Anda di halaman 1dari 6

ESSAI

INVESTASI PEMERINTAH, SUBSIDI


PEMERINTAH,JAMNINAN SOSIAL,KESEHATAN DAN
ASURANSI PEMERINTAH

Oleh :

Erick Friths Grenius, S.STP.


A042192033

PROGRAM STUDI MAGISTER KEUANGAN DAERAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
A. INVESTASI PEMERINTAH

Pemerintah pusat mengeluarkan ketentuan baru mengenai investasi pemerintah.


Hal ini tertuang dalam PP No. 63/2019 yang mencabut PP lama No. 1/2008 beserta
perubahannya yakni PP No. 49/2011. Dalam bagian penjelasan atas PP No. 63/2019, disebutkan
bahwa pemerintah ke depan bakal berfokus pada investasi dalam bentuk surat berharga. Selama
ini, pemerintah mengakui selama ini cenderung berfokus pada investasi berupa penyertaan modal
dan pemberian pinjaman. Adapun yang dimaksud dengan surat berharga di sini terdiri dari
saham, surat utang, dan surat berharga lain yang telah memiliki izin seperti reksadana.
Dalam pelaksanaannya, investasi pemerintah dalam bentuk saham dan surat utang
dilaksanakan oleh Operator Investasi Pemerintah (OIP) dengan mempertimbangkan tujuan
investasi, tingkat risiko dan imbal hasil, serta alokasi aset/kebijakan portofolio investasi. Untuk
diketahui, OIP adalah pelaksana fungsi operasional investasi pemerintah yang ditunjuk atau
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Menteri Keuangan perlu menetapkan Badan Layanan Umum
(BLU) Pengelola Dana sebagai OIP. Meski demikian, Menteri Keuangan juga dapat menetapkan
BLU lain, BUMN, dan badan hukum lain sebagai OIP. Dalam pengambilan keputusan investasi,
OIP perlu melakukan analisis terhadap risiko dan dokumentasi pengambilan keputusan harus
dituangkan secara memadai. OIP juga dapat melakukan alih daya pengelolaan investasi kepada
manajer investasi. Manajer investasi yang boleh bekerja sama dengan OIP harus memiliki izin
usaha sebagai perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai manajer investasi dari
OJK.
Manajer investasi juga harus tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pembatasan
kegiatan usaha ataupun pembekuan dari OJK. Selain itu, manajer investasi harus memiliki
pengalaman mengelola dana sebesar Rp5 triliun saat ditunjuk sebagai pengelola investasi dan
harus memiliki wakil manajer investasi yang tidak pernah dikenai sanksi administratif OJK
selama 5 tahun terakhir. Dalam ketentuan yang lama yakni PP No. 1/2008, hal ini tidak diatur.
Pasal 15 PP lama tersebut hanya menyebutkan bahwa investasi dapat dilakukan dengan cara
membeli saham yang diterbitkan oleh perusahaan.Dalam pasal yang sama, pembeliaan surat
utang juga dibatasi pada surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan, pemerintah, dan negara
lain. Surat utang yang dibeli juga harus menawarkan opsi pembelian surat utang kembali.
Penerbit surat utang harus berkomitmen untuk membeli kembali surat utang apabila pemerintah
menjual surat utang yang dimaksud sebelum jatuh tempo. Dalam peraturan yang baru
ditambahkan klausul bahwa saham yang dapat dibeli bisa berupa saham yang tercatat ataupun
yang tidak tercatat di bursa efek. Untuk surat utang, investasi saat ini bisa berupa surat utang atau
sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah atau pemerintah daerah, korporasi dan/atau badan
hukum lainnya, pemerintah negara lain, serta korporasi dan/atau badan hukum asing.
B. SUBSIDI PEMERINTAH

