Anda di halaman 1dari 54

“PENATALAKSANAAN GANGGUAN/KELAINAN TMJ”

DISUSUN OLEH TUTORIAL E


1. Ghafran Nailul Farchi (161610101041)
2. Sunana Ageng Hikmawati (161610101042)
3. Nafra Glenivio Agretdie (161610101043)
4. Khairunnisa Fadhilatul Arba (161610101044)
5. Firmansyah Adi Pradana (161610101045)
6. Liyathotun Fatimah (161610101046)
7. Hamy Rafika Pratiwi (161610101047)
8. Shintia Dwi Pramesty (161610101048)
9. Endang Nur Hidayati (161610101049)
10. Windy Nanda Eriyati (161610101050)
Skenario 4: Penatalaksanaan Gangguan/Kelainan TMJ
Pasien laki-laki usia 65 tahun datang ke RSGM Unej dengan
keluhan rahang tidak bisa dipakai untuk menutup mulut. Istri penderita
menceritakan bahwa kejadian ini berlangsung sejak pagi hari saat
penderita baru bangun tidur dan menguap. Kesulitan membuka mulut
penderita sebenarnya sering terjadi dan berulang terutama saat
membuka mulut terlalu lebar maupun tertawa. Pemeriksaan klinis
terlihat mulut terbuka dengan jarak antar insisal 1 cm, maloklusi
bilateral, tidak bisa menutup mulut, palpasi di preaurikula kanan dan kiri
sakit serta ada spasme otot.
Step 1: Clarifying Unfamiliar Terms
1. Spasme otot: kontraksi pada otot yg muncul tiba-tiba dan tanpa
sadar. Otot akan terasa kuat, tegang, dan penderita merasa nyeri.
2. Maloklusi bilateral: maloklusi yg terjadi pada 2 sisi rahang dimana
pengertian maloklusi adalah kondisi yg menyimpang dari relasi
normal gigi terhadap gigi yg lainnya. Maloklusi merupakan keadaan
yg tidak menguntungkan & meliputi ketidakteraturan lokal pada gigi
seperti gigi berjejal, protrusif, dan malposisi.
3. Palpasi preaurikula: palpasi pada daerah aurikular yaitu di depan
telinga di sinus periaurikula.
Step 2: Problem Identification
1. Apa saja faktor-faktor penyebab kelainan TMJ?
2. Bagaimana cara mendiagnosa kasus pd skenario?
3. Mengapa dia sulit membuka dan tidak bisa menutup pada saat
menguap?
4. Kelainan TMJ apa yg diderita pasien?
5. Bagaimana penatalaksaan kasus pd skenario?
Step 3: Brainstorming
1. Apa saja faktor-faktor penyebab kelainan TMJ?
■ Makrotrauma: Trauma terjadi karena ■ Gangguan fungsi rahang: akibat fungsi yg
benturan keras yg lgsg menyebabkna menyimpang contohnya malposisi.
klainan. Contohnya menguap terlalu lebar.
■ Stress yg berlebih: stress dan cemas
■ Mikrotrauma: mikrotrauma terjadi krn berlebih bisa menyebabkan kebiasaan
trauma ringan tapi terjdi secara terus menggertakkan gigi sehingga rahang atau
menerus. Faktor kebiasaan buruk: TMJ menjadi aus.
bruxism, mengunyah 1 sisi, dan krn
adanya perawatan orto yg salah. ■ Penyakit sistemik: osteoartritis.
■ Kelainan fungsi anatomi dan kelainan ■ Seks: kebanyakan terjadi pd perempuan
neuromuskular dari fungsi pengunyahan. krn masalah hormonal .
■ Faktor struktural: ada kelainan struktur ■ Karena maloklusi: menyebabkan
sejak lahir dan adanya pertumbuhan rahang ketidakseimbangan dari neuromuskuler
yang belum sempurna. dan bisa menyebabkan iskemi.
2. Bagaimana cara mendiagnosa kasus pd skenario?

