Oleh :
Subsidi (juga disebut subvensi) adalah bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan
kepada suatu bisnis atau sektor ekonomi. Sebagian subsidi diberikan oleh pemerintah kepada
produsen atau distributor dalam suatu industri untuk mencegah kejatuhan industri tersebut
(misalnya karena operasi merugikan yang terus dijalankan) atau peningkatan harga
produknya atau hanya untuk mendorongnya mempekerjakan lebih banyak buruh (seperti
dalam subsidi upah). Contohnya adalah subsidi untuk mendorong penjualan ekspor; subsidi
di beberapa bahan pangan untuk mempertahankan biaya hidup, khususnya di wilayah
perkotaan; dan subsidi untuk mendorong perluasan produksi pertanian dan mencapai
swasembada produksi pangan.
Subsidi dapat dianggap sebagai suatu bentuk proteksionisme atau penghalang
perdagangan dengan memproduksi barang dan jasa domestik yang kompetitif terhadap
barang dan jasa impor. Subsidi dapat mengganggu pasar dan memakan biaya ekonomi yang
besar. Bantuan keuangan dalam bentuk subsidi bisa datang dari suatu pemerintahan, tetapi
istilah subsidi juga bisa mengarah pada bantuan yang diberikan oleh pihak lain, seperti
perorangan atau lembaga non-pemerintah.
Sebagai warga negara Indonesia, salah satu yang menjadi hak kita adalah mendapatkan
jaminan sosial. Sebagaimana namanya, jaminan sosial nasional merupakan salah satu bentuk
perlindungan sosial yang diselenggarakan Negara untuk menjamin kebutuhan dasar seluruh
rakyat Indonesia. Jaminan sosial di Indonesia diselenggarakan melalui Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2004 dengan berlandaskan UUD 1945.
Isinya menyatakan bahwa Pemerintah harus terlibat dalam menyejahterakan warga
negaranya. Hadirnya SJSN telah melahirkan sistem baru program jaminan sosial di Indonesia
dan menggantikan program-program jaminan sosial yang ada sebelumnya, seperti Asuransi
Kesehatan (Askes) dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Sistem baru yang
dinamakan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) adalah wujud tanggung jawab
Negara untuk memberikan perlindungan sosial sepenuhnya kepada masyarakat Indonesia.
Dari namanya, jelas bahwa kedua lembaga BPJS tersebut memberikan manfaat kepada
masyarakat Indonesia berupa:
1. Jaminan Sosial untuk Kesehatan
Untuk mendapatkan jaminan kesehatan dari BPJS Kesehatan, setiap warga negara
Indonesia terlebih dahulu harus mendaftar sebagai peserta. Manfaat yang diberikan bertingkat
sesuai dengan kelasnya. Masyarakat bisa memilih manfaat yang sesuai dengan kemampuan
dalam membayar iuran. Namun, aturan ini tidak berlaku bagi masyarakat yang dikategorikan
tidak mampu. Mereka mendapat pengecualian untuk pembayaran iuran.
UU menerangkan bahwa setiap warga negara Indonesia ataupun warga negara asing yang
menetap di Indonesia lebih dari enam (6) bulan diwajibkan untuk mengikuti jaminan sosial
kesehatan melalui BPJS Kesehatan. Itu berarti kita sebagai warga negara Indonesia harus ikut
serta dalam keanggotaan BPJS Kesehatan.
Jaminan Kematian
Program jaminan kematian (JKM) memberikan keringanan risiko terhadap ahli waris atas
kematian peserta BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan sosial ini berupa santunan. Program JKM bisa
diklaim bukan atas dasar kecelakaan kerja. Manfaat yang dapat diperoleh selain santunan
kematian adalah biaya pemakaman dan santunan berkala selama 24 bulan.
Program jaminan kecelakaan kerja (JKK) dapat dimanfaatkan para pekerja di sektor
formal. Pembayaran JKK di BPJS Ketenagakerjaan sepenuhnya ditanggung perusahaan. JKK
bertujuan untuk mengganti sebagian ataupun keseluruhan atas hilangnya penghasilan yang
diakibatkan risiko kecelakaan kerja dan dihitung mulai berangkat kerja hingga pulang ke rumah.
Jaminan yang diberikan dapat berupa kompensasi ataupun rehabilitasi. Yang termasuk dalam
risiko kerja, di antaranya kematian ataupun cacat, baik fisik maupun mental.
Jaminan Sosial Hari Tua
Jaminan Hari Tua (JHT) merupakan manfaat perlindungan yang diakibatkan terputusnya
penghasilan kerja pada usia nonproduktif. Biasanya JHT berbentuk kepastian penerimaan
penghasilan kepada yang bersangkutan setelah mencapai usia 55 tahun. Namun, sangat
dimungkinkan bahwa penghasilan hari tua dapat diperoleh dari proses pengunduran diri dari
tempat bekerja dengan alasan ataupun persyaratan tertentu. Misalnya, perusahaan akan
memberikan jaminan hari tua setelah karyawannya bekerja selama lebih dari 10 tahun dan lain
sebagainya.
Bagi para pekerja lepas, paruh waktu, ataupun pekerja borongan di sektor jasa konstruksi
yang ditangani kontraktor dalam proyek swasta, proyek APBD, proyek dana internasional,
maupun proyek APBN maka akan mendapatkan jaminan sosial. Program ini memiliki landasan
hukum berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-196/MEN/1999. Jaminan sosial
di bidang konstruksi ini dinaungi program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan
Kematian (JKM).
Dari tujuannya, jaminan sosial dan asuransi jelas berbeda. Jaminan sosial ditujukan untuk
memberikan perlindungan terhadap kebutuhan dasar manusia. Sementara asuransi ditujukan
untuk memberikan nilai tambahan atas perlindungan dasar tersebut. Selain itu, ada beberapa
perbedaan lain yang membedakan jaminan sosial dan asuransi:
Dari sisi risiko, perlindungan yang diberikan jaminan sosial tak memiliki batasan selama
sejalan dengan aturan yang ditetapkan. Sementara pelindungan asuransi terbatas karena
tergantung premi yang ditawarkan.
Dari sisi kepesertaan, seluruh warga negara Indonesia wajib memiliki jaminan sosial.
Sementara kepemilikan asuransi tidak wajib dan siapapun boleh mendaftarkan dirinya
untuk memiliki asuransi.
Dari cakupan pertanggungan, jaminan sosial terbatas pertanggungannya. Sementara
pertanggungan yang dijamin asuransi lebih luas ketimbang jaminan sosial, tergantung
jaminan pertanggungan yang dipilih.
Dari sisi iuran, jaminan sosial lebih terjangkau dan besarannya menentukan kelasnya.
Sementara asuransi bervariasi iurannya. Semakin besar iurannya, semakin luas cakupan
pertanggungannya.