Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penampilan merupakan salah satu aspek yang bisa membuat rasa percaya diri
yang tinggi. Penampilan kulit yang halus tanpa keriput dan berseri menjadi dambaan
setiap wanita (Bogadenta, 2012). Masalah yang sering muncul dewasa ini adalah
gejala penuaan dini. Meski bukan penyakit atau gangguan kesehatan yang kronis,
namun memiliki dampak psikologis luar biasa pada diri setiap orang (Bodagenta,
2012). Kulit merupakan organ paling luar, kulit langsung terpapar dengan lingkungan
prooksidatif seperti radiasi sinar UV, obat-obatan, polusi udara, asap rokok, radiasi,
alkohol dan paparan zat tertentu (Deny dkk., 2006). Akibatnya kulit terlihat kering
dan tipis, muncul garis-garis atau kerutan halus, muncul pigmentasi kulit, terlihat
tidak kencang, kusam dan tidak segar (Mulyawan dan Suriana, 2013).

Kosmetik telah menjadi bagian dari hidup wanita yang sudah tidak dapat
dipisahkan lagi. Penggunaan kosmetik bagi banyak wanita sudah menjadi kebutuhan
dan tidak dapat dihindari, kulit wajah yang sehat dan terawat adalah dambaan setiap
wanita. Berbagai cara diupayakan untuk mencegah ataupun memperbaiki dampak
penuaan. Penggunaan kosmetik tabir surya merupakan salah satu upaya yang sering
dilakukan untuk mencegah penuaan. Tabir surya menjadi alternatif yang sangat
dibutuhkan (Rohdiana, 2001). Pentingnya sediaan kosmetik yang berbahan dasar
ekstrak dari tanaman yang memiliki fungsi sebagai tabir surya sangat diminati oleh
masyarakat karena adanya kekhawatiran terhadap efek samping penggunaan
kosmetik berbahan dasar senyawa aktif tabir surya sintetik. Banyaknya produk tabir
surya yang beredar di pasaran juga meningkatkan kekhawatiran akan adanya
ketidaksesuaian efikasi tabir surya yang dihasilkan dengan yang tercantum pada label.

1
Selama ini, masyarakat hanya mengenal daun singkong sebagai sayuran dan
bahan makanan. Masyarakat kurang mengetahui bahwa daun singkong memiliki
banyak manfaat didunia kesehatan karena memiliki kandungan vitamin C yang cukup
tinggi (sekitar 27,5%), flavonoid, triterpenoid, tanin serta saponin. Menurut hasil
penelitian, daun singkong termasuk jenis sayuran yang banyak mengandung
flavonoid, yaitu salah satu bentuk antioksidan selain asam askorbat (vitamin C),
tokoferol (vitamin E, dan karoten). Aktivitas flavonoid yang dikaitkan dengan sifat
sebagai antioksidan adalah antimutagen, antikarsinogen, antipertumbuhan tumor,
antiinflamasi, antialergi, antivirus dan imunomodulator (Anonim, 2010). Dengan
melihat adanya fakta-fakta di atas, maka diperlukan suatu sediaan farmasi berupa
krim tabir surya tipe minyak dalam air dengan menggunakan ekstrak daun singkong.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini dapat dirumuskan
masalah dengan pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana pembuatan krim sunscreen dari ekstrak daun singkong?
b. Berapa konsentrasi ekstrak daun singkong yang efektif sebagai antioksidan?
c. Bagaimana peran krim sunscreen dari ekstrak daun singkong sebagai alternatif
antioksidan topikal?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Membuat inovasi sediaan krim sunscreen alami dari ekstrak daun singkong
sebagai alternatif antioksidan alami.
b. Membuktikan bahwa sediaan krim sunscreen dari ekstrak daun singkong
dapat berkhasiat sebagai antioksidan.

2
1.4 Kontribusi terhadap Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatan ilmu pengetahuan dalam bidang
farmasi, khususnya dalam hal sediaan kosmetik berupa krim sunscreen yang berbasis
pada produk herbal (daun singkong) yang potensinya selama ini belum dimanfaatkan
secara optimal.