Terdapat 4 cara untuk mendiagnosis yaitu:


■ Pemeriksaan subyektif (anamnesa)
■ Pemeriksaan objektif: inspeksi (meraba atau melihat adanya deviasi
rahang), palpasi (tujuannya agar operator tahu arah deviasi, untuk
mengetahui adanya fraktur atau tidak, untuk lebih jelas pake
rontgen), auskultasi (dengan atau tanpa stetoskop. Stetoskop
ditempelkan di periaurikula).
■ Pemeriksaan radiografi: untuk menentukan jenis dislokasi (bisa
dislokasi anterior atau posterior), digunakan untuk melihat struktur
anatomi sendi.
■ Pemeriksaan bakteriologis: digunakan bila penyakit TMJ diindikasikan
adanya abses. Agar tahu penyebab sebenarnya apa.
3. Mengapa dia sulit membuka dan tidak bisa menutup pada saat menguap?

- Sulit menutup rahang: karena adanya interlocking atau dislokasi dan


adanya spasme otot yg harusnya dia nyaman, karena ada spasme otot
jadinya sulit menutup mulut. Juga karena fossanya tidak sesuai. Bisa
juga karena kelainan pada diskus atau cairan synovial.
- Kesulitan membuka mulut karena sebenarnya dia sering sulit membuka
mulut disebabkan karena faktor-faktor seperti kelainan struktural
(maloklusi bilateral: adanya desakan terus menerus sehingga
menyebabkan kelainan TMJ, diskus akan kehilangan fleksibilitasnya dan
maloklusi bisa menyebabkan posisi diskus berubah atau locking jaw).
Selain inflamasi sendi, jg terjadi spasme otot. Spasme terjadi karena
hiperfungsi(mengunyah saru sisi, malposisi).
4. Kelainan TMJ apa yg diderita pasien?

Diagnosis kasus pada skenario: dislokasi TMJ.


Dislokasi dibagi 3 tipe berdasar lokasi diskus
■ Tipe 1: kepala kondil lgsg di bawah ujung eminentia
■ Tipe 2: kepala kondil di depan ujung eminentia
■ Tipe 3: kepala kondil di depan dasar eminentia
5. Bagaimana penatalaksaan kasus pd skenario?

■ Jaw rest: istirahatkan rahang ■ Menggunakan obat-obatan seperti obat


analgesik utk mengurangi rasa sakit
■ Terapi panas dan dingin utk
mengurangi spasme otot. ■ Koreksi gigitan bisa menggunakan
Terapi panas atau orthodonti
mengompres bisa ■ Terapi bedah untuk dislokasi yg
memperlancar aliran adarah kambuhan dan non-bedah dengan cara
tetapi bisa menyebabkan reposisi
pembengkakan, terapi dingin ■ Terapi bisa dengab cara perbaikan oklusi
lebih direkomendasikan bisa menggunakan alat lepasan dari
karena bisa menghambat akrilik yang dipasang pada permukaan
pembengkakan.Terapi dingin oklusal atau insisial gigi sehingga
bisa mengurangi ketegangan tercipta kontak oklusal pada kontak
pada otot, terapi panas dingin antagonisnya contohnya bisa pake night
bisa dikombinasi agar optimal. guard, bite guard dan alat orthodontik.
■ Terapi konservatif berupa edukasi pasien. Bisa juga dengan cara
intervensi kognitif behavior, terapi psikis, bisa juga dilakukan
pengurangan perilaku adaptif. Bila terapi konservatif gagal maka
dilakukan pembedahan.
■ Terapi fisik: terapi otot rahang untuk meningkatkan koordinasi otot,
Locking jaw: beri obat-obatan dulu bisa melalui injeksi baru
dilakukan reposisi. Obat relaktan otot soalnya ada ketegangan
ototnya.
■ Intruksi pada pasien: setelah dilakukan perawatan non bedah harus
memberi intruksi pada pasien untuk tidak menggunakan rahang
terlalu berat, tidak menguap terlalu lebar, makan yg kunak, hindari
mengunyah 1 sisi dan permen karet, kompres air hangat pada
lokasi sendi yg nyeri 20 menit 3 hari sekali selama 2-4 minggu,
memberikan pemijatan ringan pada daerah yg sakit bisa pake obat
antinyeri.
Step 4: Mapping
Step 5: Learning Objective
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menguasai konsep teoritis
tentang etiologi dan faktor predisposisi kelainan TMJ
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menguasai konsep teoritis
tentang macam-macam kelainan TMJ
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menguasai konsep teoritis
tentang pemeriksaan klinis dan diagnosis kasus pada skenario
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menguasai konsep teoritis
tentang Penatalaksanaan kasus pada skenario
Step 6: Self Study
Step 7: Reporting
LO 1: FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
KELAINAN PADA SENDI
TEMPOROMANDIBULA
SALAH SATU FAKTOR PENTING YANG
MENYEBABKAN TMD ADALAH:

