Anda di halaman 1dari 13

PENDEKATAN STATIS:

SPESIALISASI
Salah satu model pertumbuhan ekonomi yang paling populer adalah fungsi produksi, seperti
yang dikenalkan oleh Harrod-Domar dan Solow. Pada level nasional, fungsi produksi
mendeksripsikan hubungan ukuran dari tenaga kerja dan stok modal suatu negara, yang
biasanya terukur dalam produk nasional bruto (PNB).
Sementara itu, pada level perusahaan (individual firm) atau ekonomi mikro, fungsi produksi
tersebut mengabstraksikan seberapa banyak peningkatan output yang dihasilkan suatu
perusahaan bila jumlah tenaga kerja atau stok modal meningkat, dengan faktor produksi
yang lain dianggap tetap (given amount).
Untuk mengatasi persoalan tersebut biasanya ada dua cara yang dilakukan oleh negara
berkembang: (1) mengundang investor asing (penanaman modal asing/PMA), baik langsung
maupun potofolio, atau (ii) meminta bantuan/utang luar negeri (debt)
Dengan adanya PMA, berarti membuka investasi dan sekaligus menyerap tenaga kerja;
sementara instrumen utang luar digunakan untuk membuka investasi baru, atau setidaknya
dipakai untuk membangun infrastruktur ekonomi agar pihak swasta (private sector) tertarik
melakukan investasi.
Namun, dalam tradisi ekonomi kelembagaan, sumber pertumbuhan ekonomi tidak harus
bertumpu kepada investasi semata, meskipun disadari bahwa faktor tersebut memang juga
penting.
Titik-titik yang berada pada garis
kurva tersebut merupakan yang
paling efisien karena berarti ekonomi
sudah memanfaatkan sumber daya
secara penuh dan membuat seluruh
pertukaran (exchange) yang dianggap
penting.
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi (sebagai sumber pertumbuhan ekonomi) adalah
dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang diperoleh melalui kenaikan derajat
spesialisasi dan pembagian tenaga kerja (division of labor).
Dengan landasan pemikiran tersebut, tugas terpenting yang harus dikerjakan agar muncul
spesialisasi adalah menciptakan kelembagaan yang efisien, seperti yang terlihat pada Bagan 10.1.

Semakin rendah biaya transaksi yang muncul dari kegiatan (transaksi) ekonomi, berarti
menunjukkan kelembagaan yang efisien; demikian sebaliknya. Hal lain yang tidak bisa
dialpakan, adalah peran dari kelembagaan informal (informal institutions), seperti agama,
keyakinan (belief), budaya, dan code of condict, untuk turut mendorong efisiensi dan
produktivitas kegiatan ekonomi.
Kelembagaan informal yang kuat dan baik, seperti menghargai waktu, disiplin, kerja keras, dan
jujur, diyakini akan memengaruhi tingkat produktivitas (seperti di negara-negara Barat).
Pada titik inilah Kunio (2000: 140-145), berkeyakinan bahwa budaya
konfusianisme yang memiliki komitmen kuat terhadap pendidikan dan
perbaikan material (materialitistic improvement), yang kebetulan pemeluknya
sebagian besar adalah etnis China, menjadi faktor penyebab rasionalitas
ekonomi di negara-negara Asia Timur Laut, termasuk di Singapura (karena 75%
penduduknya adalah etnis China).
Misalnya, dalam level korporasi, tenaga kerja yang tidak disiplin atau tepat
waktu diberikan hukuman (penalty) yang berat (seperti pemotongan gaji atau
pemutusan hubungan kerja) Seiring dengan perjalanan waktu, para pekerja itu
akan disiplin dan tepat waktu bukan karena takut terkena hukuman, melainkan
kesadaran (dan kebiasaan) bahwa budaya disiplin dan tepat waktu merupakan
faktor kunci bagi peningkatan produktivitas.
