BAB II
PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Salah satu definisi klasik tentang perencanaan mengatakan bahwa perencanaan
pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan sekarang tentang hal-hal yang
akan dikerjakan di masa depan. Berarti bahwa apabila berbicara tentang
perencanaan perencanaan sumber daya manusia yang menjadi fokus perhatian
ialah langkah-langkah tertentu yang diambil oleh menejemen guna lebih
menjamin bahwa bagi organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk
menduduki berbagai kedudukan, jabatan dan pekerjaanyang tepet pada waktu
yang tepat, kesemuanya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran
yang telah dan akan tetap dilaksanakan. Kata kunci dalam pengertian di atas
adalah “tepat”. Tepat dalam hubungan ini harus dilihat secara konekstual dalam
arti dikaitkan dengan tiga hal yaitu:
a. Penunaian kewajiban sosial organisasi,
b. Pencapaian tujuan organisasi, dan
c. Pencapaian tujan-tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.
MANFAAT PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Terdapat enam manfaat yang dapat dipetik melalui suatu perencanaan sumber
daya manusia secara mantap.
Pertama: organisasi dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang sudah ada
dalam organisasi secara lebih baik. Merupakan hal yang wajar bahwa apabila
seseorang mengambil keputusan tentang masa depan yang diinginkannya, ia
berangkat dari sekuatan dan kemampuan yng sudah dimilikinya sekarang. Berarti
perencanaan sumber daya manusia pun perlu diawali dengan kegiatan inventaris
tentang sumber daya manusia yang sudah terdapat dalam organisasi. Inventaris
tersebut antara lain menyangkut:
a. Jumlah tenaga kerja yang ada,
b. Berbagai kualifikasinya,
c. Masa kerja masing-masing,
d. Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki, baik karena pendidikan formal
maupun karena program pelatihan yang pernah diikuti, di masa depan.
Berarti bahwa apabila berbicara tentang perencanaan perencanaan sumber daya
manusia yang menjadi fokus perhatian ialah langkah-langkah tertentu yang
diambil oleh menejemen guna lebih menjamin bahwa bagi organisasi tersedia
tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai kedudukan, jabatan dan
pekerjaanyang tepet pada waktu yang tepat, kesemuanya dalam rangka
pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah dan akan tetap dilaksanakan.
Kata kunci dalam pengertian di atas adalah “tepat”. Tepat dalam hubungan ini
harus dilihat secara konekstual dalam arti dikaitkan dengan tiga hal,
yaitu:
a. Penunaian kewajiban sosial organisasi,
b. Pencapaian tujuan organisasi, dan
c. Pencapaian tujan-tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.
Berarti bahwa perencanaan sumber daya manusia tidak bisa dipercayakan hanya
kepada tenaga-tenaga profesional yang menangani masalah-masalah kepegawaian
saja, melainkan harus melibatkan para menejer yang memimpin satuan-satuan
kerja yang menyelenggarakan fungsi utama. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa karena salah satu fngsi organik yang mutlak diselenggarakan oleh setiap
menejer adalah perencanaan, fungsi tersebut harus pula mencakup perencanaan
sumber daya manusia untuk satuan kerja yang dipimpinya bekerja sama dengan
para tenaga spesialis yang terdapat dalam satuan kerja yang mengelola sumber
daya manusia dalam organisasi sebagai keseluruhan.
TEKNIK - TEKNIK PENGALAMAN SEBAGAI INSTRUMEN
PERECANAAN
Per definisi perencanaan mengandung arti sifat peramalan. Dikatakan demikian
karena secermat-cermatnya perencanaan dilakukan, ia tetap tidak bebas dari
ketidakpastian sebab faktor-faktor yang berpengaruh pada dan turut menetunkan
wujud masa depan yang diinginkan itu sulit diidentifikasikan secara pasti.
Minimalisasi ketadaktepatan itu dapat diusahakan dengan menggunakan enam
teknik peramalan sebagai instrumen perencanaan.
Keenam teknik itu ialah:
Ekstrapolasi
Ekstrapolasi merupakan suatu teknik peramalan dengan memproyeksikan
kecenderungan-kecenderungan masa lalu ke masa depan. Artinya tingkat dan jenis
perubahan yang terjadi dimasa lalu digunakan sebagai bahan untuk meramalkan
perubahanperubahan yang diperkirakan akan terjadi di masa yang akan datang.