40% dari 90% kelainan


TMJ karena TRAUMA

(American Dental Association, 1990)


Faktor predisposisi
■ Tekanan psikologi
■ Bruxism
■ Malkoklusi
■ Radang sendi
■ Kesalahan perawatan orthodontic
■ Penambalan yang buruh atau mahkota tiruan
■ Usia
■ Jenis kelamin
(Sharma et al, 2011)
A. Faktor Predisposisi
■ Proses patofisiologis, psikologis atau struktural yang mengubah
sistem mastikasi dan meningkatkan risiko pengembangan kelainan
temporomandibular
– Open bite
– Impaksi molar 3
– Overjet yang lebih besar dari 6-7 mm
– Posisi retruded intercuspal dengan sliding lebih dari 4 mm
– Unilateral lingual cross-bite
– Lima atau lebih gigi posterior yang hilang
– Restorasi yang salah dan prostesis yang tidak pas.
(Sharma et al, 2011)
B. Faktor Inisiasi
■ Faktor yang menyebabkan awal terjadinya gangguan Sendi
Temporomandibula yaitu beban yang berlebihan pada sistem
pengunyahan dan adanya trauma.
■ Makrotrauma : beban yang terjadi secara keras dan tiba-tiba (cth:
benturan keras, menguap terlalu lebar, pencabutan gigi M3, dll)
■ Mikrotrauma : trauma ringan yang terjadi secara terus menerus
sehingga sendi temporomandibula akan beradaptasi.
(Sharma et al, 2011)
C. Faktor Perpetuasi
■ Faktor yang mengganggu proses penyembuhan atau memperparah
terjadinya gangguan sendi Temporomandibula.
■ Karena adanya faktor emosional (depresi dan kecemasan), dan faktor
kognitif (pikiran negatif dan sikap yang bisa membuat penyembuhan
penyakit menjadi lebih sulit), faktor tingkah laku (kebiasaan
clenching, grinding, dan postur kepala yang tidak normal)
(Sharma et al, 2011)
LO 2: MACAM-MACAM
KELAINAN TMJ
1. DISC DISLOCATION (Dislokasi Sendi)
■ Definisi:
Terlepasnya kondilus dari posisi normal.
■ Klasifikasi:
Berdasarkan banyaknya
Berdasarkan kesimetrisan: Berdasarkan etiologi:
kejadian:
a. Unilateral a. Traumatik
a. Recurrent
b. Bilateral b. Bukan traumatik
b. Non-recurrent

Berdasarkan posisi: Berdasarkan waktu:


Lain-lain:
a. Anterior a. Akut
a. Subluksasi
b. Posterior b. Kronis
b. Luksasi
c. Medial c. Kronis Akut
d. Lateral
e. Superior
BERDASARKAN POSISI
a. DISLOKASI ANTERIOR
■ Definisi:
Perubahan posisi condylus menjadi anterior terhadap fossa
articularis tulang temporal.
■ Mekanisme:
Muskulus masseter dan temporalis mengangkat mandibula
sebelum muskulus pterygoid lateral berelaksasi, mengakibatkan
condylus mandibula tertarik ke anterior ke tonjolan tulang dan
keluar dari fossa temporalis. Spasme muskulus masseter,
temporalis, dan pterygoid menyebabkan trismus dan menahan
condylus tidak dapat kembali ke fossa temporalis.
b. DISLOKASI POSTERIOR
■ Terjadi akibat trauma fisik langsung pada dagu. Condylus
mandibula tertekan ke posterior ke arah mastoid. Jejas pada
meatus acusticus externum akibat condylus dapat terjadi
pada dislokasi tipe ini.
c. DISLOKASI MEDIAL
■ Terjadi karena tarikan berkelanjutan dari otot pterygoideus
lateral pada kondilus dari sisi yang terkena.
d. DISLOKASI LATERAL
■ Biasanya terkait dengan fraktur mandibula. Condylus
bergeser ke arah lateral dan superior serta sering dapat
dipalpasi pada permukaan temporal kepala.
BERDASARKAN WAKTU
a. DISLOKASI AKUT
■ Terjadi akibat trauma atau reaksi distonik, namun biasanya disebabkan
oleh pembukaan mulut yang berlebihan seperti menguap, anestesi umum,
ekstraksi gigi, muntah, atau kejang. Dislokasi anterior juga dapat terjadi
setelah prosedur endoskopik.
b. DISLOKASI KRONIS
■ Terjadi akibat dislokasi TMJ yang tidak ditangani sehingga condylus tetap
berada dalam posisinya yang salah dalam waktu lama. Biasanya
dibutuhkan reduksi terbuka.
c. DISLOKASI KRONIS AKUT
■ Disebabkan oleh mekanisme yang sama pada pasien dengan faktor risiko
seperti fossa mandibularis yang dangkal (kongenital), kehilangan kapsul
sendi akibat riwayat dislokasi sebelumnya, atau sindrom hipermobilitas.
BERDASARKAN KESIMETRISAN
BILATERAL UNILATERAL
Lain-lain:
a. SUBLUKSASI (PARSIAL)
■ Dislokasi dari kondil, yang sembuh dengan sendirinya dan tidak
membutuhkan perawatan medis.

