Anda di halaman 1dari 31

GIGI TIRUAN

MAHKOTA
Nindya Shinta, Mega Bintang, Inaayatul Maula, Melati
Harum Pertiwi
Dosen pembimbing : drg. Achmad Gunadi MS., Ph.D
Prostodonsia 1 Putaran 2

Nindya Shinta Mega Bintang Inaayatul Maula Melati Harum Pertiwi


Menurut Rikmasari (2009), gigi tiruan mahkota atau umum disebut jaket merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk gigi yang
belum dicabut tetapi mengalami kerusakan yang parah sehingga sudah tidak bisa ditambal lagi, tetapi syaraf giginya belum
mati. Gigi yang rusak tersebut dikurangi sedemikian rupa dengan bentuk tertentu, kemudian diganti dengan bahan
akrilik/porselen/kombinasi logam-porselen yang menyerupai selubung/jaket bentuk dan warnanya disesuaikan dengan gigi
sebelumnya atau menggunakan gigi sebelahnya sebagai panduan. Gigi tiruan ini tidak dapat dilepas oleh pasien karena
ditempelkan langsung ke gigi dengan semen khusus.
Indikasi Mahkota Jaket
◦ Rekuren karies yang luas pada restorasi yang ◦ Diskonfigurasi yang berasal dari kombinasi
besar atau gigi dengan karies yang luas, restorasi yang terdiskolorisasi dan gigi
sehingga tidak dapat ditumpat secara tetangganya yang rotasi.
konvensional / Black, mis: karies rampant,
karies sirkuler, karies proksimal M-D.
Indikasi Mahkota Jaket
◦ Fraktur gigi dimana pulpa belum terbuka ◦ Amelogenesis imperfekta dimana email
◦ Gigi anomali bentuk, mis: peg-teeth , mulbery mengalami hipokalsifikasi atau perubahan
warna lain yang terjadi pada gigi (misalnya:
teeth , rudimenter
flourosis atau hipoplasi email).
◦ Abutment gigi tiruan cekat
Indikasi Mahkota Jaket
◦ Abrasi dan erosi gigi ◦ Koreksi malposisi, mis: rotasi, linguo / labio
versi, mesio / disto versi, diastema
Kontraindikasi Mahkota Jaket
◦ Gigi terlalu pendek / tidak mempunyai cingul retensi kurang
◦ Gigitan tertutup (close bite ) atau edge to edge bite
◦ Ketebalan struktur jar keras gigi kurang / tipis pada labio lingual d) Pasien yang memiliki kebiasaan bruxism
◦ Desain preparasi tidak didukung jaringan gigi yang kuat
◦ Alergi terhadap bahan yang akan digunakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi suatu
mahkota jaket
1. Kekuatan tekan (compressive strength ) 4. Keakuratan mahkota jaket retensi gesek
(tensofrictional retention )
2. Kekuatan tarik (tensile strength )
5. Bentuk preparasi tonggak:
3. Kekuatan semen (shear strength ) ◦ Tonggak kerucut: jaket mudah lepas
◦ Faktor semen: ◦ Tonggak silindris (panjang): retensi baik
◦ Mechanical interlocking → kekasaran permukaan preparasi
dan mahkota tiruan 6. Balance preparasi tonggak: Seimbang pada
◦ Film thickness : semua sisi
◦ tipis rata, retensi baik
◦ tebal tdk rata, retensi tdk baik 7. Luas daerah perlekatan (garis tengah gigi)
8. Jenis bahan restorasi
Macam mahkota jaket berdasarkan bahan
pembentuknya dan pundaknya
◦ Untuk akrilik ada 4 macam:
1. Acrylic jacket crown
2. Acrylic thumble crown
3. Acrylic veneer crown
4. Acrylic dowel crown
◦ Berdasarkan pundak
1. Tipe pundak (shoulder)
Full shoulder untuk mahkota jaket porselin
Partial shoulder untuk mahkota jaket karena gigi malposisi
Shoulderless untuk mahkota jaket untuk gigi anomali
(rudimenter), gigi incisivus RB.

