Anda di halaman 1dari 11

KULTUR ORGAN DAUN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara keseluruhan kultur organ dalam ilmu fisiologi dipergunakan dalam studi
ddiferensiasi dan fungsi dari jaringan khusus. Kebutuhan nutrisi dan lingkungan dapat
di eksploitasi secara ledib tepat dalam kultur in vitro.
Persyaratan bagian tanaman sebagai bahan eksplam adalah ujung akar, pucuk, daun,
bunga, buah muda, dan tepung sari. Faktor yang dimiliki eksplan itu sendiri yaitu
ukuran umur fisiologis, sumber genotip, dan sterilisasi eksplan. Yang akan menentukan
hasil tidaknya pengkulturan eksplan. Ukuran eksplan yang terlalu kecil mempunyai
daya tahan kurang dibandingkan dengan ukuran eksplan yang lebih besar.
Ukuran eksplan yang paling baik adalah 0,5 cm sampai 1cm, tetapi hal ini tidak
mutlak kepada semua eksplan, tergantung pada material tanaman yang di pakai serta
jenis tanaman. Jaringan tanaman yang masih muda yang meristematik paling banyak
berhasil bila dijadikan eksplan. Yang termasuk jaringan meristematik adalah pucuk
apical, pucuk lateral
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses kultur in vitro menggunakan organ daun Fiosis
2. Untuk mengetahui keberhasilan kultur in vitro pada eksplan organ daun Fiosis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sekilas Tentang Kultur Organ Daun
Kultur organ daun merupakan salah satu tipe pengkulturan yang mengambil daun
sebagai ekspal. Ekspaln daun yang di ambil adalah daun yang mengandung suplai
makanan (daun dewasa) sehingga mudah untuk beregenerasi . kutur organ daun juga
banyak di terapkan pada tanaman hias seperti Anthorium andrawanum (Martin et al,
2003).
Pembentukan dan pertumbuhan kalus di pengaruhi oleh beberapa faktor.
Diantaranya komposisi media tumbuh, pertumbuhan dan perkembangan ekpslan
dipengaruhi oleh komposisi media yang digunakan (Gati dan Markisa, 2000)
Media yang biasa digunkan dalam kultur in vitro adalah media Murashige skog
(MS). Media ini mempunyai konsentrasi garam organic yang lebihntinggi di
bandingkan media lain (Ranu, 2000)
2.2 Pengaruh Pemberian ZPT Terhadap Kultur Organ Daun
Menurut Ranu (2000), keberhasilan morfogenesis in vitro tergantung paa berbagai
faktor meliputi status fisiologus dari tanaman induk, , macam dan umur ekplan,
komposisi media serta jenis konsentrasi dan keseimbangan zat pengatur tumbuh (ZPT)
yang ditambahkan.
Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda
komposisinya.

Perbedaan

komposisi

media

dapat

mengakibatkan

perbedaan

pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro. Media MS


sering di gunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk
pertumbuhan tanaman (Marlin, 2004)
Pada media MS, tdak adanya zat pengatur tumbuh (ZPT) di dalamnya, oleh karena
itu nZPT ditambahkan pada media (eksogen). ZPT atau hormone tumbuhan
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan interaksi dan keseimbnagn antara
ZPT yang diberikam dalam media (eksogen) dan yang di produksi oleh sel secara
endogen menentukan arah perkembangan suatu organ kultur (Soomro,2003)