1.5 Luaran Yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan setelah terlaksananya penelitian ini adalah :
a. Diperoleh produk krim sunscreen daun singkong dengan kemampuan sebagai
antioksidan.
b. Menggurangi dampak pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan daun
singkong menjadi produk yang banyak diminati oleh masyarakat.
c. Menghasilkan artikel ilmiah yang akan diterbitkan.

1.6 Manfaat Penelitian.


a. Memberikanalternatif baru kepada masyarakat dalam penggunaan antioksidan
alami berupa krim Sunscreen yang terbuat dari ekstrak daun singkong
(Manihot esculenta).
b. Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap obat kimiawi yang dapat
menimbulkan efek samping berbahaya.
c. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa tanaman singkong dapat
berpotensi sebagai kosmetik bahan alami.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kandungan Kimia Daun Singkong

Singkong tergolong tanaman yang tidak asing lagi bagi sebagian besar
masyarakat. Tumbuhan ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong dalam
keluarga besar Euphorbiaceae dengan nama latin Manihot esculenta. Menurut hasil
penelitian, daun singkong termasuk jenis sayuran yang banyak mengandung
flavonoid, yaitu salah satu bentuk antioksidan selain asam askorbat (vitamin C),
tokoferol (vitamin E, dan karoten) (Anonim, 2010).

Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik dengan struktur kimia


C6-C3-C6. Senyawa flavonoida mempunyai kerangka 2-fenilkroman, posisi orto dari
cincin A dan atom karbon dari cincin B dari 1,3-diarilpropan dihubungkan oleh
jembatan oksigen sehingga membentuk suatu cincin heterosiklik yang baru (cincin
C). Aglikon flavonoida berupa senyawa polifenol, karena itu mempunyai sifat kimia
senyawa fenol, yaitu bersifat sedikit asam dan dapat larut dalam basa. Flavonoida
merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil bebas, atau
suatu gula sehingga flavonoida dapat larut dalam pelarut polar seperti etanol,
metanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air. Kandungan utama
flavonoid daun singkong adalah rutin yang merupakan glikosida kuersetin dengan
disakarida yang terdiri dari glukosa dan shamnosa (Sukrasno dkk, 2007).

Aktivitas flavonoid yang dikaitkan dengan sifat sebagai antioksidan adalah


antimutagen, antikarsinogen, antipertumbuhan tumor, antiinflamasi, antialergi,
antivirus dan imunomodulator (Anonim, 2010). Falvonida yang tidak terikat dengan
molekul gula disebut aglikon. Yang termasuk aglikon flavonoida adalah: kalkon,
flavanon, dihidroklakon, flavon, auron, isolfavon, dihidroflavonol, rotenoid,

4
pterokarpan, flavonol, antosianidin, (+)-katekin. Kalkon dan auron mempunyai
struktur dengan cincin terbuka dan cara penomorannya berbeda dengan flavonoida
lain. Kalkon dan auron sedikit 5 ditemui di alam seperti flavanon dan
leukoantosianidin. Sedangkan flavonoida yang banyak ditemui di alam adalah:
flavonol, flavon dan antosianidin (Masaki, 2010).

Antioksidan dapat menangkal radikal bebas. Sebagai bahan aktif, antioksidan


digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat oksidasi sehingga dapat
mencegah penuaan dini (Masaki, 2010). Antioksidan memiliki bentuk molekul kecil,
tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya radikal. Antioksidan juga merupakan
senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan
molekul yang sangat reaktif, akibtanya kerusakan sel dapat dihambat. Salah satu anti
oksidan terdapat dalam daun singkong.

Antioksidan dapat digunakan sebagai anti-aging yang dapat mencegah


penuaan dini, untuk menggunakan yang menyenangkan maka diperlukankosmetik
anti-aging dengan antioksidan tinggi agar dapat merawat kulit wajah (Winarsi, 2007).
Antioksidan ini dapat diformulasikan sebagai sediaan kosmetik baik sediaan yang
berbentuk krim, gel, maupun lotion.