2. Bentuk sudut pundak


 square : sudut 90 °
Obtuse : sudut 105°, sudut tumpul / bevel
Prosedur Pembuatan Mahkota Jaket
1. Diagnosis
Mencatat data pasien, anamnesis, pemeriksaan
ekstra oral, pemeriksaan intra oral, pemeriksaan
penunjang, diagnosis, kemudian menetukan
rencana perawatan.

Gambar pemeriksaan penunjang terdapat fraktur Klas II Ellis. Yaitu


fraktur mengenai dentin dan belum mengenai pulpa
2. Membuat Cetakan Anatomis RA dan RB

Persiapan-persiapan yang dilakukan pada saat pencetakan:


◦ Memeriksa keadaan gigi yang akan dicetak atau jaringan disekitar gigi/mukosa rongga mulut harus dibersihkan/diirigasi dari segala
debris saliva,darah,serum dan sisa makanan
◦ Pembersihan dapat dilakukan dengan menarik kotoran dari gingival sulkus dan berkumur dengan air
◦ Selanjutnya dikeringkan dengan kapas, cotton roll,cotton pelet tetapi tidak boleh terlalu kering karena dapat menyebabkan gigi
dehidrasi dan mati, seperti menggunakan air spray
◦ Setelah pembersihan (debridement) selesai, kemudian dilakukan pencetakan untuk mendapatkan replika negatif dari jaringan rongga
mulut. Karena hasil pencetakan akan diuraikan untuk merancang suatu gigi tiruan dan pembuatan mahkota atau gigi tiruan tetap
sementara
◦ Hasil cetakan anatomis yang akurat dapat menggambarkan keadaan yang sesuai dengan jaringan mulut sehingga hasilnya dapat
mewakili keadaan rongga mulut
◦ Penyesuaian sendok cetak dengan ketentuan : sendok cetak sesuai dengan ketentuan ukuran rahang, tepi untuk sendok cetak berjarak
0,5 cm dari batas anatomis, batas tepi gigi dan tepi sendok cetak berjarak 0,5 cm
Posisi Pasien saat Pencetakan

◦ Pasien duduk lurus menghadap depan


◦ Mulut pasien berada di antara bahu dan siku operator
◦ Inspeksi dengan kaca mulut apakah pasien bernapas melalui mulut
◦ Posisi kepala pasien:
- Rahang Atas: Garis Frankut (garis yang menghubungkan titik infra orbital dengan lubang telinga) sejajar dngan lantai
- Rahang Bawah: Garis Chamfer (garis yang menghubungkan ala nasi ke tragus) sejajar dengan lantai atau permukaan oklusal
rahan bawah sejajar dengan lantai
◦ Pasien diinstruksikan untuk berkumur lebih dahulu
◦ Bahan : hydrokoloid irrevesible (alginate).
1. Menyiapkan sendok cetak yang sesuai.
2. Sebelum manipulasi bahan, jaringan disekitar
gigi/mukosa rongga mulut harus
dibersihkan/diirigasi dari segala debris saliva,
darah, serum dan sisa makanan.
3. Pembersihan dapat dilakukan dengan
air/berkumur.
4. Dikeringkan menggunakan cotton roll, cotton
pellet. Tetap menjaga kelembapan fisiologis
5. Dilakukan pencetakan, setelah alginate setting,
tuang plaster of parris. Setelah gips setting diberi
basis dan di triming. Diberi garis median,
identitas px dan operator
3. Model Studi (Model Pembahasan) 4. Pembuatan Sendok Cetak Perorangan