Hanya saja perlu ditekankan bahwa agar ekstrapolasi memiliki validitas yang
tinggi, princip citerus paribus harus berlaku. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa salah satu kelemahan penggunaan ekstrapolasi justru terletak pada
kenyataan bahwa kondisi citerus paribus itu jarang ditemukan dalam dunia
kenyataan.
Indeksasi
Indeksasi sebagai instrumen peramalan adalah suatu metode memperkirakan
kebutuhan ketenagakerjaan di masa depan dengan menyesuaikan dengan suatu
indeks tertentu. Perlu disadari bahwa ekstrapolisasi dan indeksasi hanya
bermanfaat sebagai instrumen peramalan jangka pendek. Dikatakan demikian
karena kedua teknik tersebut berangkat dari asumsi bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan atas tenaga kerja, bersifat eksternal maupun internal,
berada pada kondisi konstan, padahal telah umum dimaklumi bahwa kondisi
demikian jarang ditemukan dalam kenyataan. Karena itu perlu penggunaan
instrumen peramalan lain.
Analisis Statistikal
Salah satu instrumen peramalan dimaksud adalah analisis statistikal. Terutama
untuk kepentingan perencanaan jangka panjang, analisis statistikal sangat
bermanfaat karena analisis demikian digunakan dengan memperhitungkan
perubahan yang mungkin terjadi sebagai penyebab bergesernya tuntutan terhadap
kebutuhan akan sumber daya manusia.
Analisis Anggaran
Rencana anggaran belanja tersebut terdiri dari berbagai “mata anggaran”, baik
dilihat dari segi penerimaan atau pengeluaran., salah satu mata anggaran yang ada
ialah belanja pegawai yang mencakup berbagai komponen pembayaran seperti
tunjangan keluarga, tunjangan hari tua, tunjangan hari raya, tunjangan jabatan,
tunjangan trasportasi, tunjangan kemahalan dan lain sebagainya, semuanya
diperuntukan bagi para pekerja yang sudah bekerja bagi organisasi. Apabila
rencana alokasi anggaran tersebut telah didasarkan pada berbagai teknik
peramalan seperti ekstrapolasi, indeksasi, dan lain-lainnya, diharapkan jumlah dan
kualifikasi tenaga yang diperlukan sudah mendekati kebenaran.
Usaha Baru
Usaha baru membuat perencanaan sumber daya manusia semakin rumit, para
perencanaan dapat menggunakan instrumen yang dikenal dengan istilah analisis
data. Penggunaan instrumen ini biasanya berarti bahwa perencana
memperhitungkan kebutuhan akan sumber daya manusia dengan
memperhitungkan perkiraan organisasi yang bersangkutan sendiri dengan situasi
yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan lain yang sudah berpengalaman dalam
menyelenggarakan kegiatan sejenis.
Penciptaan Model dengan Bantuan Komputer
Salah satu pendekatan yang dianggap paling cangih dalam perencanaan sumber
daya manusia adalah penciptaan berbagai model peramalan dengan bantuan
komputer. Modelmodel yang diciptakan biasanya berupa serangkaian rumus-
rumus matematikal yang secara simultan menggunakan berbagai teknik peramalan
untuk menghitung kebutuhan ketenagakerjaan di masa depan. Salah satu
keuntungan yang dapat dipetik dari pemanfaatan teknologi komputer dalam
perencanaan sumber daya manusia ialah bahwa jika terjadi perubahan dalam
penawaran atau permintaan ketenagakerjaan, perubahan tersebut dengan segera di
masukan ke dalam komputer untuk menyempurnakan rumusan peramalan
sehingga aktualitasnya lebih terjamin.
SUPLAI SUMBER DAYA MANUSIA
Guna dapat mengidentifikasikan suplai sumber daya manusia itu secara tepat, dan
pengisian lowongan yang tersedia berlangsung dengan baik, terdapat sejumlah
langkah yang perlu diambil, seperti audit sumber daya manusia, pembuata bagan
pergantian tenaga kerja, identifikasi kebutuhan yang hanya dapat terpenuhi
melalui jalur eksternal yang pada gilirannya menurut analisis pasaran kerja.
