Anda di halaman 1dari 112

KUMPULAN MATERI OSCE

PERIODE OKTOBER 2017


TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

PROSTODONSIA
________________________________________________________________

1) Model kerja: galangan gigit RA dan RB, Kaliper, jangka, bite dan fork
A. Verbalkan evaluasi basis dan galangan gigit
a. pasien diminta duduk tegak, lalu galangan gigit RA dimasukkan dalam mulut
pasien
b. adaptasi basis : tidak boleh mudah lepas atau bergerak, permukaan basis harus
rapat dengan jaringan pendukung, tepi basis harus tidak mengganggu sehingga
tidak boleh terlalu pendek atau panjang
c. melihat dukungan bibir dan pipi, galangan gigit harus bisa mengembalikan kontur
bibir pra pencabutan (kontur labial), dan pipi tidak boleh terlihat terlalu cembung
d. sulkus nasolabialis dan philtrum pasien nampak tidak terlalu dalam atau hilang
alurnya
B. Verbalkan dan peragakan penyusuaian dan evaluasi galangan gigit RA
a. galangan gigit dibuat dengan pedoman 2mm di bawah bibir atas bila dilihat dari
depan saat posisi istirahat (rest posisi)
b. sedangkan bila dilihat dari lateral sejajar dengan garis tragus-Ala nasi untuk
melihat kesejajaran bagian posterior (garis chamfer)
c. bagian anterior bite rime sejajar dengan garis antar pupil
d. cek dengan oklusal guide plane
___________________________________________________________________________

2) Ada model gigi kehilangan gigi 15,14,13,11,21,22,23 labioversi, 25,26.


A. Klasifikasi
Klas III modifikasi 1 Kennedy
Klas V modifikasi 1A Applegate Kennedy
B. Dukungan kombinasi mukosa dan gigi
Dukungan gigi 16, 12, 25, 26
Abutment: gigi 16, 12, 25, 26
C. Penahan langsung & tidak langsung ?
D. Konektor mayor
Plat palatal dengan perluasan basis distal Resin akrilik
Diameter kawat: 0,8 mm untuk gigi posterior, 0,7 mm untuk gigi anterior
E. Desain alat

1
TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

3) Seorang perempuan 56 tahun datang ke RSGM untuk dibuatkan gigi tiruan. Pada pemeriksaan
klinis ditemukan gigi yang hilang yaitu gigi 16, 15, 26, dan 24.
A. Buat desain gigi tiruan!
1. Menentukan kelas dari masing-masing daerah tidak bergigi
Gigi yang hilang yaitu gigi 16, 15, 26, dan 24. Kasus ini masuk termasuk klas III Kennedy
modifikasi 2. Indikasi protesa yaitu gigi tiruan sebagian lepasan desain bilateral
perluasan basis distal dengan dukungan kombinasi mukosa dan gigi.
2. Menentukan macam dukungan
Pemilihan dukungan: dukungan kombinasi mukosa dan gigi (14 dan 25)
3. Menentukan macam penahan
Direct retainer berupa klamer C pada gigi 14 dengan modifikasi sandaran oklusal di
distal dan klamer C pada gigi 25 dengan modifikasi sandaran oklusal di distal.
Indirect retainer berupa plat anterior setinggi cingulum
4. Menentukan macam konektor
Konektor berupa plat palatal akrilik dan menggunakan buccal flange pada sadel bukal
gigi 16, 15, 24, dan 26.

Keterangan:
1. Plat akrilik
2. Cengkeram C sandaran oklusal
3. Buccal flange
4. Plat anterior setinggi cingulum

4) Gigi 12 hilang, gigi 11 fraktur (gatau ini kena pulpa apa ga, kl kena berarti intrakoronal ya)
a. Jenis Bridge : Fixed- fixed bridge  kedua konektor bersifat rigid, dapat digunakan untuk
gigi posterior dan anterior.
b. Bahan Bridge : All porcelain  alas an estetik
c. Jenis Pontik : Modified Ridge Lap
d. Kontaknya dengan jaringan hanya terbatas pada puncak lingir bukal. Pontik ini didesai
dengan sedikit konkaf pada arah bukolingual.

2
TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

GT longgar, ingin kunjungan cuma 2x  Relining

Relining:
- Melapisi kembali fitting surface gigi tiruan yang sudah tidak sesuai lagi atau longgar dengan
bahan dasar baru, menghasilkan lapisan baru yang beradaptasi secara akurat ke landasan gigi
tiruan.
- Tujuan : memperbaiki retensi sehingga GT dapat berfungsi kembali, kesehatan pada jaringan
lunak dapat diperbaiki, pasien merasa nyaman dan enak dengan GT yang dipakai
Prosedur :
1. Senyum salam sapa
2. Sampaikan kepada pasien prosedur yang akan dilakukan dan meminta persetujuan tindakan
3. Siapkan alat dan bahan
Alat :
• set diagnostic
• dental stone bur
• stellon pot
• lee crown mess
• polishing bur
• kuvet
• glass slab
• cement spatula
Bahan :
• self curing acrylic (powder & liquid)
• heat curing acrylic

3
TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

• gips stone
• material impression
4. Cuci tangan, pakai masker dan gloves
a. Direct/Langsung pada mulut pasien dengan “Self Curing Acrylic”
• Pasien diberitahu bahwa nanti akan terasa sensasi hangat sampai panas ketika
prosedur dilakukan
• daerah resorpsi linger dikurangi dan dibuat retensi (1/2 dari basis yang lama)
• aduk self curing acrylic di stellon pot sampai konsistensi yang masih lekat dan ditarik
akan membentuk serat (stringy stage)
• letakkan adonan akrilik pada daerah retensi tadi, lalu ditekankan langsung pada mulut
pasien sampai komposisi akrilik plastis yaitu adonan mudah dibentuk sesuai dengan
keinginan (dough stage), lalu dikeluarkan dari mulut
• instruksikan pasien untuk kumur dengan air dingin, sisa akrilik dibuang
• masukkan kembali ke dalam mulut, ditunggu hingga mengeras (±12 – 15 menit)
• lalu dipoles dan siap untuk dipakai
b. Indirect / Tidak Langsung dengan “Heat Curing Acrylic”
• GTSL lama dikurangi daerah resorpsinya dan dibuat retensi
• Jadikan GTSL lama sebagai sendok cetak
• Aduk material impression (1:1) pada glass slab, lalu letakkan selapis tipis pada daerah
retensi tadi  sebaiknya tidak mengisi penuh GT supaya bisa mengikuti kontur
internal dari fitting surface yang diperbaiki.
• Retraksi bibir pasien supaya vestibulum anterior dan posteriornya dapat terlihat jelas,
lalu posisikan GT dengan benar
• Pegang dan tekan GT sampai sisa material impressionnya mengalir keluar melewati
flange
• Minta pasien untuk oklusi perlahan. Cek sudah benar atau belum
• Jika sudah setting final, denture dilepas bersamaan dengan bahan cetak tadi.
• Pengisian dental stone pada cetakan
• Wax contouring
• Penanaman dalam kuvet (flasking)
• Buang malam (boiling out)
• Pencampuran akrilik (packing)
• Perebusan akrilik (curing)
• Pelepasan model dari kuvet (deflasking)
• Grinding
• Finishing, bur Arkansas
• Polishing, (pumice+air) dan (cryet+air)
-

4
TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

_____________________________________________________________________________

5) Preparasi dan guiding grooves pfm gigi 37, pilih jenis bur.
A. Anestesi Lokal
B. Retraksi Gingiva menggunakan benang/cord yang direndam larutan adrenalin lalu
dimasukan pada sulkus gingiva yang telah dikeringkan menggunakan cord packer
diretrak kearah samping
C. Preparasi Oklusal
- Dibuat guide groove/ occlusal depth 2 mm
Slide prof haryo: 1,5mm pada tonjol fungsional, 1mm pada tonjol non fungsional
- Bur yang digunakan round end tapered diamond bur
- dikurangi 1-2 mm menurut bentuk permukaan oklusal, jangan dikurangi secara rata.
- periksa jarak dengan gigi antagonisnya.

D. Preparasi Bukal dan Lingual


- Pengurangan bagian bukal dan lingual / palatinal.
- menggunakan torpedo bur
- letakkan bur tersebut mendatar pada permukaan gigi yang dipreparasi.
- daerah finish line dapat dibuat chamfer
E. Pengurangan bagian proksimal.
- menggunakan short needle dan torpedo bur
- usahakan pemotongan ini sejajar/paralel antara dinding proksimal sebelah mesial
dan distal, atau sedikit menutup kearah oklusal sebesar ± 5°

F. Pengurangan sudut-sudut aksial.


- tumpulkan semua sudut-sudut aksial yang ada dengan torpedo bur terutama pada
daerah gingiva margin.
- untuk sudut aksial yang mudah dijangkau bisa menggunakan torpedo bur.
G. Penghalusan hasil preparasi.
- menggunakan sand paper discs.
- hilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan undercut-undercut
untuk memperoleh hasil preparasi yang cukup halus.
_____________________________________________________________________________

5
TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

6) Bagaimana cara menentukan muka dari bidang frontal?


Pasien diarahkan pandangan ke depan dengan posisi tegak. Kemudian diukur dengan
patokan titik antropomteri yaitu titik Nasion – Anterior Nasal Spine dan Menton untuk
melihat kesimetrisan wajah.

Indeks muka dengan patokkan panjang muka (jarak vertikal Nasion - Gnation) dan Lebar
muka (jarak byzigomatik kanan dan kiri)

Indeks muka = (Tinggi muka / Lebar byzygomatik ) x 100%

Apa fungsi penentuan muka dari bidang frontal?


Penentuan muka dari bidang frontal berfungsi untuk mengetahui bentuk wajah dan
rahang pasien. Bentuk wajah terbagi menjadi 3 yaitu :
- Mesoprosop ( muka sedang / tapering)
- Euriprosop (muka pendek dan lebar / ovoid )
- Leptoprosop (muka tinggi dan sempit / tapering)

Menurut Leon William’s bentuk gigi akan sesuai dengan bentuk muka dan bentuk
rahang.

a. Bagaimana cara menentukan gerakan mata?


Pemeriksaan mata dilakukan pada saat penderita duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan. Lalu dilihat adanya keadaan simetris atau tidak.
Selanjutnya dilihat apakah bola mata dapat mengikuti gerakkan instrument yang
digerakkan ke segala arahyang disebut movable in all direction. Bila mata tidak dapat
mengikuti gerakan ke segala arah disebut sebagai unmovable in all direction.

b. Apa funsi menentukan gerakan mata?


Guna pemeriksaan gerakkan mata adalah sebagai berikut:
 Menentukan garis interpupil yang digunakan menentukan tinggi gigit dan
kesejajaran galangan gigit (biterim) posterior rahang atas
 Bidang horizontal frakfurt (bidang FHP) yaitu bidang yang melalui titik-titik
infraorbita dan tragus. Bidang ini penting untuk pencetakkan rahang atas dengan
bahan cetak cair. Para pasien yang sensitive dan mudah mual dapat diatasi
dengan garis FHP sejajar dengan lantai.
 Garis tragus – cantus yang menjadi panduan letak condyle rahang yang terletak
kurang lebih 12-14 mmdi depan tragus pada garis ini
 Garis tengah wajah penderita

c. Bagaimana cara menentukan tahanan jaringan?


Pemeriksaan tahanan jaringan menggunakan burnisher, dengan menekan beberapa
tempat sehingga dapat dirasakan perbedaan kekenyalan jaringan. Ketebalan jaringan
normal adalah sebesar 2mm. kepentingan pengukuran tahanan jaringan adalah
untuk kemantapan gigi tiruan (Itjningsih, 2005).

6
TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

7). SURVEYOR
Gigi 17 dan 26 hilang akan dibuatkan GTSKL (Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam).
Sumber : DSC prosto Semester 4 materi surveyor.
a. Verbalkan bagian-bagian surveyor

KETERANGAN

BD = Basis Datar
TT = Tiang Tegak
LD = Lengan Datar
GT = Gelendong Tegak
TA = Tongkat Analisis
MB = Meja Basis

ALAT UNTUK SURVEY A. Tongkat analisis (Analyzing Rod)


Untuk mencari bidang bimbing,
tongkat dari logam.

B. Pemangkas malam (Wax Trimmer)


Untuk model malam pada
pembuatan GT malam, jadi tidak
menggunakan crownmess.

C. Pengukur undercut (undercut


Gauge)

D. Carbon penanda (Carbon Marker)


Untuk menanda. Bewrujud isi pensil

b. Verbalkan dan peragakan penggunaan surveyor untuk GTSKL region kiri


1. Prosedur survey tahap demi tahap
a. Survey pada model studi
b. Evaluasi pada bidang bimbing

7
TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

c. Evaluasi daerah retensi


d. Evaluasi masalah hambatan
e. Evaluasi factor estetik
f. Survey pada model kerja

Penggunaan surveyor GTSKL region 26


 Letakkan model gigi pada meja basis kemudian kencangkan agar posisi stabil
 Pasang tongkat analisis pada Glendong tegak untuk mencari bidang bimbing
(tongkat analisis diletakkan pada distal 26 dan mesial 27)
 Setelah didapatkan bidang bimbing, posisikan model pada meja basis sesuai
kesejajaran bidang bimbing

 Ganti tongkat analisis dengan carbon marker untuk menandai garis survey
(area yang disurvey merupakan kontur terbesar dari gigi yang sedang
disurvey).
 Carbon marker digerakkan mengelilingi gigi untuk mencari garis survey. Garis
survey dibagi menjadi dua yaitu diatas garis survey berupa non undercut
(supra bulge area) dan dibawah garis survey berupa undercut (infra bulge
area)
 Undercut retentive (keadaan yang diharapkan) akan menjadi tempat
diletakkannya lengan cengm sehingga dapat menahan gigi tiruan. Untuk
undercut yang tidak diharapkan dapat dilakukan blocking out.
 Pemiringan anterior dan posterior dilakukan untuk kasus paradental,
prinsipnya adalah memiringkan kea rah gigi yang kuat

Rekaman hubungan model kerja dengan surveyor


 Tripoding : tiga buah tanda dibuat pada permukaan model kerja pada ketinggian
atau bidang horizontal yang sama

8
TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

 Pemberian tanda garis : pada area tepi lateral kanan dan kiri serta dorsal model
 Pemberian tanda goresan : hal ini lebih menguntungkan dari tanda garis karena
tanda goresan tidak mudah hilang saat model di duplikasi
 Pemasangan pin : bagian tengah model (bagian yang tidak ada kerangkanya )
dilubangi, tongkat surveyor diganti dengan pin, pin dimasukkan ke dalam lubang
dan disemen.

8) Sementasi GTC 3 unit


A. Sebutkan alat dan bahan
Armamentarium sementasi GTC adalah sebagai berikut:
a) Kaca mulut, sonde, pemegang kapas, excavator
b) Cotton rolls, dental floss, articulating paper.
c) Saliva ejector, air water syringe
d) Spatula semen, glass plate
e) Bahan semen  resin, glass ionomer, polycarboxylate, zinc phosphate, Zn Oxide
eugenol dengan atau tanpa EBA (2-ethoxybenzoic acid)
f) Crown

B. Peragakan dan verbalkan prosedur sementasi dan instruksi pasca penyemenan


a. Melepas mahkota sementara dengan
crown remover dan membersihkan sisa
semen

b. Gigi harus dibersihkan dengan


semprotan air dan dikeringkan dgn
udara secara perlahan-lahan (dilakukan
pada saat terakhir menghindari
kontaminasi pada perm gigi oleh ludah
atau exudate gingival)
c. Isolasi gigi dengan cotton roll dan
protective liners, dapat juga
menggunakan saliva ejector

d. Pengadukan semen sesuai petunjuk


pabrik
Aduk semen berupa ZINK FOSFAT
SEMEN dengan perbandingan pabrik
untuk mendapatkan konsistensi primer.
Cara pengadukan semen:
- Ambil zink fosfat semen dengan
takaran 1 sendok peres
- Bagi semen menjadi beberapa bagian
yaitu 6 bagian
- ambil cairan diteteskan di dekat Seng
fosfat semen yang sudah diletakkan
pada paper pad, cairan dikeluarkan

9
TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

dengan posisi botol tegak lurus


- diaduk dengan semen spatula dengan
sudut 45o
- aduk sampai mendapatkan
konsistensi semen primer yaitu jika
diangkat 1 inchi akan menghasilkan
semen yang tidak terputus
- ambil semen dengan plastis
instrumen

e. Bagian yg disemen : permukaan gigi yg


dipreparasi & bagian dalam GTC yaitu
pada bagian bagian dalam Retainer.
Semen tidak boleh menyentuh oklusal
gigi abutment (akan menimbulkan rasa
ngilu)

f. GTC ditempatkan pada abutment lalu


dipompakan 2-3 kali selama ± 2 detik
dan ditekan dengan jari secara kuat-
kuat.

g. Pasien diminta menggigit keras pada


GTC nya, kemudian cek oklusi kontak
gigi atas dan bawah. Pasien diminta
Konektor Pontic
membuka mulut dan tekan kembali
GTC dengan ibu jari/ menggigit
gulungan kapas yang diletakkan pada Retainer
oklusal gigi
Abutmen
h. Setelah semen keres, kelebihan semen t
diambil dg excavator/ sonde. Kelebihan Abutmen
semen pada area proksimal/interdental t
GTC dengan gigi sebelahnya dapat
dicek dengan dental floss

i. Oklusi dicek sekali lagi.


Pasien diberitahu cara pembersihan
GTC dan menjaga oral hygine

10
TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

9) Pasien GTL dengan keluhan tidak nyaman memakai gigi tiruannya. Retensi baik, estetis baik.
Dokter gigi melakukan pemeriksaan oklusi pada bagian gigi dengan permukaan oklusal yang
tidak baik.
Pertanyaan :
1. Alat dan bahan yang disiapkan
Alat Bahan
- Diagnostik set - air
- Mikromotor - pumice
(lowspeed)
- Karborundum bur
- Enhance bur
- Articulating paper
- Microbrush

2. Verbalkan pengerjaan pada kasus


a. senyum, salam, sapa
b. mengkomunikasikan prosedur yang akan dilakukan, tujuannya, dan meminta izin pasien
(informed consent)
c. Cuci tangan sesuai prosedur WHO, menggunakan masker, lalu gloves
d. mempersiapkan alat dan bahan
e. Instruksikan pasien untuk memakai GTLnya
f. Articulating paper diletakkan sesuai permukaan oklusal gigi
g. Instruksikan pasien untuk mengigit, menggerakan rahang ke depan belakang dan samping
kiri kanan
h. Kemudian dilihat pada gigi-geligi bagian oklusal GTL apakah terdapat warna articulating
paper yang lebih tebal pada gigi. Apabila ada penebalan pada gigi-geligi dilakukan
pengurangan pada daerah tersebut menggunakan bur karborundum, dilanjutkan dengan
bur enhanced hingga didapatkan oklusi yang normal/baik
i. Instruksikan pasien untuk memakai GTL yang telah dikurangi giginya
j. Articulating paper diletakkan sesuai permukaan oklusal gigi
k. Instruksikan pasien untuk mengigit, menggerakan rahang ke depan belakang dan samping
kiri kanan
l. Cek oklusi hingga didapatkan warna yang merata
3. Verbalkan cara menghaluskan kembali permukaan oklusal
a. Siapkan GTL yang telah dikurangi pada bagian yang mengalami traumatik oklusi
b. Siapkan brush yang telah dipasang pada mikromotor low speed dan diberi pumice+air
c. Lakukan brush pada permukaan bagian gigi geligi atrificial GTL hingga didapatkan
permukaan yang baik
d. Instruksikan pasien untuk memakai GTLnya
e. Cek oklusi dan tanyakan kepada pasien sudah nyaman/belum

10 ) KESEJAJARAN BITERIM
Pertanyaan :
Uji coba bite rim RA full-full
1. Senyum, salam, sapa
2. mengkomunikasikan prosedur yang akan dilakukan, tujuannya, dan meminta izin pasien
(informed consent)

11
TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

3. Cuci tangan sesuai prosedur WHO, menggunakan masker, lalu gloves


4. mempersiapkan alat dan bahan
5. pasien diminta duduk tegak, lalu galangan gigit RA dimasukkan dalam mulut pasien
6. adaptasi basis : tidak boleh mudah lepas atau bergerak, permukaan basis harus rapat dengan
jaringan pendukung, tepi basis harus tidak mengganggu sehingga tidak boleh terlalu pendek
atau panjang
7. melihat dukungan bibir dan pipi, galangan gigit harus bisa mengembalikan kontur bibir pra
pencabutan (kontur labial), dan pipi tidak boleh terlihat terlalu cembung
8. sulkus nasolabialis dan philtrum pasien nampak tidak terlalu dalam atau hilang alurnya
9. galangan gigit dibuat dengan pedoman 2mm di bawah bibir atas bila dilihat dari depan saat
posisi istirahat (rest posisi)
10.sedangkan bila dilihat dari lateral sejajar dengan garis tragus-Ala nasi untuk melihat
kesejajaran bagian posterior (garis chamfer)
11.bagian anterior bite rime sejajar dengan garis antar pupil
12.cek dengan oklusal guide plane

11) DENTURE STOMATITIS


Pertanyaan :
Anamnesa pasien Denture Stomatitis
1. Senyum, salam, sapa
2. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan Identitas (nama, usia, alamat, pekerjaan, pendidikan terakhir)
4. CC : sakit dan berwarna kemerahan pada langit-langit
5. PI :
 Sakitnya dari kapan?
 Bagaimana sakitnya?
 Muncul sakit bila keadaan seperti apa?
 Apa yang memperparah atau mengurangi sakit?
 Sudah pernah diobati sebelumnya?
6. PMH :
 Riwayat rawat inap di rumah sakit? Ya, karena apa?
 Riwayat alergi makanan, obat, cuaca?
 Sedang dalam pengobatan tertentu?
 Riwayat penyakit menular / parah/ sistemik?
7. PDH
 Sejak kapan memakai gigi tiruan?
 Bagaimana membersihkan gigi tiruannya?
 Gigi tiruan dipakai terus atau kapan di lepas?
 Kalo sudah pernah cabut, gimana perdarahan dan penyembuhannya?
8. SH
 Kebiasaan minum alcohol? Merokok?
 Tinggal dengan siapa?
 Sudah menikah/bekerja?
9. FH
Apakah ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama?

