Anda di halaman 1dari 10

RUMPUT BELULANG

Domain: Eukaryota

Kingdom: Plantae

Phylum: Spermatophyta

Subphylum: Angiospermae

Class: Monocotyledonae

Order: Cyperales

Family: Poaceae

Genus: Eleusine

Species: Eleusine indica

E. indica adalah berumbai tahunan rumput, bersujud dan


menyebar, atau tegak sekitar 40 cm, tergantung pada kepadatan vegetasi tetapi biasanya tidak
rooting pada node. Sistem akar dikembangkan dengan sangat baik dan kuat dan nama jongos
gras, digunakan di Afrika Selatan, menyiratkan bahwa dibutuhkan sapi muda untuk mencabut
itu. Pada perkecambahan, daun pertama, panjang sekitar 1 cm, meruncing sangat tiba-tiba ke titik
dan dapat ditekan cukup datar di tanah. Kemudian daun datar sampai berbentuk V, hingga 8 mm
lebar, panjang 15 cm dan datang ke lebih lama, akut, ujung berbentuk perahu. Mereka gundul
dan biasanya cukup cerah, hijau segar dalam warna. Ligule adalah membraneous sangat singkat
pelek hingga 1 mm, jarang dibatasi dengan rambut pendek. Selubung dan basis induk jelas
diratakan. Perbungaan terdiri dari 3-8 tandan, masing-masing 5-10 cm panjang, sekitar 5 mm
lebar, diatur lebih-atau-kurang digitately, meskipun salah satu segugusan dapat dimasukkan

sekitar 1 cm di bawah yang lain. The malai sempit, sekitar 1 mm, memiliki dua baris padat bulir
hampir gundul, masing-masing 2,5-3 mm, 3-5 bunga, bawah dan atas glumes sekitar 1,5 dan 3
mm, masing-masing, dan lemmas sangat mirip dalam baik tekstur dan ukuran ke glume atas.
Semua memiliki keel sedikit scabrid dan akut tetapi tidak awned. Coklat kemerahan dengan biji
hitam yang lonjong, sekitar 1 mm, mencolok bergerigi.
Subspesies africana dibedakan dengan memiliki lemmas 4-5 mm (v. 2,5-3 mm), bulir 6-7,5 mm
luas (v. 3-6 mm), malai 1,5-2 mm lebar (v. 0.5-1 mm ) dan ligule dengan Ciliata pinggiran yang
berbeda (v. teliti ciliolate). Jari tanaman millet (E. coracana) memiliki bulir yang lebih besar, 913 mm luas.
TALAS
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Anggiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Arecales
Famili : Araceae
Genus : Colocacia esculenta (L) Schott

1.

Sistematika Tanaman Kangkung.

Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), Kangkung diklasifasikan sebagai berikut:


Kingdom
Divisio
Sub Divisio
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
2.

:Plantae
:Spermatophyta
:Angiospermae
:Dicotyledoneae
:Convolvulales
:Convolvulacae
:Ipomoea
: Ipomoea aquatica.

Morfologi Tanaman Kangkung.

Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman
kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua
arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar
pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air

Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari
buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh
lama batangnya akan merayap (menjalar).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat
mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing
ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian
bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga,
berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya
berbentuk terompet dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung .
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah
kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika
muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama.
Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan
termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat
perbanyakan tanaman secara generative
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:

Plantae
Magnoliophyta
Liliopsida
Arecales
Arecaceae
Salacca
S. zalacca

Salacca zalacca
Salak adalah sejenis palma dengan buah yang biasa dimakan. Ia dikenal juga sebagai sala (Min.,
Mak., Bug., [1] dan Thai). Dalam bahasa Inggris disebut salak atau snake fruit, sementara nama
ilmiahnya adalah Salacca zalacca. Buah ini disebut snake fruit karena kulitnya mirip dengan
sisik ular.

Pemerian botanis

Wanatani salak.

Palma berbentuk perdu atau hampir tidak berbatang, berduri banyak, melata dan beranak banyak,
tumbuh menjadi rumpun yang rapat dan kuat. Batang menjalar di bawah atau di atas tanah,
membentuk rimpang, sering bercabang, diameter 10-15 cm.
Daun majemuk menyirip, panjang 3-7 m; tangkai daun, pelepah dan anak daun berduri panjang,
tipis dan banyak, warna duri kelabu sampai kehitaman. Anak daun berbentuk lanset dengan
ujung meruncing, berukuran sampai 8 x 85 cm, sisi bawah keputihan oleh lapisan lilin.

Karangan bunga jantan.