Penambahan hormone tumbuhan atau zat pengatur tumbuh padab jaringan


parenkim dapat mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan
berkembang menjadi jaringan adventif tempat pucuk, tunas, akar, maupun daun pada
lokasi yang tidak semestinya. Proses inni sikenal dengan peristiwa dideferensiasi.
Dideferensisasi di tandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran sel,
dan perkembangan jaringan (Soomro, 2003)
2.3 Keberhasilan dan Kegagalan Kultur Organ Daun
Keberhasilan kultur in vitro daun tergantung pada banyak faktor, jika salah satu
faktor tidak terpenuhi dapat menyebabakan kegagalan seluruh pekerjaan yang dilakukan
atau setidaknya hasil yang diperolej akan berbeda dengan yang diharapkan. Faktorfaktor tersebut berupa eksplan, media, dan lingkungan fisik kultur. Faktor-faktor
tersebut berupa eksplan, media, dan lingkungan fisik kultur. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan kultur antara lain genotip, umur tanaman, kondisi
pertumbuhan tanaaman, posisi eksplan pada tanaman, ukuran eksplan, pelukaan, metode
inakulasi, nurse effect, ruang kultur, cahaya, suhu, dan kelembapan, ketersediaan air,
oksigen pada ruang inkubasi (Soetrisno, et.al, 2008).
Menurut Zukarnain (2009), faktor-faktor yang memepengaruhi keberhasilan teknik
kultur jaringan yaitu sebagai berikut ;
1. Seleksi Bahan Eksplan
2. Sterilisasi Alat dan Bahan
3. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikan ini adlaah botol, petridisk steril, gunting
steril, korek, Bunsen, LAF.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah daun filosis, media MS (Murashige skog), zat
pengatur tumbuh (ZPT), IAA, IBA, BAP.
3.3 Metode
1. Mengambil 1 daun planlet (daun filosis), piloih daun yang besar.
2. Memotong bagian tepi daun, dengan memotong 3 sisi
3. Meletakkan hasil dan sisa potongan daun di petridisk steril.
4. Menyiapkan media (A 2.21 IAA+IBA, A 2.22 IBA + BAP).
5. Menanam eksplan pada media yang telah disediakan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Selama kegiatan praktikum praktikan telah mengamati obyek pengamatan yang
telah dilaksanakan sesuai waktu yang telah di tentukan. Selama pengamatan maka dapat
di peroleh data seperti di bawah ini;
Nama
I
II
III
IV
V
VI
Dimas
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Bengkak Organ
Darma
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Bengkak Kalus
Darmansyah Jamur
Jamur
Jamur
Jamur
Bengkak Kalus
Rohana
Inisiasi
Bengkak Kalus
Anita
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Organ
Kalus
Yanuar
Organ
Kalus
Munir
Jamur
Jamur
Jamur
Jamur
Bengkak Kalus
Wachid
Inisisasi
Bengkak Kalus
Rizki
Jamur
Willy
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
bengkak
organ
Lutfi
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
bengkak
kalus
Ayomi
Jamur
Tika
jamur
Nama
I
II
III
IV
V
VI
Dimas
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Bengkak Kalus
Darma
Inisiasi
Bengkak Kalus
Darmansyah Bengkak Organ
Rohana
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Bengkak Kalus
Anita
Bengkak Yanuar
Bengkak Munir
Inisiasi
Inisiasi
Bengkak Wachid
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Bengkak Rizki
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Bengkak Bengkak
Willy
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Bengkak Bengkak
Lutfi
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Bengkak Organ
Ayomi
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Inisiasi
Bengkak Organ
Tika
Data diatas merupakan data yang diperoleh dari dua kelompok dalam praktikum,
berbagai respon yang di tunjukkan oleh ekspalan terhadap perlakuan yang di berikan
yaitu menggunakan zat pengatur tumbuh IAA dan BAP, dengan konsentrasi IAA ,64
ppm + BAP 0,77 ppm (botol A 2.2.1) dan IBA 0,3 ppm + BAP 1 ppm (botol A 2.2.2).

a.) Presentase Kontaminan


Untuk mengetahui hasil bagian eksplan yang gagal atau kontaminasi dapat

dilakukan menggunakan rumus

Eksplanmati
x 100
( Eksplan
Hidup )

, maka rumus tersebut di

aolikasikan pada data hasil pengamatan seperti berikut ini;


Eksplanmati
x 100
( Eksplan
Hidup )