12
TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

Perawatan
1. KIE
K Mengkomunikasikan bahwa kemungkinan keluhan yang dialami pasien dicurigai
sebagai Denture Stomatitis
I Menginformasikan bahwa penyakit yang dicurigai dapat disebabkan karena
pasien jarang membersihkan gigi tiruannya, jarang melepasnya, dan merokok
E Mengedukasi pasien agar menjaga kesehatan dan kebersihan gigi tiruan dan
mulut. Pasien dianjurkan untuk melepas gigi tiruan pada malam hari dan
merendamnya dalam chlorhexidine 0,2%. Kemudian apabila ingin dipakai bilas
dahulu dengan air dan ditetesi nystatin. Pasien diminta mengurangi konsumsi
rokok. Pasien dijelaskan menggunakan obat anti fungal yang berupa nystatin
suspensi oral yang diteteskan ke lidah kemudian dikulum selama 2 menit lalu
ditelan. Setelah menggunakan obat nystatin hindari makan dan minum kira-kira
30 menit. Lakukan penetesan nystatin 4x sehari

2. Peresepan Nystatin Suspensi Oral

drg. Hulk
Jl. Shield no. 7 Yogyakarta
0274 123456
SIP. 123467890

R/Nystatin Oral Suspension Fl. No. III


s.4.d.d. 1 ml

Pro : Thor
Umur : 35 th
JK : Laki-laki

Instruksi
1. Menjaga kesehatan dan kebersihan gigi tiruan dan mulut
2. Melepas gigi tiruan pada malam hari dan merendamnya dalam chlorhexidine 0,2%
3. Apabila ingin dipakai bilas dahulu dengan air dan ditetesi nystatin
4. Mengurangi konsumsi rokok
5. Menggunakan obat anti fungal yang berupa nystatin suspensi oral yang diteteskan ke lidah
kemudian dikulum selama 2 menit lalu ditelan. Setelah menggunakan obat nystatin hindari
makan dan minum kira-kira 30 menit.
6. Lakukan penggunaan nystatin 4x sehari
7. Kontrol 1 minggu setelahnya untuk melihat perkembangan

12 ) PEMILIHAN WARNA, GARIS SENYUM GT

OS mau buat GTL/GTP baru karena yang lama sudah tidak enak dipakai .

a. Verbalkan pemilihan gigi tiruan (warna, bentuk, ukuran)


b. Peragakan penentuan garis senyum

13
TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

1. Pemilihan warna, bentuk, ukuran


a. Penentuan warna
• Pasien duduk di dental chair
• Lipstik harus dihapus
• Matikan lampu dental chair
• Pasien menghadap arah sinar alami
• Jika pasien menggunakan pakaian dengan warna yang terlalu cerah maka ditutup
dengan polibib berwarna biru atau hijau
• Basahkan shade guide, letakkan shade guide di samping cuping hidung untuk
menyelaraskan warna gigi dengan warna kulit wajah, kemudian shade guide
diletakkan di di dalam mulut saat posisi istirahat, dan letakkan gigi di dalam mulut
saat pasien tersenyum
• Minta pendapat pasien dengan memberikan cermin pada pasien
b. Bentuk gigi
• Laki-laki: gigi terlihat lebih kotak dan sudut terlihat tegas
• Perempuan: lebih membulat
• Usia: muda (ovoid), tua ( kotak, sudut tajam)
c. Ukuran
Berdasarkan ukuran wajah: lebar 6 gigi anterior berdasarkan ukuran wajah yaitu 1/16
dari lebar bizigomatik, sedangkan pajang 6 gigi anterior yaitu 1/16 dari panjang wajah.
2. Penentuan garis senyum
• Pasien duduk tegak di dental chair
• Pasangkan occlusal rim rahang atas
• Pasien diminta untuk tersenyum
• Tandai dengan menggunakan half moon sonde di depanjang low lip line.
__________________________________________________________________________________

13) PENCETAKAN FISIOLOGIS


1. Mencoba sendok individual
a. Stabilisasi : dengan menghindari muscular attachment
b. Relief area : tercakup semua pada rahang atas
2. Membuat cetakan model kerja
a. Sendok cetak : Sendok cetak individual shellac base plate
b. Bahan cetak : Elastomer
c. Metode mencetak : mukodinamik
d. Cara mencetak :
1) Senyum, salam, sapa pada pasien
2) Cuci tangan dan APD
3) Mencoba sendok cetak pada mulut pasien.
4) Edukasi proses pencetakan gigi secara mukodinamik.
5) Pasien duduk tegak dan maksila sejajar lantai. Mulut setinggi bahu untuk rahang bawah
dan setinggi siku untuk rahang atas.
6) Posisi operator di kanan belakang pasien untuk pencetakan rahang atas. Operator di
depan kanan pasien untuk pencetakan rahang bawah.
7) Elastomer sepanjang 7 cm diaduk pada paper pad dengan stiff spatula
Rahang atas
a. Bahan cetak diletakkan pada sendok cetak dan diletakkan sedikit berlebih pada
tengah-tengah palatum (pada sendok cetak) untuk mencegah terjebaknya udara
pada cetakan akhir.

14
TO OSCE OKT 2017
Prostodonsia

b. Sendok cetak diletakkan di dalam mulut, dan pembentukan batas tepi yang
membulat dilakukan pada regio posterior terlebih dahulu, kemudian regio anterior.
c. Pada metode mencetak mukodinamik, pasien diinstruksikan untuk:
1. Mengucapkan “ah” agar vibrating line tercetak.
2. Mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum bukalis superior.
3. Mengucapkan “u” untuk mendapat cetakan frenulum labialis superior.
4. Menggerakkan rahang bawah ke kiri dan ke kanan untuk mencetak lipatan
mucobuccal.
5. Menggerakkan pipi dan bibir untuk mencetak lipatan mucobuccal.
d. Setelah bahan cetak setting, sendok cetak dilepas dan dicuci dengan air mengalir
untuk menghilangkan saliva yang menempel pada cetakan. Vibrating line diperoleh
ketika pasien mengucapkan “ah” lalu digambar menggunakan pensil indelible,
kemudian cetakan dimasukkan kembali ke dalam mulut pasien supaya garis tinta
berada di cetakan.
Rahang bawah
a. Bahan cetak diletakkan pada sendok cetak
b. Sendok cetak diletakkan di dalam mulut, dan pembentukan batas tepi yang
membulat dilakukan pada regio posterior terlebih dahulu, kemudian regio anterior.
c. Pasien diinstruksikan mengangkat lidah dan bernafas melalui hidung.
d. Pada metode mencetak mukodinamik, pasien diinstruksikan untuk:
1. Mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum bukalis superior.
2. Mengucapkan “u” untuk mendapat cetakan frenulum labialis superior.
3. Menggerakkan rahang bawah ke kiri dan ke kanan untuk mencetak lipatan
mucobuccal.
4. Menggerakkan pipi dan bibir untuk mencetak lipatan mucobuccal.
e. Setelah bahan cetak setting, sendok cetak dilepas dan dicuci dengan air mengalir
untuk menghilangkan saliva yang menempel pada cetakan.

14. TORUS
Pasien dengan benjolan pada langit-langit sakit saat memakai gigi tiruan lepasan full. Pasien
tidak mau dioperasi.
1. Tuliskan abnormalitas apa
Torus palatinus
2. Rencana perawatan untuk abnormalitas tersebut
Relief torus dengan relief of chamber, sebelumnya dilakukan blok pada daerah
torus
3. Gambar desain
Kasih keterangan:
 RA : Full denture Basis plat akrilik
 Anasir gigi akrilik pada gigi 17-27 Gigi 18 dan 28 tidak diganti
 Relief chamber dengan menggunakan 4-8 lapis aluminium tin foil Post dam

15
TO OSCE OKT 2017
IKGA

IKGA
________________________________________________________________

1) Pasien anak, gigi 74 dan 84 sisa akar. ada phantom, alat dan lembar jawaban
A. Verbalkan dan tuliskan perawatan secara keseluruhan
a. pencabutan gigi 74 dan 84
b. medikasi
c. Topikal Aplikasi Flour
d. pembuatan Space Maintener
e. kontrol atau evaluasi
B. Alat dan bahan pencabutan 74 dan 84
a. Alat : elevator
tang radiks RB
alat diagnostik
b. Bahan : anestesi lidocain
topikal anestesi
cotton kasa, iod, sput injeksi
C. Verbalkan dan peragakan perawatan gigi 74 dan 84
a. penjelasan pada anak ttg yang akan dilakukan
b. cuci tangan, pakai masker, gloove
c. siapkan alat dan bahan
d. posisikan pasien senyaman mungkin dan sejajar dg siku operator
e. posisi operator untuk pencabutan gigi 74 di depan kanan
f. olesi iod pada daerah yg akan di suntik yaitu di mucobucal fold
g. gunakan topikal aplikasi
h. injeksikan larutan anestesi yg sebelumnya sudah dimasukkan dalam spuit ke
daerah foramen mandibula dg metode fisher untuk anestesi blok N.Alveolaris
Inferior dan lingualis, dan ke mucobukal fold untuk menganastesi N. Bucalis
i. encabutan radiks gigi dengan tang radiks RB
j. Bersihkan Daerah Pencabutan, beri tampon yang telah di olesi iod kemudian di
gigit

D. Gambar desain alat

16
TO OSCE OKT 2017
IKGA

E. Verbalkan tahapan perawatan tersebut


Space maintaner ini berfungsi untuk menjaga ruang pasca pencabutan sehingga ruang
untuk gigi permanen tumbuh tidak kan menyempit.
Tahapan perawatan :
a. Mencetak model kerja
b. Desain alat
c. Insersi alat
Ketika insersi, alat harus diperiksa untuk melihat ada/tidaknya bagian plat
akrilik yang menekan atau melukai jaringan lunak di rongga mulut. Labial arch
dan U loop juga diperiksa agar tidak menyebabkan oklusi traumatik pada
mukosa rongga mulut.
d. Kontrol
Pada kontrol dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif.
Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat yang dipakainya.
Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain adalah:
• apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien,
• apakah pasien kesulitan saat memakai dan melepas alat,
• apakah pasien sudah merasa nyaman saat memakai alat,
• apakah alat dapat digunakan pasien saat makan.
Pemeriksaan objektif meliputi :
• pemeriksaan jaringan lunak (adakah gingiva/mukosa yang terkena
trauma/iritasi akibat pemakaian alat),
• retensi dan stabilisasi alat,
• oklusi traumatik yang ditimbulkan akibat pemakaian alat (diperiksa dengan
articulating paper)
F. KIE
a. Pasien perlu diberikan motivasi untuk selalu memakai alat dan menjaga
kebersihannya.
b. Pasien dan orang tua pasien diminta untuk memperhatikan ruang kosong pada
lengkung gigi pasien, apakah bertambah besar atau kecil, serta memperhatikan
apakah gigi pengganti sudah mulai tumbuh atau belum.
c. Operator juga harus memberikan motivasi kepada pasien untuk selalu datang
kontrol pada waktunya.
___________________________________________________________________________

2) Pasien 9 tahun datang dengan keluhan gigi berlubang dan ingin dilakukan
pemeriksaan kebersihan mulut. ada model studi gigi bercampur yang ditandai
dengan spidol merah dan biru sebagai kalkulus dan debris.
A. Tuliskan perhitungan skor OHIS
B. Tuliskan kriteria OHIS pada pasien tersebut

OHIS digunakan untuk mengukur tingkat kebersihan mulut berdasarkan debris dan
kalkulus pada gigi index di tiap sextan. Gigi indeks tiap sextan adalah sebagai
berikut.
16 (bukal) 11 (labial) 26 (bukal)
46 (lingual) 31 (labial) 36 (lingual)

17
TO OSCE OKT 2017
IKGA

Bila ada kasus dimana salah satu gigi indeks tersebut tidak ada, maka penilaian
dilakukan sebagai berikut :
a. Bila molar pertama atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada molar
kedua atas atau bawah. Apabila molar permanen belum tumbuh sempurna
dapat di gantikan dengan gigi m2 desidui.
b. Bila molar pertama dan molar kedua atas atau bawah tidak ada, penilaian
dilakukan pada molar ketiga atas atau bawah.
c. Bila molar pertama, kedua dan ketiga atas atau bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
d. Bila insisivus pertama kanan atas tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus
pertama kiri atas. Apabila incisvus permanen belum tumbuh dapat digantikan
dengan incisivus desidui pertama atas kanan.
e. Bila insisivus pertama kanan atau kiri atas tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
f. Bila insisivus pertama kiri bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus
pertama kanan bawah. Apabila incisvus permanen belum tumbuh dapat
digantikan dengan incisivus desidui pertama bawah kiri.
g. Bila insisivus pertama kiri atau kanan bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
Kriteria Pemeriksaan Debris (DI)
Skor 0 = Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak, dan tidak ada
pewarna ekstrinsik
Skor 1 = Pada permukaan gigi terlihat, ada debris lunak yang menutupi
permukaan gigi seluas sepertiga permukaan atau kurang dari sepertiga
gingiva; atau pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak,
akan tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi
sebagian atau seluruhnya
Skor 2 = Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi
permukaan tersebut, seluas lebih dari sepertiga, tetapi kurang dari dua
pertiga permukaan gigi dari tepi gingiva
Skor 3 = Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan
tersebut seluas lebih dari dua pertiga permukaan dari tepi gingiva

Kriteria Pemeriksaan Calculus (CI)


Skor 0 = Tidak ada karang gigi
Skor 1 = Pada permukaan gigi ada karang gigi supragingiva yang menutupi gigi
tidak lebih dari sepertiga permukaan gigi dari tepi gingiva
Skor 2 = Pada permukaan gigi yang terlihat, ada karang supragingiva, kurang
dari dua pertiga permukaan gigi dari tepi gingiva. Sekitar bagian
servikal gigi terdapat sedikit karang gigi subgingiva
Skor 3 = Pada permukaan gigi yang diperiksa ada karang gigi supra gingival yang
menutupi permukaan gigi lebih dari dua pertiga permukaan dari tepi
gingiva; atau sekitar bagian servikal gigi ada karang gigi subgingiva
yang menutupi dan melingkari seluruh bagian servikal
.
.
𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂 = 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 (𝐷𝐷𝐷𝐷) + 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖(𝐶𝐶𝐶𝐶) SKOR OHIS
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
𝐷𝐷𝐷𝐷/𝐶𝐶𝐶𝐶 = 0-1,2 = BAIK
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
1,3-3,0= SEDANG
18
TO OSCE OKT 2017
IKGA

3) IKGA : PASIEN USIA 7 TAHUN, GIGI MOLAR KANAN BAWAH BERLUBANG, CARA DHE

Marksheet for dental health education


NO ASPEK
1 Pembukaan dengan komunikasi efektif yakni senyum sapa salam dan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti
2 Menanyakan nama dan umur pasien
3 Menanyakan keluhan utama
4 Menanyakan sejak kapan keluhan utama dirasakan
5 Identifikasi masalah secara komprehensif
a. Pola makan
b. Frekuensi kunjungan ke dokter gigi
c. Frekuensi, durasi, dan teknik menyikat gigi
d. Menanyakan kebiasan buruk pasien
6 Melakukan pemeriksaan klinis
7 Menyimpulkan tingkat resiko karies pasien (rendah, sedang, tinggi)
8 Menjelaskan kepada pasien kondisi rongga mulutnya serta penyebabnya
9 Tidak Menghakimi
10 Menjelaskan frekuensi, durasi dan teknik sikat gigi
11 Menjelaskan akibat kebiasaan buruk yang sering dilakukan
12 Menganjurkan :
a. Subtitusi kebiasaan buruk
b. Gigi berjejal dan impaksi makann --> dental floss
c. Minum banyak air putih
d. Makan buah-buahan dan sayuran di tengah-tengah makan besar
13 Menjelaskan perawatan dental lanjutan untuk keluhannya (Tumpatan)
14 Ajarkan ke dokter gigi enam bulan sekali
15 Meminta feedback kepada orangtua, apakah ada yang ingin ditanyakan
16 Ucapkan salam

___________________________________________________________________________

4) Mortal Pulpotomi
• Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh
penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan. Pulpotomi disebut juga
pengangkatan sebagian jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di bagian korona yang cedera
atau mengalami infeksi dibuang untuk mempertahankan vitalitas jaringan pulpa dalam saluran
akar.
• Pulpotomi dapat dipilih sebagai perawatan pada kasus yang melibatkan kerusakan pulpa yang
cukup serius namun belum saatnya gigi tersebut untuk dicabut, pulpotomi juga berguna untuk
mempertahankan gigi tanpa menimbulkan simtomsimtom khususnya pada anak-anak.
• Indikasi pulpotomi adalah anak yang kooperatif, anak dengan pengalaman buruk pada
pencabutan, untuk merawat pulpa gigi sulung yang terbuka, merawat gigi yang apeks akar
belum terbentuk sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi.
• Prosedur
- Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, tujuan dari prosedur, dan meminta izin orang
tua pasien (informed consent).

19
TO OSCE OKT 2017
IKGA

- Persiapkan alat dan bahan.


Alat Bahan
- diagnostic set, - Masker
- round metal bur, - Gloves
- endo access bur, - Cotton pellet
- diamendo bur, - Cotton roll
- endo block - Paper point
- jarum miller/smooth broach, - Bahan anestetikum
- jarum ekstirpasi/barbed broach - Povidon iodin
- K-file - Anestesi topical
- H-file - NaOCl 2%
- Glass slab - Saline steril
- Spatula semen - Fletcher + eugenol
- Plastic filling instrument - Cavit
- lentulo - ZnPO4 cement
- Endo plugger
- Ball pointed applicator / semen
stopper
- Spuit untuk injeksi dan irigasi

- Cuci tangan, memakai masker dan gloves.