b. LUKSASI (KOMPLIT)
■ Kondisi yang lebih serius terjadi, yang mana kondil bertranslasi ke
anterior di depan articular eminence dan terkunci pada posisi
tersebut.
■ Membutuhkan perawatan medis.
2. DISC DISPLACEMENT
■ Definisi:
Keabnormalan posisi dari diskus artikularis terhadap kondil dan fosa
mandibula
DISC DISPLACEMENT WITH DISC DISPLACEMENT WITHOUT
REDUCTION REDUCTION
3. MYOFASCIAL PAIN & DYSFUNCTION
■ Merupakan penyebab paling umum dari nyeri dan terbatasnya
fungsi mastikasi pada pasien.
■ Sumber nyeri dan disfungsinya berasal dari otot, dengan otot
mastikasi mengalami tenderness dan nyeri sebagai hasil dari
fungsi otot yang abnormal atau hiperaktivitas. Fungsi otot
abnormal tersebut seringkali berhubungan dengan clenching
atau bruxism.
■ Penyebabnya diperkirakan multifaktorial. Namun, yang paling
sering adalah bruxism akibat stress dan cemas, dengan oklusi
sebagai faktor modifikasi atau yang memperburuk.
4. PENYAKIT SENDI DEGENERATIF
■ Osteoatritis
PERUBAHAN BENTUK KONDIL
a. Bentuk yang normal didasarkan pada
bentuk tulang kortikal pada kepala
kondilus tampak halus dan bersih.
b. Tampak terjadinya flattening,
sehingga kepala kondilus tampak
menyudut dan tidak lagi berbetuk
cembung.
c. Tampak terjadinya erosi yang ditandai
tergerusnya sebagian daerah kepala
kondilus disertai penurunan densitas
pada daerah tersebut.
d. Bentuk osteophyte, yaitu tampak
adanya pertumbuhan atau
penonjolan di bagian anterior dan
atau superior dari permukaan kepala
kondilus.
5. ANKILOSIS
■ Ankilosis intrakapsular
Dihasilkan dari berfusinya kondil, disc dan fossa
mandibula, sebagai hasil dari formasi jaringan
fibrosa, berfusinya tulang atau kombinasi dari
keduanya.
■ Ankilosis ekstrakapsular
Tipe ankilosis ini biasanya melibatkan prosesus
koronoid dan otot temporalis. Biasanya penyebab
dari kelainan ini adalah pembesaran koronoid, atau
hyperplasia dan trauma pada daerah lengkung
zigomatik. Infeksi di sekitar otot temporal dapat juga
menghasilkan kelainan ini.
LO 3: PEMERIKSAAN
KLINIS DAN DIAGNOSIS
KASUS PADA SKENARIO
Pemeriksaan Subjektif

Pemeriksaan
TMJ Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan
Penunjang

Diagnosa
kasus
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

Dilakukan anamnesa:
- Rasa sakit atau nyeri
- Bunyi sendi
- Perubahan luas
pergerakan
- Perawatan sebelumnya
(Pedersen, 1998)
PEMERIKSAAN KLINIS
Meliputi:
1. Inspeksi

