Anda di halaman 1dari 24

A.

Teori Signal (Signalling Theory)

Teori signal atau signaling theory didasarkan pada asumsi bahwa informasi yang diterima
oleh masing-masing pihak tidak sama. Teori ini berkaitan dengan asimetri informasi yang
mana menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-
pihak- uang berkepentingan dengan informasi. Untuk itu manajer perlu memberikan
informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan melalui pernerbitan laporan keuangan.

Teori signal ini pertama kali dikembangkan oleh Ross tahun 1977. Dalam membangun
teori signal berdasarkan adanya inforamasi assimetris anatara informasi dari manajemen
(well- informed) dan informasi dari pemegang saham (poo informed). Teori ini berdasarkan
pemikiran bawah manajemen akan memberikan informasi kepada investor atau pemegang
saham ketika mendapatkan informasi yang baik yang berkaitan dengan perusahaan seperti
peningkatan nilai perusahaan. Akan tetapi investor tidak mempercayai informasi tersebut
karena para manajener merupakan interest parti. Sehingga perusahaan yang memiliki nilai
tinggi akan melakukan signaling pada kebijakan keuangan perusahaan sehingga tidak sama
dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah. Signal adalah proses yang memakan biaya
berupa deadweight costing yang bertujuan untuk menyakinkan investor tentang nilai
perusahaan. Signal yang baik adalah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain yang
memiliki nilai rendah karena faktor biaya.

Menurut para ahli teori signal (signalling theory) adalah sebagai berikut:

 T. C. Melewar (2008 : 100) menyatakan teori signal menunjukkan bahwa perusahaan


akan memberikan sinyal melalui tindakan dan komunikasi. Perusahaan ini
mengadopsi sinyal-sinyal ini untuk mengungkapkan atribut yang tersembunyi untuk
para yang berkepntingan.
 Eugena F. Brigham dan Joel F. Houston (2009 : 444) menyatakan teori sinyal adalah
teori yang mengatakan bahwa investor menganggap perubahan deviden sebagai sinyal
dari perkiraan pendapatan menajemen.
 S. Scott Besley dan Eugene F. Brigham (2008 : 517), Sinyal adalah sebuah tindakan
yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor
tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.
 Menurut Jama’an (2008) teori signal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya
sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemn untuk
merealisasikan kenginginan pemilik.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teori sinyal (signaling theory) membahas
bagaimana seharusnya sinyal-sinyal (informasi) keberhasilan dan kegagalan manajemen
disampaikan kepada pemilik. Sinyal-sinyal (informasi) tersebut dapat diberikan melalui
laporan keuangan perusahaan. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan
bahwa mereka menerpakan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang
berkualitas. Kebijakan akuntansi tersebut merupkan prinsip yang mencegah perusahaan
melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan
dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.

Informasi yang diterima oleh investor dapat berupas sinyal yang baik (good news) atau
sinyal yang jelek (bad news). Sinyal yang baik, apabila laba yang dilaporkan perusahaan
meningkat dan sebaliknya apabila laba yang dilaporkan oleh perusahaan mengalami
penurunan maka termasuk sinyal yang jelek bagi investor. Sehingga informasi merupakan
unsur penting bagi investor atau pelaku bisnis, karena informasi tersebut menyaikan
keterangan, catatan atau gambaran perusahaan baik untuk keadaan masa lalu, saat ini dan
keadaan yang akan datang bagi kelangsungan usaha perusahaan tersebut. Informasi yang
lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal
sebagai alat analisi untuk pengambil keputusan investasi.

Teori sinyal ini dapat digunakan dalam membahas naik turunnya harga saham dipasar
modal sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Tanggapan para investor
terhadap sinyal positif dan negative akan mempengaruhi kondisi pasar. Investor akan
berekasi dengan berbagai cara seperti lihat dan tunggu perkembangan yang ada baru
mengambil keputusan.

Teori sinyal (Signalling theory) melandasi pengungkapan sukarela. Pengungkapan


sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh
standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Manajemen berusaha mengungkapkan
informasi privat yang menurut pertimbangannya sangan diminati oleh para investor dan
pemegang saham khususnya informasi tersebut berita baik. Manajemen juga berusaha
menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitasnnya dan kesuksesan
perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan.
Teori sinyal (signaling theory) dapat diaplikasikan pada tingkat laveragge perusahaan.
Dimana perusahaa yang besar akan membuat insentif yang mendorong mereka mengambil
laveragge tinggi. Hal tersbeut tidak akan diikuti oleh perusahaan yang lebih kecil, karena
perusahaan yang lebih kecil rentan mengalami kebangkrutan. Sehingga akan menciptakan
separating equilibrium yaitu dimana perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang lebih
tinggi akan menggunakan lebih bayak hutang dan perusahaan yang memiliki nilai yang lebih
rendah akan lebih banyak menggunakan equity.

Teori sinyal ini akan mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan anatara
perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah dengan
cara mengobeservasi kepemilikan struktur pemodalannya serta menandai valuasi tinggi untuk
perusahaan yang hightly level dan equilibrium stabil karena perusahaan bernilai rendah tidak
dapat meniru perusahaan yang lebih tinggi.

Selain contoh diatas, teori sinyal ini juga dapat membantu dalam melakukan stock split.
Perusahaan yang melakukan stock split adalah untuk menambahkan jumlah saham yang
beredar dengan menjadikan harga saham lebih murah sehingga dapat menarik investor dan
saham perusahaan menjadi lebih likuid diperdagangan di pasar modal (bursa saham). Stock
split ini dapat dilakukan dengan cara memecah nilai nominal saham menjadi nilai nominal
yang lebih kecil sesuai dengan tingkat resiko yang ditentukan.

Signaling theory menyatakan bahwa stock split dianggap perusahaan memberikan sinyal
yang baik kepada publik berkaitan dengan prospek perusahaan yang bagus dimasa yang akan
datang, karena perusahaan yang melakukan pemecahan saham adalah perusahaan yang
memiliki saham dengan harga tinggi. Stock split hanya dilakukan oleh perusahaan yang
memiliki prospek kinerja lebih baik dimana perusahaan yakin bahwa harga saham setelah
dipecah akan naik sesuai dengan kenaikan kinerja perusahaan dimasa akan datang.
Perusahaan yang melakukan stock split, perusahaan harus menanggung semua biaya yang
ditimbulkan dari peristiwa tersebut padahal pemecahan saham tidak mempengaruhi modal
dan cash flow perusahaan.

