Anda di halaman 1dari 12

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

“Teori Sinyal (Signaling Theory)”

Oleh :

Mariani; 17043018
Zulfah Ira Simatupang; 17043034

Dosen Pengampu:

Sany Dwita, SE, M.Si.Ak, CA., Ph.D

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
TEORI SINYAL (SIGNALING THEORY)
A. KONSEP DASAR TEORI SINYAL
Teori sinyal merupakan konsep dimana pihak pemberi informasi dapat memilih apa
dan bagaimana informasi akan ditampilkan dan pihak penerima informasi dapat memilih
bagaimana menginpretasikan informasi yang diterima (Conelly, Certo, Ireland, and
Reutzel, 2011). Teori ini berakar dari teori akuntansi pragmatik yang memusatkan
perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi.
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan
informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.
Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik akan
memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan
perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Hartono, 2005). Teori sinyal merupakan
sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan oleh investor untuk mempertimbangkan dan
menentukan apakah para investor akan menanamkan sahamnya atau tidak pada perusahaan
yang bersangkutan. Dimana informasi mengenai perubahan harga dan volume saham
mengandung informasi dalam memberikan bukti yang bermanfaat dan dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan (Suwardjono, 2005).
Menurut para ahli teori signal (signalling theory) didefinisikan sebagai berikut:
1. T.C.Melewar (2008 : 100) menyatakan teori signal menunjukkan bahwa perusahaan
akan memberikan sinyal melalui tindakan dan komunikasi. Perusahaan ini
mengadopsi sinyal-sinyal ini untuk mengungkapkan atribut yang tersembunyi
untukpara yang berkepntingan.
2. Eugena F.Brigham dan Joel F.Houston (2009 : 444) menyatakan teori sinyal adalah
teori yang mengatakan bahwa investor menganggap perubahan deviden sebagai
sinyal dari perkiraan pendapatan menajemen.
3. S.Scott Besley dan Eugene F. Brigham (2008 : 517), Sinyal adalah sebuah tindakan
yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada
investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan
Dalam literatur ekonomi dan keuangan, teori sinyal secara eksplisit dimaksudkan
untuk mengungkapkan bukti bahwa pihak-pihak di dalam lingkungan perusahaan
(corporate insiders, yang terdiri atas officers dan directors) umumnya memiliki informasi
yang lebih banyak tentang kondisi perusahaan dan prospek masa depan dibandingkan
dengan pihak luar, misalnya investor, kreditur, pemerintah, dan pemegang saham. Dengan
kata lain, pihak perusahaan mempunyai kelebihan penguasaan informasi daripada pihak
luar yang memiliki kepentingan dengan perusahaan. Kondisi seperti itu dalam teori
keuangan disebut dengan ketimpangan informasi (information asymmetry). Dalam kondisi
adanya asimetri informasi ini, sulit bagi investor untuk dapat secara objektif membedakan
perusahaan yang berkualitas bagus (high quality firms) dan yang berkualitas jelek (low
quality firms). Dimana, manajer perusahaan tentu akan mengklaim memiliki pertumbuhan
yang menakjubkan (mengesankan) atau secara implisit menyiratkan bahwa perusahaan
yang mereka kelola berkualitas bagus dan memiliki prospek perolehan laba (profitability
prospects) yang menarik. Dengan demikian perusahaan yang memiliki kualitas rendah akan
mendapatkan keuntungan dengan membuat klaim-klaim yang tidak benar apabila investor
mempercayai klaim-klaim tersebut. Artinya, perusahaan yang sebenarnya tidak berkualitas
bagus memperoleh manfaat dengan menyiratkan aksi atau tindakan tertentu.
Fokus utama teori pensinyalan adalah pada tindakan-tindakan pihak internal yang
secara sengaja mengomunikasikan informasi yang tidak bisa diamati secara langsung oleh
pihak eksternal. Ada dua karakteristik sinyal yang harus dipenuhi sebelum suatu sinyal
bermanfaat bagi pihak eksternal, yaitu sinyal yang teramati (signal observability) dan kos
sinyal (Connely et al. 2011). Sinyal yang teramati mengacu pada sejauh mana pihak luar
mampu menyadari keberadaan sinyal. Apabila tindakan yang diambil pihak internal tidak
teramati secara langsung oleh pihak eksternal, maka sulit menggunakan tindakan-tindakan
tersebut untuk berkomunikasi dengan pihak eksternal.