2. Palpasi
3. Auskultasi
Auskultasi dilakukan dg menggunakan
stetoskop dg tujuan mendengarkan bunyi abnormal
pd persendian sperti kliking, popping atau krepitus.
Kliking yg terjadi di awal fase membuka mulut
menunjukkan dislokasi diskus ke anterior.
Sedangkan kliking yg timbul lebih lambat berkaitan
dengan kelainan meniskus.
(Pedersen, 1998; Fricton, 1998)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Sinar-X
1. Pembuatan foto panoramik (memperlihatkan regio proc. Condylaris
dan subcondylaris dua sisi (bilateral), sehingga bisa langsung
dilakukan perbandingan antara antara keduanya)
2. modifikasi Towne (memeriksa kedua condyl dari koronal dan sangat
bermanfaat untuk diagnosis perluasan neoplasia jaringan keras ke
arah medial dan diagnosis dislokasi akibat fraktur pada kasus
trauma akut)
3. teknik transkranial.

(Pedersen, 1998)
DIAGNOSA
Diagnosa kasus pada skenario yaitu dislokasi anterior akut
Karena berdasarkan skenario, pasien mengalami
dislokasi akibat menguap, membuka mulut dan tertawa terlalu
lebar. Selain itu, pada skenario tidak ada keterangan bahwa
pasien mengalami trauma dan fraktur mandibula yang
merupakan ciri dari dislokasi yang lain.
LO 4: PENATALAKSANAAN
KASUS PADA SKENARIO
Tujuan :
1. Mengurangi rasa sakit dan gelisah
2. Mengurangi aktifitas fungsional dan parafungsional yang
menimbulkan kelainan
3. Memperbaiki fungsi normal secara rasional serta penerusan
aktifitas normal sehari-hari

Perawatan Gangguan Sendi Temporomandibular:


■ Perawatan Non Bedah (Konservatif)
■ Perawatan Bedah (Operatif)
A. Komunikasi dengan Pasien
■ Opeator diharapkan dapat menjelaskan pada pasien bahwa
gejala yang timbul bukanlah disebabkan oleh kelainan
struktur bisa jadi suatu kelainan reversibel yang mungkin
saja berhubungan dengan pola hidup pasien.
■ Dengan demikian bisa memotivasi pasien agar lebih
percaya diri hingga timbul kerjasama yang baik antara
dokter dengan pasien,dan pasien pun secara bertahap bisa
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan clenching atau
parafungsi.
B. Jaw Rest / Mengistirahatkan Rahang
■ Pasien dianjurkan untuk mengistirahatkan rahang,
menghindari pergerakan rahang yang berlebihan seperti
menguap, atau gerak untuk mengunyah makanan yang
keras. Pasien dianjurkan untuk memakan makanan yang
keci-kecil atau telah di potong-potong
C. Terapi Fisik
■ Pasien bisa melakukan perawatan ini sendiri dirumah.
Terapi fisik merupakan terapi yang mendukung terapi
gangguan sendi temporomandibular lainnya yakni terapi
oklusal dan psikososial.
Lanjutan “Terapi Fisik”…

1. Modalities
Terapi panas dapat mengurangi rasa nyeri dan kekakuan otot,
caranya :
■ Meletakkan handuk basah hangat, atau lap diletakkan
botol berisi air panas. Terapi 10-15 menit terus-menerus
sekurang-kurangnya tiga minggu di daerah yang terserang.
Lanjutan “Terapi Fisik”…