Dari contoh diatas dapat disimpulkan teori sinyal memilik kelebihan yaitu dapat
menjelaskan mengapa terjadinya peningkatan harga saham sebagai tanggapan terhadap
peningkatan financial leverage sedangkan kelemahan teori ini adalah teori ini tidak dapat
menjelaskan hubungan kebalikan anatara profitabilitas dan laverage dan tidak dapat
menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan dan nilai intangible
aset tinggi harus menggunakan lebih banyak hutang dari pada perusahaan yang tangible aset
tinggi yang tidak menggunakan hutan. Akan tetapi didalam teori ini diperlukan untuk
mengurangi efek dari ketidak simetrisan informasi.

B. Teori Portofolio Model Makowiz

Portofolio adalah sekumpulan investasi atau gabungan dari dua atau lebih surat berharga.
Teori portofolio merupakan teori yang mempelajari bagaimana investasi pada surat-surat
berharga. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa umumnya para investor dalam surat-
surat berhaga tidak menginvestasikan seluruh dana mereka pada satu jenis saham, tetapi
membagi-bagikannya ke dalam berbagai jenis saham atau melakukan diversifikasi untuk
mengurangi resiko yang ditangguhkan. Jika suatu saham nilainya jatuh, sedangkan saham lain
naik, maka kerugian dan keuntungan ini akan saling mengkompensir. Harga pasar suatu surat
berharga mencermikan penaksiran consensus pasar akan nilai surat berharga.

Teori portofolio merupakan pendekatan investasi yang diprakarsi oleh Harry M.


Makowitz tahun 1927. Seorang ekonom lulusan Universitas Chicago yang telah memperoleh
Nobel Prize di bidang ekonomi pada tahun 1990. Dasar pemikiran dibentuknya portofolio
yaitu “ do not pull all eggs in one basket”, karena jika keranang tersebut jatuh maka semua
telur yang ada dalam keranjang tersebut akan pecah. Begitu pula dengan investasi yang
dilakukan, jangan menanamkan seluruh dana dalam satu bentuk investasi, karena ketika
investasi tersebut gagal, maka seluruh dana yang tertanam kemungkinan tidak akan kembali.
Teori portofolio berkaitan dengan estimasi investor terhadap ekspektasi risiko dan return
yang diukur secara statistic untuk membuat portopolio investasinya. Pada prakteknya, para
pemodal pada sekuritas sering melakukan diversifikasi dalam investasinya, dengan
mengkombinasi sekuritas atau membuat portofolio.

Teori portopolio (portofolio theory) menyatakan bahwa risiko dan pengembalian


keduanya harus dipertimbangkan dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk mengukur
keduanya dalam pembentukkan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori ini dimulai dengan
asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek dimasa akan datang dapat diestimasi dan
kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi pengembalian. Dengan asumsi
tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan linear anatara risiko dan pengembalian.
Dasar dari portopolio Markowiz adalah member bahan masukan kepada para investor
untuk menghindari risiko dan memberikan keuntungan yang maksimal pada setiap keputusan
investasi. Teori Markowiz ini menggunakan asumsi – asumsi sebagai berikut:

 Waktu yang diberikan hanya satu periode


 Tidak ada biaya transaksi
 Preferensi investor hanya berdasarkan pada ekspektsi imbal hasil dan risiko
dari portofolio (asumsi ini terjadi karena tidak membertimbangkan aset risiko
hanya mempertimbangkan imbal hasil dan risiko)
 Tidak ada pinjaman dan simpanan bebas risiko.

Teori portofolio Markowitz ini didasarkan atas pendekatan mean dan variance, dimana
mean merupaka pengukuran tingkat return dan varian merupakan pengukuran tingkat risiko.
Markowitz mengembangkan Index Model sebagai penyederhanaan dari Mean –Varian Model
yang berusahan untuk menjawab berbagai permasalahan dalam penyusunan portofolio.

Teori porotofolio ini dapat diimplementasikan dalam investasi reksa dana di BEI.
Investasi tersebut berisi saham-saham LQ 45 yang diperdagangkan di BEI. Portofolio optimal
yang dibentuk, kinerjanya akan diperbandingkan dengan kinerja dua puluh reksadana saham
yang telah dipasarkan oleh perusahaan sekuritas di Indonesia.

Sehinga teori ini memiliki kelebihan yaitu kajian yang dilakukan Markowitz merupakan
titik awal dalam pemilihan portofolio yang mempergunakan analisis alamiah dan modern,
memberikan suaru kemudahan dalam memahami kedekatan hubungan anatar imbal hasi yang
diharapkan dari risiko portofolio serta tidak mengesampingkan analisi dari segi portofolio
efisien dan riset serta publikasi tulisan dan penjelas lisan telah meletakkan asas dasar
pengkajian teori portofolio seperti CAPM, APT, risiko, imbal hasil dan nilai saham dan
obligasi.

Kelemahan dalam menggunakan model ini adalah permasalahan klasik dar sudut pandang
manajemen keuangan yang selalu muncul pada saat data yang digunakan dalam kajian masa
lalu, tidak menjelaskan berapa lama waktu yang tepat untuk memperhitungkan deversifikasi
tersebut dan data yang diambil menggunakan varians dan berbagai alat lainnya sulit untuk
dipahami dan diprediksi karena merupakan data masa lalu.

C. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)


Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan
yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan yang sesuai
dengan sistem norma, nilai dan kepercayaan yang dikembangkan secara sosial. Legitimasi
dianggap penting bagi perusahaan dikarenakan legitimasi masyarakat kepada perusahaan
menjadi faktor yang strategis bagi perkembangan perusahaan kedepan.

Teori legitimasi berasal dari konsep legitimasi organisasi yang diungkapkan oleh Dowling
& Pfeffer (1975) dalam Ghozali & Chariri (2007) yang mengungkapkan bahwa legitimasi
adalah sebuah kondisi atau status yang ada ketika sistem nilai entitas kongruen dengan sistem
nilai masyarakat yang lebih luas ditempat entitas tesebut berada. Ketika terjadi suatu
perbedaan, baik yang nyata atau berpotensi muncul diantara kedua sistem nilai tersebut, maka
akan muncul ancaman terhadap legitimasi entitas.

