Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan untuk pembuatan furfural
adalah sembung rambat dimana pada sembung tersebut terdapat pentosan yang
tinggi dapat digunakan untuk pembuatan furfural.
Cangkang kemiri yang digunakan untuk bahan baku dalam pembuatan asam
padat ini diperoleh dari masyarakat dalam keadaan yang sudah dipecahkan.
Cangkang kemiri memiliki tekstur yang keras dan berwarna cokelat kehitaman.
Berdasarkan hasil analisa dari EDS (Energy Dispersive Spectrometry), bahan
baku cangkang kemiri yang telah dihaluskan mengandung unsur-unsur yang dapat
dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Unsur cangkang Kemiri Menurut Hasil Analisis EDS
No Unsur Persen berat (%)
1 C 53,12
2 O 43,47
3 Mg 0,96
4 Ca 2,45
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil analisa yang diperoleh dari bahan
baku cangkang kemiri yang telah telah dihaluskan memiliki nilai karbon yang
tinggi, sehingga merupakan bahan baku yang baik untuk pembuatan dasar karbon.
Gambar 4.1 menununjukan bahwa permukaan cangkang kemiri yang tidak diberi
perlakuan apapun memiliki permukaan yang tidak berpori-pori dan tidak teratur
hal yang sama juga telah dilaporkan oleh Ghani et al. (2016) yang menggunakan
bahan dasar pembuatan karbon yaitu olive cake yang menunjukkan hasil tidak
memiliki pori-pori dan juga tidak teratur sebelum adanya perlakuan karbonasi.
Hal ini yang menyebabkan bahan baku memiliki luas permukaan yang kecil,
sehingga sulit untuk menjerap suatu bahan dengan baik. Luas permukaan suatu
biomassa perlu diperbesar untuk meningkatkan kemampuan penjerapannya.
30
Peningkatan luas permukaan dengan pembentukan pori pada karbon dapat
dilakukan dengan cara fisika yaitu melalui proses karbonisasi (Wang et al. 2017).
Gambar 4.1 Hasil Analisis SEM dengan Perbesaran 1000 kali pada Cangkang
Kemiri Bahan Baku
31
oven. Pada tahap sulfonasi ini gugus sulfonat akan terikat pada struktur poli
aromatiknya (Fraga et al. 2016), hal ini menyebabkan kandungan nitrogen,
oksigen dan hidrogen menurun dan meningkatkan nilai kandungan karbon
(Kumar et al. 2016). Selanjutnya katalis yang telah disulfonasi dicuci dan
dikeringkan. Kemudian nilai keasaman ataupun kapasitas H+ gugus asam sulfonat
(SO3H) pada karbon yang diharapkan berperan sebagai katalis dianalisa. Menurut
Lutfi (2014) reaksi kimia pelarutan oksida logam oleh larutan H2SO4 dapat
ditunjukan pada Persamaan 4.1 dan 4.2
Tabel 4.2. Nilai Keasaman Atau Kapasitas H+ Gugus Asam Sulfonat (SO3H)
Katalis pada Suhu Karbonasi 350oC dan Suhu Sulfonasi pada 120oC
Temperatur Temperatur Nilai Keasaman atau
Karbonisasi Sulfonasi Kapasitas H+Katalis
( C)
o
( C)
o
(mmol/g)
350 (4 jam) 120 (6 jam) 4,875
32
lebih banyak. Pori- pori tersebut akan menjadi tempat terjadinya reaksi antar
reaktan yang menghasilkan produk, dimana reaktan akan berdifusi kedalam
permukaan atau pori-pori dari katalis dan terkonversi menjadi produk. Hal serupa
dilaporkan oleh Mardiah et al. (2017) pada katalis karbon tersulfonasi dari
biomassa Jatropha curcas.
33
(a)
(b)
Gambar 4.2. Hasil Analisis SEM dengan
Perbesaran 1000 (a)
karbon Hasil Karbonasi
Cangkang Kemiri pada
(T=350oC dan t= 120
menit) (b) Karbon
Hasil Sulfonasi pada
(T=120oC dan t=6 jam)
Dari hasil analisa EDS tersebut menunjukkan bahwa katalis karbon setelah
tersulfonasi mengandung belerang (S) sebesar 3,60%, sedangkan pada karbon
sebelum sebelum tersulfonasi tidak ada mangandung unsur belerang. Dari data
diatas dapat dikatakan bahwa pembakaran karbon pada suhu tertentu membentuk
struktur poliaromatik hidrokarbon sehingga memungkinkan untuk menjadi
penyangga (support) tempat melekatnya gugus sulfonat sebagai pusat aktif
katalis.