- Keringkan dan asepsis pada mukosa daerah kerja
- Oleskan anestesi topical di mukobukal fold gigi 75, tunggu anestesi bekerja 2-3 menit.
- Anestesi infiltrasi dengan spuit berisi obat anestesi di mukobukal fold gigi 75 sebanyak
1,25 – 1,5 ml
- Isolasi daerah kerja
- Bersihkan jaringan karies dengan round metal bur sebelum membuka atap pulpa
- Pembukaan atap kamar pulpa dengan endo access bur sampai terasa menembus atap
kamar pulpa, rubah arah mata bur menjadi laterooklusal hingga seluruh atap kamar pulpa
terangkat. Rapikan dinding kamar pulpa dengan bur silindris atau diamendo bur.
- Bersihkan kamar pulpa dengan cotton pellet
- Tentukan letak masing-masing orifis. Lakukan explorasi masing-masing orifis dengan
jarum miller atau smooth broach di tepi/dinding saluran akar
- Ekstirpasi jaringan pulpa dengan barbed broach sedalam 2/3 saluran akar diputar 180o
ditarik keluar ukuran barbed broach lebih kecil dari saluran akar, pas tapi tidak sesak
(panjang kerja barbed broachnya disesuaikan dengan radiograf diagnostic pertama kali).
Sambil dilakukan irigasi dengan NaOCl 2,5% dan bilas dengan saline sterile.
- Tentukan panjang kerja yang berpedoman pada radiograf (antisipasi distorsi -1 mm).
- Preparasi dengan K-file pakai stopper sesuai panjang kerja dengan gerakan filling (file
ditekan ke dinding saluran akar, kemudian file didorong dan ditarik 2-4 mm di dalam
saluran akar) mencapai 1 mm dari apeks.
- Irigasi dengan NaOCl 2,5% dan bilas dengan saline sterile
- Keringkan dengan paper point
- Lakukan sterilisasi saluran akar (dressing) dengan CaOH / ChKM / Creshophene /
Formokresol. Kalau pakai ChKM / Creshophene / Formokresol, teteskan bahan pada
cotton pellet, lalu peras pada kapas yang lebih besar, lalu letakkan dalam kamar pulpa.
- Kamar pulpa ditutup dengan cotton pellet sterile kedua
- Lalu ditutup dengan tumpatan sementara (cavit), kontrol 1 minggu
- Periksa keluhan, perkusi, dan palpasi gigi
- Buka tumpatan sementara, lalu isolasi – irigasi – keringkan
- Lakukan obturasi (jika pemeriksaan - ). Aduk bubuk fletcher + eugenol diatas glass slab

20
TO OSCE OKT 2017
IKGA

dengan spatula semen hingga konsistensi dempul. Kemudian dipilin memanjang menjadi
master pin.
- Masukkan bahan obturasi ke dalam tiap saluran akar, lalu dikondensasi dengan endo
plugger
- Bersihkan sisa bahan pengisi
- Tutup dengan tumpatan sementara.
- Evaluasi obturasi radiograf, apakah sudah hermetis atau belum
- Jika sudah hermetis, tumpatan sementara dibongkar, lalu aduk basis semen ZnPO4.
Aplikasikan di dasar kamar pulpa dengan ball pointed applicator setebal 1-2 mm.
- Lalu tutup sementara dengan cavit, jangan sampai terjadi traumatic oklusi.

• Instruksi pasca tumpatan


- menjelaskan bahwa tumpatan masih bersifat sementara. Sehingga perlu dilakukan
kunjungan atau kontrol berikutnya (1 minggu berikutnya) untuk mengevaluasi perawatan
saluran akar pasien dan mengganti tumpatan dengan tumpatan permanen.
- Selama 1-2 jam setelah penumpatan, hindari makan dengan menggunakan sisi gigi yang
dirawat untuk menghindari terlepasnya tumpatan.
- Tetap menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut.
- Tidak memainkan tumpatan dengan lidah ataupun dengan tangan
- Jika terdapat keluhan seperti sakit, tumpatan lepas, segera hubungi dokter.

5) Gigi 75 sakit, masih vital, ronsen sampe pulpa.


a. Peragakan tes vitalitas!
1) Gigi dikeringkan terlebih dahulu menggunakan air syringe
2) Basahi cotton pellet dengan CE sampai terbentuk bunga kristal
3) Tempelkan cotton pellet pada daerah CEJ bukal gigi kontrol terlebih dahulu sampai
terdapat respon pada pasien.
4) Lanjutkan pada gigi yang akan diperiksa dengan cara yang sama
b. Diagnosis: pulpitis ireversible
c. Perawatan pulpektomi:
1) Lakukan atau siapkan ronsen foto
2) Anestesi lokal lidokain dengan teknik infiltrasi atau blok mandibula dan isolasi
3) Buka dan hilangkan seluruh atap kamar pulpa dengan endo access bur dilanjutkan
dengan diamendo.
4) Jika terjadi perdarahan di dep dengan kasa
5) Eksplorasi garis lurus orifis dengan smooth broach atau jarum miller serta tentukan
letak orifis
6) Ekstirpasi pulpa dengan barbed broach
7) Irigasi menggunakan spuit irigasi dengan larutan NaoCl 2,5% dan saline
8) Pengukuran panjang kerja
- Mengukur panjang estimasi pada radiograf diagnostik pasien dari foramen apikal
sampai ke titik referensi
- Panjang kemudian dikurangi 1 mm sebagai faktor pengaman karena
kemungkinan terjadi distorsi pada waktu pengambilan radiograf
- Ukur instrumen (file atau reamer) yang akan dipakai untuk mengukur panjang
kerja dan diberi rubber stop

21
TO OSCE OKT 2017
IKGA

- Masukkan instrumen ke dalam saluran akar


- Lakukan radiograf lagi
- Jika terdapat selisih ukur panjang selisih kemudian selisih ditambahkan dengan
panjang instrumen yang masuk ke dalam saluran akar. Angka ini merupakan
panjang gigi.
- Berdasarkan perhitungan di atas,
Panjang kerja = panjang gigi – 1 mm
- Panjang tersebut merupakan panjang kerja untuk preparasi saluran akar.
9) Preparasi saluran akar secara step back
A. Preparasi 1/3 apikal
- Tentukan IAF, yaitu file terbesar pertama yang dapat masuk ke dalam
saluran akar sesuai PK. Misal IAF no. 10
- File digerakkan watch winding, ¼ putaran bolak balik hingga terasa longgar.
Setelah itu meningkat satu nomor diatasnya danharus direkapitulasi ke
nomor berikutnya dengan panjang kerja tetap. Preparasi minimal sampai 3
nomor file diatasnya atau sampai white dentin. Preparasi diakhiri dengan
MAF. Setiap pergantian alat harus diirigasi dengan NaOCl 2,5% dan saline.
B. Preparasi Badan Saluran Akar
- Masukkan file satu nomor diatas MAF dengan mengurangi PK 1 mm
kemudian direkapitulasi dengan MAF dan PK awal.
- Lakukan preparasi sampai 3 atau 4 nomor diatas MAF.
- Setiap pergantian alat harus diirigasi dengan NaOCl 2,5% dan saline.
C. Finishing
- Bagian tengah saluran akar dipreparasi dengan H-file
- Bagian koronal dipreparasi dengan gates glidden drill untuk membentuk
coronal flaring (corong) atau dapat diganti dengan H-file
- Preparasi saluran akar diakhiri dengan K-file untuk menghaluskan dinding
saluran akar.
D. Obturasi Kondensasi Lateral
- Pilih gutta percha sesuai ukuran MAF untuk menentukan MAC lalu ambil
radiografnya.
- Aduk pasta sealer (endometason + eugenol) diatas plat kaca.
- Oleskan lentulo dengan pasta sealer kemudian masukkan ke dalam saluran
akar dan nyalakan mesin agar saluran akar terisi sealer
- Oleskan 1/3 apikal MAC dengan pasta sealer dan masukkan ke dalam saluran
akar dengan menggunakan pinset.
- Masukkan spreader ke dalam saluran akar dan tekan ke arah apikal hingga
kira-kira 1-2 mm diatas apeks. Gutta percha secara otomatis akan terdesak
ke lateral. Ruangan yang terjadi kemudian diisi dengan gutta percha
tambahan dengan ukuran yang lebih kecil seterusnya hingga penuh
- Kelebihan gutta percha dipotong 2 mm dari orifis menggunakan ekskavator
yang dipanaskan
- Orifis ditutup dengan semen zinc fosfat.
- Tumpat sementara

22
TO OSCE OKT 2017
IKGA

d. Instruksi pasca perawatan


1) Datang kembali minggu depan untuk kontrol, jika sudah tidak ada keluhan maka
dapat ditumpat permanen
2) Jika ada keluhan rasa sakit segera hubungi dokter.
3) Jangan makan-makanan yang keras.

___________________________________________________________________________

6) Pasien anak akan dilakukan perawatan TAF


A. Jelaskan rencana perawatan
B. Sebutkan bahan dan alat yang digunakan
C. Jelaskan prosedur dengan bahan APF 1,25%
Jawaban
A. Rencana perawatan :
1. K.I.E
2. Melakukan prosedur TAF
3. Kontrol / pengulangan prosedur TAF 6 bulan berikutnya
B. Bahan dan alat :
1. Tray khusus untuk rahang atas dan rahang bawah
2. Gel APF 1,25 %
3. Cotton roll
4. Diagnostik set
5. Brush dan rubber cup
6. Handpiece low speed
7. Saliva ejector
8. Microbrush
C. Prosedur :
1. Oral profilaksis
Membersihkan seluruh permukaan gigi dengan bahan pumice, menggunakan brush pada
permukaan oklusal (pit & fissure), serta rubber cup pada permukaan halus (bukal &
lingual)
2. Aplikasi disclosing solution dengan cotton pellet/ microbrush pada permukaan gigi
untung memastikan ada tidaknya sisa plak yang masih menempel. Jika masih ada plak
maka prosedur profilaksis dilakukan kembali.
3. Mencobakan tray / sendok cetak khusus ke pasien sesuai ukuran.
4. Pasien diposisikan untuk duduk tegak di kursi, dan pasien diberikan instruksi untuk
menundukkan kepala dan tidak menelan bahan gel saat tray berada di dalam mulut.
5. Pasien diinstruksikan untuk berkumur, lalu keringkan gigi dengan air syringe serta isolasi
dengan cotton roll.
6. Tuang gel APF 1,25% pada tray sampai 1/3 kedalaman tray.
7. Pasangkan tray pada rahang bawah, kemudian rahang atas, dan tunggu selama 1 menit.
Kontrol saliva dengan ejector. Kepala pasien dipertahankan untuk tetap menunduk.
8. Ambil tray
9. Instruksikan pasien untuk tidak makan/minum selama 30 menit, serta melakukan
kunjungan pada 6 bulan berikutnya

8) Endo: sakit saat mengigit, gigi 46 dan 47 ada tambalan amalgam. (46 nekrosis pulpa disertai
abses apikalis kronis. 47 irreversible pulp akut

23
TO OSCE OKT 2017
IKGA

A. Bagaimana cara tes panas


Alat yang digunakan: gutta perca / compound stick
1) Gigi dikeringkan terlebih dahulu menggunakan air syringe.
2) Mengolesi lubricant (vaselin) pada permukaan yang akan diaplikasi tes panas.
(Mencegah gutap yang panas menempel pada permukaan gigi yang kering)
3) Aplikasikan gutta perca yang dipanaskan di api pada daerah servikal permukaan bukal
bukan gigi kontrol terlebih dahulu sampai terdapat respon pada pasien.
4) Lanjutkan pada gigi yang akan diperiksa dengan cara yang sama
B. Bagaimana cara deteksi gigi melalui fistula
Melalui rontgen periapikal?
C. Bagaimana tatalaksana gigi 46 : Psa
D. Bagaimana tatalaksana gigi 47: Pulpektomi

8) Pedo : Pasien berusia 8th datang ke klinik untuk melakukan perawatan. Didapatkan klinis
gigi 85 sirkuler karies dentin. Ce (+)
A. Verbalkan diagnosis : Karies dentin / D5 menurut ICDAS
B. Verbalkan rencana perawatan : Restorasi SSC
C. Pilih alat dan bahan
• Metal crown
• Diagnositic set
• Tapered bur
• Silindris bur
• Finishing bur
• Gunting khusus MC
• Tang Crimping
• Articular paper
• Rubber merah, hijau dan pumis
• GIC tipe I
• Glass slab
• Agat spatel
• Dental floss
D. Tahap tahap pembuatan SSC dari preparasi, pemilihan SSC, preparasi SSC, insersi
Teknik atau cara:
a. Dilakukan anesthesi lokal, untuk gigi
yang masih vital
b. Kurangi permukaan oklusal dengan bur
fissure. Pengurangan dimulai dan
daerah grove ± 1-1,5 mm. Diratakan,
sehinga semua kedalamannya sama
c. Kurangi permukaan proksimal,
sehingga tidak ada kontak dengan gigi sebelahnya. Gunakan fissure bur kecil,.
Dinding paralel atau sedikit konvergen terhadap axis gigi, dimulai dari oklusal ke
arah gingival. Jangan sampai ada “ledge”.

24
TO OSCE OKT 2017
IKGA

d. Kurangi permukaan bukal sampai ± 1 mm subgingival.


e. Tumpulkan sudut-sudut yang tajam
f. Ambil jaringan karies dengan round bur kecepatan rendah.

Seleksi dan adaptasi crown


a. Ukur jarak/ruang mesiodistal gigi dengan
caliper
b. Pilih crown dengan lebar mesodistal yang
sesuai
c. Letakkan SSC pada preparasi gi. Ben tanda
pada permukaän bukal dan llnguàl pada free
gingival. Kurangi baian dibawah tanda ± 0,5 –
1 mm. Dengan gunting, sehingga crown
masuk ke sulcus gingiva ± 1 mm.
d. Haluskan permukaan crown dengan stone
bur dan rubber wheel polish
e. Crimping pada tepi-tepi SSC
f. Pasang, lihal tepi-tepi gingival, bila sudah pas, ambil SSC dan lakukan sementasi.
g. Cek dengan artikulating paper, untuk melihat bila terdapat traumatik oklusi.
h. Bersihkan ekses/kelebihan semen pada margin dengan sonde dan dental floss

9) Gigi 75 sudah dicabut, 73,83 karies email, 84,85 radiks, gigi 74 karies di distal oklusal mesial
pernah ditambal tapi copot terus, dari anamnesis pernah sakit dan bengkak.
A. Rencana perawatan
• Extraksi gigi 74, 84, 85
• Opdent 73, 83
• Space regainer
B. Alasan pertimbangan perawatan
- Gigi 74 mengalami karies di permukaan MOD dan pernah ditambal tetapi copot terus
sehingga direncana untuk extraksi
- Premature loss gigi 74,75, 84, 85 menyebabkan ruang untuk erupsi gigi premanen kurang
sehingga memerlukan space regainer
C. Gambar desain alat dan sebutkan komponennya beserta fungsi
1. Labial arch ø 0,7 mm  Meningkatkan retensi dan stabilitas alat, Mempertahankan
lengkung gigi dari arah labial
2. Adam klamer ø 0,7 mm  Memberikan retensi
3. Sekrup ekspansi Fisher  Mendapatkan ruang
4. Base plate  Tempat mengikat komponen lain dan berfungsi untuk menambah retensi

25
TO OSCE OKT 2017
IKGA

10) Tahap penyesuaian dan penyemenan mahkota ssc?


1. Senyum, sapa, salam, perkenalkan diri
2. Cuci tangan terlebih dahulu
3. Pakai masker dan gloves
4. Dudukkan pasien diatas dental chair
5. Persiapkan alat dan bahan untuk pemasangan SSC
a. Tang crimping
b. Articulating paper
c. Rubber merah, hijau, dan pumice
d. Dental floss
e. Sik tipe 1, paper pad, agate spatula
6. Lakukan pemilihan mahkota ssc yang sesuai dengan ukuran mesio distal gigi yang telah
dipreparasi. Pastikan ukuran tidak terlalu besar (mahkota bisa tidak cekat dan dapat
digoyangkan) atau terlalu kecil (terdapat celah antara tepi mahkota dan tepi gigi yang telah
di preparasi). Jika ada leeway space dipertahankan.
7. Tepi servikal dari mahkota ssc digunting dan dibentuk agar didapatkan adaptasi marginal
yang pas dan sesuai dengan bentuk margin gingiva.
8. Cobakan pada gigi yang sebelumnya dipreparasi, mahkota ssc sebaiknya dapat masuk 1-2
mm ke dalam sulkus gingiva namun tidak boleh menyebabkan gingiva pucat. Haluskan tepi
hasil guntingan dengan menggunakan stone hijau sehingga tidak tajam dan melukai sulkus.
9. Lakukan crimping pada seluruh tepi mahkota ssc dengan tang crimping untuk menyesuaikan
bentuk undercut di servikal gigi. Pertahankan bentuk kecembungan pada daerah 1/3
servikal.
10. Adaptasikan mahkota ssc pada gigi yang telah dipreparasi, periksa adaptesi tepi restorasi dan
gingiva (seluruh tepi gigi tertutup oleh mahkota ssc, tidak boleh menekan dan pucat), cek
dengan menggunakan ujung kaca mulut, mahkota ssc sebaiknya tidak goyang, kemudian
lakukan pengecekan oklusi dengan menggunakan articulating paper.
11. Lakukan penghalusan mahkota logam dengan menggunakan rubber merah dan hijau yang
dipasangkan pada low speed dan pumice hingga mahkota mengkilap serta tidak ada bagian
yang kasar.
12. Isolasi daerah kerja dengan menggunakan cotton roll, keringkan mahkota ssc dengan cotton
pellet dan tiupan angin ringan.
13. Aduk GIC tipe 1 dengan konsistensi krim (tidak dempul dan juga tidak terlalu encer) kemudian
tuang gic ke daerah intaglio mahkota ssc hingga terisi secukupnya.
14. Lakukan pemasangan mahkota ssc dengan menekan sampai kelebihan semen dapat keluar
melalui tepi mahkota logam.
15. Instruksikan pasien untuk menggigit ujung kaca mulut sampai semen luting mengeras dan
kemudian bersihkan kelebihan semen. Cek dengan dental floss apakah masih ada kelebihan
semen atau tidak.

26
TO OSCE OKT 2017
IKGA

16. Lakukan kembali pengecekan oklusi dengan menggunakan articulating paper dan tanyakan
pada pasien apakah masih ada bagian yang mengganjal atau tidak.
17. Instruksikan pasien untuk tidak menggunakan gigi tersebut untuk makan selama 1 jam dan
untuk menjaga kebersihan mulut dengan melakukan penyikatan gigi untuk menghindari
akumulasi plak. pasien disuruh untuk kontrol 1 minggu kemudian.
__________________________________________________________________________________

11) APIKAL FENESTRASI


Skenario :
Pasien anak datang bersama ibunya dengan keluhan sakit pada geraham bawah kanan.
Pemeriksaan gigi 74 karies mencapai pulpa non vital, akar menembus gingiva. Ibunya
menginginkan pencabutan.
Pertanyaan :
1. Verbalkan alat, bahan dan obat yang diperlukan
Alat dan Bahan :
• Masker dan gloves
• Alat diagnostik standar
• Bein/ Forcep Anak
• Syringe (gauge 27/ 28 panjang)
• Anastetikum (e.g pehacain)
• Anastesi topikal
• Povidone iodine
• Kassa
• Cotton roll
• Cat: ketika memasukkan anastesikum ke dalam syringe, hindari jangan sampai anak
melihat persiapan tersebut.
2. Prosedur dan Instruksi post pencabutan
a. Posisikan pasien dengan kursi dan kepala pasien. Rahang atas oklusal 60-90 derajat terhadap
lantai, sedangkan rahang bawah oklusal sejajar lantai. Posisi rahang setinggi siku sehingga
pasien nyaman dan dapat dikuasai. Posisi operator umumnya pukul 8.00, khusus pada MB
sisi kiri operator di samping kanan pasien.
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada anak dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Operator bersikap ramah, tenang, dan percaya diri. Asisten dapat membantu memegang
tangan anak.
c. Bersihkan mukosa gigi yang akan dicabut
d. Lakukan asepsis dengan kassa yang ditetesi povidone iodine
e. Oleskan anastesi topikal dengan cotton roll dan tekan pada mukosa sekitar gigi yang akan
dicabut, tunggu 1-2 menit
f. Bersihkan mukosa gigi yang akan dicabut
g. Lakukan asepsis dengan kassa yang ditetesi povidone iodine
h. Oleskan anastesi topikal dengan cotton roll dan tekan pada mukosa sekitar gigi yang akan
dicabut, tunggu 1-2 menit
i. Lakukan anastesi dengan
• Teknik infiltrasi: Renggangkan lipatan mukobukal sebelum penusukan jarum pada
mukobukal fold, masukkan jarum 1,5 – 2 mm, aspirasi, depositkan 1,25-1,5 cc
• Teknik MB: Sama dengan MB dewasa, hanya ramus ascendes lebih pendek dan
sempit/cekung dalam arah anteroposterior, foramen mandibula lebih dangkal
dibanding pada orang dewasa. Pada anak berada di bawah dataran oklusi, sehingga
jarum diarahkan lebih rendah terhadap bidang oklusal. Aspirasi, kemudian deposit : -
± 1 cc untuk nervus alveolaris inferior - ± 0,5 cc untuk nervus lingualis.