Degan (2004) menyatakan bahwa teori legitimasi adalah teori yang menyatakan bahwa
organisasi secara berkelanjutan mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam
batas dan norma yang berlaku dimasyarakat. Suatu perusahaan akan sukarela melaporkan
aktivitasnya jika manajemen manganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan komunitas.
Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa hal yang mendasari teori legitimasi adalah
kontrak social antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan
menggunakan sumber ekonomi. Kontrak social adalah semua institusi sosial tidak terkecuali
perusahaan beroperasi dimasyarakat melalui kontrak sosial, baik eksplisit maupun implisit,
dimana kelangsungan hidup pertumbuhannya didasarkan pada hasil akhir yang secara sosial
dapat diberikan kepada masyarakat luas dan distribusi manfaa ekonomi, sosial atau politik
kepada kelompok sosial sesuai dengan power yang dimiliki.

Dapat disimpulkan teori legitimasi berfokus pada interaksi antara perusahaan dengan
masyarakat yang menyatakan bahwa organisasi adalah bagian dari masyarakat sehingga harus
memperhatikan norma-norma sosial masyarakat karena kesesuaian dengan norma sosial dapat
membuat perusahaan semakin legitimate. Sehingga teori legitimasi menjadi landasan bagi
perusahaan untuk memperhatikan apa yang menjadi harapan masyarakat dan mampu
menyelaraskan nilai-nilai perusahaannya dengan norma-norma sosial yang berlaku di tempat
perusahaan tersebut melangsungkan kegiatannya. Perusahaan menggunakan laporan tahunan
mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungan, sehingga perusahaan
diterima oleh masyrakat. Dengan adanya penerimaan dari masyarakat tersebut diharapkan
dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan yang
menodorong atau membantu investor dalam melakukan pengambilan keputusan investasi.
Konsep legitimasi berhubungan dengan bagaimana peran legitimasi dalam kehidupan sosial,
dan teori ini dapat menjelaskan motif dari perusahaan melakukan pelaporan secara sukarela.

Praktik-praktik tanggung jawab sosial dan pengungkapan sosial yang dilakukan


perusahaan dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk memenuhi harapan-harapan
masyarakat terhadap masyarakat. Aktivitas tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan
diharapkan dapat meningkatkan hubungan antara pemegang saham, supplier, kreditur dan
pihak-pihak berkepentingan lainnya. Informasi yang diungkapkan merupakan legitimasi
tanggung jawab sosial dan lingkungan yang telah dilakukan perusahaan. Pengungkapan
lingkungan secara sukarela dapat digunakan untuk mempertahankan legitimasi organisasi
terutama pada pihak yang terkait dengan politik dan sosial dan untuk mengalihkan perhatian
pemegang saham terhadap pendeteksi manajeman laba. Pengungkapan lingkungan secara
sukarela banyak dilakukan perusahaan dalam rangka menaga reputasi perusahaan dan
perusahaan bisa bertahan serta terhindar dari berbagai bentuk penolakan dari masyarakat.

Teori legitimasi juga dapat digunakan untuk menejelaskan keterkaitan mekanisma


corporate governance dan profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Mekanisme corporate governance profitabilitas memberikan keyakinan
perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan
mekanisme corporate governance dan porofitabilitas yang mencukupi, perusahaan tetap akan
mendapatkan keuntungan positif yaitu mendapatkan legitimasi dari masyarakat yang akhirnya
berdampak pada peningkatan keuntungan perushaan dimasa akan datang.

D. Teori Akuntansi Normative ( Normative Accounting Theory)

Teori akuntansi merupakan bagian penting dari praktik akuntansi. Awal perkembangan
teori akuntansi menghasilkan teori normative yang didefinisikan sebagai teori yang
mengharuskan dan menggunakan kebijakan nilai (value judgement) yang mengandung
minimum sebuah premis, yang mengatakan jalan atau cara yang seharusnya ditempuh.
Akuntansi normative adalah praktik akuntansi yang dilaksanakan sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan, yang dikenala Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP). Salah satu bagian dari PABU yaitu Standar
Akuntansi Keuangan (SAK). Teori normative sering dinamakan teori apriori yaitu dari sebab
ke akibat atau bersifat deduktif. Karena teori ini bukan dihasilkan dari penelitian empiris
tetapi dihasilkan dari kegiatan semi- research. Teori normative hanya menyebutkan hipotesis
tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut.

Pada awal perkembangannya, teori akuntansi normative belum menggunakan pendekatan


investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan porsulat akuntansi. perumusan
akuntansi normative mencapai kemesan pada tahun 1950 dan 1960. Selama periode ini
perumus akuntansi lebih tertarik pada rekomendasi kebijakan dan apa yang seharusnya
dilakukan, bukan apa yang sekarang dipraktekkan. Teori akuntansi normative berkonsentrasi
pada penciptaan laba sesungguhnya (true income) selama satu periode akuntansi atau pada
diskusi tentang tipe informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan (decision-
usefulness). Teoritis tentang true income berkonsentrasi pada pencinptaan pengukuran
tunggal yang unik dan benar untuk aktiva dan laba. Teoritis tengang pengambilan keputusan
didasarkan pada konsep ekonomi klasik tentang laba dan kemakmuran atau konsep ekonomi
pengambilan keputusan rasional. Konsep tersebut didasarkan juga pada penyesuaian
rekening, kareana pengaruh inflasi atau nilai pasar dari aktiva. Tokoh-tokoh yang terkenal
pada aliran akuntansi teori normative seperti Leonard Spacek (1961), Scott (1941), Patton
dan Littleton (1940).

Contoh dalam penerapan teori akuntansi normative adalah ketika kita ingin mengetahui
kapan sewa guna usaha harus dikapitalisasi, sehingga penyataan tersebut menghasilkan
berbagai alternative jawaban. Dengan menggunakan teori akuntansi normative kita akan
memilih yang paling tepat dalam menggunakan penalaran logis. Di Indonesia, teori akuntansi
normative dikenal dengan nama Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU), salah satu
bagian kecilnya yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

E. Teori Akuntansi Positif

Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yaitu menggunakan


kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta pengguunaan kebijakan akuntansi
yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi
positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk
menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi.
Perkembangan teori akuntansi positif ini muncul pada tahun 1970an dimana akibat
ketidak puasan terhadap teori akuntansi normative. Pergeseran ini disebabkan karena
ketidakmampuan pendekatan normative dalam menguji teori secara empiris, pendekatan
normative lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual daripada
kemakmuran masyarakat luas, tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi
sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Teori akuntansi positif ini pertama kali
diperkenalkan di Universitas Chicago, kemudian meluas ke beberapa Universitas lainnya di
Amerika Serikat seperti Rochester, Barkley, Stanford. Salah satu tokoh aliran teori akuntansi
positif yang terkenal adalah Watts dan Zimmerman (1986).