34
Analisa awal pada sembung rambat meliputi analisa kadar air dan kadar
pentosan. Detail analisa awal ini dilampirkan pada lampiran A. Adapun hasil
analisa berikut dapat dilihat pada Tabel 4.4
35
Furfural yang dihasilkan dari hasil destilasi pertama kali kemudian
diidentifikasi dengan uji kualitatif dengan menggunakan pereaksi anilin asetat
dengan perbandingan (1:1). Furfural diidentifikasi dengan adanya perubahan
warna benig menjadi merah bata setelah adanya penambahan preaksi anilin asetat.
Penelitian ini dilakukan pengujian pada pengunaan katalis asam padat dan asam
sulfat (H2SO4).
Perubahan warna yang terjadi pada pembuatan furfural dengan
menggunakan katalis asam sulfat dengan konsentrasi 20% pada suhu 110oC dan
waktu 30, 60 dan 90 menit dapat dilihat pada Gambar 4.3. Dari gambar 4.3 dapat
dilihat dari waktu 30 menit sampai 90 menit terjadi perubahan warna menjadi
merah tua, hal ini menunjukkan bahwa furfural sudah terbentuk pada waktu 30
menit. Hal ini menunjukkan pentosan pada sembung rambat dapat cepat
dihirolisis oleh H+ dari asam sulfat (H2SO4), sehingga tidak membutuhkan waktu
yang lama untuk terjadinya reaksi pembentukan furfural.
Hasil identifikasi furfural yang dihasilkan dari sembung rambat dengan
menggunakan katalis asam padat 30% dan 40% pada suhu yang sama dan waktu
yang sama, dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan 4.5. Dari gambar 4.4 dan 4.5 dapat
dilihat bahwa furfural sudah terbentuk dari waktu 30 menit sampai 90 menit, yang
ditandai dengan adanya perubahan warna ketika ditambahkan reagen anilin asetat
sebagai reagen untuk identifikasi warna pada furfural, dari ketiga konsentrasi
dapat dilihat bahwa yang paling cepat terbentk furfural adalah dengan
menggunakan katalis asam sulfat 20% karena asam sulfat merupakan asam kuat
dan memiliki nilai H+ yang lebih tinggi dibanding dengan asam padat yang
memiliki nilai H+ yang lebih rendah. Hal ini menunjukan bahwa pentosan pada
sembung rambat dapat cepat dihidrolisis oleh H+ dari asam sulfat, sehingga tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk terjadinya reaksi pembentukan furfural.
Perubahan warna yang terjadi pada peroses identifikasi dengan
menggunakan reagen anilin ini disebabkan terjadinya kondensasi antara furfural
dengan anilin yang membentuk senyawa dianil hidroksiglukoat dialdehida yang
berlangsung dalam dua tahap, sehingga terjadi pemecahan cincin furfural dan
pembentukan dialdehida (Hidajati, 2006)
Gambar 4.3 Identifikasi Furfural dengan Katalis Asam Sulfat 20% Pada Suhu
110oC (a) Merah Terang (b) Merah Agak36 Gelap (c) Merah Bata
Gambar 4.5 Identifikasi Furfural Dengan Katalis Asam Padat 40% Pada Suhu
110oC (a) Merah Muda (b) Merah Terang (c) Merah Agak Gelap
37
C-H aromatis dan C=C aromatis terdapat dalam furfural yang dihasilkan dengan
menggunakan katalis asam padat dan didukung oleh adanya puncak 3.131,97 cm -1
dan 1.533,36 cm-1. Ikatan C-H aldehida dan C-O aldehida pada furfural yang
dihasilkan dengan menggunakan katalis asam padat ditunjukan pada puncak
2.854,66 cm-1 dan 1.680,17 cm-1. Ikatan C-aldehida pada furfural yang dihasilkan
memnggunakan katalis asam padat daat dilihat pada puncak 1.321,30 cm -1.
Berdasarkan hasil FTIR di dapat dilihat untuk C-O-C di tunjukan pada puncak
1.158,17 cm-1.
