Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bunga merupakan suatu organ yang penting bagi suatu tanaman, hal
tersebut dikarenakan tanpa adanya bunga maka tanaman tidak bisa berkembang
biak atau melakukan reproduksi. Dapat dikatakan bahwa bunga merupakan
suatu alat reproduksi bagi tanaman. Bunga sendiri sebenarnya merupakan
metamorfosis atau turunan dari daun, karena struktur nya yang mirip dengan
daun. Didalam suatu bunga sendiri terdapat beberapa macam bagian, antara
lain adalah pedicellus, sepala, tepala, stamen, serta pistilum. Bagian bagian
bunga antara bunga yang satu dengan bunga yang lain mempunyai struktur
yang berbeda beda, selain itu struktur anatomi dari satu bunga dengan bunga
lainnya juga berbeda.
Selain terdapat bunga pada tanaman biasanya juga ditemukan buah yang
didalamnya terdapat biji. Buah terbentuk setelah terjadinya penyerbukan yang
dilakukan oleh bunga, penyerbukan tersebut juga menghasilkan bakal biji yang
terdapat didalam bakal buah. Bakal biji tersebut selanjutnya akan tumbuh
menjadi biji. Disini akan dianalisis dan dibahas tentang struktur morfologi dan
struktur anatomi dari bunga serta analisis mengenai buah dan biji.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimanakah struktur morfologi dari Bunga Biduri (Calotropis gigantea)
b. Bagaimanakah struktur anatomi dari Bunga Tabebuya (Tabebuia
chrysantha)
c. Bagaimanakah analisis buah dan biji dari tanaman jambu air

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui struktur morfologi dari Bunga Biduri (Calotropis
gigantea)
b. Untuk mengetahui struktur anatomu dari Bunga Tabebuia sp.
c. Untuk mengetahui analisi buah dan biji dari tanaman jambu air

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Morfologi Bunga


a. Tangkai bunga (Pedicellus)
Tangkai bunga merupakan bagian dari batang, pada tangkai bunga
seringkali terdapat daun-daun peralihan, yaitu bagian-bagian yang
meyerupai daun, berwarna hiajau seakan-akan merupakan peralihan dari
daun biasa ke hiasan bunga (Kelana, 2014).
b. Dasar bunga (Receptaculum)
Dasar bunga adalah ujung tangkai yang melebar, dengan ruas-ruas
yang sangat pendek, sehingga daun-daun yang telah menglami
metamorfosis menjadi bagian-bagian bunga yang duduk amat rapat satu
sama lain, bahkan biasanya lal tampak duduk dalam satu lingkaran
(Hembing, 2000).
c. Hiasan bunga (Perianthum)
Hiasan bunga adalah bagian bunga yang merupakan modifikasi dari
daun yang masih tampak berbentuk lembaran dengan tulang-tulang atau
urat-urat yang masih jelas. Biasanya hiasan bunga dapat dibedakan dalam
dua bagian yang masing-masing duduk dalam satu lingkaran. Bagian-
bagian hiasan bunga umumnya tersusun dalam dua lingkaran yakni
(Campbell, 2003) :
Kelopak (Calix), yaitu bagian hiasan bunga yang merupakan
lingkaran luar, biasanya berwarna hijau dan sewaktu bunga masih
kuncup merupakan selubungnya, yang melindungi kuncup tadi
terhadap pengaruh-pengaruh dari luar. Kelopak terdiri atas beberapa
daun kelopak (Sepal).
Tajuk bunga atau mahkota bunga (Corolla), yaitu bagian hiasan
bunga yang terdapat pada lingkaran dalam, biasanya tidak berwarna
hijau lagi. Warna bagian inilah yang lazimnya yang merupakan
warna bunga. Mahkota bunga terdiri atas sejumlah daun mahkota
(Petal), yang seperti halnya dengan daun-daun kelopak dapat
berlekatan atau tidak.
d. Alat-alat kelamin jantan (Androecium)
Bagian ini sesungguhnya merupakan metamorphosis daun yang
menghasilkan serbuk sari. Androecium terdiri atas sejumlah benang sari
(Stamen). Pada benang-benang sarinya dapat pula bebas atau berlekatan,
ada yang tersusun dalam satu lingkaran ada pula yang dalam dua lingkaran
(Kelana, 2014).
e. Alat-alat kelamin betina (Gynaecium)
Pada bunga bagian ini biasanya disebut putik (Pistillum) atau putik
yang terdiri atas metamorphosis daun yang disebut daun buah (Carpella).
Pada bunga dapat ditemukan satu atau beberapa putik, dan setiap putik
dapat terdiri atas beberapa daun buah, tetapi dapat pula hanya terdiri atas
satu daun buah (Hembing, 2000).