2.2 Krim Tabir Surya (Sunscreen)

Sinar ultraviolet (UV) dapat digolongkan menjadi UV A dengan panjang


gelombang diantara 320–400 nm, UV B dengan panjang gelombang 290–320 nm dan
UV C dengan panjang gelombang 10–290 nm. Selain mempunyai manfaat dalam
membantu sintesis vitamin D, sinar UV lebih banyak membawa dampak buruk bagi
kulit manusia, diantaranya menyebabkan kulit terbakar (sunburn), atau penggelapan
kulit (darkening), merusak kulit dan menyebabkan noda-noda gelap pada kulit (dark
spots). Dampak pemaparan sinar UV lainnya adalah menyebabkan penuaan pada kulit
dan membuat kulit menjadi keriput. Dampak paling buruk dari sinar UV terutama UV

5
B adalah dapat merusak DNA dari sel kulit sehingga pertumbuhan sel menjadi
terganggu dan terjadi perubahan DNA sampai akhirnya dapat menjadi kanker kulit.

Tabir surya (Sunscreen) adalah suatu zat atau material yang dapat melindungi
kulit terhadap radiasi sinar UV. Sediaan kosmetik tabir surya terdapat dalam
bermacam-macam bentuk misalnya losion untuk dioleskan pada kulit, krim, salep, gel
atau spray yang diaplikasikan pada kulit. Selain itu saat ini juga banyak sediaan tabir
surya dalam bentuk stick (batangan) untuk dipakai di bibir, hidung dan kelopak mata,
bahkan tissue pelembab yang dapat digosokkan pada kulit. Mekanisme sediaan tabir
surya dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok tabir surya kimia yang bekerja
menyerap sinar UV, dan kelompok pemblok fisik (tabir surya yang bekerja secara
fisik). Tabir surya pemblok fisik bekerja dengan cara memantulkan atau
membelokkan radiasi UV. Tabir surya fisik pada umumnya merupakan senyawa
anorganik yang terbukti dapat memberikan manfaat mencegah terjadinya kerusakan
kulit akibat radiasi sinar matahari. Akan tetapi, formulasi senyawa anorganik ini pada
umumnya bersifat opaque, karena ukuran partikel serbuk akan mempengaruhi
penampilan kulit pada saat dipakai (Gadri dkk., 2011).

Salah satu bentuk sediaan kosmetik yang sering digunakan adalah krim. Krim
merupakan sediaan setengah padat berupa emulsi kental yang mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimasudkan untuk pemakaian luar (DepKes RI, 1978).
Keuntungan penggunaan krim yakni memiliki nilai estetika yang cukup tinggi dan
tingkat kenyamanan dalam penggunaan yang cukup baik. Disamping itu, sediaan
krim merupakan sediaan yan mudah dicuci, bersifat tidak lengket memberikan efek
pelembab kulit serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik.

2.3 SPF (Sun Protecting Factor)

Sediaan kosmetik yang mengandung tabir surya biasanya dinyatakan dalam


label dengan kekuatan SPF (Sun Protecting Factor) tertentu. Nilai SPF terletak

6
diantara kisaran 2 – 60, angka ini menunjukkan seberapa lama produk tersebut
mampu melindungi atau memblok sinar UV yang menyebabkan kulit terbakar. Oleh
karena itu pada orang yang berkulit gelap, waktu yang dibutuhkan kulit untuk
menjadi terbakar bila tidak memakai tabir surya lebih lama dibandingkan dengan
orang yang warna kulitnya lebih terang. Indonesia sebagai anggota negara ASEAN,
bersama negara – negara anggota ASEAN lainnya sepakat mengizinkan klaim
kosmetik “melindungi dari sinar UV” hanya bila sediaan kosmetiknya mengandung
tabir surya dengan SPF tidak kurang dari 6. SPF tersebut diklasifikasikan sebagai
berikut:

1. SPF rendah (low) : SPF 6 – 10 – SPF


2. Sedang (medium) : SPF 15 – 20 – 25 – SPF
3. Tinggi (high) : SPF 30 – 50 – SPF
4. Sangat tinggi (very high) atau untuk kondisi ekstrim : SPF 50+

Dengan perhitungan-perhitungan tersebut seseorang dapat memperkirakan


kebutuhannya terhadap pemakaian kosmetik yang mengandung tabir surya, agar bisa
disesuaikan dengan kegiatan luar ruang yang akan dilakukannya dan jenis/macam
kosmetik yang digunakan. Namun sebagian besar terjadinya sunburn dapat dicegah
dengan penggunaan tabir surya SPF 15 (DepKes, 1978).