PENDEKATAN DINAMIS:
PERUBAHAN TEKNOLOGI
Proses pertumbuhan ekonomi dalam pengertian dinamika endogen (in terms of
endogenous dynamics), yakni dengan memasukkan inovasi dan perubahan teknologi
sebagai variabel endogen yang berkembang dinamis, itulah yang kemudian populer
disebut sebagai “teon pertumbuhan baru (new growth theory) [Jaffee, 1998:107].
Dengan dasar ini model pertumbuhan dinamis mencoba mendesain model pertumbuhan
yang bisa menangkap peran ilmu pengetahuan dan ide-ide untuk mempercepat inovasi
dan perubahan teknologi.
Pertubuhan ekonomi seperti inilah yang disebut dengan 'pertumbuhan intensif
(interssive growth), karena sumber daya yang tersedia digunakan secara maksimal
(intensif) sehingga diperoleh output yang lebih besar. Pertumbuhan intensif inilah yang
bisa dianggap sebagai nama lain dari 'new growth theory', yang menjadi kunci
peningkatan standar hidup secara sistematis dan dari waktu ke waktu (Yeager, 1999-47).
Setidaknya ada tiga jawaban mengenai hal itu (Yeager, 1999:47-49),
Pertama, sebuah negara harus mempercepat dan memperkuat kreativitas manusia (human
creativity), Konsekuensinya, individu dan perusahaan harus diberikan kebebasan dan insentif
untuk berpikir dan bereksperimen mengenai ide-ide baru.
Kedua, Mengimplementasikan ide menjadi penemuan baru merupakan proses yang tidak
hanya mahal, tetapi juga berisiko.Oleh karena itulah, harus tersedia instrumen yang mau
membiayai (initial investment) bagi proses penemuan teknologi tersebut, dengan segala risiko
yang melekat di dalamnya.
Ketiga, menciptakan lingkungan yang kompetitif sehingga bisa menekan korporasi untuk
secara terus-menerus memperbaiki produk-produknya atau sanggup mengambil risiko. Inti
dari konsep ini adalah keberanian 'merusak konsep lama untuk digantikan penciptaan ide atau
konsep baru, khususnya yang bertujuan menangkap peluang barang baru yang dibutuhkan
konsumen, metode produksi dan transportasi baru, pasar baru, dan bentuk baru dari organisasi
industrial.
Tetapi perusahaan juga bisa memeroleh laba dengan cara yang lain, seperti melalui perubahan
dan peningkatan teknologi sehingga produk yang dihasilkan kompetitif di pasar.
Dalam pengertian ini, seperti yang terlihat dalam Bagan 10.2, peran terpenting dari kelembagaan adalah
mendesain aturan yang membuat perusahaan mempunyai insentif untuk melakukan proses ‘perusakan kreatif”,
yang pada akhirnya berimplikasi kepada penemuan teknologi baru dan memicu pertumbuhan ekonomi.

Data-data yang tersedia menunjukkan bahwa negara-negara yang maju ekonominya adalah negara yang proporsi
R&D (baik yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun swasta) terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) cukup
besar.
Dalam perspektif ini, kunci bagi negara berkembang untuk bersaing dengan negara maju adalah dengan
meningkatkan anggaran R&D sehingga potensi penemuan teknologi baru dimungkinkan terjadi.
Pertama, memberikan kebebasan akademik (academic freedom) yang luas sehingga manusia yang bekerja di
sektor pendidikan memiliki ruang dan keberanian untuk melakukan eksperimen-eksperimen baru, termasuk
penelitian terhadap isu-isu tertentu yang dianggap sensitif oleh pemerintah.
Kedua, meningkatkan anggaran sektor publik (dalam hal ini untuk sektor pendidikan) sehingga kesempatan
penduduk memeroleh akses terhadap pendidikan semakin besar. Studi yang lebih jelas dilakukan oleh Thomas et
al. (2001-253), di mana ditunjukkan bahwa distribusi pendidikan yang tidak merata dan berkesinambungan
memiliki dampak negatif terhadap pendapatan per kapita di kebanyakan negara.