2.2 Struktur Anatomi Bunga


Secara anatomi, hampir seluruh bagian bunga disusun oleh struktur
jaringan yang hampir sama, yaitu sel-sel parenkimatis. Hanya kepala sari saja
yang mempunyai struktur jaringan yang berbeda dan lebih kompleks karena
terdiri dari beberapa lapisan pelindung. Sel-sel Parenkim penyusun bunga
disebut juga jaringan mesofil. Parenkim ini terletak di antara epidermis atas
dan bawah. Daun kelopak umumnya mempunyai struktur sederhana.
Epidermis daun kalopak pada bagian luarnya dilapisi kutin, stomata, dan
trikomata. Seperti struktur pada daun. Sel-sel daun kelopak ini juga
mengandung klorofil. Struktur daun mahkota sel-selnya mempunyai satu atau
banyak berkas pengangkut yang kecil-kecil. Daun mahkota mempunyai
epidermis berbentuk khusus, yaitu berupa tonjolan yang disebut papila dan
dilapisi kutikula (Kelana, 2014).
Secara umum, benang sari terdiri atas kepala sari dan tangkai sari.
Tangkai sari tersusun oleh jaringan dasar, yaitu sel-sel parenkimatis yang
mempunyai vakuola tanpa ruang antarsel. Pada epidermis tangkai sari
terdapat kutikula, trikomata, atau mungkin juga stomata (Sulisetijono, 2013).
Kepala sari mempunyai struktur yang kompleks, terdiri atas dinding
yang berlapis-lapis, dan di bagian terdalam terdapat lokulus (ruang sari) yang
berisi butir-butir serbuk sari. Jumlah lapisan dinding kepala sari untuk setiap
jenis tumbuhan berbeda. Kepala sari mempunyai beberapa lapisan dinding
sebagai berikut (Kelana, 2014).
a. Epidermis, merupakan lapisan terluar yang terdiri dari satu lapis sel.
Epidermis menjadi memipih dan membentuk papila pada kepala sari
yang masak dan berfungsi sebagai pelindung epidermis.
b. Endotesium, merupakan lapisan yang terletak di sebelah dalam
epidermis.
c. Lapisan tengah, merupakan lapisan yang terletak di sebelah dalam
endotesium dan terdiri dari 23 lapis sel atau lebih tergantung jenis
tumbuhannya.
d. Tapettum, merupakan dinding terdalam dari antera dan berkembang
mencapai maksimum pada saat terbentuk serbuk sari tetrad.

2.3 Analisis Buah dan Biji


Bagian bunga yang kadang-kadang tidak gugur, melainkan ikut tumbuh dan
tinggal pada buah, biasanya tidak mengubah bentuk dan sifat buah itu sendiri, jadi
tidak merupakan suatu bagian buah yang penting misalnya daun-daun pelindung
daun-daun kelopak, tangkai buah kepala putik serta kepala putik (Tjitrosoepomo,
2009).
Buah yang semata-mata terbentuk dari bakal buah, atau paling banyak padanya
terdapat sisa-sisa pada bagian bunga yang lazimnya telah gugur itu, umumnya
merupakan buah yang tidak terbungkus, jadi merupakan buah yang telanjang
(Fructus nudus). Buah ini juga dinamakan buah sejati atau buah sungguh
(Tjitrosoepomo, 2009).
Adapun bagian-bagian bunga yang seringkali ikut tumbuh dan menyebabkan
terjadinya buah semu adalah tangkai bunga, dasar bunga bersama, dasar bunga,
kelopak bunga, tenda bunga dan ibu tangkai bunga (Tjitrosoepomo, 2009).
Buah semu dapat dibedakan dalam buah semu tunggal, buah semu ganda serta
buah semu majemuk. Sedangkan buah sejati dibedakan menjadi buah sejati tunggal,
buah sejati ganda, dan buah sejati majemuk. Buah sejati tunggal dibedakan menjadi
buah sejati tunggal yang kering serta buah sejati tunggal yang berdaging
(Tjitrosoepomo, 2009).
Setelah terjadinya penyerbukan dan yang diikuti pembuahan, bakal buah
tumbuh menjadi buah, dan bakal biji tumbuh menjadi biji. Biji duduk pada suatu
tangkai yang keluar dari papan biji atau tembuni (placenta). Tangkai pendukung dari
biji tersebut disebut tali pusar (funiculus). Bagian biji tempat pelekatan tali pusar
dinamakan pusar biji (hilus). Jika biji sudah masak maka tali pusarnya akan terputus,
sehingga biji terlepas dari tembuninya. Bekas tali pusar umumnya akan nampak jelas
pada biji (Tjitrosoepomo, 2009).
Pada biji ada kalanya tali pusar ikut tumbuh berubah sifatnya menjadi salut atau
selaput biji (arillus). Bagian ini ada yang meupkan selubung biji yang sempurna ada
yang hanya menyelubungi sebagian biji saja. Biji memiliki tiga bagian, yaitu kulit
biji (spermodermis), tali pusar (funiculus), dan inti biji atau isi biji (nucleus seminis)
Kulit biji berasal dari selaput bakal biji (Intergumnetum) oleh sebab itu
biasanya kulit biji dari tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) terdiri dari dua
lapisan, yaitu lapisan kulit luar (testa) dan lapisan kulit dalam (tegmen), biasanya
tipis seperti selaput sering kali juga dinamakan kulit ari (Tjitrosoepomo, 2009).
Biji yang memiliki dua lapisan adalah biji tertutup (angiospermae), pada
tumbuhan biji telanjang (gymnopermae) malah terdapat tiga lapisan, kita dapat
menyaksikan sendiri pada buah melinjo (Gnetum genemon L.) padahal bakal biji
tumbuhan biji telanjang umumnya hanya mempunyai satu integumentum saja.
Ketiga lapisan kulit biji seperti dapat dilihat pada buah melinjo itu masing-masing
dinamakan kulit luar (sarcotesta), kulit tengah (sclerolesta), serta kulit dalam
(endotesta) (Tjitrosoepomo, 2009).
Tali pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan tembuni, jadi
merupakan tangkainya biji. Jika biji masak, biasanya biji terlepas dari tali pusar biji.
Dan pada biji hanya tampak bekasnya yang dikenal sebagai pusat biji. Inti biji ialah
semua bagian biji yang terdapat di dalam kulitnya, oleh sebab itu inti biji juga dapat
dinamakan isi biji. Inti biji terdiri atas lembaga (embryo) yang merupakan calon
individu baru serta putih lembaga (albumen), jaringan beirisi cadangan makanan
untuk masa permulaan kehidupan tumbuhan baru (kecambah) sebelum mencar
makanan sendiri (Tjitrosoepomo, 2009).