B. PENGEMBANGAN TEORI SINYAL


Teori sinyal dicetuskan pertama kali oleh Michael Spence (1973) dalam
penelitiannya yang berjudul JobMarket Signalling. Teori ini melibatkan dua pihak, yaitu
pihak internal yaitu manajemen yang berperan memberikan sinyal dan pihak eksternal yaitu
investor yang berperan menerima sinyal tersebut. Spence mengatakan bahwa dengan
memberikan suatu isyarat atau sinyal, pihak manejemen akan memberikan informasi yang
relevan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak investor. Kemudian, pihak investor akan
menyesuaikan keputusannya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut.
Awalnya, teori sinyal diarahkan untuk menjelaskan masalah ketimpangan informasi
di pasar tenaga kerja (labor markets). Dalam perkembangannya, teori sinyal diterapkan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan hal-hal yang secara khusus
melekat di dalam perusahaan. Model-model teori sinyal dikembangkan dan diupayakan
untuk mampu menjawab beberapa pertanyaan pokok terkait dengan kebijakan perusahaan,
misalnya kebijakan dividen (Spence, 1973), keputusan struktur modal (capital structure)
(Ross, 1977), penyajian atau pengungkapan informasi secara sukarela (voluntary
disclosures) (Ross, 1979), penahanan kepemilikan manajerial dalam penawaran saham
perdana (initial public offerings) (Leland dan Pyle, 1977; dan Downes dan Heinkel, 1982),
akuntansi nilai sekarang (current value accounting) (Forker, 1984), dan seleksi sukarela
auditor (Bar-Yosef dan Livnat,1984). Artinya, teori sinyal dikembangkan dalam berbagai
aplikasi di dalam perusahaan.
Teori ini dikembangkan kembali oleh Ross (1977), memaparkan bahwa pihak
eksekutif perusahaan yang memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaannya akan
terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada investor. Informasi tersebut
biasanya dalam bentuk laporan keuangan tahunan yang berisi mengenai informasi keadaan
perusahaan, catatan masa lalu maupun keadaan perusahaan, dan juga dapat mencerminkan
kinerja suatu perusahaan. Menurut Butarbutar dalam Laksono (2014) menyebutkan bahwa
teori sinyal lebih menekankan pada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Pada saat manajemen
mempublikasikan laporan keuangan, berarti manajemen sudah memberikan suatu sinyal
kepada pasar, dalam hal ini adalah investor. Apabila investor sudah menerima informasi
tersebut, mereka akan terlebih dahulu melakukan interpretasi dan analisis pada informasi
yang didapatkannya sehingga informasi yang diberikan dapat dikatakan sebagai good news
atau bad news. Informasi tersebut akan dapat memengaruhi volume perdagangan saham
dan berujung pada perubahan harga saham.
C. PENGAPLIKASIAN TEORI SIGNAL DALAM PERUSAHAAN
Teori sinyal (signaling theory) dapat diaplikasikan pada tingkat laverage
perusahaan. Dimana perusahaan yang besar akan membuat insentif yang mendorong
mereka mengambil laverage tinggi. Hal tersbeut tidak akan diikuti oleh perusahaan yang
lebih kecil, karena perusahaan yang lebih kecil rentan mengalami kebangkrutan. Sehingga
akan menciptakan separating equilibrium, yaitu keadaan dimana perusahaan yang memiliki
nilai perusahaan yang lebih tinggi akan menggunakan lebih banyak hutang dan perusahaan
yang memiliki nilai yang lebih rendah akan lebih banyak menggunakan equity.
Teori sinyal ini akan mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan
antara perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah
dengan cara mengobeservasi kepemilikan struktur pemodalannya serta menandai valuasi
tinggi untuk perusahaan yang hightly level dan equilibrium stabil karena perusahaan
bernilai rendah tidak dapat meniru perusahaan yang lebih tinggi.
Selain contoh diatas, teori sinyal ini juga dapat membantu dalam melakukan stock
split. Perusahaan yang melakukan stock split tujuannya untuk menambahkan jumlah
saham yang beredar dengan menjadikan harga saham lebih murah sehingga dapat menarik
investor, sehingga saham perusahaan menjadi lebih likuid diperdagangan di pasar modal
(bursa saham). Stock split ini dapat dilakukan dengan cara memecah nilai nominal saham
menjadi nilai nominal yang lebih kecil sesuai dengan tingkat resiko yang ditentukan.
Teori sinyal menyatakan bahwa stock split dianggap perusahaan memberikan sinyal
yang baik kepada publik berkaitan dengan prospek perusahaan yang bagus dimasa yang
akan datang, karena perusahaan yang melakukan pemecahan saham adalah
perusahaan yang memiliki saham dengan harga tinggi. Stock split hanya dilakukan
oleh perusahaan yang memiliki prospek kinerja lebih baik dimana perusahaan yakin
bahwa harga saham setelahdipecah akan naik sesuai dengan kenaikan kinerja
perusahaan dimasa akan datang. Perusahaan yang melakukan stock split, perusahaan
harus menanggung semua biaya yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut padahal
pemecahan saham tidak mempengaruhi modaldan cash flow perusahaan.
Dari contoh diatas dapat disimpulkan teori sinyal memiliki kelebihan
yaitu dapat menjelaskan mengapa terjadinya peningkatan harga saham sebagai
tanggapan terhadap peningkatan financial leverage sedangkan kelemahan teori ini adalah
teori ini tidak dapat menjelaskan hubungan kebalikan anatara profitabilitas dan
laverage dan tidak dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki potensi
pertumbuhan dan nilai intangible aset tinggi harus menggunakan lebih banyak hutang dari
pada perusahaan yang tangible aset tinggi yang tidak menggunakan hutan. Akan
tetapi didalam teori ini diperlukan untuk mengurangi efek dari ketidak simetrisan
informasi.