Sehingga, hubungan anatara teori akuntansi normative dan teori akuntansi positif adalah:

 Perbedaaan pendekatan dan dasar antara teori akuntansi tersebut yang menyebabkan
dua taksonomi akuntansi. pendekatan teori akuntansi normative menghasilkan
akuntansi sebagai art. Sedangkan teori akuntansi positif menghasilkan taksonomi
akuntansi sains. Dimana kedua-duanya diakui sebagai sarana pendekatan teori
akuntansi.
 Teori akuntansi normative berbentuk Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU)
merupakan acuan teori dalam memberikan jalan terbaik untuk meramalkan berbagai
fenomena akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar variabel
akuntansi dalam dunia nyata yang merupakan fungsi pendekatan teori akuntansi
positif.

F. Teori Pemilik (Propietary Theory)

Teori pemilik ini muncul sejak abad kedelapan belas saat beberapa penulis mencoba
memperkenalkan logika akuntansi berdasarkan pada tujuan sebuah perusahaan, sifat modal,
dan pengertian akun dari sudut pandang pemilik usaha. Seluruh konsep-konsep, prosedur-
prosedur, dan pedoman-pedoman dalam akuntansi disusun berdasarkan kepentingan pemilik.
Sama halnya dengan sebuah perusahaan sebagai sebuah alat yang digunakan pemilik, para
pemegang saham, untuk mencapai tujuan mereka yaitu meningkatkan kekayaan.

 Neraca (Balance Sheet)


Akun-akun dalam neraca memberikan penegasan terhadap teori pemilik melalui sebuah
persamaan:

A–L=P
A = Asset (aset)
L = Liability (kewajiban)
P = proprietorship (kepemilikan) yang mencerminkan kekayaan bersih pemilik bisnis

Charles Sprague menyimpulkan bahwa seluruh tujuan dari kegiatan bisnis adalah untuk
meningkatkan kekayaan, yaitu meningkatkan kepemilikan. Aset merupakan hak pemilik dan
kewajiban menjadi beban pemilik. Sehingga, tujuan akuntansi adalah menentukan kekayaan
bersih pemilik bisnis. Kesimpulan tersebut menyebabkan beberapa akuntan meyakini bahwa
nilai saat ini lebih relevan daripada biaya historis.

 Keuntungan (Profit)
Prinsip kepemilikan (proprietorship) mencakup pendapatan (income) dan biaya (expense).
Pendapatan merupakan kenaikan dalam kepemilikan dan biaya merupakan penurunan dalam
kepemilikan. Sehingga, keuntungan merupakan peningkatan kekayaan pemilik yang berasal
dari operasi bisnis selama periode tertentu. Jika keuntungan ditunjukkan dengan penjelasan
tersebut, maka seluruh aspek yang mempengaruhi perubahan kekayaan pemilik dimasukkan
sebagai keuntungan. Pertanyaan yang muncul dalam konsep keuntungan adalah apakah
seluruh peningkatan nilai tetap dicatat walaupun tidak ada transaksi eksternal yang terjadi?
Saat Teori Pemilik diterapkan, maka peningkatan tersebut harus dicatat. Contohnya adalah
saat aset disimpan untuk jangka waktu yang lama, maka akan ada kenaikan nilainya
walaupun belum terealisasi (dijual). Argumentasinya adalah kenaikan kekayaan bersih
pemilik harus diperhitungkan, walaupun kenaikan ini masih belum pasti sampai aset tersebut
dijual kepada pihak lain.

 Efek terhadap Praktik (Effect on Practice)


Praktik akuntansi saat ini didasarkan pada Teori Pemilik. Contohnya adalah dividen
dipertimbangkan sebagai distribusi keuntungan daripada biaya karena merupakan
pembayaran kepada pemilik. Sebaliknya, bunga utang dan pajak penghasilan
dipertimbangkan sebagai biaya karena keduanya mengurangi kekayaan pemilik. Dalam
laporan keuangan konsolidasi, metode perusahaan induk didasarkan pada teori pemilik.
Perusahaan induk dilihat sebagai pemilik anak perusahaan, sehingga dengan pendekatan
kepemilikan, tindakan logis apabila mempertimbangkan penurunan nilai utang anak
perusahaan sebagai keuntungan perusahaan induk.

 Konsep Modal Keuangan (Financial Capital Concept)


Teori pemilik melihat tidak adanya perbedaan antara aset pemilik dengan aset entitas.
Oleh karena itu, seluruh keuntungan entitas dapat didistribusikan kepada pemilik perusahaan.
Jika entitas membutuhkan tambahan sumber daya, dana yang diperlukan disediakan oleh
pemilik. Sudut pandang teori pemilik memelihara nilai keuangan dari modal entitas dengan
memperhatikan perubahan akun-akun modal. Dari sudut pandang ini, modal
merepresentasikan kas yang diinvestasikan oleh pemilik ditambah keuntungan yang
diinvestasikan kembali pada bisnis. Kebanyakan orang mengadopsi sudut pandang modal
keuangan dan ini merupakan posisi yang diambil dalam praktik akuntansi tradisional
.
Untuk beberapa orang yang mempercayai pemeliharaan modal keuangan, modal
berhubungan dengan kemampuan untuk menginvestasikan sejumlah uang pada akhir periode
pelaporan dalam jumlah yang sama dengan yang diinvestasikan pada awal periode pelaporan.
Keuntungan merupakan kas yang diterima perusahaan melebihi kas yang diinvestasikan oleh
pemilik perusahaan.
Secara ringkas, sudut pandang kepemilikan memelihara nilai keuangan modal entitas
dengan memperhatikan perubahan akun.

 Pembatasan-pembatasan (Limitations)
Sudut pandang teori pemilik dikembangkan saat bisnis masih sederhana, kebanyakan
masih berbentuk perusahaan perorangan dan persekutuan komanditer (partnership). Tetapi,
dalam perkembangan lebih lanjut terbukti bahwa teori ini tidak memadai sebagai basis untuk
menjelaskan akuntansi perusahaan. Secara hukum, perusahaan merupakan entitas yang
berbeda dari pemilik, baik hak maupun kewajibannya. Perusahaanlah yang menguasai aset
dan terbebani utang-utang, bukannya pemilik/pemegang saham.

Namun, perusahaan-perusahaan besar secara tidak langsung sering dihubungkan dengan


satu atau beberapa individu kunci atau organisasi pengendali. Sebagai contoh, adalah
penguasaan mayoritas saham Telstra oleh Pemerintah Australia dan aktifitas-aktifitas
korporasi dari keluarga Murdoch dan Parker. Untuk kasus-kasus tertentu, teori
kepemilikan/sudut pandang pemilik tidak bisa secara langsung dianggap tidak relevan.

