Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI

“Teori Stewardship dan Teori Stakeholder“

DISUSUN OLEH

DEWA GEDE TIRTA PRIAMBADA

C 301 18 090

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UNIVERSITAS TADULAKO
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Stewardship Theory berangkat dari perpektif pemikiran akuntansi manajemen
yang banyak didasari teori- teori psikologi dan sosiologi. Dalam pengelolaan
Stewardship Theory pengelolaan organisasi difokuskan pada harmonisasi antara
pemilik modal (principles) dengan pengelola modal (steward) dalam mencapai tujuan
bersama. Stewardship theory dalam akuntansi menjelaskan sebuah konstruk pola
kepemimpinan dan hubungan komunikasi antara shareholder dan manajemen,atau
dapat pula hubungan antara top manajemen dengan para manajer di bawahnya dalam
sebuah organisasi perusahaan dengan mekanisme situasional yang mencakup filosofis
manajemen dan perbedaan budaya organisasi, dan kepemimpinan dalam pencapaian
tujuan bersama tanpa menghalangi kepentingan masig-masing. Hal positif dalam
signalling theory merupakan perusahaan yang memberikan informasi yang bagus
akan membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus”
dengan menginformasikan pada pasar tentang keadaan mereka, sinyal tentang
bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan
masa lalunya tidak bagus tidak akan dipercaya oleh pasar (Wolk dan Tearney dalam
Dwiyanti, 2010). Secara umum, teori sinyal berkaitan dengan pemahaman tentang
bagaimana suatu sinyal sangat bernilai atau bermanfaat sementara sinyal yang lain
tidak berguna. Teori sinyal mencermati bagaimana sinyal berkaitan dengan kualitas
yang dicerminkan di dalamnya dan elemen-elemen apa saja dari sinyal atau
komunitas sekitarnya yang membuat sinyal tersebut tetap meyakinkan dan menarik.
Selain itu, teori ini juga mencermati apa yang akan terjadi manakala sinyal yang
diisyaratkan tidak sepenuhnya meyakinkan atau seberapa besar yang ketidakyakinan
yang dapat ditoleransi sebelum sinyal tersebut menjadi tidak bermakna sama sekali.
Penyinalan muncul dalam suatu lingkungan yang kompetitif. Hasrat dari pengirim
sinyal dan penerima sinyal seringkali sesuai, tetapi ada kalanya tidak sesuai sama
sekali. Ada kalanya persaingan agresif dan dilakukan terbuka tanpa upaya untuk
mengungkapkan, sebagaimana dapat dianalogikan seperti buruan dan pemburunya.
Buruan yang potensial dapat menyiratkan dirinya dengan tampilan yang penuh racun
atau mereka dapat lari cepat menghindar lalu kembali melakukan serangan membabi
buta. Pesaing yang potensial mungkin dapat memberi sinyal berupa kekuatan yang
dimiliki ke pesaing yang lain, jika pesaing tidak setara, pesaing yang lebih lemah
tidak melakukan apa-apa atau melakukan pertarungan sesungguhnya yang tentunya
akan sangat mahal biayanya bagi semuanya, atau menghindari persaingan sama sekali
Berdasarkan pandangan tersebut pemangku kepentingan (Teori stakeholder)
adalah pihak yang akan melalui langsung oleh keputusan dan strategi
perusahaan. Dan berdasarkan definisi di atas dapat menolak bahwa pemangku
kepentingan adalah seluruh pihak yang terkait dengan masalah dan permasalahan
yang menjadi fokus kajian atau perhatian. Seorang pemangku kepentingan adalah
seseorang yang mempunyai sesuatu yang dapat ia peroleh atau akan kehilangan
akibat dari sebuah proses perencanaan atau proyek. Dalam banyak siklus, mereka
disebut sebagai kelompok kepentingan, dan mereka yang berperan yang kuat dalam
menentukan hasil suatu proses politik. Seringkali akan sangat bermanfaat bagi
proyek penelitian untuk mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan dan kepedulian
berbagai pemangku kepentingan, terutama jika proyek diracang mempengaruhi
kebijakan.

Rumusan Masalah
1. Apa itu teori stewardship?
2. Apa itu teori stakeholder
Tujuan
1. Legitimasi Theory
Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan
yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas
ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang
dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995 dalam Rosita Candra 2009). Legitimasi
dianggap penting bagi perusahaan dikarenakan legitimasi masyarakat kepada
perusahaan menjadi faktor yang strategis bagi perkembangan perusahaan ke depan.

Teori legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial yang diimplikasikan antara
institusi sosial dan masyarakat (Ahmad dan Sulaiman, 2004)..

Deegan, Robin dan Tobin (2000) menyatakan legitimasi dapat diperoleh manakala
terdapat kesesuaian antara keberadaan perusahaan tidak mengganggu atau sesuai
(congruent) dengan eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan
lingkungan. Ketika terjadi pergeseran yang menuju ketidaksesuaian, maka pada saat
itu legitimasi perusahaan dapat terancam.

Dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau perusahaan akan terus berlanjut
keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk sistem
nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori legitimasi
menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat
diterima oleh masyarakat. Perusahaan menggunakan laporan tahunan mereka untuk
menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungan, sehingga mereka diterima oleh
masyarakat. Dengan adanya penerimaan dari masyarakat tersebut diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Hal
tersebut dapat mendorong atau membantu investor dalam melakukan pengambilan
keputusan investasi.