Furfural yang dihasilkan dengan menggunakan katalis asam sulfat untuk
C-H aromatis dan C=C aromatis di tunjukan oleh puncak 3.131,97 cm -1 dan
1.565,98 cm-1. Adanaya ikatan C-H aldehida dan C=O aldehida dalam furfural
yang dihasilkan dengan menggunakan katalis asam sulfat (H 2SO4) di tunjukan
oleh puncak 2.854,66 cm-1 dan 1.680,17cm-1. Ikatan C-aldehida dalam furfural di
tunjukan oleh puncak 1.353,92 cm-1 dan puncak C-O-C di dukung dengan adanya
puncak 1.158,17 cm-1.
Tabel 4.6 Vibrasi Furfural Standar
Bila dilihat dari hasil analisa FTIR yang didapat jika dibandingkan dengan
vibrasi standart furfural yang dilaporkan oleh Taslim et al (2018); Ong et al.
(2007), spektra hasil katalis asamTransmittance
padat dan asam sulfat mendekati nilai vibrasi
furfural standar. Hal ini menunjukkam bahwa senyawa yang dihasilkan ialah
berupa furfural. Untuk memperkuat hasil yang diperoleh, dapat dibuktikan dengan
analisis Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GCMS).
3.131,97 3.131,97
2.854,66 2.854,66
Wavenumber
38
1.680,17 1.680,17
1.565,98
1.533,61
1.337,61 1.337,61
1.158,17 1.1587,17
Gambar 4.6 Hasil Analisa FTIR Furfural dengan Katalis Asam Sulfat 20% dan
Asam Padat 40% pada Suhu 110oC
Tabel 4.7 Data Hasil Analisa GCMS Furfural dengan Katalis Asam Padat 40%
pada Suhu 110oC
39
4-Tert-Butyl-2-(1-Methyl-2-Nitro-
Trichloromethan
Abundance
Ethyl)-Cyclohexanone
5 Methyl Furfural
Hexaborane-12
e
Furfural
Time (minute)
Gambar 4.7 Hasil Analisis GCMS Furfural dengan Katalis Asam Padat 40% pada
Suhu 110oC
Tabel 4.8 Data Hasil Analisis GCMS Furfural dengan Katalis Asam Sulfat 20%
pada Suhu 110oC
Time (minute)
40
Gambar 4.8 Hasil Analisis GCMS Furfural dengan Katalis Asam sulfat 20% pada
Suhu 110oC
Relative intensity
Relative intensity O
O
Gambar 4.9 Hasil analisis Spektroskopi Massa (a) Furfural dengan Katalis Asam
padat 40% (b) Furfural dengan Katalis Asam Sulfat 20%
Fragmentasi ion pada m/z 26, 39, 42, 67, 96, dan 98 menunjukkan
penguraianfurfural menjadi beberapa fragmen. Tiap m/z mewakili satu elemen.
Nama-nama elemen dan nilai nilai m/z dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9
menjelaskan proses peluruhan furfural menjadi 4 (empat) saluran disosiasi
dengan pembentukan ion anak sebagai berikut: Awalnya kation furfural
(C5H4O2+, m/z = 96) akan terdisosiasi membentuk ion-ion berikut: C 4H3O+ (m/z =
67), C3H3+ (m/z = 39), C2H2O+ (m/z = 42), dan C2H2+ (m/z = 26). Dengan base peak
pada m/z 96 yang merupakan nilai rasio massa/muatan untuk furfural. Hal ini
dilihat pada Gambar 4.9 a dan b.
Elemen m/z
+
C5H4O2 (Furfural) 96
C4H3O (2-Furyl) 67
(C2H2O)+ (Ketene) 41 42
+
C3H3 (Cyclopropenyl) 39
C2H2+ (Asitilena) 26
Mekanisme penguraian tersebut bermula ketika C5H4O2+ (m/z = 96) sebagai
ion induk terpecah dan kehilanagan gugus CO dan ion H dan menjadi fragman
pertama yakni ion C4H3O+ (m/z = 67) , kemudian kation C2H2O+ (m/z = 42)
muncul sebgai kelanjutan dari disosiasi ion C4H3O+ (m/z = 67). Ion minor C2H2+
(m/z = 26) terbentuk aibat kehilangan C3H3 sebagai kelanjutan dari disosiasi
fragmen ion C4H3O+ (m/z = 67) (Winfough et al., 2017).