Kebanyakan berumah dua (dioesis), karangan bunga terletak dalam tongkol majemuk yang
muncul di ketiak daun, bertangkai, mula-mula tertutup oleh seludang, yang belakangan
mengering dan mengurai menjadi serupa serabut. Tongkol bunga jantan 50-100 cm panjangnya,
terdiri atas 4-12 bulir silindris yang masing-masing panjangnya antara 7-15 cm, dengan banyak
bunga kemerahan terletak di ketiak sisik-sisik yang tersusun rapat. Tongkol bunga betina 20-30
cm, bertangkai panjang, terdiri atas 1-3 bulir yang panjangnya mencapai 10 cm.
Buah tipe buah batu berbentuk segitiga agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing di
pangkalnya dan membulat di ujungnya, panjang 2,5-10 cm, terbungkus oleh sisik-sisik berwarna
kuning coklat sampai coklat merah mengkilap yang tersusun seperti genting, dengan banyak duri
kecil yang mudah putus di ujung masing-masing sisik. Dinding buah tengah (sarkotesta) tebal
berdaging, kuning krem sampai keputihan; berasa manis, masam, atau sepat. Biji 1-3 butir,
coklat hingga kehitaman, keras, 2-3 cm panjangnya.[2], [3]

Kegunaan

Buah salak yang masih muda di pohonnya.

Salak terutama ditanam untuk dimanfaatkan buahnya, yang populer sebagai buah meja. Selain
dimakan segar, salak juga biasa dibuat manisan, asinan, dikalengkan, atau dikemas sebagai
keripik salak. Salak yang muda digunakan untuk bahan rujak. Umbut salak pun dapat dimakan.
Helai-helai anak daun dan kulit tangkai daunnya dapat digunakan sebagai bahan anyaman, meski
tentunya sesudah duri-durinya dihilangkan lebih dahulu.[3]
Karena duri-durinya hampir tak tertembus, rumpun salak kerap ditanam sebagai pagar. Demikian
pula, potongan-potongan tangkai daunnya yang telah mengering pun kerap digunakan untuk
mempersenjatai pagar, atau untuk melindungi pohon yang tengah berbuah dari pencuri.
Untuk pengobatan seperti untuk menghentikan diare, jadi bila kebanyakan makan salak akan
menyebabkan kesulitan membuang air besar dalam kadar menengah. kadang kulit salak juga di
gunakan dalam traditional china medicine/jamu sebagai bahan obat.[4][5]

Ragam jenis dan penyebaran

Tanaman salak sebagai pagar pekarangan.


Salak ditemukan tumbuh liar di alam di Jawa bagian barat daya dan Sumatra bagian selatan.
Akan tetapi asal usul salak yang pasti belum diketahui. Salak dibudidayakan di Thailand,
Malaysia dan Indonesia, ke timur sampai Maluku. Salak juga telah diintroduksi ke Filipina,
Papua Nugini, Queensland dan juga Fiji.
Sebagian ahli menganggap salak yang tumbuh di Sumatra bagian utara berasal dari jenis yang
berbeda, yakni S. sumatrana Becc.. S. zalacca sendiri dibedakan lagi atas dua varietas botani,
yakni var. zalacca dari Jawa dan var. amboinensis (Becc.) Mogea dari Bali dan Ambon.[3]

Macam-macam salak
Berdasarkan kultivarnya, di Indonesia orang mengenal antara 20 sampai 30 jenis di bawah
spesies. Beberapa yang terkenal di antaranya adalah :
1. Salak Sidimpuan dari Sumatera Utara,
2. Salak condet dari Jakarta,
3. Salak pondoh dari Yogyakarta
4. Salak Bali dari Bali

Salak condet merupakan flora provinsi DKI Jakarta.

Salak pondoh

Salak pondoh.
Salak pondoh merupakan kultivar yang dikembangkan dari populasi di lereng Gunung Merapi
sisi tenggara dan mulai dikembangkan pada tahun 1980-an. Salak pondoh memiliki ciri khas
daging buah yang manis, garing, dan tidak sepat sewaktu muda[6]. Buah ini menjadi salah satu
simbol penting untuk kepariwisataan Yogyakarta.
Salak pondoh sendiri ada bermacam-macam lagi variannya. Beberapa yang terkenal di antaranya
adalah pondoh super, pondoh hitam, pondoh gading, pondoh nglumut yang berukuran besar, dan
lain-lain. Di wilayah DIY, sentra penghasil salak pondoh ini adalah kawasan lereng Gunung
Merapi yang termasuk wilayah Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman.
Salak pondoh nglumut atau kerap pula disebut salak nglumut, namanya diambil dari nama desa
penghasil varietas salak unggul ini yaitu Desa Nglumut yang juga berada di hamparan Merapi
dan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Kini perkebunan salak pondoh telah meluas ke mana-mana, seperti ke wilayah Wonosobo,
Banjarnegara, Banyumas, Kuningan dan lain-lain.

Jenis-jenis lain
Ada beberapa macam salak lain yang dikenal di Indonesia:[7]

Salak condet, asalnya dari Jakarta. Ukurannya kecil, sedang, sanmpai besar. Warnanya
coklat hingga kehitaman. Buahnya tebal, rasanya manis, agak kelat, hingga agak kesat.