Perkiraan Suplai Internal
Dalam melakukan perkiraan tentang suplai sumber daya manusia secara internal,
menyelenggarakan audit sumber daya manusia dipandang sebagai suatu
keharusan. Jika kelompok pekerja yang menjadi sasaran, audit dikenal dengan
istilah “invemtarisasi ketrampilan.” Jenis lain ialah audit yang diperuntukan bagi
mereka yang jabatan manajeral yang juga dikenal dengan istilah dengan istilah
“inventarisasi manajeral.” Kedua-keduanya diperlukan karena lowongan yang
mungkin terjadi pun dapat saja menyangkut kedua kelompok tersebut.
Khusus mengenai audit manajeral, tambahan informasi yang biasanya digali
meliputi antara lain:
a. Jumlah bawahanya,
b. Jumlah anggaran yang dikelola,
c. Tugas-tugas para bawahannya,
d. Tipe-tipe para bawahan,
e. Pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti,
f. Jabatan-jabatan manajeral yang pernah dipangku.
Informasi yang dikumpulkan melalui dua jenis inventarisasi yang telah
disinggung dimuka memungkinkan para perencana sumber daya manusia
menciptakan bagan pergantian tenaga kerja. Artinya, suatu bagan pergantian
pegawai menggambarkan dua hal, yaitu:
a. Berbagai tugas pekerjaan, baik yang bersifat teknis oprasional maupun
manajerial dalam organisasi,
b. Status para calon yang layak dipertimbangkan dalam hal terjadinya lowongan.
Status para calon yang layak dipertimbangkan juga menyangkut dua hal, yaitu
prestasinya sekarang dan potensinya untuk dipromosikan.
Sumber-sumber informasi tentang prestasi kerja seseorang antara lain
menyangkut:
a. Atasan langsung bertanggung jawab mengisi formulir “daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan” yang bersangkutan;
b. Pendapat para manajer lain, terutama merekia yang memimpin satuan kerja
yang erat kaitannya dengan satuan kerja di mana pekerja yang prestasinya sangat
dinilai;
c. Rekan setingkat dengan siapa pekerja yang bersangkutan berinteraksi;
d. Para bawahan yang sehari-hari dipimpin oleh yang bersangkutan.
Adanya audit sumber daya manusia yang handal dan terciptanya bagan pergantian
tenaga kerja yang mutakhir memberikan paling sedikit tiga manfaat bagi
organisasi dalam usaha memanfaatkan suplai sumber daya manusia secara
internal, yaitu:
1. Dimungkinkannya para pengambil keputusan tingkat puncak menjatuhkan
pilihannya secara tepat dengan tidak makan waktu, tenaga dan pikiran terlalu
banyak;
2. Timbulnya kegairahan para pekerja untuk terus meningkatkan keahlian,
ketrampilan dan kemampuannya karena mengetahui bahwa dengan kebijaksanaan
promosi dari dalam, pimpinan organisasi akan memberikan kesempatan pertama
kepada para anggotanya untuk mengisi lowongan yang terjadi;
3. Mereka yang tidak dipertimbangkan untu dipromosikan pun tetap memiliki
semangat kerja yang tinggi karena mereka mengetahui bahwa pertimbangan
pimpinan didasarkan pada kriteria yang obyektif dan rasional.
BAB III
ANALISIS DAN RANCANG BANGUN PEKERJAAN
Dewasa ini semakin dipahami bahwa memiliki informasi dan memahami
pentingnya informasi tentang sumbe daya manusia yang terdapat dalam suatu
organisasi merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi dalam kehidupan
organisasional. Tantangan demikian menjadi lenih jelas lagi terlihat apabila
diingat bahwa hanya berdasarkan informasi yang mutakhir, lengkap dan dapat
dipercayalah analisis dan rancang bangun pekerjaan dapat dilakukan secara tepat.