7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain: mortar besar & alu, gelas ukur, erlenmeyer,
gelas bekker, cawan porselen, pipet tetes, batang pengaduk, spatula, cover dan gelas
objek, sudip, penangas air, timbangan, pot obat, dan Spektrofotometer UV –Vis.
Bahan yang digunakan antara lain: ekstrak daun singkong, asam stearat, Cera
alba, vaselin album, Adeps lanae, BHA, BHT, TEA, propilen glikol, metil paraben,
propel paraben, parfum, akuades, dan etanol 96%.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Pembuatan ekstrak daun singkong


Daun singkong dicuci dengan air mengalir, kemudian dirajang untuk
memperkecil ukuran partikel. Dimasukkan dalam erlenmeyer, dan ditambahkan
etanol 96% sampai semua daun singkong terendam untuk selanjutnya dimaserasi
selama 1 hari. Daun singkong kemudian disaring menggunakan kertas saring. Untuk
ampasnya ditambahkan etanol 96% dan dilakukan maserasi kembali selama 1 hari
dan disaring. Filtrat 1 dan filtrat 2 dicampur dan dikentalkan diatas penangas air
hingga diperoleh ekstrak kental.

3.2.2 Uji keberadaan flavonoid


Sebanyak 100 ml ekstrak daun singkong dilarutkan dalam etanol 96% hingga
50 ml (memperoleh konsentrasi 2000ppm = 2mg/ml). Dari konsentrasi tersebut
diencerkan lagi menjadi konsentrasi 100 ppm (diambil 2,5 ml dari larutan pertama
atau larutan induk dan ditambahkan etanol 96% hingga 50 ml), kemudian alat
spektrofotometer dikalibrasi menggunakan etanol sebagai blanko. Alat

8
spektrofotometer UV-Vis disetting panjang gelombang 200-400 nm. Hasil absorbansi
daun singkong dibandingkan dengan referensi atau literatur.

3.2.3 Pembuatan krim Ekstrak Daun Singkong


Fase minyak (asam sterat, cera alba, vaselin flavum, Adeps lanae, propel
parabean, BHA, BHT) dilebur diatas penangas air dengan suhu 70oC sampai semua
bahan lebur. Air dipanaskan pada suhu 50oC ditambahkan metil parabean hingga
larut, kemudian ditambahkan TEA, Propilen glikol, dan sisa air hingga suhu 70oC.
Fase minyak dan air dicampurkan dalam mortar panas digerus kuatkuat hingga
terbentuk basis krim putih menyerupai susu. Setelah dingin (±40oC) ditambahkan
ekstrak daun singkong sedikit demi sedikit kedalam basis krim sambil diaduk hingga
homogen.

3.2.4 Pengujian Sediaan Krim


Pengujian sediaan krim sunscreen ekstrak daun singkong dilakukan pengujian
sengan cara tes organoleptik, tes homogenitas, tes pH.
Uji aktivitas sediaan krim dilakukan dengan cara sebagai berikut: sampel krim
ekstrak daun singkong 0,3 gram dilarutkan dalam isopropanol hingga 30 ml,
kemudian diukur absorbansi dengan spektrofotometer UV VIS pada panjang
gelombang maksimal 200-400 nm. Disiapkan 2 buah kaca objek. Larutan
isopropanolol dengan krim ekstrak daun singkong dioleskan dalam kaca objek dan
masing-masing objek kaca dipaparkan lampu UV 366 selama 30 menit dan 60 menit.
Hitung absorbansi sediaan krim yang telah dipaparkan lampu UV dan dibandingkan
dengan hasil sebelum dipaparkan sinar UV.

