Anda di halaman 1dari 4

BAB II

LATAR BELAKANG

2.1 Karakteristik dan Pola Pertumbuhan Sembung Rambat

Sembung rambat (Mikania micrantha) merupakan tanaman asli yang berasal dari
Amerika Tengah dan Selatan. Gulma ini merambat begitu cepat terutama pada tanah yang
tidak terlalu basah, Taksonomi dari sembung rambat adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopisida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Mikania
Spesies : Mikania Micrantha

Sembung rambat merupakan gulma yang berkembang biak dengan system akar
dengan cara mengikat air, gulma ini tumbuh dengan cepat di tanah, sembung rambat
merupakan gulma yang dapat menyebabkan kematian pada tanaman yang di tumpanginya
karena gulma ini menyebabkan tanaman tertutup sinar matahari dan menyebabkan tanaman
tidak mendapatkan oksigen. Sembung rambat menyebabkan berkurangnya produksi tanaman
seperti sawit, jeruk, karet, ubi kayu, jati, eukaliptus, akasia, albasia, nanas, kelapa dan pisang.
Diperkirakan sembung rambat menyebabkan produksi berkurang sebanyak 20% dari hasil
kelapa sawit di Malaysia selama lima tahun dari awal produksi (Sankaran, 1999 : Xu, et al.
2013).

Gambar dari sembung rabambat dapat dilihat dari tabel 2.1 :


Gambar 2.1 Tanaman Sembung Rambat (Sankaran, 1999)

Sembung rambat (mikania micrantha) merupakan tanaman dari keluarga Asteraceae,


sembut rambat bereproduksi dengan cara reproduksi seksual dan vegetatif, daun sembung
rambat berbentuk hati dengan tonjolan pada daunnya, batangnya yang tipis gundul dan
bercabang dapat merayap atau memanjat pohon disekitarnya, memiliki panjang batang 3-7
cm, memiliki panjang ruas 7,5 – 21,5 cm dengan daun yang berlawanan arah diantara ruas-
ruasnya, satu batang tunggal sembut rambat dapat menghasilkan 20.000 – 40.000 ribu biji
matang dalam semusim, pertumbuhan tanaman muda dari sembung rambat ini sangat cepat
yaitu 8-9 cm dalam 24 jam dan menggunakan pohon sebagai dukungan untuk hidupnya.
Sembung rambat merupakan tanaman yang di menghasilkan fenolat dengan senyawa di
dalamnya fenolat yaitu (asam vanillic,asam caffeic, p-
Hydroxybenzaldehyde, isobutil asetat, asam 3,5-Di-o-caffeoylquinic n-butil esterasam 3,4-
Di-o-caffeoylquinic n-butil ester), flavon dan senyawa yang ada di dalam flavon yaitu
(Mikanin, Eupalitin, Eupafolin, 3,4' , 5,7-tetrahidroksi-6-methoxyflavone3-o-β-D-
glcopyranoside , luteolin) dan alkaloid dan senyawa yang ada di dalam alkaloid yaitu (2-
Butanamine) (sankaran,1999 : Ni, et al. 2007).

2.2 Dampak Ekologi Sembung Rambat


Sembung rambat merupakan tanaman yang cepat tumbuh dan merambat, sembung
rambat menyebabkan tanaman yang di tumpanginya mati karena gulma ini menutupi tanaman
lain dari sinar matahari (Sulivan, et al. 2017). Selain itu, sembung rambat membuat hasil
panen berkurang karena sifatnya yang melilit dan merambat pada tanaman, gulma ini
menyebabkan penurusan kekayaan sepsis, perusakan habitat dan menyebabkan pertumbuhan
benalu baru (Sankaran, 1999).
Gambar 2.2 mikania micranta menyelimuti hutan di Cina
(Ni, et al, 2007)

2.3 Pengendalian Sembung Rambat


Pengendalian sembung rambat dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara mekanik,
kimia dan dengan cara biologi :

1. Pengendalian Secara Mekanis


Pada metode mekanis pecabutan dan penggalian adalah cara yang efektif, namun dengan
metode ini gulma kembali tumbuh dari cabang tunggul dari sisa tanaman yang tidak
terpotong atau tercabut. pencabutan adalah metode yang paling efektif, karena apabila
dilakukan pembakaran pada gulma tersebut, gulma tersebut akan membentuk tunas baru
dalam beberapa bulan selanjutnya. Namun metode pengendalian secara mekanik tidak
ekonomis, tetapi keuntungan dari metode ini dapat mengurangi perbanyakan
pertumbuhan mikania secara vegetatif.
2. Pengendalian Secara Kimia
Pengendalian sembung rambat secara kimia yaitu dengan menggunakan larutan gilfosat,
gilfosat sudah banyak digunakan di Negara dalam pengendalian mikania secara kimia,
dengan penggunaan dosis yang bervariasi tergantung intensitas dan jumlah yang di
perlukan misalnya (0,5-4,5 kg ha atau 0,75-8 l ha). Umunya digunakan 2,5-5 l ha pada
dosis ini dapat mengurus bahkan pada kasus berat, bahkan . herbisida ini juga dapat
menghambat perkecambahan benih. Penerapan diuron pada tingkat 1-2 kg ha juga
dilaporkan sama-sama efektif seperti glifosat. Sebaiknya penggunaan hebrisida ini
digunakan pada saat sembung rambat mulai tumbuh benih, walaupun penggunaan
hibrisida ini dapat mengontrol gulma sekitar satu tahun, namun gulma dapat tumbuh
melalui biji atau benih yang dibawa oleh angin dan air.
3. Pengendalian Secara Biologi
Pengendalian secara biologi biasanya menggunakan Liothrips mikaniae dari Trinidad,
karena ini gulma ini merupakan musuh alami serangga tersebut. Tetapi hal ini telah
dicoba dikepulawan salomon dan Malaysia dan kurang memberikan hasil yang
memuaskan. Namun beberapa peneliti telah menemukan studi baru yaitu dengan
menggunakan Liothrips mikaniae dari Trinidad yang secara almai dapat menyebabkan
kerusakan pada sembung rambat dan memiliki potensi yang besar terhadap pengontrolan
pertumbuhan pada gulma
(Sankaran, 1999).

2.4 Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah heteropolisakarida kompleks yang disusun oleh D-glukosa, D-
galaktosa, D-manosa, D-xylose, L-arabinosa, asam glukuronat dan asam 4-O-methyl-
glukuronat (Macahdo, et. al, 2013). Hemiselulosa merupakan polisakarada yang paling
umum di alam, sekitar 20 – 30% berasal dari ligniselulosa. Hemiselulosa merupakan polimer
heterogen untuk pentose (Xylosa, arabinose), heksosa (mannose, glukosa, galaktosa), dan
asam gula, hemiselulosa bukan merupakan kimia homogeny (Saha,2003). Xylan merupakan
sala satu jenis hemiselulosa yang melimpah. Xylan terdiri dari pentose dan umumnya
terdapat di rumput dan hutan. Diantara produk yang dapat diperoleh dari turunan pentose
adalah furfural, furfural merupakan alternatif yang menjanjikan karena merupakan senyawa
yang serbaguna yang dapat digunakan dalam sintesis beberapa bahan kimia penting seperti
furan dan furfuril alkohol, digunakan dalam penyulingan minyak , produksi plastik, farmasi
dan industri agrokimia (Macahdo, et. al, 2013).

Anda mungkin juga menyukai