PENTINGNYA INFORMASI ANALISIS PEKERJAAN
Analisis pekerjaan adalah usaha yang sistematik dalam mengumpulkan, menilai
dan mengorganisasikan semua jenis pekerjaan yang terdapat dalam suatu
organisasi. Kegiatan analisis pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi
suatu organisasi. Dikatakan demikian karena berbagai tindakan dalam pengelolaan
sumber daya manusia tergantung pada informasi tentang analisis pekerjaan yang
telah dilakukan. Teori manajemen sumber daya manusia member petunjuk bahwa
ada paling sedikit sepuluh kegiatan pengelolaan sumber daya manusia yang
penyelenggaraannya dengan baik didasarkan pada informasi yang berhasil
dikumpulkan dan diolah.
Pertama: Informasi analisis pekerjaan memberikan gambaran tentang tantangan
yang bersumber dari lingkungan yang mempengaruhi pekerjaan para pekerja
dalam organisasi. Misalnya, jika timbul tekanan kuat bagi penggunaan teknologi
canggih dalam pencapaian tujuan, seperti komputerisasi, otomasi atau robotisasi,
para analis pekerjaan dapat segera mengkaitkan tantangan tersebut dengan
berbagai pekerjaan dalam organisasi yang segera terpengaruh oleh tuntutan itu.
Kedua: Menghilangkan persyaratan pekerjaan yang sebenarnya tidak diperlukan
karena didasarkan pada pemikiran yang diskriminatif. Tidak dapat disangkal
bahwa sadar atau tidak, disengaja atau tidak dan dinyatakan secara eksplisit atau
tidak, terdapat organisasi yang menentukan berbagai persyaratan yang harus
dipenuhi pada hal sesungguhnya tidak diperlukan. Artinya secara artificial
ditentukan berbagai persyaratan tertentu karena adanya hasrat “menyingkirkan”
kelompok-kelompok tertentu.
Ketiga: Analisis pekerjaan harus juga mampu menemukan unsure-unsur pekerjaan
yang mendorong atau menghambat mutu kekaryaan para anggota organisasi.
Memperoleh pekerjaan yang layak sekaligus berarti hak memperoleh imbalan
yang wajar dan perlakuan yang manusiawi di tempat pekerjan. Perwujudan paling
nyata dari perlakuan yang manusiawi adalah apabila harkat dan martabat manusia
pekerja itu dihormati dan dijunjung tinggi.
Keempat: Merencanakan ketenagakerjaan untuk masa depan. Dapat dipastikan
bahwa setiap organisasi ingin bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan
perkembangan di sini tidak perlu diartikan hanya dalam arti kuantitatif. Bahkan
sering terjadi bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang didambakan adalah
yang sifatnya kualitatif. Berarti melalui analisis pekerjaan harus dapat diperoleh
gambaran tentang kemampuan para pekerja yang ada sekarang, arah dan
kecenderungan perubahan di masa depan yang dikaitkan dengan dampaknya
terhadap ketenagakerjaan di masa yang akan datang.
Kelima: Analisis pekerjaan harus mampu mencocokan lamaran yang masuk
dengan lowongan yang tersedia. Kiranya bukanlah merupakan hal yang baru
apabila dikemukakan apabila bahwa berbagai lowongan dalam suatu organisasi
bisa terjadi karena berbagai sebab. Adanya pekerja yang meninggal, memasuki
masa pension, berhenti atas permintaan sendiri, diberhentikan tidak dengan
hormat adalah beberapa diantaranya.
Keenam: Analisis pekerjaan sangat membantu dalam menentukan kebijaksanaan
dan program pelatihan. Pelatihan bagi tenaga kerj yang sudah berpengalaman
biasanya mengambil dua bentuk, yaitu:
a. Meningkatkan kemampuan melakukan pekerjaan sekarang.
b. Sebagai persiapan melakukan tugas baru, baik sebagai akibat promosi, alih
tugas maupun alih wilayah kerja.
Teknik pelatihan yang bagaimana dianggap paling paling tepat sangat tergantung
pada berbagai factor, seperti populasi pelatihan, tujuan pelatihan, lamanya
pelatihan dan hasil yang diharapkan.
Ketujuh: Menyusun rencana pengembangan potensi para pekerja. Berbagai
penelitian menunjukan bahwa potensi para pekerja belum selalu dikembangkan
sepenuhnya. Artinya, pengalaman banyak orang menunjukan bahwa terdapat
kesenjangan antara kemampuan efektif para pegawai dengan potensi yang
dimilikinya.