G. Fund Theory
Fund theory diusulkan oleh William Vatter karena dia menganggap teori pemilik dan
entitas tidak relevan karena mengambil pandangan pribadi orang sehingga bisa menjadi bias.
Teori Dana berupaya meninggalkan hubungan pribadi yang dianjurkan oleh Teori Pemilik
dan personalisasi entitas yang dianjurkan Teori Entitas.
Konsep teori ini menganggap bahwa entitas merupakan sebuah unit dana, di mana
kewajiban tertentu ditetapkan sebagai batasan-batasan terhadap pengguna aset. Menurut
konsep teori ini, persamaan akuntansi adalah sebagai berikut:
Aktiva = Pembatasan
Konsep teori ini berorientasi pada laporan sumber dana dan penggunaan dana, yaitu
laporan yang menggambarkan dari mana saja sumber dana diperoleh dan untuk apa saja dana
dikeluarkan.
Dalam Teori Dana, neraca dianggap sebagai 'inventory statement' dari aset dan batasan-
batasan yang berlaku untuk aset. Penyusunan informasi dan metode penilaian akan bervariasi
tergantung pada tujuan digunakannya neraca. Sebagai contoh, sebuah neraca untuk tujuan
kredit akan berbeda dari yang disajikan kepada pemegang saham. Pendapatan merupakan
kenaikan aset pada dana yang benar-benar bebas dari pembatasan ekuitas selain pembatasan
akhir yang dikenakan oleh ekuitas residual. Beban adalah pemberian layanan untuk tujuan
tertentu yang ditentukan dalam tujuan dana. Definisi ini mencakup konsep 'biaya yang
menghasilkan pendapatan', dalam pengertian yang lebih luas juga berlaku bagi organisasi
nirlaba juga.
 Arus Kas
Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa:
 Arus kas kurang berkorelasi dengan laba yang dilaporkan daripada dana dari operasi
 Arus kas lebih baik dalam memprediksikan arus kas yang sebenarnya daripada yang
melaporkan laba atau dana dari operasi
Sebagai bukti empiris tersebut menunjukkan bahwa meskipun merupakan argumen Vatter
benar, konsep dana yang paling tepat adalah konsep kas. Prinsip utama yang ditetapkan untuk
penyusunan laporan arus kas adalah sebagai berikut:
 Aktifitas Operasi (Operating Activities)
Arus kas (masuk/keluar) yang berasal dari kegiatan utama perusahaan (yang biasa disebut
operasional perusahaan), yang tercermin dari Laporan Laba/Rugi perusahaan.
 Aktifitas Investasi (Investing Activities)

Arus kas (masuk/keluar) yang berasal dari aktivitas-aktivitas investasi. Kegiatan yang
digolongkan ke dalam kelompok ini adalah semua kegiatan kas yang terkait dengan aktifitas
pembelian/penjualan aset perusahaan
 Aktifitas Pendanaan (Financing Activities)

Arus kas yang berasal dari transaksi utang (kewajiban) perusahaan, baik yang berupa
penambahan maupun pelunasan utang. Arus kas yang berasal dari penerbitan saham atau
instrument sekuritas lainnya pun dimasukkan ke dalam kelompok ini.

H. Commander Theory
Goldbert berpendapat bahwa baik Teori Pemilik dan Teori Entitas yang didasarkan pada
kepemilikan, merupakan konsep yang sulit untuk didefinisikan dan dianalisis. Dalam konsep
teori ini, yang menjadi pusat perhatian dari penyajian informasi akuntansi bukan pada pemilik
maupun entitas, melainkan pada pihak-pihak yang memiliki kekuasaan atau wewenang untuk
melakukan pengendalian ekonomi secara efektif atas sumber daya perusahaan. Penekanan
informasi menurut konsep teori ini adalah terletak pada pertanggungjawaban atau
stewardship, dengan kata lain bagaimana pihak-pihak yang telah diberikan kepercayaan
(commander) mengelola sumber daya perusahaan yang dipercayakan tersebut.
Pada dasarnya pemilik tunggal perusahaan adalah commander, sedangkan dalam sebuah
perusahaan besar, pemegang saham adalah bagian pemilik perusahaan, tapi dia tidak
menguasai sumber daya perusahaan. Komando atas sumber daya perusahaan hirarkinya ada
di tangan komandan, yang disebut 'commander' oleh Goldberg.
Neraca lebih ke pernyataan pertanggungjawaban daripada kepemilikan (pernyataan
akuntabilitas). Neraca merupakan laporan yang menunjukan sumber daya yang dipercayakan
kepada commander dibawah kendalinya, tetapi ia tidak memilikinya. Sedangkan, laporan
laba rugi adalah penjelasan dari hasil kegiatan-kegiatan dalam periode tertentu oleh
Commander dan timnya, sesuai dengan sudut pandang mereka.
I. Teori Pasar Modal (Capital Market Theory)
Capital Market Theory (Teori Pasar Modal) menjelaskan penetapan harga aset modal di
pasar keuangan. Model Harga aset modal (CAPM) berkaitan dengan tingkat pengembalian
untuk setiap saham dengan risiko saham yang diukur dengan beta. Keseimbangan pasar ada
ketika harga berada pada tingkat yang memberikan insentif untuk perdagangan spekulatif.
Portofolio pasar portofolio dari semua aset berisiko, dengan masing-masing aset tertimbang
oleh rasio nilai pasar terhadap nilai pasar dari semua aset berisiko. Garis Pasar Modal (CML)
Trade off antara return yang diharapkan dan risiko portofolio yang efisien.
Garis Pasar Saham /garis pasar modal menggambarkan risk-return trade-off di pasar
keuangan dalam kesetimbangan. Keamanan market line (SML) penggambaran grafis dari
CAPM.
Beta adalah ukuran risiko sistematis keamanan yang tidak dapat dihindari melalui
diversifikasi. Jika kembali sekuritas bergerak lebih (kurang) daripada kembali pasar sebagai
perubahan kedua, mengembalikan keamanan yang memiliki lebih (kurang) volatilitas
(fluktuasi harga) dibandingkan dengan pasar. Hubungan antara CAPM yang diharapkan
dengan beta. Aset modal model harga resmi berkaitan dengan tingkat pengembalian yang
diharapkan untuk setiap keamanan atau portofolio dengan ukuran risiko yang relevan. Beta
adalah ukuran yang relevan dari risiko yang tidak dapat didiversifikasi dalam portofolio surat
berharga dan, dengan demikian, adalah ukuran bahwa investor harus mempertimbangkan
dalam proses manajemen portofolio keputusan mereka. Over-dan-undervalued sekuritas SML
memiliki implikasi penting bagi harga saham. Dalam keseimbangan, saham masing-masing
harus berbaring di SML karena hasil yang diharapkan keamanan harus yang diperlukan untuk
mengkompensasi investor untuk risiko sistematis. Arbitrage pricing teori (APT) teori
ekuilibrium pengembalian yang diharapkan untuk sekuritas yang melibatkan beberapa asumsi
tentang preferensi investor.
Tidak seperti CAPM, APT tidak menganggap:
1. Sebuah horizon investasi periode-tunggal
2. Tidak adanya pajak
3. Pinjam-meminjam pada tingkat RF
4. Investor memilih portofolio atas dasar keuntungan yang diharapkan dan varians APT,
seperti CAPM, tidak mengasumsikan:
1. Investor memiliki keyakinan homogeny
2. Investor menghindari risiko maximizers utilitas
3. Pasar yang sempurna
4. Pengembalian dihasilkan oleh model factor
Sebuah model faktor ini didasarkan pada pandangan bahwa ada faktor-faktor risiko
yang mendasari yang mempengaruhi keamanan pengembalian terealisasi dan diharapkan.
Faktor-faktor harus memiliki 3 karakteristik:
1. Setiap faktor risiko harus memiliki pengaruh luas terhadap return saham
2. Faktor-faktor risiko harus mempengaruhi pengembalian yang diharapkan
3. Pada awal setiap periode, faktor risiko harus diprediksi ke pasar secara
keseluruhan
. Studi lain telah menyarankan bahwa model APT yang menggabungkan perubahan tak
terduga dalam lima variabel makroekonomi lebih unggul CAPM. Kelima variabel tersebut
adalah:
1. Bawaan risiko
2. Struktur Istilah suku bunga
3. Inflasi atau deflasi
4. Jangka panjang diharapkan laju pertumbuhan keuntungan bagi perekonomian
5. Sisa risiko pasar

J. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) merupakan konsep yang menjelaskan hubungan


kontraktual antara principal dan agent. Pihak principal adalah pihak yang memberikan
mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principal
dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan.
Tujuan dari agency theory, yaitu :
a. Untuk meningkatkan kemampuan individu (baik principal maupun agent) dalam
mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil (The belief revision role).
b. Untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah
pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja (The
performance evaluation role).
Agency theory tidak dapat dilepaskan dari kedua belah pihak diatas, baik principal
maupun agent merupakan pelaku utama dan keduanya mempunyai bargaining position
masing-masing dalam menempatkan posisi, peran dan kedudukannya. Principal sebagai
pemilik modal memiliki akses pada informasi internal perusahaan sedangkan agent sebagai
pelaku dalam praktek operasional perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan
kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh.
Posisi, fungsi, situasi, tujuan, kepentingan dan latar belakang principal dan agent yang
berbeda dan saling bertolak belakang tersebut akan menimbulkan pertentangan dengan saling
tarik menarik kepentingan (conflict of interest) dan pengaruh antara satu sama lain. Berkaitan
dengan auditing, baik principal maupun agent diasumsikan sebagai orang yang memiliki
rasionalitas ekonomi, dimana setiap tindakan yang dilakukan termotivasi oleh kepentingan
pribadi atau akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi kepentingan
orang lain.
Menurut Watts dan Zimmerman (1986) hubungan principal dan agent sering ditentukan
dengan angka akuntansi. Hal ini memicu agent untuk memikirkan bagaimana akuntansi
tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu
bentuk tindakan yang dapat dilakukan agen adalah dengan melakukan manajemen laba.
Agency theory menyatakan bahwa praktek manajemen laba dipengaruhi oleh konflik
kepentingan antara principal dan agent yang timbul ketika setiap pihak berusaha mencapai
tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Dalam hal ini agent memiliki lebih banyak
informasi dibanding principal, sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi. Adanya
informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan
sesuai dengan keinginan dan kepentingan pribandinya. Bagi principal dalam hal ini pemilik
modal atau investor akan sangat sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang
dilakukan oleh manajer karena hanya memiliki sedikit informasi.
Salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi
perilaku opportunistic manajemen adalah good corporate governance. Good corporate
governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara principal dan agent yang
pada akhirnya diharapkan dapat meminimalkan tindakan manajemen laba.
Prinsip - prinsip pokok good corporate governance yang perlu diperhatikan untuk
terselenggaranya praktik good corporate governance, yaitu :
a. Transparency (Keterbukaan Informasi)
b. Accountability (Akuntabilitas)
c. Responsibility (Pertanggungjawaban)
d. Independency (Kemandirian)
e. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)

Agency theory mengatakan sulit untuk mempercayai bahwa manajemen (agent) akan
selalu bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham (principal), sehingga diperlukan
monitoring dari pemegang saham. Shareholder atau principal mempekerjakan agent untuk
melaksanakan tugas termasuk pengambilan keputusan ekonomik, dalam lingkungan yang
tidak pasti seperti perusahaan dalam kondisi financial distress. Agent sebagai seorang
manajer akan mengambil keputusan untuk melakukan berbagai strategi guna
mempertahankan kelangsungan usaha perusahaan. Disisi lain agent merupakan pihak yang
diberikan kewenangan oleh principal berkewajiban mempertanggungjawabkan apa yang
telah diamanahkan kepadanya.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pihak yang melakukan proses pemantauan dan
pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut diatas. Pemilik
perusahaan membutuhkan auditor untuk memverifikasi informasi yang diberikan manajemen
kepada pihak perusahaan. Sebaliknya, manajemen memerlukan auditor untuk memberikan
legitimasi atas kinerja yang mereka lakukan (dalam bentuk laporan keuangan), sehingga
mereka layak mendapatkan insentif atas kinerja tersebut. Disisi lain, kreditor membutuhkan
auditor untuk memastikan bahwa uang yang mereka kucurkan untuk membiayai kegiatan
perusahaan, benar-benar digunakan sesuai dengan persetujuan yang ada, sehingga kreditor
bisa menerima bunga atas pinjaman yang diberikan.
Uraian tersebut diatas memberi makna bahwa auditor merupakan pihak yang dianggap
dapat menjembatani kepentingan pihak pemegang saham (principal) dengan pihak manajer
(agent) dalam mengelola keuangan perusahaan termasuk menilai kelayakan strategi
manajemen dalam upaya untuk mengatasi kesulitan keuangan perusahaan.
Auditor independen melakukan fungsi pengawasan atau monitoring atas pekerjaan
manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan keuangan, sehingga auditor akan melakukan
proses audit terhadap kewajaran laporan keuangan yang kemudian akan memberikan
pendapat atas pekerjaan auditnya dalam bentuk opini audit. Auditor independen melakukan
pengawasan atau monitoring karena manajer berkeinginan untuk menyajikan laporan
keuangan agar tampak lebih baik dari kondisi senyatanya.
Contoh implementasi agency theory adalah masalah yang terjadi pada perusahaan
ENRON. ENRON adalah perusahaan di Amerika Serikat yang bergerak di bidang energi.
Dengan cakupan bisnis di antaranya adalah listrik, gas alam, pulp, kertas, komunikasi, dan
lain-lain. Enron mengumumkan kebangkrutannya pada akhir tahun 2002. Dalam kasus Enron
diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan
mencatat keuntungan 600 juta dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian.
Kajian agency theory :
1. Pihak stockholder (principal)