2.4 Bunga Biduri (Calotropis gigantea)


Biduri (Calotropis gigantea) merupakan tanaman yang tahan hidup pada
daerah kering dan toleran pada kadar garam yang relatif tinggi, tumbuh liar
hingga 900 Mdpl. Tumbuh pada daerah yang memiliki curah hujan rata-rata
tahunan. Penyebaran tanaman ini melalui angin dan hewan yang membawa
bibit yang tersebar, dengan cepat menjadi gulma di pinggir jalan dan padang
rumput. Tanaman ini di kenal di indonesia dengan nama Bidhuri (Sunda,
Madura), Sidaguri (Jawa), rubik (Aceh). Genus Calotropis yang paling
banyak diwakili oleh dua spesies yaitu Calotropis procera dan Calotropis
gigantea. Di dalam taksonomi tanaman biduri (Calotropis gigantea) di
golongkan dalam (Haryanto, 2013) :
Kingdom : Planatae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Dicotyledones
Sub class : Asteridae
Order : Gentianales
Family : Apocynaceae
Sub family : Asclepidiaceae
Genus : Calotropis
Species : Calotropis gigantea
Daun biduri merupakan daun tidak lengkap, bertangkai pendek,
letaknya berhadapan. Helaian daun berbentuk bulat telur (ovatus) atau bulat
panjang, ujung (apex) tumpul (obtusus), pangkal (basis) berbentuk jantung,
tepi (margo) rata (integer), pertulangan (nerfatio) menyirip (penninerfis),
panjangnya 8-30 cm, lebar 14-15 cm, berwarna hijau muda (Dalimartha,
2006).

2.5 Bunga Tabebuya (Tabebuia chrysantha)

Tabebuya merupakan jenis tanaman yang berasal dari negara Brasil,


termasuk jenis pohon besar, dan seringkali orang kebanyakan menyebutnya
sebagai tanaman Sakura, karena bentuk bunganya mirip seperti bunga sakura.
Pohon Tebebuya memiliki kelebihan di antaranya daunnya tidak mudah
rontok, disaat musim berbungan maka bunganya terlihat sangat indah dan
lebat, akarnya tidak merusak rumah atau tembok walau berbatang keras
(Dalimartha, 2006).

Tanaman Tabebuya memiliki bunga yang berbeda-beda warna. Ada


warna kuning dan berbentuk terompet, juga ada banyak sekali spesies
tabebuya dan berasal dari berbagai negara dengan genustabebuia dan dengan
warna bunga beraneka macam, tetapi yang sering dijumpai di Indonesia yang
kuning terompet dengan Bunga pohon tabebuya memiliki panjang 3 11 cm,
berbentuk terompet dan bergerombol. Tanaman Tabebuya Kuning sendiri
memiliki klasifikasi sebagai berikut ini (Haryanto, 2013) :

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Asteridae

Ordo : Scrophulariales

Famili : Bignoniaceae

Genus : Tabebuia

Spesies : Tabebuia chrysantha

2.6 Buah dan Biji Tanaman Jambu Air (Syzygium aqueum)


Jambu air adalah tanaman yang berasal dari Indonesia, lalu menyebar
ke Malaysia dan pulau pulai di Samudera Pasifik. Tanaman jambu air
mempunyai sifat yang adaptif terhadap lingkunga beriklim tropis, tumbuh
baik di dataran yang tak lebih dari seribu meter di atas permukaan laut
(Haryanto, 2013).

Klasifikasi tanaman jambu air adalah sebagai berikut (Haryanto, 2013) :