Kedelapan: Untuk kepentingan penentuan standar prestasi kerja yang realistik.
Realism menjadi lebih tepat ditonjolkan ketimbang standar yang idealistic karena
berbagai pertimbangan, antara lain:
a. Prestasi kerja berkaitan langsung dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
yang harus bersifat realistik pula.
b. Keterbatasan kemampuan organisasi memberikan imbalan dan balas jasa.
c. Kemampuan para anggota organisasi menjalankan fungsi dan melaksanakan
pekerjaannya.
d. Memperhitungkan jenis pekerjaan yang dilakukan.
e. Kriteria pengukuran prestasi kerja mengingat ada jenis pekerjaan tertentu yang
hasilnya mudah diukur, sukar diukur dan bahkan ada pula yang tidak mungkin
diukur.
Kesembilan: Informasi analisis pekerjaan sangat penting pula arti dan peranannya
dalam penempatan para pegawai agar benar-benar sesuai dengan pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang dimilikinya.
Kesepuluh: Informasi tentang analisis pekerjaan juga sangat penting artinya dalam
merumuskan dan menentukan system serta tingkat imbalan yang adil dan tepat.
Prinsip keadilan dan ketepatan merupakan hal yang teramat penting dalam
menerapkan suatu system imbalan. Dalam hubungan ini kiranya wajar untuk
mendapat perhatian manajemen bahwa dalam menggunakan persepsinya tentang
keadilan dalam system imbal, para pekerja pada umumnya meggunakan tiga “alat’
pembanding, yaitu:
1. Diri sendiri berdasarkan harapan-harapannya,
2. Diri sendiri dengan orang lain dalam organisasi,
3. Diri sendiri dengan orang lain di luar organisasi.
Mengenai “alat” pembandig yang pertama, kiranya tidak akan jauh dari kebenaran
apabila dikatakan bahwa setiap orang yang berkarya dalam suatu organisasi
membawa besertanya berbagai harapan yang meskipun didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan pribadi seperti tingkat pendidikan, pelatihan yang
pernah diikuti, usia, pengalaman, jumlah tanggungan dan sifat pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya, wajar untuk dipertimbangkan. Mengenai “alat”
pembanding yang kedua, yaitu diri sendiri dibandingkan dngan orang lain dalam
organisasi, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian antara lain ialah:
a. Tingkat pendidikan formal yang telah ditempuh,
b. Jenis pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki,
c. Pengalaman,
d. Jenis pekerjaan yang dilakukan,
e. Beban tugas yang dipikul, dan
f. Besar kecilnya tanggung jawab.
Mengenai “alat” pembanding yang ketiga dapat dikatakan bahwa seseorang akan
membandingkan imbalan yang diperolehnya dengan imbalan yang diterima oleh
pegawai yang diterima oleh pegawai yang melakukan tugas sejenis di organisasi
lain di kawasan yang sama. Faktor-faktor pembanding yang digunakan biasanya
sama dengan faktor-faktor yang telah dikemukakan dalam pembahasan “alat”
pembanding” yang kedua. Jelaslah bahwa informasi tentang anlisis semua
pekerjaan dalam suatu organisasi mutlak perlu dimiliki dan digunakan secara tepat
dalam pengelolaan manajemen sumber daya manusia.
TEKNIK PENGUMPULAN INFORMASI TENTANG ANALISIS
PEKERJA
Identifikasi Pekerjaan
Langkah pertama dalam analisis pekerjaan adalah mengidentifikasikan berbagai
ragam pekerjaan yang hendak dianalisis. Jika yang hendak dianalisis adalah
semua pekerjaan yang terdapat dalam suatu organisasi berskala besar. Oleh karena
itu penting untuk mengetahui sumber informasi tentang berbagai pekerjaan itu
seperti daftar gaji dan bagan organisasi, yang mungkin perlu dilengkapi dengan
diskusi dengan para pekerja dan para penyelia dalam organisasi yang
bersangkutan.
Penyusunan Kuesioner
Biasanya suatu kuesioner yang disusun untuk kepentingan pengumpulan
informasi tentang pekerjaan, mengandung paling sedikit lima hal, yaitu:
1. Status Informasi yang dimiliki sekarang dikaitkan dengan pekerjaan yang
diidentifikasikan.