27
TO OSCE OKT 2017
IKGA

• Yang ditambah dengan anasteri interdental papilla: arahkan jarum sejajar dengan
bidang oklusal, masukkan jarum 1,5-2 mm pada interdental papilla, aspirasi,
depositkan 0,2-0,3 cc sampai mukosa terlihat memucat.
j. Suruh anak untuk berkumur
k. Buka perlekatan gigi yang akan dicabut dengan ekskavator
l. Fiksasi daerah gigi yang akan dicabut, ungkit gigi ke arah oklusal dengan bein
m. Fiksasi dan luksasi dan cabut gigi dengan tang. (Luksasi arah bukal palatal dan sedikit rotasi
untuk anterior)
n. Pastikan tidak ada akar yang tersisa
o. Tetesi tampon dengan povidone iodine
p. Instruksikan pasien untuk menggigit tampon selama 30-60 menit.
q. Jelaskan instruksi pasca pencabutan kepada anak dan orang tua: jangan memainkan lidah,
menghisap, menggigit daerah yang terasa tebal, serta jangan berkumur dengan kencang,
jangan makan dan minum yang panas dan pedas selama 24 jam ke depan.
r. Instruksikan pada orang tua apabila perdarahan masih berlanjut, maka kembali ke dokter
gigi
s. Resepkan analgesik dan antibiotik (pada kasus abses) jika diperlukan.

12) TAF
Skenario :
Pasien anak tidak ada karies. Treatment TAF

Topikal Aplikasi Fluor


• NaF 2% diaplikasikan 4x berturut-turut dengan interval tiap 1 minggu dan hanya 1x dalam
setahun. Kandungan : Natrium Fluorida 2%, Stannous Fluorida 8%-10%, Acidulated NaF
Fosfatase 0,6%.
Prosedur:
1. Oral profilaksis, pembersihan seluruh permukaan gigi dengan brush dan pumice (bahan
abrasi) atau pasta gigi yang tidak mengandung fluor.
2. Periksa kembali plak dengan disclosing solution, bila masih ada plak ulangi prosedur oral
profilaksis
3. Berkumur dan isolasi per kwadran dengan cotton roll (aplikasi per kwadran)
4. Pasang saliva ejector dan keringkan permukaan gigi
5. Aplikasikan NaF 2% keseluruh permukaan gigi termasuk proksimal
6. Tunggu 3-5 menit
7. Ulangi prosedur untuk kwadran yang lain
8. 30-60 menit kemudian pasien baru diijinkan minum atau makan

• Acidulated NaF Fosfatase 1,23% (12300PPM)


Prosedur:
1. Oral profilaksis, pembersihan seluruh permukaan gigi dengan brush dan pumice (bahan
abrasi) atau pasta gigi yang tidak mengandung fluor, serta menggunakan benang floss
pada daerah interdental
2. Periksa kembali plak dengan disclosing solution, bila masih ada plak ulangi prosedur oral
profilaksis
3. Berkumur lalu isolasi dan keringkan permukaan gigi
4. Tuang APF pada tray khusus sampai 1/3 tray
5. Pasang tray pada rahang pasien selama 1 menit
6. Instruksi pasien: 30-60 menit kemudian pasien baru diijinkan makan/minum/kumur
7. Instruksi kunjungan 6 bulan kemudian

28
TO OSCE OKT 2017
IKGA

13) APEKSIFIKASI
Pertanyaan :
Diagnosa, apeksifikasi, rencana perawatan selanjutnya
Indikasi :
a. Karies
b. Sakit spontan
c. Mobilitas
d. Non vital, apek blm menutup
e. dx : Pulpitis Ireversible / dx : Nekrosis pulpa
Tahapan :
1. Anastesi lokal
2. Isolasi
3. Hilangkan karies dengan bur diamond round
4. Buang atap pulpa
5. Eksplorasi
6. Ekstirpasi
7. Preparasi  1 mm diatas apeks
Hati – hati dan jangan melebarkan preparasi, cukup naik 3 file maksimal dari FAU
8. Irigasi 1 % sodium hipoclorit ( NaOCl ) pada saluran akar
9. Keringkan dengan Papper point
10. Masukkan pasta calcium hydroxide  untuk inisial dressing
11. Kontrol 1 – 2 minggu
12. Dressing ulang dengan Ca(OH)2 tekan dengan catton pellet agar bisa masuk ke saluran
akar dan kontak dengan jaringan apikal
13. Restorasi sementara dengan GIC / ZnOE
14. Kontrol 3 – 6 bulan  dressing Ca(OH)2 diganti tiap 2 – 3 bulan.
Pembentukan jembatan kalsifikasi pada 18 bulan
Jika sudah terbentuk  obturasi gutta perca

29
TO OSCE OKT 2017
RADIOLOGI

RADIOLOGI
________________________________________________________________
1) SEMENTOMA
Pasien datang dengan keluhan gigi sakit setelah ditambal. Pemeriksaan intraoral gigi vital,
ada riwayat ulser pencernaan, ada ronsen periapikal gigi 16. Gambaran radiografi sebagai
berikut :

A. Lakukan intepretasi radiografi


Quality assurance
- Kontras gambar terlalu terang sehingga gambaran lebih terlihat radiopak, sedikit
dapat dibedakan sedikit antara jaringan keras dan jaringan lunak, email, dentin dan
pulpa kurang tergambar jelas.
- Gambaran terlihat elongasi, dan bagian oklusal gigi 16 sedikit terpotong, adanya
kesalahan pada angulasi vertikal, yaitu sedut vertikal terlalu kecil.
- Resolusi gambar baik, tidak blur
- Penempatan gambar sudah baik, gambaran gigi 16 berada di tengah film
- Tidak tampak adanya artefak
Penilaian radiografi menunjukkan skoring QA adalah 2 yaitu diagnostically acceptable,
adanya kesalahan dalam pengambilan gambar radiograf namun masih dapat digunakan
untuk menegakkan diagnosis.
Intepretasi radiografi
Terdapat area radiopak pada apikal gigi 16, berbentu bulat, batas tegas, diameter
kurang lebih 1 cm, lamina dura masih intak, dan tidak terjadi pelebaran ligament
periodontal. Tidak terjadi resobrsi akar gigi 16. Ada area radiopak pada oklusal yang
meluas ke proksimal gigi 16 berupa tumpatan, dan area radiopak pada mahkota gigi 37
meliputi email dan dentin berupa mahkota jaket.
B. Radiodiagnosis
Dx/ Sementoma
C. Differential diagnosis
DDx/ Sementoblastoma
Hipersementosis
D. Intepretasi lesi
Lesi menunjukkan gambaran Radiopak yang mengelilingi apikal gigi 16 dengan ukuran 1
cm berbentuk bulat, berbatas tegas, tidak ada resorbsi akar. lamina dura masih intak,
dan tidak terjadi pelebaran ligament periodontal.

___________________________________________________________________________

30
TO OSCE OKT 2017
RADIOLOGI

2) Ada fotopanoramik, ada distomolar dan ghost image


A. Evaluasi panoramic
a. Objek tercakup dari dari TMJ hingga mandibular border
b. Kontras, detail dan ketajaman baik.
c. Gigi anterior, kondilus dextra dan sinistra dapat dilihat dengan jelas
d. Sudut rahang kanan dan kiri simetris, kondilus kanan dan kiri terlihat jelas
e. Septum nasal, dan palatum durum terlihat jelas
f. Gigi anterior dan posterior proporsional dan jelas
g. Terdapat ghost image
B. General view
a. Kondisi perubahan dan hubungan berbagai struktur anatomis yang tampak dalam
radiograf
b. Keadaan dan perubahan pada gigi geligi
c. Keadaan tinggi tulang alveolar secara keseluruhan
d. Pola trabekulasi rahang
e. Kepadatan (densitas) tulang rahang
f. Jaringan lunak yang dapat diindentifikasi
g. Keadaan atau perubahan patologis lain yang dapat diinterpretasikan
C. Specific view
a. Perubahan patologis (kelainan) yang terlihat dan penilaian asal kelainan yang tampak
pada radiograf. Eg.Terdapat gigi berlebih pada sisi distal maksila ketiga kiri.
b. Perubahan patologis (kelainan) sesuai dengan asal kelainan secara spesifik:
• Radiodensitas lesi
• Lokasilesi
• Ukuran dan bentuk lesi
• Perluasanlesi
• Batas tepilesi
• Struktur internal lesi
• Efek lesi terhadap jaringan sekitar
Eg.Terdapat gigi impaksi yang tumbuh horizontal pada distal gigi molar ketiga rahang
atas.Bentuk gigi terlihat lebih kecil dari gigi molar ketiga / rudimental tetapi kelihatan
mempunyai morfologi gigi yang normal
c. Deteksi benda asing → kalung, plat, susuk bila ada
d. (Diagnosis radiografis)
D. Radiodiagnosis
Distomolar
E. DD
Odontoma (compound dan complex)

__________________________________________________________________________

3) SEMENTOBLASTOMA
Kasus dengan radiografi sementoblastoma. Lakukan anamnesa, radiodiagnosis dan
DD?
Handling radiografi
Jika dipersiapkan illuminator, maka persiapan yang perlu dilakukan yakni :
- Cara mengambil radiograf : pegang ujung pokok radiograf, langsung diangkat,
jangan menyentuh bagian tengah, dan jangan menunjuk langsung radiograf dengan
tangan kecuali jika radiograf telah dilapisi selapis plastik mika baru bisa menunjuk
langsung.

31
TO OSCE OKT 2017
RADIOLOGI

- Bagian radiograf dengan gambaran metal marker berupa huruf L diletakkan pada
posisi kiri.
- Illuminator dinyalakan dan radiograf ditempatkan secara benar.
Lakukan penilaian kualitas radiografi (QA)
1. Kontras : apakah gambaran radiograf terang atau gelap, bisa dibedakan antara
jaringan keras dan jaringan lunak.
2. Image geometry :
- Apakah ada distorsi?
- Angulasi vertikal dan horizontal bagaimana? Misal kesalahan sudut horizontal 
superimposed, kesalahan vertikal sudut terlalu besar  elongasi, kesalahan
vertikal sudut terlalu kecil  fore shortening.
- Posisi kepala atau posisi duduk pasien sudah benar atau belum? Pasien masih
pake anting atau tidak?
3. Penempatan film dan berkas film :
- Posisi film terpotong atau tidak?
- Posisi film terbalik atau tidak?
- Penempatan objek harus ditengah
4. Ketajaman gambar (resolusi) : Dapat dibedakan antara batas radiopak dan batas
radiolusen, apakah ada gambaran yang kabur/buram, cervical burn out, dsb.

Jika QA sudah dilakukan maka selanjutnya dilakukan penilaian :


- Nilai 1  tidak ada kesalahan apapun, dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis
- Nilai 2  terdapat beberapa kesalahan tetapi radiograf masih bisa digunakan
untuk menegakkan diagnosis
- Nilai 3  radiograf tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis

Gambaran Radiografi Sementoblastoma

• Merupakan jenis tumor


• Batas tegas, bulat atau irregular terkadang menyerupai golf ball
• Terdapat area radiopak dikelilingi garis radiolusen tipis
• Ada resorbsi akar
• Apabila besar, ekspansi lokal pada kortikal plates
Diagnosis banding : Periapikal skelerosing osteitis, Hipersementosis, Sementoma

______________________________________________________________________

32
TO OSCE OKT 2017
RADIOLOGI

4) PERIODONTITIS APIKALIS AKUT


Radiografi periapikal gigi 35. Tiga hari yang lalu ditambal dengan amalgam terasa
mengganjal dan sakit saat digunakan untuk mengunyah. Perkusi (+), vitalitas (+), palpasi (-).

1. Cara handling radiograf


a. Mengambil Ro pada bagian ujung atau tepi film tanpa menyentuh bagian
tengah film
b. Difiksasi di iluminating box
c. Melapisi Ro dengan mika agar tidak rusak saat ditunjuk. Hidupkan iluminating
box.
d. Apabila sudah selesai, iluminating box dimatikan kerta mika dan film diambil
kembali. Cara memegang film sama seperti saat akan memasang.
2. Jelaskan QA radiografi tersebut
Quality assurance pada radiografi intraoral meliputi
a. Kekontrasan (perbedaan densitas jaringan lunak dan keras)
b. Geometri citra (angulasi vertikal dan horizontal)
c. Penempatan film
d. Penempatan berkas sinar
e. Ketajaman gambar
Skor QA :
1=excellent (tidak ada kesalahan dan dapat digi=unakan sebagai Ro diagnostik)
2 = Diagnostic acceptable (terdapat sedikit kesalahan yang dapat diterima, namun
dapat digunakan sebagai Ro diagnostik)
3= Unacceptable (terdapat banyak kesalahan yang menyebabkan kesalahan dalam
penegakan diagnosis dan Ro tidak dapat digunakan sebagai Ro diagnostik)
3. Interpretasi Ro
Terdapat area radiopak berupa tumpatan gigi pada distooklusal gihi 35. Terdapat area
radiolusen pada apikal gigi 35 berupa pelebaran ligamen periodontal. Lamina dura
masih utuh disepanjang akar.
4. Diagnosis
Dx/ periodontitis apikalis akut
5. Penyebab dari keluhan pasien
Penyebab dari keluhan pasien tersebut adalah karena adanya traumatic oklusi pada
gigi 35 yang diakibatkan karena tumpatan yang overcontour. Tumpatan yang
overcontour ini menyebabkan tekanan atau gaya yang diterima gigi menjadi lebih
besar sehingga memicu peradangan pada jaringan periodontal diapikal gigi.

33
TO OSCE OKT 2017
RADIOLOGI

5) OSTEOMIELITIS KRONIS
Penilaian mutu
 Kontras dan detail ketajaman Baik, gigi anterior, kondilus kanan kiri terlihat jelas
 Objek tercakup dari TMJ sampai tepi mandibula
 Sudut rahang kanan dan kiri simetris, kondilus kanan dan kiri simetris dan sama tinggi
 Septum nasal dan palatum durum terlihat jelas,
 Dataran oklusal gigi tidak terlalu melengkung dan tidak terlalu mendatar
 Gigi anterior dan posterior proporsional dan jelas
 Gigi RA dan RB tidak oklusi
 Tidak terdapat ghost image

SCORE QA
 Score 1  kualitas film sempurna, tidak ada kesalahan dari masing2 penilaian kualitas film,
shg film dapat digunakan sebagai diagnosis
 Score 2  terdapat kesalahan pada beberapa penilaian kualitas film, namun kesalahan tetap
dapat diterima dan dapat digunakan sebagai diagnose (diagnostically acceptable)
 Score 3  terdapat kesalahan yang menyebabkan kesalahan dalam penegakkan diagnose
shg film tidak diterima dan tidak bs digunakan untuk menegakkan diagnosis (unacceptable)

1. Teknik
Panoramik, Konvesional oklusal, Lower oblique oklusal, CT-Scan

2. Radiodiagnosis (Osteomielitis kronis)


Lokasi :
 Mandibula posterior, simfisis, angulus, ramus
Batas tepi :
 Lebih jelas dibandingkan fase akut, namun masih sulit untuk melihat perluasan lesi.
 Terjadi perubahan pola trabekula normal jaringan sekitar, menjadi pola granular padat
 Ketika aktif dan melebar ke tulang, batas tepi menjadi lebih radiolusen dan batas
semakin difus
Struktur interna :
 Bercampur , antara lebih radiopak atau radiolusen dengan jaringan sekitarnya
 Peningkatan densitas tulang internal
 Terlihat pulau-pulau tulang (sequestrum)
Efek dengan jaringan sekitar :
 Terbentuk formasi tulang baru, proses ini berlanjut dan menghasilkan beberapa garis
(onion like appearance)
 Resorbsi tulang kortikal
 Gigi mengalami resorbsi eksterna, lamina dura terputus dan menyatu pada granula
tulang sekitar

DDx Fibrous Dysplasia, Paget’s disease, osteosarkoma

34
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

KONSERVASI
________________________________________________________________
1) Pasien 20th mengeluh gigi 36 nyeri tajam dan spontan setelah makan kacang 2 minggu lalu,
pemeriksaan Rontgen tidak terdapat garis fraktur.
A. lakukan dan verbalkan pemeriksaan bite test
B. lakukan dan verbalkan pemeriksaan staining
C. lakukan dan verbalkan pemeriksaan transluminasi
Jawab :
A. Bite test
• Alat yang biasa digunakan :
tusuk gigi, cotton roll, orangewood stick, rubber polishing wheels, Tooth Slooth, dan Frac
Finder.
• Prosedur :
a. APD lengkap
b. Letakkan alat pada salah satu cusp gigi
c. pasien diminta untuk menggigit secara perlahan-lahan sampai benar-benar tergigit
penuh
d. Gigitan ditahan selama beberapa detik lalu pasien diminta untuk melepaskan gigitan
dengan cepat
e. Umumnya pada gigi yang fraktur, rasa sakit timbul saat melepaskan gigitan.
Pemeriksaan yang sama dilakukan terhadap tonjolan gigi lainnya
f. Bite test juga harus dilakukan pada gigi-gigi yang bersebelahan. Hal ini untuk
memberikan memberi perbandingan kepada pasien terhadap respon yang normal
dan yang sakit
• Bila rasa sakit timbul pada semua bagian gigi yang diberi tekanan, itu berarti terjadi
kelainan pulpa yang sudah menjalar ke ligamen periodontal sehingga menjadi
periodontitis apikalis. Namun bila rasa sakit itu hanya timbul pada satu tonjolan gigi
atau bagian tertentu dari gigi, maka rasa sakit itu dikarenakan ada bagian gigi yang
fraktur. Pada gigi yang fraktur, bite test akan menyebabkan terjadinya sedikit
pergeseran dari fragmen, peregangan odontoblas, dan selanjutnya memicu rasa
sakit

B. Pemeriksaan staining
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada bagian gigi yang retak. Pada
pemeriksaan gigi, restorasi yang telah ada, sebaiknya dibongkar terlebih dahulu.
• Cara pertama:
a. APD lengkap
b. Isolasi dan keringkan daerah yang diperiksa
c. Aplikasikan iodine 2% atau methylene blue pada daerah yang dicurigai retak.
d. bilas dengan air selama 10-15 detik.