◦ Melakukan pengisian hasil cetakan anatomis • Membuat outline form dari model studi.
dengan menggunakan gips kedokteran gigi tipe
• Membuat spacer malam sesuai dengan outline form
1/ plaster of paris
◦ Melakukan pembuatan basis gigi tiruan • Membuat stopper dan spacer malam dengan cara
memotongnya pada daerah C dan M1 (lebar 2mm,
panjang 7mm) stopper untuk RB menghadap ke
lingual, sedangkan RA le labial/bukal. Tujuan
pembuatan stopper adalah untuk memudahkan
pengambalian sendok cetak ke dalam mulut,
memberi ketebalan pada bahan cetak serta
mengontrol besarnya tekanan waktu mencetak.
5. Pembuatan mahkota sementara
a. Direct technique
◦ Mencetak model studi menggunakan bahan cetak alginat dengan sendok cetak sebagian,hasil cetakan dengan menggunakan
lap basah yang telah diperas
◦ Melakukan preparasi gigi penyangga sesuai dengan bentuk yang diinginkan
◦ Gigi penyangga yang telah dipreparasi dibersihkan kemudian diolesi bahan separator (silicone grease/vaseline)
◦ Siapkan hasil cetakan model studi dan resin akrilik jenis cold cured self cured sewarna gigi(merk tempron)
◦ Melakukan manipulasi resin akrilik jenis cold cured dengan cara mencampur monomer dan polimer
◦ Hasil manipulasi resin akrilik cold cured dimasukkan dalam cetakkan alginat mengisi bagian dari gigi yang telah dipreparasi
gigi penyangga
◦ Selanjutnya cetakan yang sudah terisi resin akrilik dicetakan kembali pada penderita sesuai dengan posisi yang dikehendaki
◦ Sebelum resin akrilik setting/mengeras cetakan dibuka/dilepas dari rongga mulut penderita
◦ Merapikan dan membuang kelebihan akrilik, kemudian memasukkan kembali ke rongga mulut penderita tunggu sampai
akrilik setting/ mengeras sebelum cetakan dilepas dari rongga mulut penderita
◦ Akrilik yang sudah setting/ mengeras selanjutnya dikeluarkan dari cetakan, kemudian dirapikan dan pulas sampai halus dan
mengkilat
◦ Mempertahankan bagian kontak dengan gigi asli yang berapa titik kontak(bukan bidang kontak)

b. Indirect technique (prosedur laboratoris)


6. Preparasi gigi

◦ Preparasi didefinisikan perawatan mekanis pada gigi yang mengalami injuri, atau penyakit untuk dapat menerima material
restoratif, termasuk indikasi pada koreksi estetis, sehingga gigi dapat kembali normal dan berfungsi dengan baik
◦ Alat dan bahan
◦ Straigh hand piece
◦ Long thin tapered diamond bur
◦ Round end tappered diamond bur
◦ Finishing bur
◦ Safe side separating disc
◦ Wheel diamond bur
◦ Flat end tappered diamond bur
Syarat preparasi gigi
A. syarat umum
 Alat preparasi harus tajam dan keras
 Pengasahan harus dilakukan dengan pendinginan air dan udara
 Pengasahan harus dilakukan dengan kecepatan yang tinggi
 Pengasahan tidak boleh menimbulkan getaran
 Arah perputaran alat berlawanan dengan arah pengambilan jaringan gigi
 Pengasahan tidak boleh mengenai gigi tetangga ataupun jaringan lunak

B. Syarat biologis
 Tidak membahayakan viitalitas dari pulpa
 Harus memenuhi bentuk bentuk dan syarat preparasi

c. Syarat estetik
 Memberikan ruang yang cukup diantara gigi penyangga dengan gigi antagonis dan atau gigi tetangga sehingga ketebalan dapat memberi warna
yang baik

D. syarat mekanis
 Memberi retensi dan resitensi (sebagai bentuk perlawanan terhadap gaya-gaya yang jatuh pada restorasi)
 Mempunyai besar dan tinggi yang cukup
 Memberikan kekuatan pada gigi yang dipreparasi supaya tidak fraktur
 Memberikan ruangan yang cukup, sehingga bahan restorasi tidak mudah aus, melengkung, patah, atau pecah dan tidak menyebabkan
perubahan bentuk
Preparasi Gigi Anterior

◦ Bidang Proksmial
• menggunakan long thin tappered diamond bur atau safe side
separating disc
• bentuk konvergen dengan sudut 3-5° thp bidang aksial