2. Pihak manajemen ENRON (agent)

3. Pihak independen akuntan publik, KAP Arthur Andersen (AA).


AA sebagai KAP telag mencelekai kepercayaan dari pihak Stockholder untuk
memberikan suatu fairness information mengenai pertanggungjawaban dari
pihak agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen
Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented)
dengan melupakan norma dan etika bisnis yang sehat. Lalu apa yang dihadapi oleh Enron dan
KAP Andersen dari sebuah ketidakjujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak
etis yaitu hutang dan sebuah kehancuran.

Menurut Socrates bahwa yang dimaksud dengan tindakan etis adalah tindakan yang
didasarkan pada nilai-nilai kebenaran. Benar dari sisi cara, teknik, prosedur, maupun dari sisi
tujuan yang akan dicapai.

Ada dua pendekatan mengenai etika, yaitu :

1. Pendekatan Deontological
2. Pendekatan Teleological
Prinsip bahwa auditor harus menjaga, menjunjung, dan menjalankan nilai-nilai
kebenaran dan moralitas, seperti bertanggungjawab (responsibilities), berintegritas
(integrity), bertindak objektif (objectivity) dan menjaga independensinya terhadap
kepentingan berbagai pihak (independence), dan hati-hati dalam menjalankan profesi (due
care), tidaklah berjalan sebagaimana mestinya.

K. Teori Entitas (Entity Theory)


Teori entitas (entity theory) memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan
berbeda dari pihak yang menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis,
bukan pemilik, merupakan pusat kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki sumber daya
perusahaan dan bertanggung jawab terhadap pemilik maupun kreditor. Teori entitas
menekankan pada konsep kepengelolaan “stewardship” dan pertanggungjawaban
“accountability” dimana bisnis peduli dengan tingkat keberlangsungan usaha dan informasi
keuangan usaha bagi pemilik ekuitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan legal dan menjaga
suatu hubungan baik dengan pemegang ekuitas tersebut dengan harapan mudah memperoleh
dana di masa depan (Paton, 1962).
Menurut teori ini, persamaan akuntansinya adalah
Aktiva = Ekuitas
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemegang Saham

Aset adalah pertumbuhan hak perusahaan; ekuitas menunjukkan sumber aset dan
terdiri dari utang dan ekuitas pemegang saham. Baik kreditor dan pemegang saham adalah
pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang berbeda terkait dengan income, kontrol
risiko, dan likuidasi. Jadi, income yang diperoleh merupakan properti entitas hingga
didistribusikan sebagai deviden kepada pemegang saham. Karena unit bisnis bertanggung
jawab untuk memenuhi klaim pemilik ekuitas, teori entitas disebut sebagai "berpusat pada
income" dan secara konsekuen berorientasi pada laporan laba rugi. Akuntabilitas kepada
pemilik ekuitas dicapai dengan mengukur kinerja operasi dan keuangan perusahaan. Dengan
demikian, income merupakan peningkatan dalam ekuitas pemegang saham setelah klaim
pemilik ekuitas lainnya (sebagai contoh, bunga pinjaman jangka panjang dan pajak
penghasilan) telah terpenuhi.
Peningkatan dalam ekuitas pemegang saham dipertimbangkan sebagai income bagi
pemegang saham hanya jika deviden telah diumumkan. Demikian halnya, laba yang tidak
dibagi (undistributed profit) tetap menjadi milik entitas karena mereka menunjukkan
"corporation's proprietary equity in itself". Sebagai catatan bahwa ketaatan yang kaku pada
teori entitas mendikte bahwa pajak penghasilan dan bunga pinjaman dianggap sebagai
distribusi income dan bukan expenses. Akan tetapi keyakinan umum dan interpretasi teori
entitas, adalah bahwa bunga dan pajak penghasilan adalah expenses. Teori entitas merupakan
teori yang paling dapat diterapkan pada perusahaan bisnis bentuk korporat, yang terpisah dan
berbeda dari pemiliknya.