35
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

e. Pada daerah yang retak, zat pewarna itu akan lebih menyerap sehingga saat dibilas
akan nampak daerah atau garis dengan warna iodine 2% atau metylene blue.
• Cara kedua:
a. instruksikan pasien untuk mengunyah tablet disclosing.
b. Setelah pengunyahan, maka daerah yang retak akan timbul staining dari tablet
disclosing tersebut.
C. Pemeriksaan transiluminasi
• Alat yang biasa digunakan:
fiber optic light, bisa juga digunakan composite curing light
• Bersihkan gigi yang akan diperiksa
a. Matikan lampu dental unit agar mendapat hasil yang akurat
b. Transluminator diproyeksikan pada marginal ridge, dasar preparasi kavitas, daerah
proksimal, dan pada dasar pulpa setelah melakukan akses kavitas.
c. pada gigi yang retak akan tampak garis atau area gelap, pada gigi yang tidak retak,
cahaya akan diteruskan sampai pada permukaan gigi yang berlawanan,
• Transluminasi adalah pemeriksaan yang sangat informatif, mudah dan
merepresentasikan di mana letak keretakan gigi. Bekerja sesuai hukum fisika, di
mana cahaya dari sinar akan diteruskan sampai ketika bertemu dengan celah, di
mana cahaya itu akan dipantulkan

Garis retak nampak pada bagian mesial dari cusp mesio lingual gigi molar. (b) Garis retak nampak
pada dinding kavitas setelah dilakukan akses kavitas.

2) Pasien melanjutkan perawatan gigi depan atas. Akan dilakukan perawatan saluran akar dengan
kombinasi tahapan pertama preparasi saluran akar dengan kombinasi tahapan kedua irigasi
A. Verbalkan konsep perawatan
B. Verbalkan dan pilih bahan untuk tahapan pertama
a. Diagnostik set
b. Jarum miller (smooth broach)
c. Jarum ekstirpasi (barbed broach)
d. K- file
e. Headstrum file
C. Verbalkan dan pilih bahan untuk tahapan kedua
a. Larutan sodium hipoklorit (NaOCl 2,5%)
b. Aquades/ saline sterile
c. Paper point
d. Cotton roll
e. Syringe
D. Verbalkan dan peragakan tahapan irigasi
a. Irigasi dilakukan dengan menggunakan syringe dan jarum endodontik yang bertakik.
b. Jarum harus dibengkokkan menjadi sudut tumpul untuk mencapai saluran akar gigi depan
atau belakang.

36
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

c. Jarum dimasukkan sebagian kedalam saluran dan harus ada ruang yang cukup antara
jarum dan dinding saluran yang memungkinkan pengaliran kembali larutan dan
menghindari penekanan kedalam jaringan periapikal
d. Setiap pergantian file diirigasi dengan NaOCl 2,5% dan aquades bergantian
e. Saat membersihkan dan membentuk saluran akar, larutan disemprotkan hati-hati dengan
sedikit atau tanpa tekanan serta diperhatikan agar saluran selalu penuh dengan larutan
baru.
f. Larutan irigasi yang merembes keluar diabsorpsi dengan kain kasa atau diaspirasi.
g. Setelah preparasi, saluran akar dikeringkan dengan paper point pada pengeringan
terakhir.
___________________________________________________________________________

3. PULPEKTOMI
A. Rencana perawatan yang akan dilakukan adalah pulpektomi
B. Siapkan alat dan bahan
Alat dan Bahan Umum
• Kaca mulut
• Pinset
• Sonde half moon
• Ekskavator
• Sarung tangan / gloves
• Masker
• Cotton roll
• Cotton pellet
Alat dan Bahan Anestesi Lokal
• Disposable injection syringe / spuit injeksi 2cc
• Larutan antiseptik (Povidone iodine 10%)
• Larutan anestesi (Lidocain 2% dengan adrenalin 1:80.000) dalam ampul 2cc
Alat Cavity Entrance
• Round bur metal / Tungsten carbide (Low speed)
• Endo access bur (High speed)
• Diamendo (High speed)
Alat Eksplorasi dan Preparasi Saluran Akar
• Jarum miller (smooth broach)
• Jarum ekstirpasi (barbed broach)
• K-File
• H-File
• Syringe
• Jarum irigasi
• Rubber stop
Bahan Preparasi Saluran Akar
• Larutan Sodium Hipoklorit (NaOCl 2,5%)
• Larutan Saline
Alat Obturasi
• Lentulo
• Spreader
• Plugger
• Pinset endodontik
• Glass plate
• Cement spatula

37
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

• Plastis instrument
• Bunsen
Bahan Obturasi
• Gutta percha
• Endomethasone
• Eugenol
• Zink fosfat semen
• Cavit
C. PROSEDUR PULEKTOMI
a. Cuci tangan, gunakan masker dan gloves
b. Posisikan pasien senyaman mungkin
c. Sampaikan kepada pasien prosedur yang akan dilakukan dan meminta persetujuan
tindakan
d. Anestesi
• Larutan anestesi dimasukan kedalam spuit injeksi
• Keringkan dan asepsis mukosa daerah kerja dengan kapas yang dibasahi Povidone
Iodine 10%
• Anestesi infiltrasi pada mukobukal fold sebanyak 0,5 ml dan pada bagian
palatal/lingual sebanyak 0,5 ml.
• Cek apakah anestesi sudah bekerja
e. Cavity Entrance
Hilangkan semua jaringan karies menggunakan round bur metal
d. Tentukan outline form
I RA : triangular dengan akar sejajar insisal
C RA : oval/ bulat dengan arah insisoservikal
P RA RB : oval memanjang
M RA : triangular akar sejajar bukal
M RB : triangular akar sejajar mesial

Rahang Atas

Rahang Bawah

e. Tentukan area pembukaan (Anterior : area pembukaan pada 1/3 tengah palatal gigi dan
1/3 tengah mesial-distal).
f. Menggunakan endo access bur/ round bur diamond, bagian palatinal gigi mulai dibuka.
Letakkan tegak lurus permukaan gigi yang akan dituju, bur hingga kedalaman tertentu.
Kemudian letakan bur sejajar aksis gigi, bur hingga menembus kamar pulpa.
g. Menggunakan diamendo / fissure bur, letakan sejajar aksis gigi, dengan gerakan latero
oklusal ratakan dinding kamar pulpa hingga membentuk akses yang divergen kearah
insisal.

38
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

h. Ambil jaringan pulpa pada kamar pulpa dengan ekskavator sampai batas orifice.
f. Lakukan eksplorasi, yaitu mencari jalan masuk ke saluran akar melalui orifice
menggunakan jarum miller.
g. Lakukan ekstirpasi, yaitu pengambilan jaringan pulpa pada saluran akar menggunakan
barbed broach yang diputar 360o dan ditarik.
h. Lakukan irigasi.
i. Penentuan Panjang Kerja (Metode INGLE  radiografi)
a. Ukur panjang gigi pada radiograf diagnostik (misal 23 mm)  initial measurement
b. Kurangi 1 mm untuk mengimbangi distorsi (22 mm)
c. Atur rubber stop pada file dengan panjang kerja yang telah dikurangi (22 mm)
d. Masukkan instrument dalam saluran akar, rubber stop pada titik referensi. Jika ada rasa
sakit kurangi ½ - 1 mm  Tentative working length
e. Lakukan pengambilan foto ronsen kembali
f. Ukur panjang instrument. Pada radiograf akan terlihat selisih (sisa) antara ujung file
yang dimasukkan dengan ujung akar yang terlihat dari rontgenan. Hitung sesilihnya
(misalnya 1mm), lalu tambahkan dengan ukuran tentative working length yang tadi (23
mm).
g. Kemudian, untuk mendapatkan final working length (panjang kerja akhir), jumlah
panjang kerja yang telah ditambahkan selisih tadi dikurangi kembali 1 mm untuk
menantisipasi adanya distorsi.
h. Didapatkanlah panjang kerja akhir (22mm)
i. Sesuaikan letak rubber stop
j. Preparasi Saluran Akar (Metode Step Back)
Misalkan panjang gigi 22 mm dengan IAF = 20
a. Preparasi Apikal
• Tentukan terlebih dahulu initial file atau file awal = file terbesar yang dapat masuk
saluran akar sesuai dengan PK sebelum saluran akar dipreparasi. Caranya : PK = (22-
1)= 21 mm. Pasang rubber stop pada file mulai nomor yang terkecil (mulai dari 10).
Lalu nanti dicobakan sampai nomor file yang tidak dapat masuk sesuai PK yang ada 
IAF= 20
• Preparasi apikal dimulai dari nomor file = 20
Kemudian file digerakkan dengan metode watch winding, yaitu diputar ¼ kali putaran
bolak balik sebanyak 2 atau 3 kali hingga terasa longgar. Setelah itu meningkat ke
nomor file di atasnya, kemudian direkapitulasi ke nomor file sebelumnya. Panjang
kerja tetap 21 mm.
File #20
File #25  PK=21 mm , lalu direkapitulasi ke File#20
File #30  PK=21 mm , lalu direkapitulasi ke File#25
File #35--MAF (Master Apical File) PK=21 mm , lalu direkapitulasi ke File#30
Setiap pergantian alat harus diirigasi dengan NaOCl 2,5%
b. Preparasi Badan Saluran Akar
• Dikerjakan dengan teknik step back, yaitu dimulai dari 1 nomor di atas MAF File#40
dengan panjang kerja dikurangi 1 mm. Dan setiap pergantian file, direkapitulasi ke file
MAF
File#40  PK = 20mm  rekapitulasi #35
File#45  PK= 19mm  Rekapitulasi #35
File#50  PK= 18mm  Rekapitulasi #35
Setiap pergantian alat harus diirigasi dengan NaOCl 2,5%
c. Finishing
• Menggunakan Headstorm File, untuk membentuk coronal flaring (bentuk corong
bagian koronal) dengan ukuran H File#55 dengan PK=18mm.

39
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

d. Preparasi diakhiri dengan K-File ukutan MAF (#35) dengan gerakan circumferential
untuk menghaluskan dinding saluran akar
4) Obturasi Saluran Akar (Metode Step Back)
a. Trial guttap sesuai no MAF , lakukan foto ronsen untuk memastikan guttap masuk
sepanjang kerja dan mengisi daerah apikal 1-3 mm  MAC (master apical cone), beri
tanda pada reference point
b. Bersihkan saluran akar dengan menggunakan larutan pembersih smeared layer
c. Keringkan saluran akar dengan paper point
d. Aduk sealer yaitu campuran Endomethasone dan eugenol (2:1) diatas glass plate
menggunakan cement spatula sampai homogen
e. Oleskan pada lentulo yang sudah dipasang rubber stop kemudian diulasi tipis pada seluruh
dinding saluran akar menggunakan low speed atau manual, diputar searah jarum jam
sambil ditarik keluar.
f. MAC diulasi tipis sealer, masukkan perlahan ke dalam saluran akar sesuai reference point
menggunakan pinset endodontik, tahan 20-30 detik
g. Spreader dimasukkan diantara guttap dengan dinding saluran akar, kemudian ditekan ke
apikal sampai 1-2 mm sebelum apeks, sehingga guttap terkondensasi ke lateral.
h. Ruang yang tersisa di isi dengan guttap tambahan yang ukurannya menyesuaikan dengan
besar spreader.
i. Saluran akar di isi dengan guttap sampai spreader hanya masuk 2-3 mm dari orifice.
j. Kelebihan guttap dipotong 2 mm dibawah orifice menggunakan instrument panas khusus.
k. Kondensasi vertikal dengan plugger
l. Bersihkan kamar pulpa dari sisa sealer
m. Aduk zink fosfat diatas glass plate menggunakan cement spatula hingga diperoleh
konsistensi sekunder, kemudian aplikasikan pada orifice
n. Tutup dengan tumpatan sementara. Ronsen : cek hermetis atau tidak
o. Kontrol 1 minggu kemudian, lalu tumpat permanen.
___________________________________________________________________________

5) Nekrosis pulpa + Granuloma (TP, cara pengeluaran gutap)


1. TP : PSA
2. Cara Mengeluarkan Guttap
a. Preparasi akses sekaligus membuang tumpatan resin komposit menggunakan bur bulat
dan bur fisur
b. Irigasi kamar pulpa dengan larutan NaOCl 2,5%
c. Gunakan gates glidden drill untuk membuang 2-3 mm gutta perca dari orifice dan
memperbaiki preparasi akses
d. Teteskan larutan kloroform/xylol menggunakan syringe ke dalam saluran akar
e. Masukan Headstorm File no 25 sedalam mungkin ke dalam saluran akar kemudian tarik
keluar
f. Irigasi dengan larutan NaOCl 2,5% kemudian keringkan dengan paper point
g. Masukan larutan kloroform/xylol menggunakan syringe kedalam saluran akar
h. Masukan Headstorm File no 20 sedalam mungkin kedalam saluran akar kemudian tarik
keluar
i. Lakukan hal yang sama sampai Headstorm File no 15
j. Irigasi dengan larutan NaOCl 2,5% kemudian keringkan dengan paper point

6) Rontgen gigi 11, karies kelas 3 kedalaman dentin.


Soal : Interpretasi radiografi, diagnosis radiografi, penumpatan komposit.

40
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

Jawaban :
1. Interpretasi radiografi :
- Handling radiografi
- Quality Assurance (QA) : Kontras, geometri image, penempatan berkas sinar, ketajaman
gambar dan resolusi
- Interpretasi radiografi : Site, Size, Shape, Outline, Relative radiodensity, Effect on adjacent
surrounding structure
2. Diagnosis radiograf : karies dentin
3. Penumpatan resin komposit:
1) Universal Precaution (Cuci tangan, masker, handscoon)
2) Hilangkan jaringan karies dengan round metal bur. Preparasi, hilangkan email yang tidak
didukung dentin sehat dengan round bur diamond dari arah palatal. Buat bevel sepanjang
cavosurface line angle dengan bur flame/ pear shape diamond membentuk bevel hollow
ground.
3) Bersihkan kavitas menggunakan chlorhexidine diglukonat 2% dengan cotton pellet.
4) Tentukan warna dengan shade guide:
- Riasan pada pasien dihapus
- Lampu dental unit dimatikan, pencahayaan sebaiknya dengan cahaya matahari
langsung
- Apabila pasien menggunakan baju dengan warna terang, ditutup dengan polibib
hijau atau biru
- Penentuan warna dilakukan 3 kali: di samping cuping hidung, didalam mulut saat
rest posisi, didalam mulut saat pasien tersenyum.
- Pasien ditunjukkan dengan cermin.
5) Isolasi area kerja menggunakan cotton roll atau rubber dam.
6) Aplikasikan bahan etsa (Email 20 detik, dentin 15 detik). Bilas dengan cotton pellet basah.
Kavitas dibiarkan moist (tidak boleh kering).
7) Pasang matriks seluloid pada interdental gigi.
8) Aplikasikan bahan bonding dengan microbrush. Aliri udara perlahan-lahan supaya sisa
monomer menguap. Lakukan penyinaran selama 15-20 detik sesuai petunjuk pabrik.
9) Aplikasikan resin komposit dengan plastis filling instrumen dengan teknik inkremental.
Ketebalan maksimal 2 mm. Lakukan penyinaran selama 20 detik atau sesuai petunjuk
pabrik.
10) Cek oklusi dengan articulating paper.
11) Finishing dengan bur diamond finishing/ bur pita kuning.
12) Polishing dengan polishing bur (enhance) dan polishing disk.
___________________________________________________________________________

7) Cara pengukuran panjang kerja metode observasional langsung? Simulasikan, peragakan,


dan interpretasikan ronsen foto?
A. Pengukuran panjang kerja dengan metode observasional langsung
1. Ukur panjang gigi estimasi pada radiograf yaitu dari foramen apikal hingga titik referensi
menggunakan sliding caliper misal 22 mm  initial instrument
2. Panjangnya kemudian dikurangi 1 mm sebagai faktor pengaman, untuk mengantisipasi
adanya distorsi pada ronsen, berarti 21 mm  tentative working length.
3. Ukur instrumen (file atau reamer) yang akan dipakai untuk mengukur panjang kerja
kemudian diberi stopper.
4. Masukkan instrumen tadi ke dalam saluran akar yang telah diberi stopper
5. Lakukan ronsen lagi
6. Ukur selisih instrumen dengan foramen apikal pada radiograf, selisih ini kemudian
ditambahakan dengan panjang instrumen yang dimasukkan ke dalam saluran akar. Angka

41
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

ini merupakan panjang gigi, selisih misal 0,5 mm lalu tambahkan dengan tentative
working length menjadi 21,5 mm.
7. Dari perhitungan diatas didapatkan :
Panjang kerja = panjang gigi – 1 mm
Panjamg kerja = 21,5 – 1 = 20,5 mm
Panjang kerja ini yang akan digunakan untuk prepasi saluran akar.

B. Pengukuran panjang kerja dengan metode perbandingan (Proportion Method)

Rumus Grossman

𝑌𝑌 . 𝑍𝑍
𝑋𝑋 =
𝑊𝑊

x = panjang gigi yang sebenarnya


z = panjang gigi pada radiograf
w = panjang alat pada radiograf
y = panjang alat pada gigi

___________________________________________________________________________
8) RESTORASI SIK
Konservasi : Verbalkan dan peragakan cara menumpat gigi 13 dengan menggunakan GIC
Alat:
- Diagnostik set
- Micromotor
- Plastis instrument
- Agat spatel
- Glass slab
- Paper pad
- Microbrush
- Articulating paper
- Round bur
- Fissure bur
- Alpin bur
- Matrix servical
Bahan:
- GIC tipe 2 Fuji 9 (powder and liquid )
- Dentin conditioner
- Varnish
- Cotton roll and cotton pallet
Prosedur
a. Pakai masker dan gloves
b. Membuat outline form
c. Menghilangkan jaringan karies dan email yang tidak didukung dentin menggunakan round
bur
d. Membuat retensi yang berupa undercut kecil pada dentin
e. Kavitas dibersihkan dengan menggunakan cavity cleanser
f. Kavitas diisolasikan menggunakan cotton roll dan dikeringkan
g. Aplikasi matrix servical
h. Aplikasi dentin conditioner selama 10 detik menggunakan microbrush

42
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

i. Semprot dengan air bersih selama 10 detik, kemudian dialiri udara pelan-pelan, jaga tetap
moist
j. Aduk powder dan liquid di atas paper pad menggunakan agat spatula yan terbuat dari plastik
selama 20-30 detik
k. Aplikasikan GIC ke dalam kavitas
l. Tunggu sampai mengeras
m. Bersihkan kelebihan GIC di sekitar kavitas
n. Aplikasi varnish pada tumpatan GIC
o. Pemolesan dilakukan setelah 24 jam menggunakan alpin bur

9) NEKROSIS PULA
Pasien perempuan 18 th, mengeluhkan gigi depan kiri atas berubah warna, jatuh 2 tahun lalu.
A. Anamnesis
a. Senyum, sapa dan salam
b. Perkenalan
c. Tanyakan CC, PI (OLD CART), PDH, PMH, FH, SH
B. Peragakan pemeriksaan objektif
a. Sondasi
Melihat ada tidaknya karies pada gigi dengan menggunakan sonde.
b. Perkusi
Mengetuk gigi melihat apakah terdapat respon pada gigi, rasa sakit atau tidak,
keluarnya suara dari gigi dan respon dari pasien. Suara yang timbul pada pemeriksaan
perkusi menggambarkan struktur pendukung gigi dan jaringan sekitarnya. Respon +
menandai respon inflamasi pada jaringan.
c. Palpasi
Meraba jaringan lunak dan daerah sekitarnya yang dicurigai. Palpasi biasanya
menghasilkan pemeriksaan dangan fluktuasi +/-, lunak/keras, hangat
d. Vitalitas
1) Gigi dikeringkan terlebih dahulu menggunakan air syringe.
2) Basahi cotton pallet dengan CE sampai terbentuk bunga kristal
3) Tempelkan cotton pallet pada daerah servikal bukan gigi kontrol terlebih dahulu
sampai terdapat respon pada pasien.
4) Lanjutkan pada gigi yang akan diperiksa dengan cara yang sama.
e. Mobilitas
1) Jari telunjuk ditempatkan pada aspek lingual gigi 21, diaplikasikan tekanan dengan
pegangan kaca mulut pada permukaan fasial.
2) Pengukuran kegoyagan arah horizontal: gigi digerakkan ke arah labial-lingual /
bukal-lingual/ labial-palatal/ bukal-palatal
3) Pengukuran kegoyangan arah vertikal: Menekan bagian oklusal gigi dengan
menggunakan gagang instrument ke arah apikal.
C. Diagnosis
Nekrosis pulpa dengan periodontitis dan diskolorasi
D. Rencana perawatan
Perawatan saluran akar