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium aqueum
Buah jambu air berbentuk seperti lonceng atau gangsing dengan
panjang antara 3 sampai 5 cm. Ketika masih muda berwarna hijau
kekuningan dan memerah setelah buah tua atau matang. Kulit buah berwarna
merah dan tipis, termasuk buah sejati tunggal berdaging. Biji buah jambu air
berbentuk seperti ginjal dan berdiameter sekitar 1,5 cm dengan warna putih
kecoklatan dan diselaputi oleh suatu kulit biji dengan warna putih (Alzaini,
2012).
BAB III
METODE PENGAMATAN
3.1 Tempat Pelaksanaan
Penelitian pengamatan morfologi bunga biduri (Calotropis gigantea),
anatomi bunga tabebuya (Tabebuia chrysantha) serta analisis buah dan biji
jambu air ini dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Negeri
Malang.
3.2 Waktu
Penelitian pengamatan morfologi bunga biduri (Calotropis gigantea),
anatomi bunga tabebuya (Tabebuia chrysantha) serta analisis buah dan biji
jambu air ini dilakukan setiap hari Kamis pada pukul 07.00 08.45 WIB dan
hari Jumat pada pukul 15.45 - 18.05 selama bulan November 2016
3.3 Alat dan Bahan
Alat :
Mikroskop cahaya Mangkuk kecil
Kaca benda Kamera handphone
Kaca penutup Kantung plastik
Silet Lap
Pipet tetes Penggaris
1. Bahan :
Bunga biduri (Calotropis gigantea)
Bunga Tabebuya (Tabebuia chrysantha)
Buah serta biji jambu air
Larutan HCl
Air
Tissue
3.4 Cara Kerja
1. 3.4.1 Pengamatan Morfologi Bunga Biduri (Calotropis gigantea)
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian
pengamatan
b. Mengambil bunga kemudian mengamati serta menganalisis letak
perbungaannya, serta tipe perbungaannya
c. Diamati dan dianalisis susunan bagian bagian bunga, keadaan tangkai
bunga, jumlah bagian bagian bunga, keadaan setiap bagian bunga, estifasi
sepal, estifasi petal, susunan stamen, jumlah karpelum, tipe putik, dan tipe
plasenta
d. Ditentukan rumus bunga berdasarkan data yang telah didapat
e. Menggambarkan diagram dari bunga biduri
3.4.2 Pengamatan Anatomi Bunga Tabebuia sp.
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian
b. Membuat sayatan melintang bagian pedicellus, sepal, petal, stylus,
filamentum, anthera, serta ovarium bunga.
c. Membuat sayatan membujur bagian stigma bunga.
d. Menaruh sayatan pada kaca benda kemudian menetesi sayatan dengan air
dan menutupnya dengan kaca penutup.
e. Mengamati preparat menggunakan mikroskop.
f. Apabila sayatan terlihat kurang jelas ketika diamati menggunakan
mikroskop, tetesi preparat dengan larutan HCl kemudian amati kembali
preparat tersebut.
g. Foto dan catat hasil pengamatan.
3.4.3 Pengamatan Analisis Buah dan Biji Jambu Air
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian
pengamatan
b. Mengambil buah jambu air kemudian mengamati serta menganalisis buah
jambu air, dengan cara membelah secara melintang dan membujur dan
diamati bagian bagiannya, ditentukan bagian bunga yang ikut tumbuh dan
yang masih terdapat pada buah tersebut.
c. Dari buah diambil bagian bijinya, dibelah secara membujur dan melintang
kemudian diamati bagian baginnya serta dianalisis bagian bagiannya
d. Foto dan catat hasil pengamatan.
2. BAB IV
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.
5. 4.1 Hasil
6. 4.1.1 Morfologi Bunga Biduri (Calotropis gigantea)
7. Tabel 1. Tabel Morfologi Bunga Biduri (Calotropis gigantea)
8. 9. Hasil Pengamatan 10. Keterangan
No.
11. 12. Letak bunga / perbungaan 14. Flos lateralis
1.

13.
15. 16. Tipe perbungaan 18. Inflorescentia racemosa dengan
2. bentuk seperti payung (Umbella
composita)

17.
19. 20. Kelengkapan bunga 22. Flos complectus
3.

21.
23. 24. Bagian bagian bunga A. Putik (Pistillum)
B. Benang sari (Stamen)
4. 25.
C. Mahkota (Petalae)
A D. Kelopak (Sepalae)
E. Tangkai Bunga (Pedicellus)

26.
B D

27. 28. Keadaan tangkai Panjang ibu tangkai 7 cm


5. Panjang tangkai bunga 2,5 cm
Tangkai bunga berbentuk bulat dan
berambut halus
30.

29.

31. 32. Jenis kelamin bunga 34. Hermaphroditus


6.

33.
35. 36. Berdasarkan pembagian tempat antara 41. Cyclis
7. bagian bunga yang satu dengan yang lain
37.
38.
39.
40.
42. 43. Simetri pada bunga 45. Polysimetris
8.

44.
46. 47. Vernatio kuncup bunga 49. Rata (Vernatio plana)

48.
50. 51. Aestivatio kuncup bunga 53. Bersentuhan dan berlekatan
9.

52.
54. 55. Bentuk dasar bunga Berbentuk Rata
56. Pendukung Putik (Ginofor)
10.
Hiypogynus
60.
61.

57.
58.
59.
62. 63. Calyx Berwarna putih keunguan
11. Terdiri dari 5 sepala
Aktinomorf
Gamosepalus partitus

64.
65. 66. Corolla Berwarna ungu keputihan
12. Terdiri dari 5 petala
Gamopetalus
Regularis rotatus

67.
68. 69. Stamen Menempel pada korola membentuk
13. (Benang Sari) suatu bangunan
70. Berjumlah 5
Ujung stamen bergabung dengan
stigma
Episepalus
71. 72. Pistillum (Putik) Compositus
14. 2 karpelum
Bagian stigma membentuk bangun
segilima
Pistillum syncarpum

73.
74. 75. Bakal Buah dan Plasenta Superus
15. Unilocularis
Plasenta : parietalis marginalis

76.

77. 78. Bakal Biji (Ovulum) 80. Atropus


81.
16.

79.
82. 83. Diagram Bunga 85.
17.

84.
86. 87. Rumus bunga Polysimetri
88. Hermaphroditus
18.
89. 5 melopak (calyx) saling berlekatan
5 mahkota saling berlekatan, dan
berlekatan dengan benang sari yang
berjumlah 5
Putik terdiri dari 2 daun buah yang
superus
90.
91.
92. 4.1.2 Anatomi Bunga Tabebuya (Tabebuia chrysantha)
93. Tabel 2. Anatomi Bunga Tabebuya (Tabebuia chrysantha)
94.
95. Gambar Hasil Pengamatan 96. Keterangan
97. 98. Preparat Irisan Melintang A. Stele
B. Vaskuler
Pedicellus
C. Epidermis
D. Parenkim
E. Klorenkim
E 99.