Subsidi (juga disebut subvensi) adalah bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan
kepada suatu bisnis atau sektor ekonomi. Sebagian subsidi diberikan oleh pemerintah kepada
produsen atau distributor dalam suatu industri untuk mencegah kejatuhan industri tersebut
(misalnya karena operasi merugikan yang terus dijalankan) atau peningkatan harga
produknya atau hanya untuk mendorongnya mempekerjakan lebih banyak buruh (seperti
dalam subsidi upah). Contohnya adalah subsidi untuk mendorong penjualan ekspor; subsidi
di beberapa bahan pangan untuk mempertahankan biaya hidup, khususnya di wilayah
perkotaan; dan subsidi untuk mendorong perluasan produksi pertanian dan mencapai
swasembada produksi pangan.
Subsidi dapat dianggap sebagai suatu bentuk proteksionisme atau penghalang
perdagangan dengan memproduksi barang dan jasa domestik yang kompetitif terhadap
barang dan jasa impor. Subsidi dapat mengganggu pasar dan memakan biaya ekonomi yang
besar. Bantuan keuangan dalam bentuk subsidi bisa datang dari suatu pemerintahan, tetapi
istilah subsidi juga bisa mengarah pada bantuan yang diberikan oleh pihak lain, seperti
perorangan atau lembaga non-pemerintah.

C. JAMINAN SOSIAL,KESEHATAN DAN ASURANSI PEMERINTAH

Sebagai warga negara Indonesia, salah satu yang menjadi hak kita adalah mendapatkan
jaminan sosial. Sebagaimana namanya, jaminan sosial nasional merupakan salah satu bentuk
perlindungan sosial yang diselenggarakan Negara untuk menjamin kebutuhan dasar seluruh
rakyat Indonesia. Jaminan sosial di Indonesia diselenggarakan melalui Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2004 dengan berlandaskan UUD 1945.
Isinya menyatakan bahwa Pemerintah harus terlibat dalam menyejahterakan warga
negaranya. Hadirnya SJSN telah melahirkan sistem baru program jaminan sosial di Indonesia
dan menggantikan program-program jaminan sosial yang ada sebelumnya, seperti Asuransi
Kesehatan (Askes) dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Sistem baru yang
dinamakan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) adalah wujud tanggung jawab
Negara untuk memberikan perlindungan sosial sepenuhnya kepada masyarakat Indonesia.

Dengan hadirnya BPJS, penyelenggaraan jaminan sosial di Indonesia telah terlaksana


sebagaimana mestinya. Terbentuknya BPJS bukanlah untuk tujuan komersil atau mencari
keuntungan. Menggantikan peran Askes dan Jamsostek, ada dua fungsi yang dijalankan
BPJS yang terbagi ke dalam dua lembaga: BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Dari namanya, jelas bahwa kedua lembaga BPJS tersebut memberikan manfaat kepada
masyarakat Indonesia berupa:
1. Jaminan Sosial untuk Kesehatan

Sebelum adanya BPJS, masyarakat Indonesia cukup kesulitan untuk mendapatkan


bantuan biaya pengobatan. Mereka harus terlebih dahulu mengurus surat-surat keterangan di
kelurahan dan sebagainya. Setelah munculnya BPJS Kesehatan (menggantikan Askes) pada
tahun 2014, akses ke pengobatan menjadi lebih mudah.

Untuk mendapatkan jaminan kesehatan dari BPJS Kesehatan, setiap warga negara
Indonesia terlebih dahulu harus mendaftar sebagai peserta. Manfaat yang diberikan bertingkat
sesuai dengan kelasnya. Masyarakat bisa memilih manfaat yang sesuai dengan kemampuan
dalam membayar iuran. Namun, aturan ini tidak berlaku bagi masyarakat yang dikategorikan
tidak mampu. Mereka mendapat pengecualian untuk pembayaran iuran.

UU menerangkan bahwa setiap warga negara Indonesia ataupun warga negara asing yang
menetap di Indonesia lebih dari enam (6) bulan diwajibkan untuk mengikuti jaminan sosial
kesehatan melalui BPJS Kesehatan. Itu berarti kita sebagai warga negara Indonesia harus ikut
serta dalam keanggotaan BPJS Kesehatan.