HIERARKI DAN STRUKTUR
KEPEMILIKAN KORPORASI
Masalah pengukuran tersebut kadang-kadang dapat dikerjakan melalui pertukaran produk dalam pasar
yang kompetitif, karena dalam banyak situasi pasar akan menghasilkan korelasi yang positif antara
penghargaan dan produktivitas (Alchian dan Demsetz, 1972:777-778) Dengan begitu, organisasi pada
dasarnya dipandang sebagai entitas "problem-facing dan "problem solving (Thompson, 1967).

Setidaknya, sampai saat ini terdapat tiga pendekatan yang berbeda


dalam menjalankan organisasi ekonomi, yakni teori hak kepemilikan
(property right).
Terdapat tiga asumsi yang dianggap salah alamat: (1) batas-batas
perusahaan (the boundary of the form) dianggap given (yang
didasarkan pada skala dan cakupan ekonomi); (ii) hak kepemilikan
diasumsikan telah terdefinisikan dengan baik; dan (iii) pertikaian
pengingkaran kontrak, jika ada, bisa diselesaikan dengan lancar dan
tanpa biaya (costless) melalui pengadilan.
Sampai di sini, makna organisasi sendiri dapat diartikan sebagai
kesepakatan perencanaan untuk mengumpulkan sumber daya-sumber
daya produktif guna mengejar satu atau beberapa tujuan Sumber daya-
sumber daya ini dikoordinasikan dalam beberapa jenis susunan
hierarki, atau campuran kelembagaan dan komando Seluruh proses
kinerjanya akan dimonitor dan dikontrol, khususnya jika dianggap
organisasi gagal untuk mencapai tujuan.
Organisasi didasarkan pada seperangkat aturan (set of rules), yakni semacam konstitusi yang berasal dari kontrak
sukarela ataupun dari struktur yang mempunyai otoritas politik (Vanberg, 1992; seperti yang dikutip oleh Kasper dan
Streit, 1998:258-259) Konsep tentang organisas juga mengandung pemikiran tindakan yang terkoordinasi di bawah
perencanaan untuk melakukan tugas-tugas khusus.
Dalam praktik organisasi ekonomi yang lebih konkret, Hage dan Finsterbusch (1987-570) mengidentifikasi empat model
organisasi yang efektif untuk diterapkan Pertama, model birokrasi-mekanik (the mechanical-bureaucratic model), Ini
adalah model yang cocok untuk produksi dengan teknologi sederhana dalam pasar yang besar.
Model ini adalah tipe yang tepat untuk produksi dengan teknologi yang kompleks dengan pasar yang kecil. Ini bentuk
organisasi yang tepat untuk produksi dengan teknologi sederhana dan pasar yang kecil. Ini adalah model yang tepat
untuk produksi dengan teknologi yang kompleks dan pasar yang besat Model ini berusaha menekankan efisiensi dan
inovasi, kuantitas dan kualitas serta jasa maupun beragam pelanggan/klien dan produktivitas.
Menurut definisi ini, tidak ada yang unik tentang pengaturan korporasi, yaitu versi yang lebih kompleks tentang
pengaturan kontrak standar, Dalam definisi kedua, dari Grossman dan Hart (1986) dan Hart dan Moore (1990),
perusahaan adalah kumpulan dari aset fisk yang dimiliki secara gabungan Kepemilikan menjadi masalah karena
memberi hak untuk membuat keputusan di dalam semua kemungkinan yang tidak bisa dispesifikasi secara detail sejak
kontrak awal Pada satu sisi, definisi ini memiliki manfaat membedakan antara hubungan kontrak sederhana dan
perusahaan, karena perusahaan tersebut didefinisikan dengan elemen non-kontrak (alokasi kepemilikan), tata kelola
korporasi (corporate governance) yang berlawanan dengan pengaturan kontraktual didefinisikan sebagai efek dari
elemen non kontraktual tersebut.
