Saat ini informasi dianggap sebagai sumber daya yang berharga bagi organisasi. Organisasi menyadari
bahwa tanpa informasi tidak ada peningkatan efektifitas, efisiensi, dan daya saing yang akan terjadi.
Manusia membutuhkan informasi dalam menghadapi berbagai situasi, baik dari lingkungan,
masyarakat, atau untuk memenuhi kebutuhan personal, sosial, ekonomi, maupun ketenagakerjaan.
Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa informasi merupakan sumber daya yang berharga dan
kritis yang dibutuhkan manusia untuk mengambil keputusan.
Goggin, dalam Stueart (1982:5) mendukung pernyataan diatas dengan mengatakan bahwa setiap
orang, baik berpendidikan tinggi hingga tidak berpendidikan, atlet, dan pemimpin bisnis
membutuhkan informasi untuk mengambil keputusan. Blom (1991:22) menyatakan bahwa nilai dari
informasi sedemikian penting sehingga seharusnya memiliki derajat yang sama dengan sumber daya
berharga lainnya seperti uang, tenaga kerja, bahan baku, dan produk. Dia menunjukkan bahwa
informasi memiliki kontribusi yang dapat diubah menjadi hasil yang berguna yang mendukung
tercapainya tujuan organisasi.
Burk dan Horton (1988:vii) juga mendukung fakta bahwa masalah dapat muncul saat sumber daya
informasi tidak dieksploitasi sepenuhnya, misalnya, informasi penting yang dapat membantu seorang
manajer menyelesaikan suatu krisis mungkin saja terlewat atau tidak digunakan karena
mismanajemen dari informasi. Selain itu duplikasi dari informasi yang serupa juga dapat terjadi. Untuk
menggambarkan pentingnya informasi terhadap kesuksesan suatu organisasi, Lewis, dalam Blom
(1991:21) menyerukan adalah hal yang penting untuk membuat orang sadar bahwa informasi bersifat
esensial dalam penyelesaian masalah dan perencanaan jangka panjang.
Blom (1991:22) mengindikasikan bahwa informasi memiliki harga di pasar seperti sumber daya lain.
Hal ini benar, karena seperti sumber daya lainnya, informasi dapat diperjualbelikan sehingga memiliki
nilai pasar, akuntabilitas dalam penggunaannya, dan kontribusinya dalam pengambilan keputusan
adalah hal yang penting. Semua pendapat ini menekankan betapa signifikannya informasi terhadap
produksi dank arena itu membutuhkan manajemen yang efektif seperti sumber daya tradisional
lainnya. Hal ini akan berpengaruh pada efektifitas, efisiensi, dan produktivitas dalam sebuah
organisasi. Kontribusi positif dari informasi terhadap pengambilan keputusan memastikan bahwa
tujuan organisasi dapat dicapai.
Beberapa ratus tahun yang lalu, manajemen informasi bukan hal yang diperlukan karena terbatasnya
jumlah informasi yang tersedia. Cronin (1985a:105) mendukung pernyataan ini ketika mengatakan
bahwa walaupun informasi telah menjadi jantung dari masyarakat yang beradab, volume dan
kompleksitas dari informasi yang beredar kurang lebih dapat dikelola. Perkembangan teknologi baru
untuk menyediakan akses terhadap sejumlah besar informasi dengan biaya tinggi dan resiko duplikasi
dan pengembangan yang tidak kompatibel akan menuntun pada inefisiensi dan kekacauan,
memunculkan kebutuhan akan manajemen informasi. Hal ini menghasilkan sejumlah besar informasi
yang relevan tidak digunakan dan tidak disadari sebagai suatu alternative untuk menyelesaikan suatu
kebutuhan pada saat tertentu. Cronin (1985a:106) menunjukkan bahwa peningkatan kompleksitas
dari keputusan dan meningkatnya tekanan untuk solusi cepat terhadap masalah yang kompleks
menciptakan kebutuhan untuk pengelolaan informasi yang lebih modern.
Menurut Cronin (1985a:106), manajemen informasi muncul sebagai respon terhadap masalah yang
mengikuti lahirnya era informasi. Fairer-Wessels (1997:96) juga mendukung Cronin dengan
mengatakan bahwa manajemen informasi adalah respon untuk meningkatkan control terhadap
lonnjakan informasi dan peningkatan kompleksitas dari pengambilan keputusan dengan memperbaiki
aluran, analisis, dan sintesis dari informasi bagi pengambil keputusan.
Horton (1985:107) mendukung Cronin dan Fairer-Wessels dengan menekankan bahwa manajemen
informasi diperlukan untuk mengatasi masalah akibat lonjakan informasi, kemajuan pesar teknologi
modern, jaringan telekomuniasi, dan teknik baru untuk mencari, mengakses, dan mengambil
informasi. Tanpa pengelolaan informasi yang efektif, mustahil untuk melakukan hal-hal yang
disebutkan oleh Horton. Manajemen informasi dilihat sebagai sebuah disiplin yang dapat
mengintegrasikan seluruh sumber daya informasi yang tersedia di organisasi dengan visi untuk
memberikan aksesibilitas informasi seluas mungkin.
Maka manajemen informasi muncul sebagai disiplin untuk mengontrol dan mengelola informasi
dengan efektif sehingga setiap bagiannya tersedia dalam berbagai bentuk dapat digunakan dengan
efektif untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu Blom (1991:21) menekankan bahwa
penyediaan informasi yang tepat pada waktu yang tepat merupakan faktor kesuksesan yang kritis agar
suatu organisasi dapat sukses. Horton (1985:109) menambahkan kita dihadapkan dengan masalah
dengan memiliki terlalu banyak informasi daripada yang dapat kita gunakan dan tetap tidak
mendapatkan apa yang kita butuhkan, pada lokasi yang tepat dan waktu yang tepat. Pernyataan
Horton menggambarkan bahwa tanpa manajemen informasi pada organisasi, tiap individu tidak dapat
memenuhi kebutuhannya dengan berbagai informasi yang tersedia.
Sumber daya ekonomi merujuk pada seluruh kontribusi yang digunakan untuk memproduksi barang.
Palmer dkk. (1992:36) mengidentifikasikan mereka sebagai tenaga kerja, capital, bahan mentah, dan
kewirausahaaan.
AUDIT INFORMASI
Gagasan bahwa informasi termasuk sumber daya dan memerlukan manajemen yang efektif
menghasilkan sebuah konsep baru dalam manajemen yang disebut dengan manajemen informasi.
Seperti sumber daya lainnya yang diaudit, misalnya audit keuangan, audit sumber daya manusia, audit
informasi juga merupakan hal yang penting dalam bidang manajemen informasi.
Underwood (1994:59) menyatakan bahwa seorang manajer informasi dapat menggunakan berbagai
strategi untuk mengidentifikasi sumber daya informasi yang ada dan mengetahui bagaimana sumber
daya informasi tersebut digunakan serta siapa yang menggunakannya. Hal ini perlu dilakukan terus
menerus. Audit informasi perlu menjadi perangkat permanen untuk secara sistematis dan terus
periodic melakukan inventarisasi sumber daya informasi.