D. JENIS-JENIS MODEL SINYAL


Megginson (1996) merangkum bahwa setidaknya ada empat pilar utama model
sinyal yang dikenal dalam literatur keuangan, empat model tersebut antara lain:
1. Model sinyal berbasis masa jatuh temponya utang (signaling models of debt maturity
choice)
Menurut model sinyal berbasis masa jatuh temponya utang, manajer akan
memilih panjang atau pendeknya masa pembayaran atau jatuh tempo (maturity date)
sebagai salah satu sinyal yang dapat menunjukkan bagus tidaknya suatu perusahaan.
Manajer melakukan hal ini karena didorong oleh adanya asimetri informasi antara
mereka dan investor (pihak luar).
Pada model sinyal atas struktur jatuh temponya utang, sinyal ditunjukkan dimana
perusahaan memiliki informasi privat tentang rating kredit di masa mendatang
(Flannery, 1986) dan penawaran tender (tender offer) pada saat perusahaan yang
menawar memiliki informasi privat tentang sinergi yang akan diperoleh (Hirchleifer dan
Titman, 1990). Brennan (1990) dan Stem (1988) telah juga menunjukkan bahwa
pertimbangan sinyal mungkin mempengaruhi bukan saja keputusan keuangan tetapi juga
keputusan investasi riil, yaitu pada saat manajer memiliki kepentingan terhadap tingkat
harga saat ini.
2. Model Sinyal Investasi Korporasi
Investasi modal dapat dijadikan sebagai suatu model untuk menunjukkan tingkat
keuntungan perusahaan (firm’s profitability) kepada investor di pasar yang
dikarakterisasi oleh ketimpangan informasi. Dalam hal ini manajer perusahaan yang
bagus dapat memilih atau menetapkan untuk melakukan pengeluaran dana yang besar
untuk investasi yang tidak dapat dengan mudah ditiru oleh perusahaan yang kurang
bagus. Manajer perusahaan yang bagus bisa jadi mengorbankan keuntungan dengan
harapan bahwa mereka mampu membedakan keunggulannya kepada investor. Beberapa
peneliti mencoba menguji atau meneliti kebenaran teori ini. John dan Nachman (1985),
Miller dan Rock (1985) dan Ambarish, John, dan Williams (1987) mengembangkan
suatu model dimana tingkat (level) pengeluaran investasi yang dipilih oleh manajemen
merupakan sinyal yang efektif mengenai tingkat aliran kas perusahaan (firm’s cah flow).
Sinyal tersebut dikatakan efektif bilamana sinyal dimaksud tidak dapat ditiru dengan
mudah oleh perusahaan yang kurang lemah tanpa mengorbankan cadangan uangnya
(cash reserve).
3. Model Sinyal Struktur Keuangan
Hipotesis dalam teori model sinyal struktur keuangan (signaling models of
financial structure) masih bermuara pada ketimpangan informasi antara manajer dan
investor (sebagaimana dalam pecking order hypothesis). Dalam model ini ditetapkan
bahwa perusahaan berkualitas bagus akan menggunakan struktur modal dalam upaya
untuk membedakan dirinya dari perusahaan yang berkualitas kurang bagus. Sinyal yang
dipilih dalam konteks ini memang cukup berisiko (mahal), yaitu dengan memilih utang
relatif tinggi dalam struktur modalnya. Hanya manajer perusahaan yang dapat mengatasi
kemungkinan kegagalan keuangan (financial distress) yang berani mengambil risiko
memilih sinyal ini. Oleh sebab itu, investor akan menghargai lebih bagus dan investor
memiliki kemampuan untuk membedakan dengan cepat mana perusahaan yang bagus
dan mana yang kurang bagus dari struktur modal suatu perusahaan. Dalam hal ini
investor telah dapat melakukan pemisahan. Dengan katakata lain, keseimbangan
pemisahan (separating equilibrium) dapat dicapai. Walaupun model sinyal berbasis
struktur modal cukup menarik, model-model yang ada tidak menjelaskan perilaku
struktur modal yang ada dengan baik.
4. Model Sinyal Dividen
Model sinyal dividen (signaling models of dividend) didasarkan pada asumsi bahwa
dividen perlu dibagikan dalam rangka untuk memberikan sinyal tentang adanya
informasi positif (prospek bagus) perusahaan dari pihak internal (manajer) yang diyakini
memiliki kelebihan informasi kepada pemegang saham di pasar yang dicirikan oleh
adanya ketimpangan informasi. Manajemen atau para pengelola perusahaan memiliki
akses dan pengetahuan terhadap informasi lebih bagus dibandingkan dengan pemegang
saham (calon pemegang saham). Perlu dicatat bahwa model sinyal dividen merupakan
salah satu model sinyal yang paling banyak diteliti.