B
D

100. 101. Preparat Irisan Melintang A. Floem


B. Parenkim
2. Sepalae
C. Epidermis
102. A D. Xylem
E. Klorenkim
B F. Jaringan palisade
103.
D
C
E
F

104. 105. Preparat Irisan Melintang A. Epidermis


B. Klorenkim
3. Petalae
C. Berkas Pengangkut
106. 107.
108.
109.
110.
111.
112.
A 113.
114.
115.
B

116. 117. Preparat Irisan A. Endostesium


B. Tapettum
4. Membujur Anthera bunga
C. Mikrospora tetrad
kuncup D. Epidermis
E. Filamentum
118.

A
B
C

D
E

119. 120. Preparat Irisan Melintang A. Berkas Pengangkut


B. Epidermis
5. Filamentum
121.
B

122. 123. Preparat Irisan A. Epidermis


B. Pollen Tube
6. Membujur Stigma
125.
124. 126.
127.
A 128.
129.
130.
131.
132.
B
133.
134.
135.
136.

137. 138. Preparat Irisan A. Epidermis


B. Pollen Tube
7. Membujur Stylus
139.
A

140. 141. Preparat Irisan Melintang A. Karpellum


B. Berkas Pengangkut Dorsal
8. Ovarium
C. Berkas Pengangkut Ventral
142. D. Bakal Biji
A E. Ruang Bakal Biji
B

C
D

143. 144. Preparat Pollen 146.


9. 145.

147.

148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
4.1.3 Analisis Buah dan Biji
158.Tabel 3. Analisis Buah dan Biji
159. 160. Gambar Hasil Pengamatan 161. Keterangan
No.
162. 163. Bagian bunga yang tidak gugur 165. Bagian yang tidak ikut gugur
1. adalah :
A. Daun Kelopak (Sepalae)
B. Putik (Pistillum)
166.

B
164.
167. 168. Bagian bunga yang ikut tumbuh 170. Ovarium
2.

169.
171. 172. Buah sejati tunggal 174.
175.
3.

173.
176. 177. Buah sejati tunggal yang berdaging 179.
4. (carnosus)
178.
180. 181. Termasuk buah buni (bacca) A. Kulit luar (exocarpium)
B. Lapisan dalam (pericarpium)
5.
A

182.
183. 184. Bagian bagian biji A. Kulit biji (spermodermis) dari
6. dalam berwarna coklat susu, dari
A
B luar putih
B. Tali pusar (funiculus)
C. Inti biji (nucleus seminis) putih
C
kecoklatan, terdiri dari 2 inti biji
186. C1. Lembaga (embryo)
187.
C1
185.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
4.2 Pembahasan
206. 4.2.1 Morfologi Bunga Biduri (Calotropis gigantea)
207. Bunga yang diamati dalam penelitian ini merupakan Bunga Biduri
(Calotropis gigantea). Biduri merupakan suatu tanaman yang hidup didaerah
pesisir pantai. Biduri (Calotropis gigantea) adalah tanaman yang tahan hidup pada
daerah kering dan toleran pada kadar garam yang relatif tinggi, tumbuh liar hingga
900 Mdpl. Tumbuh pada daerah yang memiliki curah hujan rata-rata tahunan
(Haryanto, 2013).
208. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
Bunga Biduri mempunyai letak perbungaan Flos lateralis, dimana bunga terletak
pada ketiak pada ketiak daun. Tipe perbungaannya adalah Inflorescentia racemosa
atau bunga majemuk tak berbatas, digolongkan kedalam bunga majemuk tak
berbatas karena mekar bunganya dimulai dari pangkal bukan dari ujung, sehingga
dimasukkan kedalam bunga majemuk tak berbatas. Bentuk perbungaanya adalah
Umbella compasita atau seperti payung, dapat diketahui bahwa apabila bunga
digambar dalam bentuk skema, maka terlihat jelas bahwa bentuknya seperti payung
(Tjitrosoepomo, 2009).
209. Bunga Biduri termasuk Flos complectus (bunga lengkap atau
sempurna), dikatakan sebagai bunga sempurna karena didalam Bunga Biduri dapat
ditemukan kelopak (Sepalae), mahkota (Petalae), benang sari (Stamen), serta putik
(Pistillum). Ibu tangkai Bunga Biduri panjangnya sekitar 7 cm, sedangkan panjang
tangkai bunganya adalah 2,5 cm. Tangkai bunganya berbentuk bulat dan berambut
halus. Bunga Biduri merupakan Hermaphroditus (bunga banci) karena dalam satu
bunga dapat ditemukan adanya alat kelamin jantan (stamen) serta alat kelamin
betina (pistillum). Bagian bunga satu dengan bagian bunga lainnya tersusun secara
Cyclis, dimana kelopak, mahkota serta benang sari tersusun dalam satu lingkaran.
Simetri Bunga Biduri merupakan Polysimetri, yaitu dapat dibuat banyak bidang
simetri untuk membagi bunga tersebut dalam dua bagian yang setangkup
(Tjitrosoepomo, 2009).
210. Vernatio pada kuncup Bunga Biduri adalah Vernatio plana atau rata,
karena daun daun dalam kuncup rata dan tidak memperlihatkan suatu lipatan.
Sedangkan untuk aestivatio nya atau letak daun daun kelopak dan mahkota
terhadap sesamanya adalah bersentuhan dan berlekatan. Dasar bunga biduri
berbentuk rata, dengan sifat Hypogynus karena hiasan bunganya tertanam pada
bagian dasar bunga yang lebih rendah daripada tempat duduknya putik
(Tjitrosoepomo, 2009).
211. Calyx Bunga Biduri berwarna putih keunguan terdiri dari 5 buah sepala
(daun kelopak) dengan bentuk beraturan seperti bintang (aktinomorf) dan termasuk
gamosepalus partitus, karena daun daun kelopaknya saling berlekatan namun
hanya bagian bagian kecil daun saja yang berlekatan, sehingga puncung
puncungnya panjang lebih dari separoh panjang daun kelopaknya. Sedangkan
untuk Corolla nya berwatna ungu keputihan dan saling berlekatan (gamosepalus)
dengan bentuk regularis rotatus yaitu beraturan dengan bentuk seperti bintang.
Stamen Bunga Biduri terlihat sangat unik, karena membentuk suatu bangunan
(seperti pada gambar) dan menumpang diatas korola (Corolliflorae) dengan jumlah
5. Ujung dari stamen bergabung dengan stigma. Stamen Bunga Biduri termasuk
episepalus yaitu suatu keadaan dimana stamen berhadapan dengan sepal. Bunga
Biduri mempunyai putik majemuk (compositus) karena terdiri dari dua daun buah
atau karpelum. Stigma bunga biduri ini saling berlekatan dan membentuk sebuah
bangun segilima. Putik pada Bunga Biduri merupakan pistillum syncarpum yaitu
pelekatan daun buah terbentuk dengan jumlah ruang sama dengan jumlah karpelum
(jumlah karpel 2 dan jumlah ruang juga 2). Bakal buah terlihat superus atau
menumpang, terlihat bahwa bakal buah duduk diatas dasar bunga, sehingga bakal
buah terlihat lebih tinggi dari tepi dasar bunga. Bakal buah bunga biduri
merupakan unilocularis yaitu tersusun dari satu bakal buah dalam satu karpelum,
sedangkan untuk plasentanya memiliki tipe parietalis marginalis dimana bakal biji
melekat pada dinding ditepi daun buah. Sedangkan untuk posisi bakal bijinya
adalah atropus, yaitu liang bakal biji letaknya pada satu garis atau sejajar dengan
tali pusar (funiculus) dengan arah yanng berlawanan (Tjitrosoepomo, 2009).
212. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dan setelah didapatkan data,
dapat digambar diagram menurut data data tersebut beserta dengan rumus