Sementara itu, perusahaan publik sendiri biasanya dideskripsikan juga sebagai korporasi yang dimiliki oleh banyak
pemegang saham (dengan nilai saham kecil-kecil) Oleh karena itu, kondisi tersebut memunculkan dua isu penting yang,
barangkali, tidak relevan dalam perusahaan tertutup/close firm (Hart, 1995:680-681).
Atau, dengan kata lain, meminjam frase yang dipopulerkan oleh Berle dan Means (1933), antara pemilik dan pengawas
harus dipisahkan, Keda, isu yang berhubungan dengan pemilik (shareholders) yang terpecah pecah dalam satuan kecil
menyebabkan tidak ada insentif untuk mengawasi pihak manajemen.
TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN
RESTRUKTURISASI KORPORASI
Dalam pendekatan neoklasik, kuantitas input digunakan dalam proses produksi yang telah
terspesifikasi, yakni melihat teknologi sebagai faktor eksogen yang akan menentukan
kuantitas output (atau batas efisiensi terkait dengan kuantitas output yang berjumlah
banyak).
Dalam tradisi ekonomi biaya transaksi, perbedaan derajat sisa stok (sunkennes) dari input
yang berlainan akan memengaruhi perilaku pemilik modal, ketidakmampuan untuk
mengamati kualitas atau upaya akan memengaruhi efektivitas dari input-input yang lain;
kualitas manajerial atau upaya-upaya akan menentukan seberapa baik input-input bila
dikombinasikan; dan seterusnya.
Model pengambilalihan paksa (hostile takeovers model): pengambilalihan paksa pada
prinsipnya merupakan mekanisme yang jauh lebih kuat untuk mendisiplinkan manajemen,
karena model ini memungkinkan seseorang yang berhasil mengidentifikasi kinerja
perusahaan kurang baik bakal mendapatkan penghargaan yang besar.
Isu lainnya yang tidak kalah penting adalah restrukturisasi transaksi perusahaan sebagai sebuah
inovasi dalam tata kelola perusahaan (Thomson dan Wright, 1995:690-691) Deskripsi
restrukturisasi transaksi perusahan (corporate restructuring transaction) digunakan di sini untuk
merangkum sebuah cakupan pengembangan organisasi, misalnya model leveraged buy-outs (akuisis
saham atau aset yang didanai dari utang), manajemen pembelian dari luar dan pembelian dari dalam
(management hay-outs and buy-ins), rekapitalisasi yang dibiayai dari utang (leveraged
recapitalisation) dan pembayaran tunai (cash out), kepemilikan saham oleh pekerja, serta struktur
keuangan dan sistem insentif perusahaan.
Perubahan-perubahan tersebut pada akhirnya secara tipikal akan memiliki efek kepada jaminan
keamanan dalam (i) reunifikasi yang substansal dari pembagian kepemilikan dan pengawasan
manajer, (ii) substitusi sebagian (substitution partial) dan instrumen utang yang bervariasi untuk
menjamin kesetaraan dalam struktur keuangan perusahaan, (iii) pengenalan insentif yang meningkat
bagi investor dan atau kreditor untuk mengawasi manajer senior dan (iv) introduksi insentif yang
lebih besar pada puncak hierarki manajerial dan juga pada level bawah (subordinate).
Terakhir, jika restrukturisasi ini kurang cukup untuk menjangkau perkembangan lingkungan,
menurut Dietrich (1994:145), maka perusahaan harus mengubah keyakinan dan asumsi yang
mendasari dan dengan demikian praktik organisasi menjadi berubah, demikian pula dengan
motivasi manajerial, dan sebagainya.
Jadi, yang ditekankan di sini bukan bagaimana cara mendapatkan bahan baku yang murah atau
melakukan kombinasi dari input-input yang tersedia agar menghasilkan output yang optimal, namun
mengupayakan agar manajemen perusahaan bekerja secara efektif melalui kelembagaan yang
efisien (ditunjukkan oleh biaya transaksi yang rendah).
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai