tumbuhan yaitu pada ujung akar dan ujung batang tumbuhan. Dalam kegiatan
pembudidayaan tanaman biasanya digunakan hormon buatan (zat pengatur tumbuh)
untuk mendukung pertumbuhan tanaman tersebut. Zat pengatur tumbuh (ZPT) dapat
diartikan sebagai senyawa yang mempengaruhi proses fisiologi tanaman,
pengaruhnya dapat mendorong dan menghambat proses fisiologi tanaman.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahuai pengaruh fitokrom
dan hormon auksin terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Hormon Auksin
Penelitian ini dilakukan di Desa Kayu Tanam, Kecamatan Mandor, Kabupaten
Landak. Waktu penelitian selama ± 2 bulan. Bahan yang digunakan adalah bibit
cabutan alam gaharu (A. malaccensis Lamk), pasir, tanah, hormon auksin yaitu NAA
(Napthalene Acetic Acid) dengan merk Rootone F, dan air. Alat yang digunakan
adalah gunting, ember, thermohigrometer, gelas ukur, lightmeter, polybag, hand
sprayer dan timbangan analitik. Pengambilan cabutan alam dilakukan dengan cara
dicabut kemudian dimasukan dalam ember, kemudian akar cabutan dibasahkan
dengan air, supaya akar tetap segar. Selang waktu pengambilan bibit cabutan alam
sampai penanaman adalah 3 hari. Kemudian daun tanaman yang ditinggalkan 4 – 5
lembar dan dipotong 2/3 dari ukuran daun. Penanaman bibit cabutan alam dilakukan
setelah bibit diberi perlakuan perendaman dengan hormon auksin. Perlakuan pada
penelitian meliputi konsentrasi hormon auksin (A) dan lama perendaman (B). Bibit
direndam pada masing – masing larutan hormon dengan masing – masing konsentrasi
(A0 = 0 gr/200 ml/ kontrol; A1 = 4 gr/200 ml; A2 = 5 gr/200 ml; A3 = 6 gr/200 ml
dan A4 = 7 gr/200 ml) dan lama perendaman (B0 = 0 menit/ kontrol; B1= 3 menit;
B2 = 5 menit; B3 = 7 menit dan B4 = 9 menit), kemudian ditanam dipolybag.
2.1 Fitokrom
Penelitian ini dilakukan di Agro Techno Park Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya. Waktu penelitian 4 bulan. Bahan yang digunakan adalah benih kedelai
Varietas UB 1, UB 2, Anjasmoro, lampu LED 10 watt dan Kabel. Rancangan Petak
Terbagi (RPT) dengan enam kombinasi perlakuan yaitu Tanpa Penyinaran x Varietas
UB 1, Tanpa Penyinaran x Varietas UB 2, Tanpa Penyinaran x Varietas Anjasmoro,
Penyinaran 2 jam x Varietas UB 1, Penyinaran 2 jam x Varietas UB2, Penyinaran 2
jam x Varietas Anjasmoro. Petak pertanaman dibuat dengan ukuran 2,5m x 1m
dengan jarak tanam 2,5 cm x 2,5 cm dengan penanaman ±3 biji perlubang tanam.
Lampu LED 10 Watt dipasang dengan jarak 1,5 m dari atas tanaman. Variabel
pengamatan adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, jumlah polong berat
segar tanaman, berat kering tanaman, jumlah polong/tanaman, jumlah polong
hampa/tanaman, bobot polong/tanaman, jumlah biji, dan berat kering biji.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hormon Auksin
Hasil pengamatan yang dilakukan pada bibit cabutan alam gaharu
(malaccensis Lamk) secara umum menunjukan bahwa konsentrasi auksin
memberikan pengaruh cukup baik untuk pertumbuhan cabutan alam gaharu. Bibit
cabutan alam gaharu (A.malaccensis yang tumbuh sebesar 58,6%. Hasil perhitungan
analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi hormon auksin dan
lama perendaman memberikan pengaruh nyata terhadap persentase hidup bibit
cabutan alam. Perlakuan A4B0, A4B3 dan A4B4 tidak ada cabutan alam yang
berhasil tumbuh. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi hormon yang terlalu tinggi. Jika