Pada hasil analisis spektroskopi massa yang di peroleh dari hasil uji GCMS
baik untuk furfural dengan katalis asam padat maupun asam sulfat menunjukkan
fragmentasi ion pada m/z 26, 39, 42, 67, 96, dan 98. Dimana peak ion molekul
pada 96 m/z merupakan rasio massa/muatan untuk furfural. Peak ion molekul
pada 96 m/z mendekati rumus molekul furfural yakni sebesar 96,0841 (National
Institute of Standards and Technology (NIST), 2014; National Institute of
Advanced Industrial Science and Technology (AIST), 1999), dengan nilai
fragmentasi (m/z) yang sesuai dengan nilai m/z furfural standar. Untuk nilai m/z
furfural standart dapat dilihat pada Tabel 4.10
42
sumber pentosan untuk bahan baku pembuatan furfural. Dalam penelitian ini
menggunakan katalis asam padat dengan konsentrasi 40%, sampel sembung
rambat sebanyak 25 g, massa NaCl sebanyak 25 g, dan pelarut aquades sebanyak
20 ml setiap 1 g bahan baku. Dengan variasi suhu (100, 110, dan 120 oC) dan
variasi waktu (10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100, 110, 120, 130 dan 140
menit). Pengaruh waktu dan temperatur terhadap yield furfural yang dihasilkan
dapat dilihat pada Gambar 4.10
Dari gambar 4.10 untuk percobaan furfural dengan konsentrasi katalis 40%
dapat dilihat pada suhu 100 oC yield furfural mulai terbentuk pada menit ke-30
dengan nilai yield tertinggi yang diperoleh pada menit ke-120 yaitu 4,5% dan
menurun pada menit ke-130, untuk suhu 120oC pembentukan furfural dimulai
pada menit ke-10 dengan nilai yield tertinggi yang diperoleh pada menit ke-110
yaitu 6% dan menurun pada menit ke-120. Unruk pembuatan furfural dengan
temperatur 110oC furfural terbentuk pada menit ke-20 dengan nilai yield tertinggi
yang diperoleh pada menit ke-120 yaitu 7%. Dari grafik diatas dapat disimpulkan
bahwa pembentukan furfural yang terbaik adalah pada suhu 110 oC karena pada
suhu 120oC air lebih mudah menguap dan menyebabkan bahan baku pada
pembuatan furfural lebih cepat mengering. Seperti yang dilaporkan oleh Rao et al.
(2019) bahwa peningkatan suhu pada proses pembutan furfural maka akan
memberikan dampak kenaikan pula pada yield furfural yang dihasilkan, namun
dengan terus bertambahnya suhu maka akan menyebabkan degradasi pada
pembentukan furfural dan menyebabkan produk samping.
Dari Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa dengan adanya peningkatan waktu
dan suhu maka yield furfural yang dihasilkan juga akan meningkat. Namun jika
waktu terlalu lama dan suhu terlalu tinggi maka akan menyebabkan yield furfural
menurun, hal ini disebabkan furfural tidak bisa bertahan lama dalam kondisi asam
pada suhu tinggi dan waktu yang lama, karena dapat menyebabkan terjadinya
produk samping selain furfural. Hal ini juga dilaporkan oleh Li et al (2014)
dimana pembentukan yield furfural akan meningkat hingga menit ke-120 dan
yield furfural mulai konstanYield
jikaFurfural
waktu sudah melewati menit ke-120. Hal yang
%
sama juga dilaporkan oleh Guche et al. (2017), bahwa yield furfural akan
43
Waktu
meningkat dengan waktu reaksi. Setelah waktu tertentu, peningkatan waktu akan
mengarah pada pengurangan yield furfural karena terbentuk reaksi samping.
Gambar 4.10 Pengaruh Waktu dan Temperatur Terhadap Yield Furfural pada
Berbagai Suhu Reaksi, Jumlah Katalis Asam Padat 40%
44
Seperti yang dilaporkan oleh (Luo et al., 2018) dengan adanya penambahan
katalis dapat mempercepat pemecahan ikatan inter dan intra di dalam reaksi. Hal
ini dapat meningkatkan pemecahan selektif dari hemiselulosa dan mempermudah
terbentuknya furfural.