2. Tugas dan Tanggung Jawab. Salah satu maksud penyusunan kuesioner tentang
pekerjaan adalah agar diperoleh informasi yang setepat mungkin tentang tugas
yang harus ditunaikan dan tanggung jawab yang harus dipikul baik oleh mereka
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pekerjaan yang sifatnya teknikal dan
operasional maupun oleh mereka yang mendapat kepercayaan menduduki
berbagai jabatan manajerial.
3. Karakteristik Insani. Data tentang orang-orang yang berkarya dalam organisasi
yang bersangkutan.
4. Kondisi Kerja. Kondisi kerja itu sering menuntut persyaratan tertentu, baik
dalam arti pengetahuan, keterampilan, pelatihan dan bahkan juga mungkin
menyangkut rancang bangun pekerjaan.
5. Standar Prestasi Kerja. Sepanjang sufat oekerjaan yang dilakukan
memungkinkan, standar prestasi kerja pula diketahui. Dengan demikian penilaian
dapat dilakukan secara obyektif.
Pengumpulan Informasi
Para analis dapat menggunakan berbagai teknik pengumpulan informasi yang
telah terbukti tepat digunakan seperti wawancara, pandangan para pejabat senior,
kuesioner, buku catatan pegawai dan absensi atau gabungan beberapa teknik
tersebut.
a. Wawancara. Merupakan salah satu diantara sekian banyak teknik pengumpulan
informasi yang paling sering digunakan. Salah satu alasannya ialah bahwa
informasi yang dapat digali melalui teknik ini dipandang cukup akurat.
b. Pandangan Pejabat Senior. Dalam organisasi yang sudah mapan, salah satu
teknik pengumpulan informasi yang lumrah digunakan adalah dengan
memperoleh pandangan dari dua kelompok orang dalam organisasi.
c. Kuesioner Melalui Pos. Pengumpulan informasi dengan mengirimkan
kuesioner melalui pos. keuntungan penggunaan teknik antara lain ialah:
1) Biaya yang relatif murah,
2) Jumlah responden dapat besar,
3) Proses pengumpulan informasi dapat berlangsung cepat.
Sebaliknya terdapat berbagai kelemahan dalam penggunaan teknik ini, seperti:
1) Jawaban yang tidak lengkap,
2) Jawaban yang tidak akurat,
3) Jumlah responden yang mengembalikan kuesioner yang tidak memungkinkan
analisis yang sahih. Guna menjamin manfaat yang semaksimal mungkin dari
penggunaan teknik ini, berbagai kelemahan diatas perlu ditanggulangi.
d. Catatan Harian Pegawai. Teknik ini memang dapat memberikan informasi
yang akurat apabila:
1) Para pegawai diharuskan membuat catatan harian tentang apa yang mereka
kerjakan,
2) Catatan harian tersebut mencakup kurun waktu yang relative panjang. Yang
sering dipandang sebagai kelemahan teknik ini ialah bahwa dikalangan para
pegawai mungkin terdapat keengganan untuk mengisi buku catatan harian
masing-masing karena tugas tersebut sering dipandang sebagai beban tambahan
yang tidak berkaitan langsung dengan produktivitas kerja seseorang.
e. Observasi. Pengamatan langsung oleh para analis atas pelaksanaan pekerjaan
oleh para karyawan yang tugas pekerjaannya sedang dianalisis, perlu disadari
bahwa teknik ini mengandung kelemahan, antara lain:
1) Diperlukan biaya yang tidak sedikit,
2) Proses pelaksanaanna memakan waktu,
3) Kemungkinan informasi yang dikumpulkan tidak terlalu akurat karena para
karyawan berusaha bekerja lebih keras, lebih baek dan lebih produktif sebab
mereka menyadari bahwa cara kerja mereka sedang diamati oleh orang lain.
f. Penggabungan Berbagai Teknik. Mengingat pentingnya informasi tentang
berbagai jenis pekerjaan yang diselenggarakan dalam suatu organisasi yang telah
melalui proses analisis, sangat diperlukan dalam rangka manajemen sumber daya
manusia, para analis biasanya menggunakan gabungan dari beberapa teknik
pengumpulan informasi. Penggunaan gabungan beberapa teknik itu dimaksudkan
untuk meningkatkan mutu informasi yang terkumpul, sekaligus mengurangi bahan
pembiayaan.