E. IMPLEMETASI TEORI SIYAL DALAM RISET AKUNTANSI


Teori sinyal banyak digunakan dalam riset ekonomi, manajemen dan akuntansi
yang dijadikan sebagai dasar untuk melihat pengaruh sinyal terhadap pengambilan
keputusan oleh pihak eksternal perusahaan. Teori ini berkaitan dengan dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal karena terdapat asimetri
informasi antar perusahaan dan pihak eksternal. Dalam mengurangi asimetri tersebut,
perusahaan dapat memberikan sinyal kepada pihak eksternal berupa informasi yang dapat
dipercaya mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang.
Penelitian yang mengimplementasikan teori sinyal sebagai grand teory dalam riset antara
lain:
1. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol.11, No.1, Juni 2014 menerbitkan artikel
yang berjudul “Implikasi Regulasi Pasar Modal Terhadap Motif Manajemen Laba:
Pengujian Berbasis Teori Pensinyalan”, riset ini dilakukan oleh Sansaloni Butar Butar
dari Universitas Katolik Soegijapranata. Tujuan dilakukannya riset ini untuk menguji
motif manajemen laba setelah terbiitnya serangkaian surat keputusan yang dikeluarkan
oleh BAPEPAM-LK dan BEJ sepanjang tahun 2004. Penelitian ini menguji pengaruh
independensi dewan komisaris terhadap manajemen laba. Manajemen laba dijadikan
sebagai sarana pensinyalan yang mengacu pada pilihan metode akuntansi dan akrual
lainnya yang dapat meningkatkan keinformatifan laba (Louis da Robinson 2005;
Beneish dan Vargus 2002). Dewan komisaris mendukung manajer terkait perspektif
pensinyalan terkait pilihan metode akuntansi dan pilihan lainnya yang menggambarkan
prospek perusahaan di masa mendatang. Teori sinyal dalam penelitian ini juga dijadikan
sebagai dasar perumusan hipotesis terkait pensinyalan dan kandungan prediktif akrual.
Sebagai sarana pensinyalan, komponen akrual dalam laba berjalan mengandung
informasi penting tentang profitabilitas perusahaan di masa depan. Kandungan informasi
tersebut meningkatkan kemampuan akrual dalam memprediksi profitabilitas masa
depan. Dalam hal ini, informasi dan sinyal yang diberikan perusahaan terkait laba dan
prospek perusahaan kepada pihak luar sudah terindikasi adanya manajemen laba. Tujuan
dilakukannya hal itu berdasarkan perspektif pensinyalan, akan memiliki kemampuan
prediktif yang tinggi terhadap profitabilittas dan arus kas masa depan.
2. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.2, No.2, Oktober 2019, 289-312 yang menerbitkan
artikel yang berjudul “Apakah Sinyal Kinerja Keuangan Masih Terkonfirmasi? : Studi
Empiris Lembaga Keuangan di PT. BEI”, riset ini dilakukan oleh Yulita Setiawanta dan
Much Azizium Hakim dari Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk membuktikan konfirmasi teori sinyal terkait
kinerja keuangan seperti struktur modal, profitabilitas, dan pertumbuhan aset yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan. Teori sinyal dalam penelitian ini dijadikan sebagai
dasar keputusan investasi oleh pihak luar perusahaan, dasar dalam perumusan hipotesis
dengan nilai perusahaan sebagai varibel dependen dan kinerja keuangan perusahaan
sebagai variable independen.
a. Struktur modal Terhadap Nilai Peusahaan
Hutang yang semakin tinggi, yang tercermin dari rasio utang (DER) yang
terus meningkat, akan membuat laba bersih sebelum Bungan da pajak per saham