Salak bali, berasal dari Sibetan, Bali. Ukurannya kecil hingga sedang. Warnanya coklat
muda cenderung agak cerah, sisiknya jauh lebih halus, daging buahnya tebal, serta manis
rasanya, dan teksturnya kering. Adapun bijinya kecil dan tunggal.

Salak gading dan salak kembang arum, kedua-duanya asalnya dari Jogja pula. Bisa
dibedakan dengan salak pondoh, berdasarkan warna kulit dan dan ukuran buahnya. Salak

gading warnanya kuning-gading mengkilap, ukurannya sedang; serta, salak kembang


arum coklat warnanya, ukurannya bermacam antara kecil, sedang, hingga besar.

Salak penjalinan, berasal dari Bangkalan, Madura. Kecil, coklat-kekuningan, dan rasanya
manis, renyah, dan masir.

Suku padi-padian, Poaceae, Glumiflorae, atau Graminae adalah salah satu suku anggota
tumbuhan berbunga. Menurut sistem klasifikasi APG II suku ini termasuk ke dalam bangsa
Poales, klad commelinids (eumonocots).
Anggota

Anggota suku ini adalah yang paling tinggi populasinya di dunia karena banyak tanaman
budidaya yang menjadi anggotanya dan ditanam luas sebagai bahan pangan utama. Di dalamnya
termasuk tumbuhan seperti padi, gandum, jagung, jelai, jewawut, serta sorgum (cantel). Selain
itu, bambu dan tebu juga termasuk di dalamnya. Bahan pakan ternak juga banyak memanfaatkan
anggota suku ini, seperti rumput gajah dan rumput raja. Anggota suku ini beberapa di antaranya
merupakan tumbuhan pengganggu (gulma) yang penting, seperti alang-alang dan rumput
bandotan. Ada anggotanya yang merupakan sumber wangi-wangian, yaitu rumput akar wangi
dan serai (termasuk sitronela).
Ciri

Pada umumnya, ciri tumbuhan Poaceae berbatang beruas-ruas, bunga tak bermahkota, serta daun
berbentuk pita.
Anggota menurut taksonomi
Lihat artikel Daftar marga anggota Poaceae.

Secara taksonomi, suku rumput-rumputan dibagi menjadi tujuh anaksuku yang masing-masing
memiliki kekhasan yang dapat dengan mudah dilihat:

Anaksuku Arundinoideae

Anaksuku Bambusoideae (bambu dan kerabatnya)

Anaksuku Centothecoideae

Anaksuku Chloridoideae

Anaksuku Panicoideae (rumput-rumputan)

Anaksuku Pooideae (padi dan kerabatnya)

Anaksuku Stipoideae

Kerajaan:
Divisi:
(tidak termasuk)
(tidak termasuk)
Ordo:
Famili:

Plantae
Magnoliophyta
Monocots
Commelinids (Eumonocots)
Poales
Poaceae

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Cyperales
Famili: Cyperaceae
Genus: Cyperus
Spesies: Cyperus rotundus L.
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Plantae
: Pterydophyta
: Filicopsida
: Polypodiales
: Thelypteridaceae
: Amphineuron
: Amphineuron sp

Kerajaan:
Filum:
Kelas:
(tidak termasuk)

Animalia
Mollusca
Gastropoda
clade Heterobranchia
informal group Pulmonata
clade Eupulmonata
clade Stylommatophora
informal group Sigmurethra

Superfamili:
Famili:
Upafamili:
Genus:

Achatinoidea
Achatinidae
Achatininae
Achatina

Upagenus:
Lissachatina
Spesies:
A. fulica
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Artropoda
Kelas:
Insekta
Ordo:
Hymenoptera
Upaordo:
Apokrita
Superfamili:
Vespoidea
Famili:
Formicidae
Klasifikasi Capung
Kingdom
:Animalia
Sub kingdom
:Invertebrata
Filum
:Arthropoda
Kelas
:Insecta
Ordo
:Neuroptera
Familia
:Aeschnidae
Genus
:Anax
Spesies
:Anax imperator
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Arthropoda
Kelas:
Insecta
Ordo:
Orthoptera
Upaordo:
Ensifera
Superfamili:
Grylloidea
Famili:
Gryllidae
Kingdom: Animalia
Phylum: Annelida
Class: Clitellata
Order: Haplotaxida
Family: Lumbricidae
Genus: Lumbricus
Species: Lumbricus rubellus
Ordo : Hymenoptera
Family : Formicidae
Subfamily : Formicinae
Genus : Oechophylla
Species : Oechophylla smaragdina
Klasifikasi
Kingdom : Animalia

Pillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Subordo : Apokrita
Superfamil : Vespoidea
Famili : Formicidae
Genus : Formica
Spesies : Formica yessensis

Anda mungkin juga menyukai