dibandingkan dengan konsentrasi perlakuan lainnya, cabutan alam dengan
konsentrasi tertinggi( A4 = 7 gr/200 ml) lebih kecil persentase tumbuhnya dari pada
cabutan alam dengan konsentrasi yang lebih rendah (A0 = 0 gr/200ml. A1 = 4 gr/200
ml, A2 = 5 gr/200 ml, A3 = 6 gr/200 ml). Dari beberapa konsentrasi tersebut, A2 = 5
gr/200 ml memberikan jumlah persentase terbanyak dari konsentrasi lainnya, yaitu
sebesar 80 %. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, perlakuan konsentrasi auksin
dan lama perendaman yang baik dari untuk pertumbuhan bibit cabutan alam gaharu
(A. malaccensis Lamk) adalah konsentrasi auksin 5 gr/200 ml (A2) dan lama
perendaman 5 menit (B2) .
3.2 Fitokrom
Penyinaran selama 2 jam ini di aplikasikan pada saat tanaman memasuki fase
R3 atau pada saat tanaman mulai membentuk polong. Hal ini karena tanaman kedelai
termasuk tanaman hari pendek yang apabila mendapatkan penyinaran lebih dari masa
kritisnya maka tanaman kedelai akan sulit membentuk bunga. pertumbuhan tanaman
kedelai menunjukkan adanya perbedaan antara tanaman dengan panjang hari yang
normal dengan tanaman yang lama penyinaran di tambahkan 2 jam. Rerata pada
parameter tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah polong menunjukkan tanaman
dengan perlakuan lama penyinaran selama 2 jam lebih tinggi dibanding dengan
tanaman dengan panjang hari yang normal. Cahaya sangat besar pengaruhnya
terhadap proses fisiologi seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Tanaman yang mendapatkan cahaya 2 jam lebih lama
pertumbuhannya akan meningkat karena, proses fotosintesis yang terjadi lebih lama
sehingga fotosintat yang dihasilkan lebih optimal.
3.3 Pembahasan pengaruh fitokrom dan Hormon auksin terhadap pertumbuhan
vegetatif tanaman.
Fitokrom memiliki dua bentuk yaitu Pr dan Pfr. Pada kecambah yang tumbuh
ditempat terang, cahaya merah lebih efektif dibandingkan cahaya merah-jauh untuk
pertumbuhan, barangkali karena Pfr tipe 2 lebih mantap dan karena cahaya merah
membentuknya lebih banyak daripada cahaya merah-jauh. Cahaya merah yang
digunakan untuk pertumbuhan vegetatif
Hormon auksin berperan untuk membantu dalam proses mempercepat
pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat
perkecambahan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Fotoperiode adalah hari pendek atau nilai kritis untuk induksi inisiasi bunga
dan ini berkaitan dengan fitokrom. Fitokrom adalah kromaprotein yang berperan
untuk menyerap cahaya pada tanaman. Fitokrom memiliki dua bentuk yaitu Pr dan
Pfr. Dalam hubungannya dengan fotoperiode, aksi fitokrom sangat ditentukan dari
keteresediaan cahaya yang memiliki spektrum merah jingga. Dapat dikatakan respon
fotoperiode tampaknya membutuhkan sejumlah minimum Pfr, karena Pfr dapat
menghambat pembungaan pada tanaman hari pendek. Hormon auksin sangat
mempengaruhi pertumbuhan vegetatif pada tanaman yaitu pertumbuhan tunas, akar
batang dan daun.
DAFTAR PUSTAKA
Afidah, Anna, Sitompul. 2019. Pengaruh Lama Penyinaran (Fotoperiode) Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil pada Tiga Varietas Kedelai (Glycine max L. Merr).
Jurnal Produksi Tanaman. 7 (1).

Purwanti, G, Togar, Herlina. 2010. Pengaruh Auksin Pada Pertumbuhan Bibit


Cabutan Alam Gaharu ( Aquilaria malaccensis Lamk) (Auksin Effect on the
Growth of Natural Breeding Scraped Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk).
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 2 (117).

Anda mungkin juga menyukai