yang lebih tinggi. Hal ini akan bermanfaat bagi pemegang saham karena akan
memperoleh deviden yang sering berdsarakan EPS. Hal tersebut juga akan
memberikan sinyal positif kepada pemegang saham untuk berinvestasi pada
perusahaan. EPS yang meningkat akan berdampak pada peningkata nilai perusahaan,
sehingga secara teoritis DER mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian-penelitian
terdahulu menunjukkan hubungan yang tidak konsisten yang menunjukkan arah
hubungan positif dan negative antara struktur modal da nilai perusahaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan hipotesis:
H1: Struktur modal berpengaruh negative terhadap nilai perusahaan terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan sector keuangan.
b. Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Informasi laba atau profitabilitas dapat menjadi sinyal bagi investor,
sehingga investor akan bereaksi terhadap informasi tersebut sehingga akan
berpengaruh terhadap perget=rakan harga saha (Atmaja, 2009). Selaras dengan
perspektif teori siyal, perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan
memberikan informasi kepada pihak eksternal (Spence, 1973). Berdasarkan teori
tersebut dapat dirumuskan hipotesis:
H2: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
sector keuangan.
c. Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan
Pertumbuhan aset merupakan indicator kenaikan profitabilitas perusahaan.
Investor akan bereaksi terhadap informasi pertumbuhan perusahaan yang
mengakibatkan perubahan harga saham. Dalam perspektif teori sinyal, pertumbuhan
perusahaan dianggap sebagai berita baik dan diasumsikan akan memberikan sinyal
positif. Sinyal atau informasi pertumbuhan perusahaan juga dikonfirmasi dengan baik
oleh investor (Contantinou et al., 2017). Berdasarkan penjelasan teori tersebut, maka
dapat dirumuskan hipotesis:
H3: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan sector keuangan.
3. Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan Vol.6, No.2, 2018 yang menerbitkan artikel yang
berjudul “Dewan Pengawas Syariah dan Pengungkapan Sukarela Pada Bank Umum
Syariah di Indonesia”, riset ini dilakukan oleh Elis Mediawati dan Indria Fitri Afiyana
dari Prodi Akuntansi FEB UPI Bandung. Tujuan dilakukannya riset ini untuk
mengetahui pengaruh dewan pengawas syariah terhadap pengungkapan sukarela di bank
umum syariah di Indonesia selama tahun 2013 sampai 2016. Teori sinyal dijadikan
sebagai dasar untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal dan harus
diungkapkan dalam laporan perusahaan. Bank syariah sebagai bank yag menjalankan
prinsip syariah tidak hanya memberikan pengungkapan yang bersifat wajib saja tetapi
juga perlu pengungkapan sukarela terkait informasi tambahan demi meningkatkan
kepercayaan dari publik. Dalam hal ini, pengungkapan yang dimaksud merupakan
informasi yang menjadi sinyal kepada stakeholder, dan sinyal tersebut dapat dijadikan
dasar untuk mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang
sehingga dapat meingkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan (Wolk et al., 2000).
Dengan adanya pengungkapan wajib dan sukarela dalam laporan keuangan Bank syariah
akan mengurangi asimetri informasi dan pihak eksternal jauh dari unsur gharar yang
merupakan hal yang dilarang dalam islam.
Daftar Pustaka