2. Teknik Reposisi Manual


D. Perawatan Farmakoterapi
■ Obat-obatan dapat membantu meredakan gejala gangguan sendi
temporomandibular seperti rasa sakit, hiperaktivitas otot,
ansietas dan depresi.
■ Obat-obatan yang bermanfaat terdiri dari, analgetik, anti
inflamasi, kortikosteroid, relaxan otot, anti anxietas dan anti
depresi.
■ Untuk meringankan rasa sakit yang timbul bisa diberikan :
aspirin, asetaminophen, ibupropen. Anti inflamasi ; NSAID, yaitu
Naproxen, ibupropen. Antianxiety ; Diazepam. Muscle relaxan ;
Cyclobenzaprine (Flexeril). Lokal Anastetik ; Lidokain dan
Mepivakain.
E. Latihan Rahang
■ Latihan akan menolong untuk relaksasi otot dan
menambah mobilitas sendi rahang. Terdapat beberapa
macam latihan yang disarankan untuk mengatasi gangguan
sendi temporomandibula, yaitu Stretching Exercise (latihan
peregangan), Resistive Exercise (latihan resistif) Retruded
Opening Exercise (latihan pembukaan mulut dengan
tekanan) dan Midline Exercise (latihan keseimbangan
rahang). Biasanya dengan latihan teratur dan terarah
keluhan akan hilang dalam 3-5 hari.
F. Perawatan Psikososial
■ Aktivitas neuromuskular yang menimbulkan beban yang
besar dan berulang-ulang dari sendi, disebabkan oleh
tekanan emosi dan ketegangan. Oleh karena usaha
menghilangkan faktor-faktor diatas merupakan tujuan
utaman dalam merawat faktor penyebab sindrom ini.
■ Tekanan emosional yang meningkat dapat mempengaruhi
fungsi otot dan mengaktifkan sistem nervus simpatik, yang
dengan sendirinya merupakan sumber rasa sakit pada otot.
■ Kelompok-kelompok penunjang stress, konsultasi psikologi,
dan obat-obatan juga dapat mengurangi tegangan otot.
G. Terapi Oklusal
■ Terapi oklusal bertujuan mengubah gigitan untuk
mengurangi tekanan yang berlebihan pada sendi. Terapi ini
meliputi perawatan ortodontik, restorasi mahkota, dan
selektif grinding.
A. Arthrocentesis theraphy
■ Prosedur ini dilakukan dengan jalan menyuntikan cairan ke
dalam sendi untuk membuang kotoran atau sisa
peradangan yang mengganggu rahang.
■ Mengurangi tekanan intraauricular
■ Kontrol nyeri
■ Meningkatkan fungsional
B. Artroscopy
■ Merupakan prosedur pembedahan untuk melihat,
mendiagnosis dan menangani masalah di dalam sendi.
■ Untuk melepas kapsul sendi atau otot pterygoid untuk
mereposisi dan melakukan tindakan pengangkatan
posterior ligamen
Daftar Pustaka
■ S Sharma, DS Gupta, US Pal, Jurel SK. Etiological Factors of Temporomandibular Joint Disorders. National J of Maxillofacial Surg.
2011; 2(2): 116-9
■ Pedersen, Gorden W. 1998. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut . jakarta : EGC.
■ Neil, Mc. 1983. Cranio-Mandibular (Temporomandibular Joint) Disorders the State of the Art: Part II, Accepted Diagnosis and Treatment
Modality, Journal of Prosthetic Dentistry.
■ Hayati, Nurina, dkk. 2007. Dislokasi Sendi Temporomandibular. Jakarta: EGC.
■ Akinbami BO. 2011. Evaluation of The Mechanism and Principles of Management of Temporomandibular Joint Dislocation. Systematic
Review of Literature and a Proposed New Classification of Temporomandibular Joint Dislocation. Head Face Med.
■ Caminiti MF, Weinberg S. 1998. Chronic Mandibular Dislocation: The Role of Non-surgical and Non-surgical Treatment. J Can Dent
Assoc.
■ David M., Leo F.A. 2010. Management of Acute Dislocation of the Temporomandibular Joint in Dental Practice. Journal of the Irish
Dental Association
■ Dhananjay Rathod. Internal Derangement of Temporomandibular Joint Etiology, Pathophysiology, Diagnosis and Management: A
Review of Literature. International Journal of Applied Research 2016; 2(7): 643-649
■ Pérez del Palomar A, Doblaré M. 2007. Influence of Unilateral Disc Displacement on the Stress Response of the Temporomandibular
Joint Discs During Opening and Mastication. J Anat.
■ Sang LK, Mulupi E, Akama MK, Muriithi JM, Macigo FG, Chindia ML. 2010. Temporomandibular Joint Dislocation in Nairobi. East Afr
Med J.
■ Ugboko VI, Oginni FO, Ajike SO, Olasoji HO, Adebayo ET. 2005. A Survey of Temporomandibular Joint Dislocation: Aetiology,
Demographics, Risk Factors and Management in 96 Nigerian Cases. Int J Oral Maxillofac Surg.

Anda mungkin juga menyukai