3.2.5 Penelitian nilai SPF secara in-Vitro


Penentuan efektivitas tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF
secara in-vitro dengan spektrofotometri UV-Vis. Krim ekstrak daun singkong
diencerkan 4000 ppm dengan cara masing-masing krim ekstrak daun singkong (2%,
4% dan 8%) ditimbang sebanyak 0,1 g. Etanol 96% ditambahkan sebanyak 25 mL

9
dan dicampur hingga homogen. Spektrofotometer UV-Vis dikalibrasi terlebih dahulu
dengan menggunakan etanol 96%. Dimasukkan etanol 96% sebanyak 1 ml ke dalam
kuvet kemudian kuvet dimasukkan kedalam spektrofotometer UV-Vis untuk proses
kalibrasi. Dibuat kurva serapan uji dalam kuvet dengan panjang gelombang antara
290-320 nm dengan menggunakan etanol 96% sebagai blanko. Penetapan serapan
rata-ratanya dengan interval 5 nm. Hasil absorbansi masing-masing konsentrasi krim
dicatat dan kemudian nilai SPFnya dihitung dengan rumus:
SPF=CF x

Keterangan:
CF = Faktor koreksi
EE = Spektrum efek eritema
I = Spektrum intensitas matahari
Abs = Absorbansi sampel

3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data


Oleh kerena penelitian ini bersifat eksperimental, maka proses pengumpulan
data dilakukan pada saat melakukan penelitian di laboratorium. Data-data yang akan
diperoleh dari penelitian ini adalah pengujian sediaan krim sunscreen ekstrak daun
singkong dengan cara tes organoleptik, tes homogenitas, tes pH. Selain itu ditentukan
pula nilai SPF dari krim sunscreen. Data inilah yang kemudian akan dianalisis lebih
lanjut.

3.3.2 Teknik Analisa Data


Analisa data dilakukan dengan dua tahap, yaitu dengan uji hipotesis.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk uji hipotesis adalah:
1. Mencari varian akhir kedua sampel
2. Mencari simpangan baku gabungan dari kedua sampel

10
3. Mencari rata-rata dan diukur nilai keberartiannya
4. Menguji nilai keberartian dengan uji t
5. Menafsirkan hasil hipotesis

Perhitungan dengan rumus tersebut didasarkan pada hipotesis sebagai berikut:


Ho
: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara penerapan nilai SPF yang
berbeda antara sampel eksperimen dengan sampel pembanding.
Ha
: Ada perbedaan yang signifikan antara penerapan nilai SPF yang
berbedaantara sampel eksperimen dengan sampel pembanding.

Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai kritis yang


diperoleh dari table distribusi dengan derajat kebebasan (dk).

3.4 Cara Penafsiran dan Penyimpulan Data

Apabila data telah dianalisis dan diperoleh nilai t hitung, maka penarikan
kesimpulan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Ho ditolak, apabila t hitung lebih besar daripada t tabel. Artinya dalam
proses sintesis akan ditemukan perbedaan yang signifikan antara
sampel eksperimen dan sampel pembanding.
2. Ho diterima, apabila t hitung lebih kecil daripada t tabel. Artinya
dalam proses sintesis akan diketahui bahwa tidak perbedaan yang
signifikan antara sampel eksperimen dan sampel pembanding.

11
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Dalam pelaksanaan penelitian ini anggaran yang dibutuhkan adalah
Rp.12.500.000,00. Sumber dana berasal dari Kemristekdikti. Adapun rincian dananya
adalah sebagai berikut:

Tabel. Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


1 Peralatan Penunjang Rp. 3.500.000
2 Bahan Habis Pakai Rp. 6.200.000
3 Perjalanan Rp. 1.450.000
4 Lain-lain Rp. 1.350.000
Jumlah Rp. 12.500.000

12
Tabel Justifikasi Anggaran

13
14
4.2 Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan disusun mulai dari kegiatan persiapan, pelaksanaan dan


penyusunan laporan digambarkan sebagai berikut :
Kegiatan Bulan
No
1 2 3 4 5

1 Pembuatan X
proposal.
2 Penyewaan X
laboratorium.
3 Pengumpulan X
alat dan bahan
penelitian.
4 Pembuatan X
krim ekstrak
daun singkong.
5 Pengujian krim X
ekstrak daun
singkong.

15
6 Analisis dan X
interpretasi data
hasil penelitian.
7 Penyusunan X
laporan hasil
penelitian.
8 Seminar dan X
publikasi
artikel.

16

Anda mungkin juga menyukai