Ari Gumanti, T 2009, ‘Teori Sinyal Dalam Manajemen Keuangan’, dilihat 05 November
2018, <https:www.researchgate.net/publication/265554191>.

L Conelly, B, Duane Irland, R, Certo, T 2011, ‘Signaling Theory: A Review and


Assessment’, Journal of Management, Vol. 37, No.1, hal. 37-39, dilihat 29
September 2014, <https://www.researchgate.net/publication/254121372>.

Mediawati, E, Fitri Afiyana, I 2018, ‘Dewan Pengawas Syariah dan Pengungkapan


Sukarela Pada Bank Umum Syariah di Indonesia’, Jurnal Riset Akuntansi &
Keuangan, Vol. 6, No. 2, hal. 259-268.

Rokhlinasari, S, ‘Teori –Teori dalam Pengungkapan Informasi Corporate Social


Responbility Perbankan’.

Sansaloni Butar Butar, 2014, ‘Implikasi Regulasi Pasar Modal Terhadap Motif Manajemen
Laba: Pengujian Berbasis Teori Pensinyalan’, Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia, Vol. 11, No. 1, hal.99 – 119.

Setiawanta, H, Azizum Hakim, M 2019, ‘Apakah Sinyal Kinerja Keuangan Masih


Terkonfirmasi? : Studi Empiris Lembaga Keuangan di PT. BEI’, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis, Vol. 22, No. 2, hal. 289-312.

Anda mungkin juga menyukai