APLIKASI INFORMASI ANALISIS PEKERJAAN
Paling sedikit berbagai teknik harus mampu memberikan sumbangan nyata dalam
menentukan empat hal, yaitu:
a. Penyusunan uraian pekerjaan,
b. Merumuskan spesifikasi pekerjaan,
c. Menetapkan standar prestasi kerja, dan
d. Menciptakan sistem informasi sumber daya manusia.
Sistem Informasi Sumber Daya Manusia.
Jelaslah bahwa informasi analisis pekerjaan sangat bermanfaat dan dapat
diaplikasikan untuk berbagai keperluan dan kepentingan dalam rangka
manajemen sumber daya manusia secara lebih efektif.
RANCANGAN BANGUN PEKERJAAN
Dalam melakukan rancang bangun pekerjaan ada tiga hal yang peting mendapat
perhatian. Pertama, rancang bangun pekerjaan harus mencerminkan usaha
pemenuhan tuntutan lingkungan, organisasional dan keperilakuan terhadap
pekerjaan yang dirancang bangun itu. Kedua, mempertimbangkan ketiga jenis
tuntutan tersebut berarti upaya diarahkan pada pelakunya, meskipun dapat
dipastikan bahwa tingkat produktifitas dan kepuasan itu tidak akan sama bagi
setiap orang. Ketiga, tingkat produktivitas dan kepuasan para pelaksana harus
mampu berperan sebagai umpan balik. Artinya, secara umum dapat dikatakan
bahwa rancang bangun pekerjaan yang baik dan tepat akan berakibat pada tingkat
produktivitas dan kepuasan yang tinggi. Sebaliknya, rancang bangun yang kurang
baik atau tidak tepat dapat menimbulkan berbagai masalah tidak hanya dalam
bentuk produktivitas yang rendah, akan tetapi juga dalam berbagai perilaku
negative yang lain, seperti adanya pekerja yang berhenti, tingkat kemangkiran
yang tinggi, keluhan, sabotase, memperlambat proses produksi atau bahkan
pemogokan.
TEKNIK RANCANG BANGUN KEMBALI PEKERJAAN
Rancang bangun kembali berbagai pekerjaan dimaksudkan agar para pekrja
pelaksananya tidak mengalami kebosanan yang apabila berlangsung lama , dapat
berakibat negatif terhadap kehidupan kekaryaan seseorang seperti apatisme,
ketidakpedulian, motivasi yang rendah, keluhan, kesalahan dalam pelaksanaan
pekerjan dan bahkan juga timbulnya keinginan berhenti sebagai pekerja di
organisasi yang bersangkutan. Untuk mengatasi situasi demikian, tiga teknik
dapat digunakan, pertama: dengan rotasi tugas, kedua: perluasan tugas, ketiga:
memperkaya pekerjaan. Rancang bangun pekerjaan merupakan salah satu
komponen penting dalam manajemen sumber daya manusia dan oleh karenanya
harus dilakukan dengan bermodalkan pengetahuan spesialistik yang tinggi di
kalangan para pejabat dan petugas di bidang pengelolaan sumber daya manusia
dalam setiap organisasi.
BAB IV
REKRUTMEN TENAGA KERJA
Berbagai langkah yang diambil dalam proses rekrutmen pada dasarnya merupakan
salah satu tugas pokok para tenaga spesialis yang berkarya dalam satuan
organisasi yang mengelola sumber daya manusia.
BERBAGAI KENDALA DALAM REKRUTMEN
Kendala yang dihadapi ada tiga bentuk, yaitu kendala yang bersumber dari
organisasi yang bersangkutan sendiri, kebiasaan para pencari tenaga kerja sendiri
dan faktor-faktor eksternal yang bersumber dari lingkungan dimana organisasi
bergerak.
Faktor-faktor Organisasi.
Beberapa kebijaksanaan yang mungkin menjadi kendala dalam proses rekrutmen:
a. Kebijaksanaan promosi dari dalam.
b. Kebijaksanaan tentang imbalan.
c. Kebijaksanaan tentang status kepegawaian.
d. Rencana sumber daya manusia.