10) Keluhan: terasa ngilu saat minum dingin. Klinis resesi gingiva RA anterior-posterior (gigi P).
Instruksi: 1. Anamnesis, 2. Rencana perawatan, 3. Peragakan tahapan restorasi
1. Anamnesis
a. Senyum, salam, sapa, dan perkenalkan diri
b. Identitas pasien (nama, umur, alamat)

43
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

c. Keluhan utama (keluhan dan deskripsi rasa sakit)


d. Riwayat keluhan (sudah berapa lama sakit dirasakan, rasa sakitnya bagaimana,
rangsangan sakitnya apa dan berapa lama bertahan, kapan pertama kali menyadari
ada lubang/resesi/sakit, sudah diberikan perawatan/periksa ke dokter gigi,
kebiasaan yang berkaitan dengan lesi non karies: 1. Erosi: makanan dan minuman
soda dan asam, 2. Abrasi: cara menyikat gigi, jenis bulu sikat gigi, apakah pernah
berdarah saat menyikat gigi, 3. Abfraksi: apakah ada tambalan yang mengganjal,
gigitan yang tidak nyaman, 4. Bruxism: kebiasaan menggigitkan gigi atas dan bawah
saat cemas/tidur, 5. Atrisi: lihat pola fisiologis dari keausan gigi)
e. Past medical history (ada riwayat penyakit sistemik, alergi makanan, obat, dan
cuaca, riwayat opname di rumah sakit)
f. Past dental history (keluhan lain selain keluhan utama, riwayat perawatan ke dokter
gigi dan komplikasinya, kebiasaan buruk seperti bertopang dagu dan menggigit bibir
dan menjulurkan lidah, riwayat membersihkan karang gigi, kebiasaan menyikat gigi)
g. Family history (riwayat kesehatan ayah, ibu, kakak, adik, dan anak mengenai
penyakit sistemik, alergi, dan kondisi klinis gigi-mulut yang mirip keluhan utama)
h. Social history (riwayat merokok dan minum alkohol, pekerjaan, kondisi
pekerjaan/lingkungan/keluarga yang memicu stress)
2. Rencana perawatan
a. KIE
b. Restorasi SIK
3. Restorasi SIK
a. Alat:
• Masker dan gloves
• Diagnostik set
• Handpiece lowspeed
• Pointed brush
• Ball applicator/plastis fill instrument
• Spatula agate
• Cotton pellet dan cotton roll
• Matriks servikalis
 Bahan:
• Paper pad
• SIK tipe 2 (powder dan liquid)
• Dentin conditioner (asam poliakrilat 10%)
• Pumice
• Varnish/cocoa butter
b. Tahapan:
1. Cuci tangan, gunakan masker dan gloves
2. Bawa semua alat dan bahan ke dalam tray
3. Posisikan pasien di dental unit
4. Bersihkan kavitas dari plak dan debris dengan menggunakan pumice dan ratakan
dengan pointed brush
5. Cuci kavitas dengan semprotan air, lalu keringkan dan isolasi dengan cotton roll
6. Aplikasikan dentin conditioner pada dinding cavosurface kavitas dengan cotton
pellet/microbrush, tunggu 10-15 detik
7. Bersihkan kavitas dengan cotton pellet basah, usapkan perlahan pada kavitas dan
siapkan kavitas dalam kondisi lembab
8. Aduk campuran powder dan liquid SIK perbandingan sesuai petunjuk pabrik, aduk
di atas paper pad menggunakan spatula agat dengan teknik fold and press

44
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

9. Ketika konsistensi sudah tercapai, aplikasikan SIK ke dalam kavitas dengan


menggunakan ball applicator/plastis instrument
10.Tumpat kavitas hingga penuh dan pasangkan matriks servikal untuk membantu
menyesuaikan anatomi gigi
11.Setelah mengeras, bersihakan ekses-ekses dan aplikasikan varnish/cocoa butter
pada restorasi SIK dan biarkan mengering
12.Instruksikan kepada pasien untuk kembali dalam 24 jam untuk dilakukan
pemolesan

11) RESTORASI KOMPOSIT KELAS 4


Prosedur restorasi kavitas kelas IV resin komposit
1. Siapkan bahan dan alat
a. Bahan :
- Cotton roll
- Cotton pellet
- Etsa (asam fosfat 37%)
- Bonding
- Resin komposit warna universal dentin & warna enamel
- Articulating paper
b. Alat :
- Diagnostic set - Fine finishing bur (pita
- Ekskavator sendok kuning)
- Plastis intrumen - Celulloid strip
- Handpiece low speed - Rubber silicon bur
- Handpiece high speed - Polishing disc bur
- Round metal bur - Microbrush
- Fissure & round diamond - Light curing unit
bur - Saliva ejector
- Pear shaped / flame / round
end tapered diamond bur
2. Prosedur
a. Prosedur restorasi
1) Hilangkan jaringan karies dengan round bur metal yang dipasang pada handpiece
low speed dan ekskavator sendok
2) Hilangkan enamel yang tidak didukung dentin dengan fissure atau round diamond
bur yang dipasang pada handpiece high speed, pastikan air pada handpiece menyala
untuk menanggulangi panas yang dihasilkan handpiece, serta kontrol genangan air
pada mulut pasien dengan saliva ejector
3) Buat hollow ground bevel pada cavosurface dengan lebar 1-2mm dengan kedalaman
½ lebar lapisan email dengan pear shaped / flame diamond bur --> kalau yg
dijelaskan waktu bimbel disuruh pake round end tapered diamond bur
b. Prosedur penumpatan
1) Bersihkan kavitas dengan chlorhexidine digluconate 2% (cavity cleanser)
2) Aplikasi etsa pada email (5 detik) lalu dentin (15 detik) dengan microbrush
3) Tempelkan cotton pellet basah lalu keringkan dengan semprotan udara ringan, jaga
permukaan untuk tetap moist/lembab
4) Isolasi area gigi dengan cotton roll pada vestibulum
5) Pasang celulloid strip pada proksimal gigi
6) Aplikasi bahan bonding dengan microbrush, biarkan mengalir selama 20 detik dan
dianginkan ringan, lalu disinar selama 10 detik

45
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

7) Aplikasi resin komposit dengan plastis instrumen. Permukaan palatal terlebih dahulu
dengan warna universal dentin, lalu disinar 20 detik. Aplikasi RK dilanjutkan ke arah
labial dengan warna enamel, lalu disinar 20 detik.
8) Lepas celulloid strip
9) Finishing restorasi dengan fine finishing bur pita kuning, dilanjutkan polishing
dengan ruber silicon bur atau dapat dikombinasikan polishing disc
c. Cek oklusi dengan articulating paper
d. Perlihatkan hasil penumpatan kepada pasien dengan cermin

12) Try in onlay dan sementasi onlay


Try In Onlay
1. Cobakan inlay logam pada kavitas.
2. Periksa kerapatan tepi restorasi dan titik kontak. Koreksi bila perlu dengan stone hijau dan
rubber merah.
3. Cek bagian proksimal dengan benang gigi (dental floss).
4. Lakukan foto dental bitewing untuk mengevaluasi adaptasi inlay.

Sementasi Onlay
1. Letakkan satu sendok takar bubuk GIC tipe I pada kaca pengaduk, teteskan 2 likuid di
sebelahnya, campur dengan gerakan memutar menggunakan cement spatle.
2. Mula-mula campurkan separuh bagian GIC ke likuid dengan gerakan cepat dan radius kecil,
kemudian campurkan sisanya sampai homogen.
3. Angkat spatula setinggi 2.5cm, semen tidak boleh putus, lalu kumpulkan di ujung spatula.
4. Ambil semen dengan instrumen berujung bulat, letakkan semen pada permukaan intaglio
inlay. Sebagian lain semen, dimasukkan ke dalam kavitas sampai setengah penuh, masukkan
inlay logam ke dalam kavitas.
5. Kelebihan semen harus ke luar dari seluruh tepi restorasi
6. Bersihkan kelebihan semen dengan kapas dan sonde, bagian proksimal dibersihkan dengan
dental floss
7. Lakukan kontrol/evaluasi restorasi inlay minimal 1 minggu setelah insersi dilakukan.
8. Perhatikan:
- Keluhan subjektif
- Oklusi
- Artikulasi
- Adaptasi marginal
- Retensi plak
- Retensi/impaksi makanan

13) KAPING PULPA


Prosedur Pulp Capping, Rencana Perawatan Selanjutnya
1. Tindakan precautions : masker dan gloves
2. Prosedur kaping pulpa
a) Desinfeksi kavitas dengan menggunkaan cavity cleanser menggunakan cotton pellet
dan keringkan
b) Ambil pasta CaOH2 secukupnya dengan ratio base katalis 1:1 pada paper pad
c) Manipulasi pasta dengan cara memutar pasta pada paper pad atau mencampurnya
di dalam kavitas menggunakan instrument ball point tip carrier
d) Aplikasikan selapis tipis pasta CaOH2 pada bagian terdalam kavitas
3. Manipulasi semen dasar zn phospat

46
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

a) Ambil bubuk semen dengan sendok takar, ratakan dan tempatkan pada glass slab.
b) Bubuk dibagi dalam 5-8 bagian dengan spatula semen
c) Ambil cairan dengan sesuai takaran dengan cara meletakkan botol tegak vertical
jarak kira-kira 1 cm
d) Aduk bubuk dan cairan dengan gerakan memutar dengan menggunakan spatula
semen. Masing-masing bagian dengan lama 15-20 detik sampai seluruh bubuk
tercampur dan konsistensi seperti dempul
e) Satukan adukan dan tempatkan pada tepi glass slab.
4. Aplikasi semen dasar zn phospat
a) Ambil porsi kecil dari semen menggunakan semen stopper yang bersih dan kering
kemudian aplikasikan pada kavitas
b) Ratakan pada seluruh kavitas selapis tipis (1-2mm) menggunakan semen stopper.
Pastikan semen hanya pada dasar kavitas
c) Buang kelebihan semen mengugunakan ekskavator dan bersihkan sisa semen dari
kavitas
5. Aplikasi bahan tambalan sementara siap pakai
a) Ambil bahan tambalan secukupnya dan tempatkan pada glass slab kering dan bersih
b) Bagi dalam porsi-porsi kecil (5 bagian) dengan bantuan spatula semen
c) Masukkan bahan ke dalam kavitas dengan cara lapis per lapis
d) Kembalikan ke bentuk anatomi semula
e) Buang kelebihan bahan menggunakan ekskavator dan bersihkan gigi

14) Pasien dengan karies mencapai dentil pada servikal gigi 22


1. Pilih alat dan bahan untuk menumpat resin komposit
a. Diagnostic kit
b. Mata bur: round end diamond bur, flat end fissure diamond bur, inverted
diamond bur dapat pula digunakan tungsten carbide bur (fluted <12), inverted
bur atau wheel bur, tappered fissured fine finishing diamond bur, sand rubber
cup, silicone rubber atau soflex disc, astro brush atau jiffy brush
c. Alat : rubber dam, saliva ejector, cotton roll, benang retraktor, cervical matrix
transparan, light cure, microbrush, plastic filling, komposit, glass slab
d. Bahan : chlorexidine gluconate 2%, haemostatic agent, Ca(OH)2, etsa, bonding
2. Verbalkan prosedur penumpatan
a. Pasang masker handscoon
b. Pemilihan shade guide (lampu dental chair dimatiin)
c. Preparasi sesuai outline form menggunakan contra angle handpiece dengan round
end diamond bur, dilakukan pembuatan bevel pada cavo survace enamel margin
d. Isolasi daerah kerja menggunakan rubber dam. Kavitas dibersihkan dengan bahan
desinfektan (chlorrhexidine gluconate), kemudian dibilas dengan air dan
dikeringkan dengan three way syringe
e. Retraksi gusi di daerah servikal menggunakan retraction cord dan bahan
haemostatic agent untuk mengatasi perdarahan (masukin retraction cord ke
dalam sulcus menggunakan plastic filling)
f. Pemilihan servikal matriks transparan
g. Pemberian liner pada cavitas yang dalam (bahan CaOH) pada permukaan
dentin yang terbuka
h. Aplikasi etsa dengan microbrush selama 15 detik (bahan asam fosfat 37% - 50%)
pada cavo surface enamel margin, kemudian dicuci dan dikeringkan hingga tampak
frosty appearance. Dentin tetap dalam keadaan moist (bisa di lindungi dengan
menggunakan cotton pellet di daerah dentin)

47
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

i. Aplikasi bonding dengan mikrobrush pada seluruh permukaan yang telah di etsa,
lalu semprot dengan air syringe kemudian disinari selama 10 detik hingga tampak
permukaan mengkilat
j. Aplikasikan tumpatan komposit dengan plastic filling layer by layer dan disinari
selama 20 detik. Layer terakhir menggunakan servical matriks kemudian disinar
20 detik
k. Finishing dengan fine finishing bur sampai tidak ada step
l. Polishing dengan enhance (sand rubber cup) sampai halus
m. Cek dengan sonde, apabila masih ada step
n. KIE: pro kontrol jika ada keluhan

15) Pasien jatuh fraktir 1/3 insisal. Diagnosa pulpitis reversible, ingin ditambal agar terlihat
cantik. Gigi 11.

1. Pilih alat
a. Diagnostic kit
b. Mata bur: round end diamond bur, flat end fissure diamond bur, dapat pula
digunakan tungsten carbide bur (fluted <12), tappered fissured fine finishing diamond
bur, sand rubber cup, silicone rubber atau soflex disc, astro brush atau jiffy brush
c. Alat : rubber dam, saliva ejector, cotton roll, benang retraktor, cervical matrix
transparan, light cure, microbrush, plastic filling, komposit, glass slab, gunting
d. Bahan : chlorexidine gluconate 2%, haemostatic agent, Ca(OH)2, etsa, bonding

2. Deskripsikan prosedur penumpatan dengan komposit


a. Pasang masker handscoon
b. Pemilihan shade guide (lampu dental chair dimatiin)
c. Preparasi sesuai outline form menggunakan contra angle handpiece dengan round
end diamond bur, pear shape, dilakukan pembuatan bevel pada cavo survace enamel
margin dengan menggunakan flat end fissure diamond bur
d. Isolasi daerah kerja menggunakan rubber dam. Kavitas dibersihkan dengan bahan
desinfektan (chlorrhexidine gluconate), kemudian dibilas dengan air dan dikeringkan
dengan three way syringe
e. Retraksi gusi (optional tergantung lesi, kena ke servikal atau tidak) di daerah servikal
menggunakan retraction cord dan bahan haemostatic agent untuk mengatasi
perdarahan (masukin retraction cord ke dalam sulcus menggunakan plastic filling)
f. Pemilihan crown form yang sesuai (crown form digunting sesuai lokasi lesi karies),
pasang coba
g. Pemberian liner pada cavitas yang dalam (bahan CaOH) pada permukaan
dentin yang terbuka
h. Aplikasi etsa dengan microbrush selama 15 detik (bahan asam fosfat 37% - 50%) pada
cavo surface enamel margin, kemudian dicuci dan dikeringkan hingga tampak frosty
appearance. Dentin tetap dalam keadaan moist (bisa di lindungi dengan menggunakan
cotton pellet di daerah dentin)
i. Aplikasi bonding dengan mikrobrush pada seluruh permukaan yang telah di etsa, lalu
semprot dengan air syringe kemudian disinari selama 10 detik hingga tampak
permukaan mengkilat
j. Aplikasikan tumpatan komposit dengan plastic filling layer by layer dan disinari selama
20 detik. Layer terakhir menggunakan crown form matriks kemudian disinar 20 detik

48
TO OSCE OKT 2017
KONSERVASI

k. Pengecekan oklusi dengan articulating paper, dan dilakukan pengurangan dengan


tapered fissure fine finishing diamond bur
l. Finishing dengan fine finishing bur sampai tidak ada step
m. Polishing dengan enhance (sand rubber cup) sampai halus
n. Cek proksimal, dapat dilakukan finishing dengan menggunakan metal strip atau paper
strip dimulai dari yang kasar sampai halus
o. Cek dengan sonde, apabila masih ada step
p. KIE: pro kontrol jika ada keluhan

49
TO OSCE OKT 2017
PERIODONSIA

PERIODONSIA

1) Pasien dengan keluhan renggang dan diastema sentral gigi 11, 21 dilakukan blanch
test positif
A. Pilih alat dan bahan yang digunakan
Armamentarium Frenektomi

SCALPEL

HEMOSTAT SCALPEL BLADE NO. 15

JARUM ATRAUMATIK
NEEDLE HOLDER

GUNTING BENANG JAHIT

DIAGNOSTIK P
PERIODONTAL PACK

B. Prosedur pemeriksaan blanch test


a. Senyum, salam dan sapa, perkenalan pada pasien
- Identitas pasien: nama, usia, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, status
perkawinan
b. Lakukan anamnesis
- Keluhan utama
- Riwayat perjalanan penyakit (lokasi, durasi, onset, gejala menyertai, factor
yang memperingan gejala, factor yang memperberat gejala,
pengobatan/treatment, keterlibatan bagian lain, keluhan apakah dulu pernah
ada atau baru pertama kali)

50
TO OSCE OKT 2017
PERIODONSIA

- Riwayat medis (kondisi medis saat ini, alergi, riwayat mondok di rumah sakit,
riwayat konsumsi obat, riwayat sakit sistemik, riwayat perawatan dokter, kalau
anak-anak tanyakan riwayat vaksinasi)
- Riwayat kesehatan gigi (pernah berobat ke dokter gigi, riwayat perdarahan saat
cabut gigi jika ada, riwayat perawatan gigi, kebiasaan sikat gigi, kebiasaan buruk
terkait oral, riwayat erupsi gigi)
- Riwayat keluarga (keluarga memiliki kelainan yang sama, riwayat herediter,
kesehatan orang tua dan saudara kandung)
- Riwayat sosial (konsumsi buah dan sayur, sedang dalam kondisi stress,
kebiasaan konsumsi alcohol dan merokok)
c. Pemeriksaan objektif
- Pemeriksaan ekstraoral
- Pemeriksaan intraoral
d. PEMERIKSAAN BLANCH TEST
a) Cuci tangan, pakai masker, handscoon
b) Pegang bibir rahang atas menggunakan jari telunjuk dan jempol
c) Pasien diminta untuk membuka mulut, dan jari operator mengangkat bibir
ke arah atas hingga maksimal
d) Perhatikan area frenulum, apabila frenulum terangkat dan margin gingiva
tertarik saat bibir diangkat, maka test blanch positif dan frenulum tinggi.

C. Peragakan prosedur frenektomi hingga suturing

1 Daerah yang akan dilakukan


pembedahan dibius dengan
memberikan injeksi anestesi lokal (2%
lignocaine dengan 1:100.000 adrenalin).
Anastesi dengan teknik infiltrasi pada
vestibulum area kanan dan kiri
frenulum
2 Setelah pasien diberikan anastesi local,
maka bibir ditarik kearah atas kemudian
frenulum ditahan dengan menggunakan
dengan dua hemostat mosquito yang
diposisikan di bagian atas dan bawah.

3 Dengan blade No 15 terpasang pada


handle Bard-Parker, lakukan insisi di
sepanjang permukaan atas haemostat
sampai seluruh kedalaman dari frenum
meluas ke vestibulum. Lakukan insisi
yang sama di bawah-permukaan
haemostat sehingga jaringan frenulum
terpisah disepanjang paruh (kepala)
hemostat. Setelah itu, terbentuk area
rhomboid yang akan menyebabkan

51
TO OSCE OKT 2017
PERIODONSIA

jaringan ikat fibrosa di dalam dapat


terlihat.

4 Jahit luka menggunakan benang sutera


ukuran 4-0 atau 5-0 supaya tidak terlalu
mengganggu estetis. Jahitan
interrupted ditempatkan di sepanjang
margin lateral luka dalam arah yang
linear setelah mukosa di bagian margin
luka dihilangkan dengan gunting bedah.