◦ Bidang Labial
• buat grooe sebagai penuntun mengikuti bentukan anatomi
sedalam 1-1,5 mm, kemudian groove dihubungkan denganround
end tappered diamon bur
• 1/3 bagian serviko lingual sejajar sumbu gigi
• 2/3 serviko lingual mengikuti lontur gigi
◦ Bidang Palatal atau Lingual
• menggunakan bur intan kerucut atau round end tappered
diamond bur dengan kedalaman 1-1,5 mm
• 1/3 serviko insisal sejajar dengan sumbu gigi
• 2/3 serviko insisal mengikuti kontur gigi
• mempertahankan cingulum menggunakan wheel diamond
bur
◦ Bidang Insisal
◦ pengurangan bidang insisal dengan long thin doamond bur
dan wheel diamond bur dengan kedalaman 2mm
membenuk sudut 45° ke arah palatal atau lingual
Preparasi Gigi Posterior
◦ Bidang Proksmial
• menggunakan long thin tappered diamon bur atay safe side separating disc
• bentuk konvergen dengan sudut 3-5° thp bidang aksial

◦ Bidang Labial
• buat groove sebagai penuntun mengikuti bentukan anatomi sedalam 1-1,5 mm,
kemudian groove dihubungkan denganround end tappered diamon bur
• bentuk konvergen dengan sudut 3-5° thp bidang aksial

◦ Bidang Palatal atau Lingual


• menggunakan round end tappered diamond bur dengan kedalaman 1-1,5 mm
• 1/3 bagian sejajar sumbu aksial gigi
• 2/3 bagian mengikui kontur gigi
• bentuk konvergen dengan sudut 3-5° thp bidang aksial

◦ Bidang Oklusal
◦ Menggunaan bur intan atau wheel diamond dengan kedalaman 2mm (bebas kontak
dengan gigi antagonis)
7. Pencetakan hasil preparasi

◦ Beberapa persiapan yang dilakukan sebelum pencetakan antara lain:


◦ Preparasi mahkota jaket sudah baik, tidak ada undercut → retraksi gingiva
◦ Copper band sesuai bentuk/contour gigi papilla interdental dan dalamnya gingival crevice tanpa merusak jaringan gingiva
◦ Tepi ring/band masuk sulcus gingiva
◦ Jika sudah pas → cetak uji coba untuk melihat bentuk pundak dengan green stick

◦ Retraksi gingiva berguna untuk :


◦ Membebaskan tepi preparasi mahkota jaket dari jaringan lunak pada waktu preparasi dan pencetakan
◦ Melihat bentuk anatomis mahkota gigi
◦ Preparasi pundak servikal terlihat jelas
Gingival Tissue Displacement / Retraksi gingiva

Dapat dilakukan dengan cara:


a. Mekanis
Menggunakan mahkota sementara (logam atau
akrilik) yang telah disemen -> dilepas -> dilapisi
gutta percha -> mahkota sementara dipasang
Kembali -> gutta percha akan mendorong gingiva
bagiam servikal

b. Kimiawi
Benang yang direndam pada epinephrine 8% atau
alumunium potassium sulfat -> sulcus gingiva (5
menit) mwnggunakan plastic filling instrument
8. Pemasangan Mahkota Sementara

Gigi yang telah dipreparasi tadi, ditutup dengan mahkota sementara yang sebelumnya telah disediakan operator sesuai ukuran
gigi pasien. Mahkota sementara disementasi menggunakan Fletcher.

Mahkota
sementara
9. Pencetakan Gigit dan Shade Guide

◦ Pencatatan gigit dilakukan dengan cara menuntun pasien menggigit (oklusi sentrik) 2 lapis lempeng malam merah yang
diantaranya diberi selapis kain kasa sebagai penguat dan pembatas sehingga pada kedua sisi lempeng malam tersebut tampak
cetakan dari bidang oklusal gigi.
◦ Salah satu tahapan yang penting dalam pembuatan mahkota jaket adalah penentuan warna. Warna yang sesuai dengan gigi asli
memberikan kepuasan pada pasien. Penentuan warna dilakukan 2 kali, sebelum dan sesudah preparasi, supaya diketahui
apakah dalam menentukan warna sudah baik.
◦ Cara penentuan warna :
1. Pengaruh warna sekeliling ditutup
2. Peta warna : Crevical colour, Body colour dan Incisal colour
3. Kamus warna (shade guide colour) : Warna servikal lebih tua dari warna labial (body colour), warna labial lebih tua daripada warna insisal