 Dua Versi Teori Entitas


1. Versi Tradisional
Menurut pandangan tradisional, perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas
(Equility holders), yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan. Dengan investasi
yang dilakukan pemilik.
2. Versi Baru
Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan
berkepentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri. Penyajian laporan kepada
pemegang ekuitas dimaksudkan untuk memenuhi syarat legal dan menjaga hubungan
baik pemegang ekuitas dalam kaitannya dengan kebutuhan dana yang diperlukan
dimasa mendatang.
Meskipun kedua pandangan di atas memusatkan perhatiannya pada kesehatan usaha
(entitas yang independen) namun pandangan tradisional melihat pemegang ekuitas
sebagai partner (associate) dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Sedang pandangan versi
baru, melihat pemegang saham ekuitas sebagai pihak diluar perusahaan. Pemilik dan kreditor
merupakan pemegang ekuitas yang memberi dana.
Dalam mekanisme keuangan negara di Indonesia, teori ataupun konsep entitas telah
diaplikasikan. Istilah entitas pelaporan masuk dalam khasanah perundang-undangan melalui
penjelasan pasal 51 ayat (2) dan ayat (3) dari Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, yang berbunyi: tiap-tiap kementerian negara atau lembaga
merupakan entitas pelaporan yang tidak hanya wajib 10 menyelenggarakan akuntansi, tetapi
juga wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Berangkat
dari ketentuan hukum di atas, maka dalam standar akuntansi pemerintahan dibakukan dan
dipertegas eksistensi Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi, sebagai berikut:
1. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
2. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang, dan
oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan
untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Satuan kerja sebagai unit pemerintahan yang menerima anggaran belanja atau
mengelola barang merupakan entitas akuntansi yang wajib menyelenggarakan akuntansi atas
transaksi keuangan, dan secara periodik menyiapkan laporan keuangan menurut standar
akuntansi pemerintahan. Laporan keuangan tersebut disampaikan secara intern dan
berjenjang kepada unit yang lebih tinggi dalam rangka penggabungan laporan keuangan oleh
entitas pelaporan.
Setiap unit pemerintah dapat ditetapkan menjadi suatu entitas akuntansi apabila unit
yang dimaksud mengelola anggaran sebagaimana yang dimaksud dalam PSAP 11 paragraf 15
yang mengatakan: ”Entitas akuntansi menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan
laporan keuangan sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya yang ditujukan
kepada entitas pelaporan”.
L. Teori Ekuitas Residual (Residual Equity Theory)
Seseorang teoritisi akuntansi William Patton (1962) menyatakan bahwa ekuitas
residual merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Dalam pandangan
teori entitas, pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang saham
ekuitas lainnya, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik. Patton menekankan
pada hubungan khusus residual equity holder.
Perubahan dalam penilaian aktiva, perubahan dalam laba bersih dan laba ditahan dan
perubahan didalam hak pemegang ekuitas lainnya semua tercermin didalam residual equity
pemegang saham biasa. Jadi teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori
proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya menjadi:

Aktiva – Ekuitas Khusus = Ekuitas Residual

Ekuitas khusus meliputi klaim kreditur dan ekuitas pemegang saham preferen. Namun
demikian pada kasus dimana kerugian begitu besar sehingga perusahaan tersebut bangkrut,
ekuitas pemegang saham biasa dapat hilang dan pemegang saham preferen atau pemegang
obligasi menjadi pemegang ekuitas residual.
Tujuan pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik
kepada pemegang saham biasa dalam rangka pengambilan keputusan investasi. Karena
biasanya pemegang saham umumnya dianggap memiliki ekuitas residual didalam laba
perusahaan dan didalam aktiva bersih pada saat likuidasi.
Oleh karena laporan keuangan umumnya disusun tidak dalam rangka likuidasi, maka
informasi yang disajikan dalam kaitannya dengan ekuitas residual harus berguna untuk
memprediksi dividen masa datang bagi pemegang saham biasa. Laporan laba rugi dan
laporan laba ditahan harus menunjukkan laba yang tersedia bagi pemegang ekuitas residual
setelah semua kewajiban dipenuhi, termasuk deviden kepada pemegang saham preferen.
REFERANSI

Ahmad Shodiqin. Teori Manajemen Portofolio Investasi Harry Markowitz. Diakses pada
tanggal 11 Agustus 2016 pukul 20.00 dari http://www.ilmuekonomi.net/2016/02/teori-
manajemen-portofolio-investasi-Harry-Makowitz.html
Chalimatus Sya’diyah. Return dan Risiko Portofolio. Diakses pada tanggal 08 Agustus 2016
pukul 20.00 dari http://chalimatussyd.blogspot.co.id/2013/06/return-dan-resiko-
portofolio.html
Dini. Teori Akuntansi. Diakses pada tanggal 08 Agustus 2016 pukul 20.00 dari
http://teoriakuntansii.blogspot.co.id/.
Dyah Ayu Khumairo, Syukriyah. Elemen dan Struktur Teori Akuntansi. Diakses pada tanggal
09 Agustus 2016 pukul 20.00 dari http://chumsyuk.blogspot.co.id/2014/09/elemen-
dan-struktur-teori-akuntansi.html
Emrinaldi Nur DP. Teori Entitas “Entity Theory”. diakses pada tanggal 10 Agustus 2016
pukul 09.00 dari http://kolibri4info.blogspot.co.id/2009/05/teori-entitas-entity-theory-
teori.html
Errie Kusriadie, Harun Al-Rasyid, Rinaldy Resinanda, Renni Ekaputri. Agency Theory.
Diakses pada tanggal 08 Agustus 2016 pukul 20.00 dari
http://www.manajementelekomunikasi.org/2013/04/agency-theory.html
Illeh Satria. Ekuitas. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 09.00 dari
http://satriaileh.blogspot.co.id/2013/10/ekuitas.html
Musdalifah Aziz. Filsafat Teori Portofolio Modern. Diakses pada tanggal 09 Agustus 2016
pukul 20.00 dari http://artikelku99.blogspot.co.id/2013/03/filsafat-teori-portofolio-
modern.html
Nur Fadhila Amri. Teori Legitimasi. Diakses pada tanggal 09 Agustus 2016 pukul 20.00 dari
http://www.potretakuntansi.xyz/2015/09/teori-legitimasi.html
Rey Naldy. Signalling Theory & Ageny Theory. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul
20.00 dari http://muhammadrinaldi01.blogspot.co.id/2015/04/signalling-theory-
ageny-theory.html
Shanty Tindaon. Konsep – konsep Teoritis Akuntansi. Diakses pada tanggal 08 Agustus 2016
pukul 20.00 dari http://shantycr7.blogspot.co.id/2013/05/konsep-konsep-teoritis-
akuntansi.html
Suwardjono. 2006. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi Ketiga.
Yogyakarta: BPEE
. Definisi Teori Signal. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 dari
http://ioaddakhil.blogspot.co.id/2014/02/pengertian-teori-sinyal.html
. Hubungan Antara Teori Akuntansi Positif dan Normatif. Diakses pada tanggal 10
Agustus 2016 pukul 20.00 dari http://dhar321.blogspot.co.id/2010/07/hubungan-
antara-teori-akuntansi.html
. Legitimasi (legitimacy Theory). Diakses pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00
dari http://akuntansi-undip.blogspot.co.id/2014/10/teori-legitimasi-legitimacy-
theory.html
. Teori Akuntansi Positif dan Normatif. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul
20.00 dari http://badruzafni.blogspot.co.id/2009/06/teori-akuntansi-positif-dan-
normatif.html
. Perspektif Akuntansi. Diakses pada tanggal 09 Agustus 2016 pukul 20.00 dari
http://kodomogasuki.blogspot.co.id/2015/05/perspektif-akuntansi.html

Anda mungkin juga menyukai