• TAMBAHAN : PROSEDUR LENGKAP FRENEKTOMI (pada soal hanya diminta sampai


suturing aja, seharunya sampai dressing)
1. Pengambilan jaringan ikat frenulum
dilakukan setelah penjahitan agar tidak
terjadi perluasan daerah irisan dan
mengurangi perdarahan. Apabila
frenulum mencapai area palatal maka
harus dilakukan eksisi
2. Irigasi menggunakan larutan salin
3. Pemasangan periodontal pack pada
area labial dan palatum agar
penyembuhan luka dapat berjalan
maksimal dan tidak terjadi perlekatan
bibir dengan gingiva selama proses
penyembuhan gingiva.

4. Resep obat R/ Amoxicilin tab mg 500 No. XV


s. 3. dd tab I a.c
R/ Antalgin tab mg 500 No. X
s.3.dd tab I p.c

5. Instruksi pasca bedah 1. Hindari makan minum panas selama


24 jam. Lebih baik dingin
2. Minum obat sesuai resep
3. Bila coepack lepas, segera hubungi
dokter
4. Untuk pembersihan area pasca
frenectomy dapat menggunakan
kasa yang dibasahi air dan
dibersihkan/disapukan dengan
tekanan lembut untuk mebersihkan
debris, sikat gigi dengan lembut
5. Kontrol seminggu kemudian
6. Pasien diminta untuk datang kembali
tujuh hari pasca frenectomy untk
kontrol dan pelepasan coepack dan
jahitan.

52
TO OSCE OKT 2017
PERIODONSIA

2) Pasien 40 tahun OH 4,4. PBI 2,2. gigi 31 goyangderajat 3. 21 31 Blocking saat


artikulasi anterior. Poket menyeluruh 3-6mm.
1. Verbalkan dan peragakan cek kegoyangan gigi
a. Salam, sapa dan perkenalkandiri.
b. Tanya nama dan identitas.
c. Keluhan utama
d. Menjelaskan prosedur kepasien
e. Persiapan alat dan bahan.
Alat: alat diagnostic
Bahan: masker, sarungtangan
f. Persiapan operator
g. Memakai mask, cucitangan, pakaisarungtangan.
h. Posisi operator di depankananpasien.
i. Terdapat dua cara pengukuran kegoyangan gigi:
a. dengan 2 instrument (bukal& lingual). 2 gagang instrument diletakkan pada
permukaan gigi sisi labial/bukal&sisi lingual/palatal.
b. dengan 1 insturment dan 1 jari. Jari telunjuk ditempatkan pada aspek
lingual gigi 31, diaplikasikan tekanan dengan pegangan kacamulut pada
permukaan fasial.
Pengukuran kegoyagan arah horizontal: gigi digerakkan kearah labial lingual / bukal-
lingual/ labial-palatal/ bukal-palatal
Pengukuran kegoyangan arah vertikal: Menekan bagian oklusal gigi dengan
menggunakan gagang instrument kearah apikal.
Tingkat kegoyahan berdasarkan klasifikasi Miller:
- Mobilitas derajat 1: terdapat gerakan gigi yang nyata dalam soket
- Mobilitas derajat 2: terdapat gerakan 1mm dalam arah bukolingual /
mesiodistal
- Mobilitas derajat 3: terdapat gerakan lebih dari 1mm atau gigi bisa
ditekan kearah apikal. Prognosis buruk / gigi tidak dapat dipertahankan
2. Verbalkan dan peragakan cek PBI
a. Pengukuran di 28 tempat di gusidaerah papilla padagigipermanen (M3 tidak)
b. Pengeringan gigi dengan menggunakan cotton rolls/ air syringe.
c. Probing dilakukan pada keempat quadran: palatal, bukal, lingual, bukal
d. Pemeriksaan dilakukan dengan menelusuri sulkus dengan probe yang tidak tajam,
dengan tekanan jariringan, mulai dari dasar papilla hingga kepuncaknya dari distal
ke mesial.
e. Setelah 20-30 detik satu kuadran telah lengkap dilakukan probing, intensitas
perdarahan dinilai dalam skor dan dicatat dalam chart PBI
f. Skor PBI
- Skor 1: perdarahan di satu titik setelah dilakukan probing 20-30 detik
- Skor 2: garisperdarahan / beberapa titik perdarahan pada beberapa tempat
- Skor 3: segitiga papilla menjadi berdarah setelah probing
- Skor 4: terlihat perdarahan yang nyata. Segera setelah probing, darah mengalir
kearah interdental dan menutupi bagian gigi atau gusi
Jumlah seluruh skor = jumlahperdarahan
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎
PBI =
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
3. Verbalkan terapi inisial apa saja yang diperlukan
Terapi inisial: Tahap I
a. DHE
b. Scaling and root planning

53
TO OSCE OKT 2017
PERIODONSIA

c. Occlusal adjustment
d. Splinting

3) Berdarah pada mukosa bukal kanan bawah, gingiva mudah berdarah, resesi 2mm, poket
5mm
A. Cara probing
1. Cuci tangan, pakai masker, gloves.
2. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
3. Pengaturan posisi kerja
4. Poket diukur dengan menggunakan probe WHO dengan teknik modified pen
grasp dengan finger rest (jari manis) ditempatkan di oklusal/incisial yang
berdekatan dengan gigi yang akan diprobing
Probe WHO

5. Poket diukur dari margin gingiva ke dasar poket


6. Probe dimasukkan arah 45 derajat kemudian tegakkan sehingga sejajar aksis gigi,
masukkan dengan tekanan ringan sampai dasar poket. Kekuatan yang digunakan
antara 20-30 gram.
7. Telusuri 6 titik dengan menggunakan teknik
walking stroke. Angkat probe 2 mm namun
tetap masih menyentuh gigi dan gerakkan ke
titik selanjutnya
8. Dari distobukal, mid bukal, mesiobukal,
mesio lingual, mid lingual, dan disto lingual
9. Amati kedalamannya, catat dan sampaikan
hasilnya pada pasien

B. Berapa LOAnya
• Loss of Attachment : Resesi + Poket = CEJ – dasar poket  7mm
• Kategori Periodontitis berdasarkan attachment loss :
Ringan : 1-2 mm
Sedang : 3-4 mm
Berat : >5 mm

C. Perawatannya apa  kuretase


________________________________________________________________________
4) KURETASE
Kuretase di bidang periodontik berarti mengerok dinding dalam poket gingiva untuk
menghilangkan jaringan nekrotik pada dinding poket.
 Kuretase Gingiva  membuang keradangan pada jaringan lunak yang terletak lateral
dinding poket  gerakan horizontal stroke
 Kuretase Subgingiva  menghilangkan epithel attachment, sehinnga terjadi luka baru 
blood clot  re-attachment  gerakan vertical stroke

54
TO OSCE OKT 2017
PERIODONSIA

Tahapan Kerja :
1. Cuci tangan, pakai masker, gloves.
2. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
3. Pengaturan posisi kerja
4. Ukur Indeks plak, prosedur kuretase bisa dilakukan jika indeks <10%
5. Oral Profilaksis
6. Pemeriksaan poket memakai periodontal probe
7. Menentukan elemen yang akan di kuret
8. Aplikasi antiseptik pada daerah operasi dengan menggunakan cotton pellet yang telah
diberi povidon iodine
9. Lakukan anastesi lokal pada daerah operasi
10. Lakukan kuretase pada elemen gigi di daerah operasi, dengan sisi tajam kuret gracey
menghadap ke jaringan lunak. Dengan sudut 45 derajat.
11. Perhatikan finger rest saat melakukan kuretase, tangan kiri digunakan untuk menahan
bagian luar pada jaringan lunak yang sedang dikerjaka.
12. Kuret gracey yang dipakai sesuaikan dengan elemen gigi yang dikerjakan.
• Gracey no 1-4: untuk gigi anterior
• Gracey no 5-6 : untuk gigi premolar
• Gracey no 7-10: untuk gigi posterior bagian bukal/ palatal/lingual
• Gracey no 11-12: untuk gigi posterior bagian mesial
• Gracey no 13-14: untuk gigi posterior bagian distal
13. Buang jaringan nekrotik pada jaringan lunak. Arah kuretase adalah apikooklusal
14. Tanda bahwa kuretase telah selesai adalah sampai keluarnya darah segar
15. Kontrol perdarahan dengan menggunakan kasa tampon
16. Irigasi daerah operasi dengan larutan saline
17. Keringkan daerah operasi
18. Dressing dengan periodontal pack
Cara mempersiapkan periodontal pack
a. Siapkan periodontal pack base dan katalis 1:1 sama panjang di atas glass slab
b. Aduk memakai spatula stainless steel selama 30-45 detik hingga homogeny
c. Lumuri jari yang telah memakai gloves dengan gliserin/vaselin lalu bentuk
periodontal pack menjadi silindris
d. Keringkan daerah kerja
e. Letakkan periodontal pack pada daerah kerja, tutup dengan bibir, lalu massage bibir
agar periodontal pack membentuk alur mukosa
f. Periodontal pack menutupi daerah kerja dan ½ gigi sebelahnya kanan dan kiri
g. Buang ekses periodontal pack, periodontal pack tidak boleh menutupi
incisal/oklusal dan jaringan yang bergerak.
19. Instruksikan kepada pasien :
a. Tidak makan minum panas, tidak merokok selama 24 jam
b. Area yang dikuret tidak digunakan untuk mengunyah
c. Tetap menjaga kebersihan mulut
d. Minum obat teratur
e. Kontrol 1 minggu untuk membuka periodontal pack

55
TO OSCE OKT 2017
PERIODONSIA

5) Diagnosis: gingival enlargement (TP : GINGIVEKTOMI)


Alat dan Bahan:
1. Alat diagnostic (mirror, sonde, 9. Kassa, cotton roll
excavator, pinset)
2. Probe 10. Saline (NaCl 0,9%)
3. Tensimeter 11. Blade no. 15 dan blade holder
4. Pocket marker 12. Periodontal pack
5. Kirkland knife 13. Stiff spatula dan glass plate
6. Orban interdental knife 14. Iod
7. Spuit Injeksi atau Cytoject 15. gliserin
8. Larutan anestesi Lidocaine HCl 16. USS scaler
2%
Prosedur:
1. Senyum, salam, sapa
2. Perkenalkan diri, jelaskan rencana perawatan, tanda tangan IC, lakukan pemeriksaan vital
sign
3. Cek OHI, plak indeks. Operasi boleh dilakukan jika indeks plas <10%
4. Asepsis
Mengoleskan iod pada daerah operasi menggunakan kapas
5. Anestesi
Anestesi dapat dilakukan dengan blok/infiltrasi. Dapat juga dilakukan dengan anestesi di
tiap interdental papil dan margin gingival.
6. Menandai bleeding point
Tandai gingiva yang akan di lakukan gingivektomi dengan pocket marker di bagian mesial,
tengah dan distal. Lalu bleeding point disambungkan menggunakan sonde.
7. Gingivektomi
Insisi menggunakan external bevel incision dengan sudut 45 derajat, sekitar 1-2 mm arah
apical dari bleeding point.
Insisi marginal menggunakan Kirkland knife. Insisi interdental menggunakan Orban knife.
Dapat juga menggunakan blade no. 15.
8. Gingivoplasty
Dilakukan penghalusan tepi insisi menggunakan blade.
Tujuan: gingival reshaping
9. Scaling dan root planning
10. Irigasi dengan saline
11. Adaptasi jaringan dengan cara menekan kasa yang telah dibasahi air steril atau saline
pada daerah operasi
12. Aduk periodontal pack pada glassplate dengan perbandingan base dan katalis 1: 1.
Diaduk menggunakan stiff spatula sampai di dapatkan konsistensi dempul.
13. Aplikasikan pada daerah luka dan dilakukan muscle trimming. Tunggu sampai
periodontal pack setting
14. Resepkan medikasi ( analgetik, antibiotik dan obat kumur chlorhexidine)
15. Instruksi pasca operasi:
• Hindari makan atau minum selama 1 jam.
• Jangan minum-minuman panas atau alkohol selama 24 jam. Jangan berkumur-
kumur satu hari setelah operasi.
• Jangan makan makanan yang keras, kasar atau lengket dan kunyahlah makanan
dengan sisi yang tidak dioperasi.
• Minumlah analgesik bila anda merasa sakit setelah efek anestesi hilang. Aspirin
merupakan kontraindikasi selama 24 jam.

56
TO OSCE OKT 2017
PERIODONSIA

• Gunakan larutan kumur salin hangat setelah satu hari. Gunakan larutan kumur
klorheksidin di pagi hari dan malam hari bila anda tidak dapat melakukan
pengontrolan plak secara mekanis. Larutan ini dapat langsung digunakan pada hari
pertama setelah operasi asalkan tidak dikumurkan terlalu kuat di dalam mulut. Teh,
kopi dan rokok harus dihindari bila anda menggunakan larutan kumur klorheksidin
untuk mengurangi stain.
• Bila terjadi perdarahan, tekanlah dressing selama 15 menit dengan menggunakan
sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan; jangan berkumur; hubungi dokter anda
bila perdarahan tidak juga berhenti.
• Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.
• Bila tahap pascaoperasi tidak menimbulkan gangguan namun sakit dan bengkak
timbul 2-3 hari kemudian, segeralah hubungi
dokter anda.

6)

6) ABSES GINGIVA
Perio : abses gingival, pasien kemarin malam makan seafood
Diagnosis: abses gingival
Alasan: makanan seafood (kulit udang, tulang ikan) yang menyelip pada gigi dapat
menyebabkan infeksi bakteri ke dalam jaringan gingiva sehingga menyebabkan reaksi
inflamasi akut. respon inflamasi berupa kemerah, licin, kadang-kadang sangat sakit dan
pembengkakan sering berfluktuasi.
1. Penatalaksanaan
• Gunakan masker, handscoon
• Irigasi poket dengan saline serta periksa ada tidaknya benda asing di dalam poket
• Dinding poket diretraksi menggunakan probe untuk mendapatkan drainase langsung
melalui muara poket
• Lakukan penekanan dengan jari secara halus untuk mengeluarkan pus, irigasi dapat
dilakukan untuk membersihkan eksudat dan dasar poket yang tersisa
2. Cara mengukur poket
• Gunakan masker, handscoon
• Operator di depan kanan pasien
• Tentukan ukuran marker probe
• Masukkan probe arah 45 kemudian tegakkan sejajar sumbu vertikal gigi dengan
gerakan walking stroke dari distobukal, bukal, mesiobukal, mesiolingual, lingual,
distolingual
• Ukur kedalaman poket dari margin gingiva ke dasar poket
• Ukuran dilihat dari marker probe yang tersisa diluar

57
TO OSCE OKT 2017
PERIODONSIA

7) DM TIDAK TERKONTROL
Pasien DM tidak terkontrol, klinis gigi 12, 11, 21, 22 poket 6mm, terdapat trauma
oklusi.
1. Lakukan anamnesis
• Senyum, salam, sapa
• Tanyakan identitas: nama, umur, alamat, pekerjaan
• Keluhan utama
• Riwayat Keluhan utama: sejak kapan? Sebelah mana? Adakah nyeri? Apakah sudah
pernah diobati?
• Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut: sudah pernah ke dokter gigi? Perawatan yang
sudah dilakukan? Kebiasaan menyikat gigi? Kebiasaan buruk (merokok? Ngunyah
sirih?)
• Riwayat kesehatan umum: kondisi saat ini (sekarang sedang sakit tidak)? Adakah
riwayat enyakit serius? Pernah dirawat di rumah sakit? Ada penyakit menular? Ada
alergi obat/makanan/cuaca? Adakah riwayat atau masih mengonsumsi obat jangka
panjang?
• Riwayat keluarga: adakah anggota keluarga dengan keluhan sama? Adakah sakit
menurun?
• Riwayat sosial: tinggal dengan siapa? Sudah menikah? Sedang banyak pekerjaan?
2. Verbalkan diagnosisnya
Diagnosis: periodontitis e.c. trauma oklusi dengan faktor predisposisi DM
3. Verbalkan tahap perawatan
1) DHE
2) Occlusal adjusment
3) Kontrol
4. Verbalkan alat dan bahan
Alat: alat diagnostik, probe WHO
Bahan: handscoon, masker
5. Verbalkan cara mengukur poket
• Gunakan masker, handscoon
• Operator di depan kanan pasien
• Tentukan ukuran marker probe
• Masukkan probe arah 45 kemudian tegakkan sejajar sumbu vertikal gigi dengan gerakan
walking stroke dari distobukal, bukal, mesiobukal, mesiolingual, lingual, distolingual
• Ukur kedalaman poket dari margin gingiva ke dasar poket
• Ukuran dilihat dari marker probe yang tersisa diluar

8) SCALING MANUAL
Skenario :
Kalkulus supragingiva dan subgingiva pada gigi 33-42. Bop (+) , OHIS buruk.

Pertanyaan :
1. Persiapan alat dan bahan untuk SRP
Alat :
- Set alat diagnostik
- Sickle : kalkulus supragingiva
- Curette : kalkulus subgingiva
- Hoe : kalkulus pada tepian yang melingkar
- File : deposit kalkulus yang keras
- Cisel : kalkulus di sebelah proksimal

58
TO OSCE OKT 2017
PERIODONSIA

- Brush
- Handpiece low speed
Bahan
- Gloves
- Masker
- Larutan antiseptik
- Cotton pellet
- Pasta poles
2. Peragakan gerakan instrumentasi
Gerakan instrumentasi yang dapat dilakukan secara :
- vertikal : gigi anterior  permukaan fasial, lingual, proksimal
 gigi posterior  mesial dan distal
- obliq : gigi posterior  fasial dan lingual
- horizontal : line angle gigi posterior, area furkasi, poket dalam, permukaan akar gigi
anterior

Langkah gerakan instrument :


a. Intrumen dipegang dengan cara pen grasp (jari tengah sebagai bantalan)
b. Finger rest : untuk menstabilkan posisi jari manis, ditempatkan pada area yang
berlawanan dengan area kerja untuk menciptakan fulkrum sehingga jari lain bebas
bergerak
c. Posisi instrument sejajar dengan sumbu gigi
d. Adaptasikan instrument pada permukaan gigi, dengan cara ujung instrument terletak 1-
2 mm pada akhir sisi kerja yang berkontak dengan gigi, untuk mencegah trauma pada
jaringan lunak dan permukaan akar
e. Miringkan instrument hingga bevel membentuk sudut antara 45o-90o terhadap sumbu
gigi
f. Cutting edge menghadap permukaan gigi/akar dan berada pada margin apikal kalkulus
g. Tarik ke arah koronal secara vertikal atau obliq dengan tarikan yang pendek, kuat, dan
overlapping.