bunganya, untuk Bunga Biduri sendiri rumus bunganya adalah ,


dari rumus bunga tersebut dapat diketahui bahwa Bunga Biduri adalah polysimetri
dan termasuk hermaphroditus serta terdiri dari 5 kelopak (callyx) yang saling
berlekatan, 5 mahkota saling berlekatan, mahkota berlekatan dengan benang sari
yang berjumlah 5, serta putik terdiri dari 2 daun buah dengan tipe superus
(Tjitrosoepomo, 2009).
213. 4.2.2 Anatomi Bunga Tabebuya (Tabebuia chrysantha)
214. Untuk pengamatan anatomi bunga, digunakan bunga Tabebuya
(Tabebuia chrysantha). Pada pengamatan anatomi ini akan diamati bagian
pedicellus, sepalae, petalae, anthera, stigma, styllus, ovarium, filamentum, serta
pollen. Masing masing bagian yang akan diamati akan disayat secara melintang
atau membujur, kecuali pada pollen.
215. Pada dasarnya setiap bagian dari bunga kecuali Anthera bunga
tersusun dari jaringan epidermis, jaringan parenkim serta jaringan pengangkut. Sel
sel parenkim pada bunga disebut juga jaringan mesofil. Jaringan epidermis sendiri
merupakan suatu lapisan yang berada dibagian terluar serta belum mengalami
pertumbuhan sekunder. Jaringan epidermis hanya tersusun oleh selapis sel,
fungsinya adalah melindungi bagian organ tumbuhan atau jaringan yang ada
dibawahnya. Jaringan parenkim merupakan jaringan yang terdiri dari sekelompok
sel sel hidup dengan bentuk, ukuran serta fungsi fisiologis yang berbeda. Sel
penyusun jaringan parenkim merupakan sel hidup, berdinding tipis, terdapat
banyak sitoplasma dan mempunyai organel yang lengkap. Fungsi jaringan
parenkim tergantung oleh bentuk sel penyusunnya, contohnya adalah klorenkim,
merupakan jaringan parenkim yang mengandung klorofil, sehingga dapat berfungsi
sebagai tempat fotosintesis. Sedangkan untuk jaringan pengangkut terdiri dari
xilem dan floem. Xilem merupakan suatu jaringan yang berfungsi untuk
mengangkut dan mengedarkan air dan zat hara dari dalam tanah menuju keseluruh
bagian tanaman, sedangkan floem merupakan jaringan yang berfungsi untuk
mengangkut dan mengedarkan bahan organik hasil asimilasi dari proses
fotosintesis yang ada pada daun keseluruh bagian tumbuhan (Sulisetijino, 2013).
216. Pedicellus merupakan bagian sumbu dari bunga yang merupakan ruas
batang. Pedicellus ini mempunyai struktur yang hampir sama dengan batang,
karena termasuk bagian dari batang pada suatu tanaman. Berdasarkan hasil
pengamatan menggunakan mikroskop dapat diketahui bahwa pada irisan melintang
pedicellus terdapat stele, vaskuler, epidermis, parenkim, serta klorenkim. Berkas
pengangkut pada pedicellus tidak dapat dibedakan antara xylem dan floem, karena
hasil sayatan yang kurang bagus serta lensa mikroskop yang sudah mulai berjamur
jika digunakan dengan perbesaran besar (Hidayat, 1995).
217.
218. Struktur dari sepalae dan petalae hampir sama dengan daun, karena
kedua organ ini merupakan modifikasi dari daun. Pada irisan melintang sepalae
dapat ditemukan adanya berkas pengangkut yang terdiri dari xylem dan floem,
berdasarkan gambar xylem terletak disebelah luar floem dengan warna yang lebih
terang dibandingkan dengan floem. Selain itu juga terdapat jaringan epidermis
dibagian paling luar, jaringan palisade terletak dibawah jaringan epidermis (tampak
memanjang seperti tiang), jaringan klorenkim terletak dibawah jaringan palisade,
pada jaringan klorenkim tampak adanya klorofil ditunjukkan dengan adanya warna
hijau pada sel selnya, sedangkan jaringan parenkim berbentuk silindris besar,
berada disebelah dalam atau dibawah jaringan klorenkim. Sedangkan untuk irisan
melintang petalae hanya dapat dilihat adanya epidermis, klorenkim, serta berkas
pengangkut, hal ini dikarenakan hasil sayatan yang kurang bagus (Sulisetijono,
2013).
219. Pada preparat irisan membujur Anthera bunga yang masih kuncup,
dapat dilihat adanya endostesium, tapettum, mikrospora tetrad, epidermis serta
filamentum. Lapisan endostesium berada dibawah lapisan epidermis, sedangkan
lapisan tapettum berada pada perbatasan lokulus anthera. Berdasarkan gambar
dapat diketahui bahwa bentuk dari sel tapettum adalah pipih, hal ini dikarenakan
adanya tekanan dari sel sel endostesium sehingga menyebabkan memipihnya sel
tapettum, desakan antar sel sel endostesium juga menyebabkan sel endostesium
mempunyai bentuk lonjong (pipih secara vertikal). Sel tapettum bersifat sekretori
dan dipenuhi dengan sitoplasma padat. Sitoplasma padat akan diserap oleh pollen
atau mikrosora tetrad yang sedang bekembang, sehingga ketika pollen telah matang
sel tapettum telah berdegenerasi (Hidayat, 1995).
220. Pada filamentum Bunga Tabebuya terlihat adanya sebuah berkas
pengangkut serta lapisan epidermis yang terletak pada bagian paling luar.
Sedangkan bagian bagian lainnya tidak dapat diamati karena kecilnya dari bagian
filamentum sehingga sulit dilakukan penyayatan. Menurut Hidayat (1995) struktur
filamentum sendiri memang sangat sederhana, dengan sebuah berkas pengangkut
dengan sifat amfikribal. Teori yang diungkapkan oleh Hidayat tersebut sesuai
dengan hasil pengamatan, dimana berkas pengangkut hanya ada satu.
221. Pengamatan selanjutnya adalah pengamatan preparat irisan membujur
stigma dan styllus. Pada stigma dan styllus tanaman tabebuya yang telah diamati
hanya dilihat adanya jaringan epidermis yang berada disebelah luar dan pollen tube
yang berada disebelah dalam. Pollen tube merupakan suatu tabung yang digunakan
oleh pollen sebagai jalan untuk melakukan fertilisasi (Hidayat, 1995).
222. Pada preparat irisan melintang ovarium dapat ditemukan adanya