Teori legitimasi merupakan perspektif teori yang berada dalam kerangka teori
ekonomi politik (Gray, Kouhy dan Lavers; 1994). Meyer dan Scott dalam
Nugroho (2009) menggambarkan legitimasi sebagai akar dari kesesuaian antara
organisasi dengan lingkungan budayanya. Legitimasi dapat dianggap sebagai
menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu
entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan
sistem norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial
(Suchman,1995).

Legitimasi diberikan oleh pihak-pihak di luar perusahaan, namun legitimasi


mungkin saja dapat dikendalikan oleh perusahaan itu sendiri (Ashforth dan Gibbs,
1990; Buhr, 1998; Dowling dan Pfeffer, 1975; Elsbach, 1994; Elsbach dan Sutton,
1992; O‟Donnovan, 2002; Pfeffer dan Salancik, 1978; Woodward et al., 1996). Hal
ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi di dalam nilai dan norma sosial
menjadi suatu motivasi bagi perubahan organisasi dan juga suatu sumber
tekanan bagi legitimasi organisasi (O‟Donnovan, 2002).

Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan identifikasi atas stakeholders, di


mana pihak yang memiliki pengaruh lebih besar dapat mengganggu
kelangsungan hidup perusahaan jika harapannya tidak terpenuhi, maka
pengungkapan akan dilakukan berdasarkan harapan stakeholders tersebut.

Namun, ketika terjadi ketidakselarasan antara aktivitas perusahaan dengan


harapan stakeholder, maka akan terjadi legitimacy gap. Neu et al. (1998)
berpendapat bahwa untuk mengurangi legitimacy gap, perusahaan harus
mengidentifikasi aktivitas yang ada di bawah kendalinya dan mengidentifikasi
publik yang memiliki power sehingga mampu memberikan legitimasi kepada
perusahaan. Hal ini membuat perusahaan harus tahu bagaimana menanggapi
berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Tilt,
1994,dalam Haniffa et al, 2005). Dengan demikian, legitimasi dapat dikatakan
sebagai manfaat atau sumber potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup
O‟Donovan (2002).
2. Signaling Theory
Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk
memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan
untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan
dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan
prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor).

Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka


melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan.
Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi
asimetri.

Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan
sinyal pada pihak luar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar
sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan
dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal
buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi
investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.

Pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai


prospek yang baik di masa mendatang (good news). Sehingga investor tertarik untuk
melakukan perdagangan saham. Dengan demikian pasar akan bereaksi yang
tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham.

Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan,


kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan
saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Pasar modal efisien didefinisikan sebagai
pasar yang harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan.

3. Fraud Theory
Dikemukakan oleh Donald R. Cressey setelah melakukan penelitian untuk tesis
doktor-nya pada tahun 1950. Cressey mengemukakan hipotesis mengenai fraud
triangle untuk menjelaskan alasan mengapa orang melakukan fraud. Cressey
mengungkapkan bahwa ada 3 faktor yang mendukung seseorang melakukan fraud,
yaitu yaitu pressure (dorongan), opportunity (peluang), dan rationalization
(rasionalisasi).

a. Pressure (Dorongan)
Merupakan suatu dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan kecurangan
atau fraud, contohnya hutang atau tagihan yang menumpuk, gaya hidup yang mewah,
ketergantungan narkoba, ketidakberdayaan dalam soal keuangan, dan keserakahan.
Tekanan mempunyai dua bentuk yaitu :

· Bentuk nyata (direct) adalah kondisi kehidupan nyata yang dihadapi oleh
pelaku seperti kebiasaan sering berjudi, party/clubbing, atau persoalan keuangan.

· Bentuk persepsi (indirect) adalah opini yang dibangun oleh pelaku yang
mendorong untuk melakukan kecurangan executive need.

b. Opportunity (Peluang)

Peluang ini merupakan elemen yang dapat di hindari atau di minimalkan keadaannya
dengan penerapan prosedur, kontrol, proses dan upaya deteksi dini terhadap
kemungkinan adanya fraud, karena opportunitu Biasanya disebabkan karena internal
control suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau
penyalahgunaan wewenang, ketidakdisiplinan, kelemahan dalam mengakses
informasi, tidak ada mekanisme audit & sikap apatis.

c. Rationalization (rasionalisasi)

Seseorang yang melakukan fraud karena mencari pembenaran atas tindakannya yang
berhubungan dengan kecurangan atau fraud. Pada umumnya, seseorang yang
melakukan kecurangan, merasa tindakannya bukan termasuk kecurangan, tetapi hal
itu merupakan haknya atau biasanya orang tersebut melakukan fraud karena
mengikuti orang-orang sekitar yang melakukan hal itu. Contohnya berbohong
dianggap bukan fraud karena banyak orang berbohong tidak diberi hukuman apapun
DAFTAR PUSTAKA
https://irfaarifudin17.blogspot.com/2018/10/teori-kecurangan-fraud-theory.html?
m=1#:~:text=Teori%20Fraud%20Diamond%20adalah%20teori,%2C%20dan
%20capability%20(kapabilitas).&text=Incentive%20merupakan%20suatu
%20dorongan%20yang,tekanan%20yang%20dihadapi%20oleh%20seseorang.

https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-teori-signaling-dalam-struktur-modal/

https://www.e-akuntansi.com/teori-legitimasi/

Anda mungkin juga menyukai