Dari gambar 4.11 dapat dilihat bahwa yield furfural dari sembung rambat
dengan menggunakan katalis asam padat lebih rendah dibandingkan dengan
pembuatan furfural dari sembung rambat dengan menggunakan katalis asam
sulfat. Hal ini disebabkan ion H+ pada asam sulfat lebih tinggi dibanding dengan
katalis asam padat, dan juga disebabkan berbedanya jenis katalis yang digunakan.
Katalis asam padat merupakan katalis yang berbentuk padatan yang menyebabkan
katalis susah untuk bercampur dengan pelarut dan juga bahan baku, hal inilah
yang menyebabkan hasil yield yang didapat pada pembuatan furfural dengan
menggunakan katalis asam padat tidak begitu tinggi. Karena ketika air menguap,
konsentrasi asam padat menjadi semakin pekat dan ion-ion H+ lebih cepat
menghidrolisis pentosan dalam membentuk furfural.
Pada pembuatan furfural dengan konsentrasi katalis asam padat 40%
pembentukan furfural dimulai pada menit ke-20 dengan nilai yield yang
dihasilkan 0,91% dan yield tertinggi diperoleh pada menit ke-120 yaitu 7% dan
menurun pada menit ke-130, pembentukan furfural pada katalis 30% mulai
terbentuk pada menit ke-30 dengan nilai yield 1,01 dan yield tertinggi diperoleh
pada menit ke-120 yaitu 5,26% dan menurun pada menit ke-130.
Yield Furfural %
45
Waktu
(menit)
Gambar 4.11 Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap Yield Furfural untuk Berbagai
Konsentrasi Katalis pada Suhu 110oC
Pada kondisi suhu yang sama pembentukan furfural dengan katalis asam
sulfat 20% lebih cepat terbentuk dibandingkan pembuatan furfural dengan asam
padat, hal ini terjadi karena nilai H+ asam sulfat lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai H+ asam padat, nilai H+ dari masing-masing katalis yang digunakan dapat
dilihat pada Tabel 4.9. pembentukan furfural dengan katalis asam sulfat mulai
terbentuk pada menit ke-10 dengan nilai yield yang diperoleh sebesar 3,32%
dengan nilai yield tertinggi diperoleh pada menit ke-120 yaitu 12,94% dan mulai
menurun pada menit ke-130.
Konsentrasi katalisator yang semakin besar akan menambah hasil furfural.
Hal ini disebabkan oleh jumlah pereaksi yang teraktifkan sehingga konstanta
kecepatan reaksi menjadi besar dan kecepatan reaksi bertambah cepat pula.
Namun setelah mencapai konsentrasi asam yang optimum maka hasil furfural
akan menurun, hal ini terjadi karena furfural yang terurai menjadi asam furoat
sebagai hasil pemecahan gugus aldehid dan terbentuk sejenis damar yang
berwarna hitam (Dunlop, 1948).
Pada Ganbar 4.12 dapat dilihat trend dari asam padat dengan asam sulfat
yang persamaan matematisnya dapat dilihat pada Persamaan 4.3 dan 4.4.
Persamaan matematis untuk pembuatan furfural dengan katalis asam sulfat
ditunjukkan pada Persamaan 4.3.
46
dimana y adalah nilai yield furfural dan x adalah waktu (menit)
Gambar 4.12 Trend Pengaruh Jumlah dan Jenis Konsentrasi Terhadap Yield
Furfural pada Suhu 110oC
Yield Furfural %
Waktu (menit)
furfural. Xilosa yang terdapat pada hemiselulosa di dalam
biomassa didehidrasi untuk membentuk furfural. Mekanisme ini didukung dan
bergantung pada peran intermediet 1,2-enediol dalam pembentukan furfural dari
xilosa (Yan et al., 2014). Mekanisme reaksi pembentukan furfural dapat dilihat
pada Gambar 4.13
(OH)n1
(COOH)n2
Karbon Tersulfonasi
Hidrolisis O OH O
OH
Sembung Rambat z
HO OH
HO OH
OH OH
+
O H Pentosan
OH H+ O
OH H OH
OH H
Xilosa
H HO H HO
H + H
H+
H
OH H 47 OH H OH
-H2O
OH OH OH
Xilulosa 1,2-Enediol
H+ O
-H2O
Furfural
48