carpellum, berkas pengangkut dorsal, berkas pengangkut ventral, bakal biji serta
ruang bakal biji. Dapat dilihat pada gambar bahwa carpellum berjumlah 2 dan
saling berlekatan, sehingga mempunyai tipe sinkarp. Carpellum pada Bunga
Tabebuya berlekatan dengan kondisi terlipat dan muka abaksial melekat pada muka
abaksial sehingga menghasilkan ginesium dengan dua ruang. Berdasarkan
pengamatan secara anatomi tipe plasenta Bunga Tabebuya adalah aksiler. Bakal
biji hanya terdapat pada salah satu ruang bakal biji saja (Hidayat, 1995).
223. Pollen pada Bunga Tabebuya berbentuk silindris atau bulat (pori).
Dinding pollen terdiri dari dua lapisan utama, yaitu lapisan intin dan eksin. Lapisan
intin berada didalam dengan tektur yang lunak sedangkan lapisan eksin merupakan
lapisan yang keras yang berada disebelah luar (Hidayat, 1995). Pada pengamatan
ini tidak dapat dilihat dan dibedakan antara bagian lapisan intin dan ekstin yang
terdapat pada pollen karena bentuk dari pollen yang sangat kecil sehingga sulit
untuk diamati.
224.
225. 4.2.3 Analisis Buah dan Biji Jambu (Syzygium aqueum)
226. Pada pengamatan analisis buah dan biji, buah dan yang akan dianalisis
adalah buah dan biji yang ada pada tanaman jambu air (Syzygium aqueum). Buah
akan dianalisis mengenai bagian bunga yang tidak gugur, bagian bunga yang ikut
tumbuh, serta tipe buah. Sedangkan biji akan dianalisis secara anatomi, dicari
bagian bagian bagian biji yang terdiri dari kulit biji, tali pusar serta inti biji,
kemudian setiap bagian dianalisis dan dideskripsikan.
227. Buah jambu air berbentuk seperti lonceng dan berwarna hijau
kemerahan. Pada buah jambu air bagian daun kelopak atau sepalae bunga dan
putik (pistillum) masih dapat dilihat (tidak gugur). Sementara bagian yang ikut
tumbuh adalah bagian ovarium. Ovarium pada tanaman jambu air, ikut tumbuh
menjadi besar dan membulat serta tebal berdaging. Buah jambu air termasuk buah
sesungguhnya (fruktus nudus) karena bagian yang tumbuh adalah bagian ovarium.
Termasuk golongan buah sejati tunggal, karena buah jambu air terbentuk dari satu
bunga dengan satu bakal buah, yang berisi lebih dari satu biji. Masuk kedalam
buah sejati tunggal yang berdaging (carnosus) karena dinding buahnya tebal dan
berdaging. Buah jamnu air juga merupakan buah buni (bacca) karena dindingnya
mempunyai dua lapisan, yaitu lapisan luar (exocarpium) yang tipis dan licin serta
lapisan dalam yang tebal dan mempunyai tekstur seperti spons (tersusun dari
jaringan parenkim spons) lapisan dalam inilah yang biasa dimakan (Tjitrosoepomo,
2009).
228. Biji pada jambu air terdapat didalam buah, dan berjumlah lebih dari
satu. Ketika buah jambu air dipotong secara membujur dapat dilihat adanya kulit
biji (spermodermis), tali pusar (fundiculus) serta inti biji (nucleus seminis). Kulit
biji buah jambu air berwarna coklat susu apabila dilihat pada potongan secara
membujur, namun apabila tidak dipotong dan dilakukan pengamatan dari luar saja
warnanya adalah putih. Bagian berwarna putih tersebut merupakan bagian kulit
luar (testa) sedangkan bagian yang berwarna coklat susu adalah bagian kulit dalam
(tegmen). Bagian testa tersebut tipis dan lunak, sedangkan bagian tegmen nya
sedikit lebih tebal jika dibandingkan dengan bagian testa. Tali pusar (funiculus)
pada biji jambu air terlihat sangat kecil dengan warna putih. Sedangkan bagian
yang terdapat didalam kulit biji adalah bagian inti biji (nucleus seminis). Pada
bagian inti terdapat lembaga (embryo). Biji jambu air mempunyai lembaga dengan
dua daun lembaga. Bijinya terlihat seperti dua keping, hal inilah yang
menyebabkan tumbuhan jambu air dimasukkan ke dalam kelompok tumbuhan
Dicotyledonae (Tjitrosoepomo, 2009).
229.
230.
231.
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248. BAB V
249. PENUTUP
250.
251.5.1 Kesimpulan
1. Bunga Biduri (Calotopis gigantea) mempunyai letak perbungaan Flos lateralis,
dengan tipe Inflorescentia racemosa dan mempunyai bentuk Umbella compasita.
Bunga Biduri merupakan bunga lengkap yang tersusun secara cyclis. Calix Bunga
Biduri terdiri dari 5 buah sepala, mahkota terdiri dari 5 petala, benang sari (stamen)
berjumlah 5 yang saling berlekatan dan bergabung dengan mahkota serta pistillum
yang membentuk sebuah bangunan. Sedangkan putik (pistillum) terdiri dari dua
buah karpelum.
2. Berdasarkan pengamatan anatomi Bunga Tabebuya (Tabebuia chrysantha) disetiap
bagian dari bunga kecuali pada bagian anthera, tersusun dari jaringan epidermis,
jaringan parenkim serta jaringan pengangkut (terdiri dari xylem dan floem).
Sedangkan untuk bagian anthera tersusun dari endostesium, tapettum, serta
epidermis.
3. Buah jambu air merupakan buah sejati tunggal yang berdaging (carnosus) dan
termasuk buah buni (bacca). Buah jambu air tersusun dari dua lapisan yaitu lapisan
luar (exocarpium) serta lapisan dalam yang tersusun dari jaringan parenkim spons.
Biji jambu air terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit biji (spermodermis), tali
pusar (fundiculus) serta inti biji (nucleus seminis). Biji jambu air tediri dari dua
keping (daun lembaga) sehingga dimasukkan kedalam kelompok tumbuhan
Dycotyledonae.
252.
253.5.2 Saran
254. Dengan adanya makalah yang membahas tentang hasil penelitian
morfologi dan anatomi bunga serta buah dan biji ini diharapkan dapat digunakan untuk
manambah pengetahuan bagi mahasiswa maupun para pembaca tentang morfologi dan
anatomi tumbuhan yang ada dilingkungan sekitar.