◦ Shade guide dinilai kurang akurat dalam menginterpretasikan warna karena persepsi terhadap warna dinilai secara subyektif,
dimana hal tersebut dipengaruhi keterampilan dari praktisi itu sendiri (Basavanna dkk., 2013). Jenis shade guide yang banyak
digunakan adalah Vitapan Classical dan Vitapan 3D Master.
10. Pembuatan Die dan Model Kerja

◦ Hasil cetakan tadi kemudian dicor dengan gips kuning pada RA dan gips biru pada RB, menjadi model kerja dan die. Die
adalah tiruan atau replika berupa model gips dari gigi pasien yang telah selesai dipreparasi dan akan dilanjutkan pada proses
laboratorium.

◦ Menunjukkan hasil cetakan untuk selanjutnya dikirim ke laboratorium untuk pembuatan mahkota (tahap lab)
11. Penerimaan Model dari Laboratorium
12. Tahap Pasang Coba Mahkota Jaket

◦ Pertama, mahkota sementara dilepas. Kemudian gigi penyangga dibersihkan dari semen sementara menggunakan cotto
pellet/kapas.
◦ Mahkota yang sudah jadi dilakukan percobaan pemansangan tanpa menggunakan semen di dalam rongga mulut, dicek oklusi,
fitting dan retensinya.
◦ Apabila tidak ada gangguan mahkota yang sudah jadi dilepas selanjutnya dibersihkan dan dikeringkan.
◦ Daerah preparasi diisolasi dengan cotton roll atau kassa kemudian dikeringkan.
◦ Selanjutnya mengambil semen sementara (zinc oxide eugenol) diaplikasikan ke mahkota yang sudah jadi dan dilakukan
pemasangan.
◦ Di cek kembali oklusi, fitting dan retensinya. Selanjutnya semen yang berlebihan dibersihkan.
13. Tahap insersi
◦ Gigi diisolasi dari saliva dengan bantuan cotton roll dan saliva ejector
◦ Benang gigi (dental floss) di posisikan pada bagian proksimal gigi atau mengitari gigi dengan tujuan untuk membesihkan sisa
semen nantinya.
◦ Permukaan gigi dikeringkan dengan menggunakan syringe udara selama 3-5 detik
◦ Mahkota jaket dibersihkan dan dikeringkan
◦ Semen dicampur sesuai instruksi pemakaian (petunjuk pabrik)
◦ Semen diaplikasikan serta pada bagian dalam mahkota jaket (usahakan semen berlebih)
◦ Mahkota jaket didudukkan pada tempatnya dengan menggunakan jari
◦ Setelah semen agak mengeras, kelebihan semen mulai dibersihkan dengan dental floss serta eskavator
◦ Diperiksa kembali kondisi mahkota pada gigi, oklusi serta artikulasi pasien.
Instruksi

o Pasien diinformasikan bahwa akan ada rasa tidak nyaman setelah pemasangan gigi tiruan, namun hal itu tidak berlangsung lama dan
akan kembali normal
o Menginstruksikan kepada pasien untuk selalu menjaga kebersihan rongga mulut dengan menggunakan dental floss sehabis sikat gigi.
o Perhatikan Oral hygiene. Mahkota dibuat dari bahan-bahan yang mungkin saja akan membuat pemakainya sensitif terhadap bahan
tersebut. Keadaan mulut yang bersih dan sehat sangat diperlukan untuk pasien pemakai mahkota ini.
o Jangan mengunyah dengan mahkota baru selama 24 jam setelah pemasangan. Jika ingin makan, makan yang lunak-lunak terlebih
dahulu, jangan makan yang lengket-lengket, usahakan makanan dipotong kecil-kecil terlebih dahulu.
Kontrol

◦ Kontrol I :
 Dilakukan setelah 24 jam pemakaian pertama (tidak boleh untuk dimakan)
 Diperiksa adanya keluhan atau tidak
 Diperiksa oklusi dan artikulasi
 Diperiksa retensi dan stabilisasi
 Diperiksa keadaan jaringan lunak
 Estetik
Kontrol II :
Dilakukan 3 hari setelah kontrol I
Kontrol III :
Dilakukan 1 minggu setelah kontrol II

Anda mungkin juga menyukai