( 188 ) x 100 =44,4 terkontaminasi


Kontaminasi yang terjadi dapat dikarenakan karena proses atau cara kerja kultur
kurang baik sehingga terkontaminasi oleh bakteri dari luar, hal tersebut juga di
pengaruhi oleh aktivitas praktikan yang kurang baik saat menangani atau melakukan
penanamanan eksplan.
Zat pengatur tumbuh yang di tambahkam pada media tanam MS ditandai dengan
pembentangan eksplan dan terbentuknya massa sel yang tak beraturan, disebut kalus.
Menurut Soetrisno, et.al, (2008). Massa sel terbentuk pada seluruh permukaan irisan
eksplan, kalus biasanya muncul pada sepanjang tulang daun atau di antara tulang
daun.Induksi kalus disebabkan oleh luka atauirisan eksplan sebagai respon terhadap
hormone baik.
b.) Pembentukan Kalus
Penambahan sitokinin berupa BAP juga memberikan respons pada eksplan daun
melati. Dalam kegiatan kultur jaringan, sitokinin berperan dalam menstimulasi
terjadinnya pembelahan sel dan proliferasi kalus. BAP yang ditambahkan pada media
kultur akan menaikkan laju sintesis protein sehingga mendorong pembesaran dan
pembelahan sel (mitosis). Sitokinin berperan terutama dalam pembentukan benang
gelendong dalam tahap metafase (Santosodan Nursandi, 2002)
Kecepatan induksi kalus yang terjadi pada eksplan daun fiosis berbeda pada setiap
perlakuan, Hal ini bergantung dari respon setiap eksplan, karena selain penambahan zat
pengatur tumbuh berupa auksin dan sitokinin pada media.

Respon sel-sel eksplan juga dipengaruhi hormon endogen dan sifat kompeten dari
setiap eksplan (Santoso danNursandi, 2002)

Kalus yang terrbentuk pada praktikum ini berwarna hijau, indikasi kalus itu baik
mempunyai warna hijau.karena warna hijau pada kalus adalah kandungan klorofil yang
terkandung dalam kalus.
Warna kalus yang dianggap baik adalah warna kalus yang hijau, karena masih
banyak mengandung klorofil. Warna kalus yang hijau tergantung dari eksplan yang
digunakan. Kalus yang berwarna hijau merupakan kalus yang di dalam sel-selnya
terkandung klorofil (Yelnititis, 2012).
Konsentrasi zat pengatur tumbuh adalah faktor utama untuk mengontrol
pembentukan kalus dalam media kultur, kombinasi konsentrasi yang tepat dan
seimbang juga dapat menumbuhkan kalus secara optimal. Kondisi kultur (media padat,
suhu, cahaya) sangat penting bagi pembentukan dan perkembangan kalus,tidak semua
sel dalam eksplan berkontribusi dalam pembentukan kalus. Beberapa sel yang
kompeten untuk beregenerasi sedangkan sel-sel lainnya tidak berkompeten untuk
mengekspresikan totipotensi sehingga tidak semua eksplan yang ditanam dapat
merespon zat pengatur tumbuh yang di tambahkan pada media.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan dari kegiatan kultur
invitro menggunakan organ daun fiosis sebagai berikut;
1. Kontaminasi di pengaruhi oleh bakteri dan aktivitas praktikan yang kurang
baik. Data menunjukkan 44,4 % kontaminasi.
2. Zat pengatur tumbuh yang di tambahkam pada media tanam MS ditandai
dengan pembentangan eksplan dan terbentuknya massa sel yang tak beraturan,
disebut kalus
3. Kalus yang baik memberikan indikasi warna kalus yang hijau, karena warna
hijau menunjukkan kandungan klorofil yang banyak pada kalus itu.
5.2 Saran
1. Praktikan lebih di perketat pengawassannya pada saat berlangsungnya praktikum.

DAFTRA PUSTAKA
Martin K.P. D.Joseph. J.Medassey. 2003. Direct shoot Regeneration From Lamina
Explant Of Two Commercial Cut Flower Cultivars Of Anthurium
Andawanum. Hort. In vitro plant 39(5) : 500-504
Marlin N. 2004. Teknik Modifikasi Media Murashige skoog (MS) untuk konservasi
in vitro bulletin Teknik Pertanian 9 (1): 4-6
Ranu, Laksana. 2000. Standar Operasional Prosedur (SOP) Benih Anggrek.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Soetrisno, U.T.2008. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia. Yayasan
PROSEA. Bogor dan pusat Diktat Pegawai dan SDM Kehutanan
Bogor. Ed. Plant Roots. The Hidden HF.
Soomro, R; 2003. In vitro Propagahon of Rosa Indica Pakistan Journal Of
Biological Science 6 (9) 896 : 830
Yelnititis. 2012. Pembentukan Kalus Remah DariEksplan Daun Ramin (Gonystylus
bancanus (Miq)Kurz.) [Friable callus induction from leaf explantof
ramin (Gonystylus bancanus (Miq) Kurz.). Jurnal Pemuliaan
Tanaman HutanVol 6 : 181 194

Anda mungkin juga menyukai