255.
256.
257.
258.
259.
260.
261. DAFTAR RUJUKAN
262.
263. Alzaini, Hamdan. 2012. Klasifikasi dan Ciri-ciri Morfologi Jambu Air. (Online)
(http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-ciri-ciri-morfologi-jambu-air/)
diakses pada 28 November 2016 pukul 14.03
264. Campbell, Neil A., Reece, Jane B., Mitchell, Lawrence G. 2003. Biologi Edisi Kelima
Jilid III. Jakarta : Erlangga
265. Dalimartha, Setiawan. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Depok :
Trubus Agriwidya
266. Haryanto, Yudi. 2013. Kamus Pertanian Umum. Jakarta : Penebar
Swadaya

267. Hembing. 2000. Ensiklopedia Milenium. Jakarta : Prestasi

268. Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB

269. Kelana, Dina. 2014. Struktur Morfologi dan Anatomi Bunga pada Tumbuhan.
(Online)( http://www.perpusku.com/2014/05/struktur-morfologi-dan-anatomi-
bunga.html) diakses pada 28 November 2016 pukul 16.05
270. Sulisetijono., Kartini, Endang., Sri Sulasmi, Eko., Sunarmi., Saptasari Murni. 2013.
Struktur Perkembangan Tumbuhan I. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
271. Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
272.
273.
274.

Anda mungkin juga menyukai