2. Jaminan Sosial untuk Ketenagakerjaan

Selain manfaat Kesehatan, Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial juga memberikan


manfaat bagi tenaga kerja di Indonesia. BPJS Ketenagakerjaan dibentuk setahun kemudian
setelah BPJS Kesehatan, yaitu pada tahun 2015 untuk menggantikan Jamsostek. Seperti
namanya, pertanggungan atau jaminan sosial yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan dikhususkan
bagi para pekerja, baik di sektor formal maupun informal. Ada beberapa manfaat yang
didapatkan dengan mengikuti BPJS Ketenagakerjaan, diantaranya:

 Jaminan Kematian

Program jaminan kematian (JKM) memberikan keringanan risiko terhadap ahli waris atas
kematian peserta BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan sosial ini berupa santunan. Program JKM bisa
diklaim bukan atas dasar kecelakaan kerja. Manfaat yang dapat diperoleh selain santunan
kematian adalah biaya pemakaman dan santunan berkala selama 24 bulan.

 Jaminan Kecelakaan Kerja

Program jaminan kecelakaan kerja (JKK) dapat dimanfaatkan para pekerja di sektor
formal. Pembayaran JKK di BPJS Ketenagakerjaan sepenuhnya ditanggung perusahaan. JKK
bertujuan untuk mengganti sebagian ataupun keseluruhan atas hilangnya penghasilan yang
diakibatkan risiko kecelakaan kerja dan dihitung mulai berangkat kerja hingga pulang ke rumah.
Jaminan yang diberikan dapat berupa kompensasi ataupun rehabilitasi. Yang termasuk dalam
risiko kerja, di antaranya kematian ataupun cacat, baik fisik maupun mental.
 Jaminan Sosial Hari Tua

Jaminan Hari Tua (JHT) merupakan manfaat perlindungan yang diakibatkan terputusnya
penghasilan kerja pada usia nonproduktif. Biasanya JHT berbentuk kepastian penerimaan
penghasilan kepada yang bersangkutan setelah mencapai usia 55 tahun. Namun, sangat
dimungkinkan bahwa penghasilan hari tua dapat diperoleh dari proses pengunduran diri dari
tempat bekerja dengan alasan ataupun persyaratan tertentu. Misalnya, perusahaan akan
memberikan jaminan hari tua setelah karyawannya bekerja selama lebih dari 10 tahun dan lain
sebagainya.

 Jaminan Jasa Konstruksi

Bagi para pekerja lepas, paruh waktu, ataupun pekerja borongan di sektor jasa konstruksi
yang ditangani kontraktor dalam proyek swasta, proyek APBD, proyek dana internasional,
maupun proyek APBN maka akan mendapatkan jaminan sosial. Program ini memiliki landasan
hukum berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-196/MEN/1999. Jaminan sosial
di bidang konstruksi ini dinaungi program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan
Kematian (JKM).

Perbedaan Jaminan Sosial dan Asuransi 


Ada yang keliru dengan menyamakan jaminan sosial dengan asuransi. Pada prinsipnya,
jaminan sosial sangat berbeda dengan asuransi. Jaminan sosial merupakan program resmi negara,
diatur Pemerintah, dan memiliki prosedur berdasarkan UU.  Sementara asuransi biasanya adalah
program perlindungan yang dijalankan swasta ataupun BUMN.

Dari tujuannya, jaminan sosial dan asuransi jelas berbeda. Jaminan sosial ditujukan untuk
memberikan perlindungan terhadap kebutuhan dasar manusia. Sementara asuransi ditujukan
untuk memberikan nilai tambahan atas perlindungan dasar tersebut. Selain itu, ada beberapa
perbedaan lain yang membedakan jaminan sosial dan asuransi:

 Dari sisi risiko, perlindungan yang diberikan jaminan sosial tak memiliki batasan selama
sejalan dengan aturan yang ditetapkan. Sementara pelindungan asuransi terbatas karena
tergantung premi yang ditawarkan.
 Dari sisi kepesertaan, seluruh warga negara Indonesia wajib memiliki jaminan sosial.
Sementara kepemilikan asuransi tidak wajib dan siapapun boleh mendaftarkan dirinya
untuk memiliki asuransi.
 Dari cakupan pertanggungan, jaminan sosial terbatas pertanggungannya. Sementara
pertanggungan yang dijamin asuransi lebih luas ketimbang jaminan sosial, tergantung
jaminan pertanggungan yang dipilih.
 Dari sisi iuran, jaminan sosial lebih terjangkau dan besarannya menentukan kelasnya.
Sementara asuransi bervariasi iurannya. Semakin besar iurannya, semakin luas cakupan
pertanggungannya.

Anda mungkin juga menyukai