3. Prosedur kerja
a. Cuci tangan, pasang masker dan gloves
b. Komunikasikan kepada pasien
c. Atur posisi duduk pasien, serta posisi kerja operator
d. Aplikasi antiseptik pada area kerja dengan menggunakan cotton pellet dan pinset,
dengan arah memutar dari dalam keluar
e. Lakukan eksplorasi dengan menggunakan sonde half moon untuk mengetahui letak
perbatasan kalkulus (titik tumpu pengambilan kalkulus)
f. Gunakan sickle scalers untuk melakukan pembersihan kalkulus supragingiva
g. Gunakan kuret gracey untuk pembersihan kalkulus subgingiva dan penghalusan akar:
- Gracey no. 1-4 gigi anterior

59
TO OSCE OKT 2017
PERIODONSIA

- Gracey no. 5-6 gigi premolar


- Gracey no. 7-10 gigi posterior
- Gracey no. 11-12 gigi posterior bagian mesial
- Gracey no. 13-14 gigi posterior bagian distal
h. Lakukan eksplorasi menggunakan sonde half moon untuk mengetahui jika ada kalkulus
tersisa
i. Lakukan polishing pada gigi geligi yang telah diskeling dengan menggunakan rubber bur
atau brush, disertai dengan pasta poles
j. Irigasi dengan menggunakan larutan antiseptik pada seluruh area yang telah diskeling

9) DESENTISISASI
Prosedur desensitisasi dan instruksi
1. Cuci tangan, pakai masker dan gloves
2. Komunikasikan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
3. Permukaan gigi harus bersih dari plak, debris dan kalkulus
4. Lakukan scaling serta polishing menggunakan brush dan pasta poles
5. Isolasi gigi menggunakan cotton roll, keringkan permukaan gigi menggunakan air
syringe
6. Aplikasikan bahan desensitisasi (durafat/fluocal), menggunakan cotton pellet dengan
gerakan searah pada daerah yang hipersensitif
7. Tunggu hingga 3-5 menit, sambil dianginkan menggunakan air syringe (tekanan ringan)
 agar masuk ke tubuli dentin hingga bahan desensitisasi mengeras
8. Cek masih ngilu atau tidak. Ulangi prosedur jika masih dirasa ngilu.
9. Intruksikan pasien untuk tidak berkumur pada 30 menit pertama, serta hindari makan
dan minum selama 1 jam

10) ANUG
Anamnesis
1. CC : keluhannya apa, bu?
2. PI : sudah sejak kapan? Sakitnya seperti apa? Sudah diperiksakan apa belum?
Sudah minum obat apa belum? Skala sakit dari 1-10? Sudah pernah sakit seperti ini
belum?
3. PDH : sudah pernah ke dokter gigi? Sudah pernah bersihkan karang gigi, cabut gigi,
tambal gigi?
4. PMH : pernah dirawat ke rumah sakit? Ada sakit darah tinggi, gula, jantung, asma?
Sedang dalam perawatan obat? Sedang mengonsumsi obat-obatan?
5. FH : keluarga ada yang sakit gula, darah tinggi, sakit jantung?
6. SH : sudah menikah? Di rumah tinggal dengan siapa? Merokok atau minum
alcohol? Kerja dimana?
Perawatan ANUG
1. Kunjungan pertama
- Anestesi lokal
- Debridement pseudomembran dengan irigasi H2O2 3%, bersihkan membrane
dengan kassa kemudian irigasi dengan betadine
- Instruksikan pasien berkumur setiap jam dengan larutan saline hangat atau
berkumur 2 kali sehari dengan 1,5% H2O2 atau dengan 0,12% chlorhexidine
glutamate
- Medikasi antibiotic amoxicillin 500 mg 3x1 dan metronidazole 500 mg 3x1
- Control 1-2 hari kemudian

60
TO OSCE OKT 2017
PERIODONSIA

2. Kunjungan kedua
Bila tidak ada pseudomembran tapi masih kemerahan boleh scaling dan root planning
3. Kunjungan ketiga
Scaling boleh diulang dan pemberian obat kumur H2O2 dan chlorhexidine dilanjutkan
selama 2-3 minggu saja.

61
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

BEDAH MULUT

1) Ekstraksi gigi molar atas


A. Pemilihan alat
B. Anestesi lokal
Jawab :
A. Pemilihan alat pencabutan gigi molar atas
Pilih dan identifikasi ciri tang mahkota molar kanan rahang atas yaitu:
1. beak membentuk 45derajat terhadap handle (huruf “S”)
2. memiliki 1 beak tumpul yang lebar di bagian palatinal (kiri) dan 1 beak tajam pada
bagian bukal (kanan)
3. handle membuka ke arah samping
4. ujung beak terpisah
B. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat (gambar 1):
1. kaca mulut
2. pinset dental
3. sonde
4. cotton stick
5. disposable injection syringe (semprit injeksi)
6. sarung tangan
Bahan-bahan (gambar 1):
1. larutan antiseptik (larutan povidone iodine 10%)
2. larutan anestesi lokal (lidocaine 2% dengan adrenaline 1:80.000) dalam ampul 2 cc
Gambar 1. Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan pada prosedur anestesi lokal di
rongga mulut: neer bekken yang berisi kaca mulut, pinset, sonde dan cotton stick,
sepasang sarung tangan, botol yang berisi bahan antiseptic, disposable syringe, ampul
yang berisi larutan anestesi lokal
C. PERSIAPAN PENDERITA dan PROSEDUR UMUM ANESTESI LOKAL
PERSIAPAN PENDERITA
1. Pastikan bahwa penderita sudah makan, atau setidaknya tidak sedang merasa lapar,
sebelum tindakan anestesi lokal
2. Dudukkan penderita pada posisi semi supine, pada posisi demikian penderita akan
merasa lebih nyaman, prosedur anestesi lebih mudah dilakukan, dan kemungkinan
terjadinya vasovagal syncope dapat dikurangi (gambar 2).

Gambar 2. Penderita didudukkan pada posisi semi supine selama prosedur anestesi lokal
PROSEDUR UMUM ANESTESI LOKAL
1. Ambil sebuah disposable syringe, pastikan hal-hal berikut ini:
a. Masih tersimpan pada pembungkus dan tidak terdapat cacat atau robekan
b. Periksa tanggal kadaluwarsa
c. jarum pada barrel dieratkan terlebih dahulu sebelum membuka pembungkusnya
dengan memutar hub searah jarum jam, kemudian handle pada syringe didorong

62
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

sehingga plunger menyentuh ujung barrel, baru kemudian pembungkus syringe


dibuka (gambar 3)
2. Ambil sebuah ampul yang berisi cairan anestesi lokal, periksa keterangan pada dinding
ampul yang mencantumkan: kandungan, konsentrasi, dan volume larutan anestesi
lokal, kandungan dan konsentrasi bahan vasokonstriktor, dan tanggal kadaluarsa
cairan anestesi lokal tersebut (gambar 4)

Gambar 3. Cara membuka disposable syringe


3. Jarum pada barrel dieratkan terlebih dahulu sebelum membuka pembungkusnya
dengan memutar hub searah jarum jam (kiri), kemudian handle pada syringe didorong
sehingga plunger menyentuh ujung barrel (tengah), baru kemudian pembungkus
syringe dibuka (kanan)

Gambar 4. Cara membuka ampul. Ambil sebuah ampul yang berisi cairan anestesi lokal, sebelum
membukanya periksa terlebih dulu apakah seluruh cairan berada di bawah leher ampul, apabila
ada cairan yang masih berada di atas leher ampul (kiri) lakukan ketukan pada dinding ampul
dengan jari tangan (tengah) atau putar ampul dengan gerakan sentrifugal sampai seluruh cairan
berada di bawah leher ampul (kanan)
4. Sebelum mematahkan leher ampul pastikan bahwa seluruh cairan berada di bawah
leher ampul, apabila ada cairan yang masih berada di atas leher ampul lakukan
ketukan pada dinding ampul dengan jari tangan atau putar ampul dengan gerakan
sentrifugal sampai seluruh cairan berada di bawah leher ampul (gambar 4)
5. Leher ampul dipatahkan, lalu penutup jarum pada disposable syringe dibuka,
kemudian larutan anestesi lokal di dalam ampul tersebut dihisap dengan jarum injeksi
sampai seluruh cairan anestesi lokal berpindah ke dalam barrel tanpa ujung jarum
menyentuh dinding ampul (gambar 4)
6. Setelah semua cairan telah terhisap ke dalam barrel penutup jarum dipasang kembali
dengan hati-hati jangan sampai ujung jarum menyentuh penutupnya, kemudian
diperiksa apakah ada gelembung udara di dalam cairan di dalam barrel tersebut,
apabila terdapat gelembung udara dilakukan ketukan pada dinding barrel sampai
semua gelembung udara keluar dari cairan yang ada kemudian dorong handle sampai
terlihat ada cairan yang keluar dari ujung jarum (gambar 5)

63
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

Gambar5. Ampul dipatahkan pada bagian lehernya (a & b), larutan anestesi lokal di
dalam ampul tersebut dihisap dengan jarum sampai seluruh cairan anestesi lokal
berpindah ke dalam barrel tanpa ujung jarum menyentuh dinding ampul(c), kemudian
handle pada syringe ditarik perlahan-lahan dan dinding barrel diketuk-ketuk untuk
mengeluarkan gelembung udara di dalam cairan (d), handle kemudian didorong dengan
perlahan-lahan sampai cairan anestesi mengisi seluruh barrel dan terlihat ada tetesan
cairan keluar dari ujung jarum (e) Daerah tempat tusukan jarum dikeringkan dengan kasa
steril lalu diulasi dengan cairan antiseptik menggunakan cotton stick (kiri), ujung jarum
ditusukkan pada mukosa dengan perlahan-lahan, perlu diperhatikan bahwa bevel pada
ujung jarum selalu menghadap ke arah tulang (kanan)

7. Keringkan daerah yang akan menjadi tempat tusukan jarum dengan kasa steril lalu
ulasi daerah tersebut dengan cairan antiseptik secukupnya.
8. Jarum ditusukkan dengan sudut 45 derajat pada mucolabial atau mucobuccal fold,
sekitar 1-1,5 cm dari leher gigi yang bersangkutan secara perlahan-lahan sampai ujung
jarum terasa menyentuh tulang setinggi apeks gigi bersangkutan, perlu diperhatikan
bahwa bevel pada ujung jarum selalu menghadap ke arah tulang (gambar 6); sebelum
cairan anestesi lokal diinjeksikan mutlak dilakukan aspirasi (gambar 7); apabila terlihat
darah masuk ke dalam barrel maka tariklah jarum
keluar dari mukosa. Catatan: (1) Tempat insersi jarum
dan kedalaman tusukan jarum pada mukosa
disesuaikan dengan gigi yang akan dianestesi dan
teknik anestesi yang digunakan; (2) Aspirasi adalah
tindakan menarik sedikit handle pada syringe sesaat
untuk mengetahui kemungkinan masuknya ujung
jarum ke dalam pembuluh darah

Gambar7. Setelah ujung jarum sampai pada


daerah sasaran maka sebelum cairan anestesi
diinjeksikan harus dilakukan aspirasi terlebih
dahulu dengan cara menarik handle selama
beberapa saat (kiri), bila tidak ada darah yang
masuk ke dalam barrel maka cairan anestesi
diinjeksikan dengan cara mendorong handle
perlahan-lahan menggunakan palmar manus
(kanan)

9. Apabila pada aspirasi tidak terlihat terhisapnya darah maka injeksikan cairan anestesi
lokal kira-kira 1 ml secara perlahan-lahan untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul
selama injeksi dan menghindari terjadinya toksisitas cairan anestesi lokal. Khusus
untuk gigi molar pertama rahang atas tusukan jarum dan injeksi cairan anestesi
dilakukan dua kali yakni pada mucobuccal fold apeks gigi premolar kedua dan apeks
mesiobukal gigi molar kedua rahang atas
10. Setelah injeksi cairan anestesi lokal selesai tariklah jarum dari daerah kerja secara
perlahan-lahan dan bertahap untuk mencegah timbulnya perdarahan di tempat
tusukan jarum, efek anestesi mulai terasa beberapa detik sampai beberapa menit
setelah injeksi, pada umumnya efek anestesi lokal sudah tercapai dalam waktu 5
menit

64
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

Gambar 8. Infiltrasi lokal dengan teknik submucosal injection pada mukosa bukal
rahang atas. Jarum ditusukkan pada membran mukosa sedalam jaringan submukosa
kemudian cairan anestesi diinjeksikan perlahan-lahan

D. PENCABUTAN MOLAR KANAN RAHANG ATAS


1. posisi operator pada tempat yang benar yaitu kanan depan
2. fiksasi tangan pada tempat yang benar yaitu ibu jari di bukal dan telunjuk di palatal
3. masukkan paruh tang cabut mengarah ke apikal dari cemento-enamel junction
4. tangan memegang bagian luar handle
5. lakukan gerakan luksasi dengan arah bukal lebih banyak secara perlahan hingga terasa
longgar
6. setelah dirasakan longgar lakukan gigi ditarik keluar mengarah ke bukal mengikuti kurva dari
akar palatal, sedikit gerakan rotasi ke mesial kemudian ditarik
7. memastikan akar sudah keluar semua dan tidak ada fraktur akar yang tinggal di soket.
__________________________________________________________________________________

2) Seorang pasien terjatuh dari sepeda, dilakukan foto rontgen kepala 3D. Terlihat fraktur pada
perimandibula sampai angulus dextra dan fraktur simpisis. Gigi 31 dan 41 goyang.

A. Tuliskan dan verbalkan diagnosis


Dx/ fraktur multiple pada angulus mandibula unilateral dextra dan simpisis mandibula
B. Interpretasi foto rontgen 3D
Berdasarkan foto Ro 3D terlihat garis fraktur pada perimandibular hingga angulus mandibula
dextra dan garis fraktur pada interdental gigi 31 dan 41 hingga batas inferior mandibula.
C. Tuliskan dan verbalkan rencana perawatan
a. Terapi bedah dengan pemasangan IOW (intraosseous wiring) pada fraktur angulus dan
simpisis mandubula dan IMW (Intermaxillary wiring) untuk fiksasi sementara.

b. Medikasi (antibiotik, analgesik, antiinflamasi, anti perdarahan (bila perlu), dan obat
kumur)
c. Diet TKTP
d. Kontrol (kawat fiksasi dibuka 6-7 minggu)
e. Occlusal Adjustment
__________________________________________________________________________

65
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

3) EKSODONSI GIGI KANAN BAWAH PASIEN

Posisi Operator dan Pasien saat tindakan anestesi lokal atau Pencabutan
Pencabutan : posisi operator
Atas : posisi pasien Menggunakan Menggunakan
Bein tang
Pada gigi depan Mulut pasien setinggi di depan kanan Di depan
di antara siku dan pasien kanan pasien
bahu operator. Bidang
oklusal RA membentuk
sudut 45o terhadap
Lantai
Pada gigi belakang kanan Mulut pasien setinggi Di depan kanan Di depan
di antara siku dan pasien kanan pasien
bahu operator. Bidang
oklusal RA membentuk
sudut 45o terhadap
Lantai
Pada gigi belakang kiri Mulut pasien setinggi Di depan kanan Di depan
di antara siku dan pasien kanan pasien
bahu operator. Bidang
oklusal RA membentuk
sudut 45o terhadap
Lantai
Bawah :
Pada gigi depan Mulut pasien lebih Depan kanan Depan kanan
rendah dari siku. pasien pasien
Oklusi rahang bawah
sejajar lantai

Pada gigi belakang kanan Mulut pasien lebih Belakang kanan Belakang
rendah dari siku. pasien kanan pasien
Oklusi rahang bawah
sejajar lantai
Pada gigi belakang kiri Mulut pasien lebih Depan kanan Depan kanan
rendah dari siku. pasien pasien
Oklusi rahang bawah
sejajar lantai
Anestesi :
*Catatan : pada saat penyuntikan bevel jarum menghadap keluar berlawanan tulang
Regio Gigi Posisi insersi Posisi insersi Inervasi nervus Inervasi nervus
needle spuit needle spuit gigi (labial/bukal) gigi (palatal)
(labial/bukal) (palatal)
Rahang Atas
I1 Arah jarum Di area foramen Nerv. Alveolaris Nervus
I2 membentuk sudut insisivum atau superior anterior Insisivus/ naso
C 45 terhadap
o
mukosa palatal palatinus
mukosa bukal di gigi ybs 0,5-1 cm
daerah MBF gigi dari cervical gigi
tsb Tsb

66
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

Posisi Operator dan Pasien saat tindakan anestesi lokal atau Pencabutan
Premolar 1 Arah jarum Pada mukosa Nerv. Alveolaris Nerv. Palatinus
Premolar 2 membentuk sudut palatal gigi yang superior media mayus
45 terhadap
o
bersangkutan 0.5-
mukosa bukal di 1 cm dari cervical
daerah MBF gigi gigi tsb atau pada
tsb area foramen
palatinus mayus
Molar 1 Arah jarum pada area foramen Akar mesio bukal : Nerv. Palatinus

membentuk sudut palatinus mayus Nerv.Alv superior mayus


45o terhadap media
mukosa bukal di Akar disto bukal
daerah MBF gigi dan palatal :
tsb Nerv. Alv.
Superior posterior
Molar 2 Arah jarum pada area foramen Nerv. Alv. Nerv. Palatinus
Molar 3 membentuk sudut palatinus mayus Superior posterior mayus
45o terhadap
mukosa bukal di
daerah MBF gigi
tsb

Regio Gigi Posisi insersi Posisi insersi Inervasi nervus Inervasi nervus
needle spuit needle spuit gigi (labial/bukal) gigi (lingual)
(labial/bukal) (lingual)
Rahang Bawah
I1 Arah jarum Infiltrasi Nerv. labialis Nerv. lingualis

I2 membentuk sudut Insersi 0,5-1 cm


C 45o terhadap dibawah cervical
mukosa bukal di gigi tsb
daerah MBF gigi
tsb
Premolar 1 Arah jarum Infiltrasi/Blok Nerv. Bukalis Nerv. Lingualis
Premolar 2 membentuk sudut mandibula
45o terhadap
mukosa bukal di
daerah MBF gigi
tsb
Molar 1 Arah jarum Blok Mandibula Nerv. Bukalis Nerv.
Molar 2 membentuk sudut Alveolaris
Molar 3 45o terhadap inferior
mukosa bukal di Nerv. Lingualis
daerah MBF gigi
tsb

67
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

4) Dislokasi TMJ
Penatalaksanaan dislokasi TMJ (temporomandibular joint) tergantung pada kejadian dislokasi.
Pada keadaan akut, sebaiknya segera dilakukan reposisi secara manual sebelum spasme otot
bertambah dalam. Sedangkan pada keadaan kronis rekuren diperlukan tindakan pembedahan
dan non pembedahan lainnya untuk menghindari redislokasi. Prosedur terapi manual
merupakan metode reduksi yang telah lama diperkenalkan. Tahapan penatalaksanaannya
adalah sebagai berikut:
1. Jika kemungkinan ada fraktur, perlu dilakukan rontgen foto terlebih dahulu. Jika tidak
ada trauma, dapat dilakukan proses penanganan secara langsung.
2. Pasien ditempatkan pada kursi yang tidak bersandaran dan menempel dinding sehingga
punggung dan kepala pasien bersandar pada dinding.
3. Sebelum melakukan pertolongan, balut ibu jari dengan kain kasa yang agak tebal untuk
mencegah tergigitnya ibu jari karena setelah berada pada posisi yang benar maka
rahang akan mengatup dengan cepat dan keras. Setelah itu gunakan sarung tangan.
4. Posisi operator berada di depan pasien.
5. Letakkan ibu jari pada daerah retromolar pad (di belakang gigi molar terakhir) pada
kedua sisi mandibula setinggi siku-siku operator dan jari-jari yang lain memegang
permukaan bawah mandibula (A).
6. Berikan tekanan pada gigi-gigi molar rahang bawah untuk membebaskan kondilus dari
posisi terkunci di depan eminensia artikulare (B).
7. Dorong mandibula ke belakang untuk mengembalikan ke posisi anatominya (C & D).
8. Jika tidak mudah untuk direlokasi, operator dapat merujuk untuk dilakukan rontgen
foto
9. Dapat dilakukan pemberian midazolam intra vena (untuk mengendorkan otot) dan 1-2
ml 1% lidokain intraarticular (untuk mengurangi nyeri). Injeksi dilakukan pada sisi kiri
daerah yang tertekan dari kondilus yang displacement.
10. Pemasangan Barton Head Bandage untuk mencegah relokasi dan menghindari pasien
membuka mulut terlalu lebar dalam 24-48 jam. Pasien juga diinstruksikan untuk diet
makanan lunak.
11. Pemberian obat berupa analgetik dan pelemas otot (jika perlu)

JANGAN LUPA!
1. Komunikasi dengan pasien (salam sapa senyum)
2. Memberikan penjelasan mengenai tujuan dan tindakan apa yang akan dilakukan
3. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
4. Membalut ibu jari dengan kain kasa dan menggunakan handscoon
5. Menempatkan ibu jari pada daerah retromolar dan gigi-gigi molar rahang bawah dan
keempat jari lainnya menahan rahang bawah
6. Melakukan tindakan reposisi
7. Memberikan instruksi pasca perawatan reposisi

68
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

___________________________________________________________________________
5) Pemeriksaan Trauma
• Tanda dan gejala:
a. Nyeri saat menggerakan rahang untuk mengunyah, berbicara dan menelan
b. Perdarahan dari rongga mulut
c. Maloklusi -> rahang tidak dapat dikatupkan
d. Trismus -> pembukaan kurang dari 35 mm (normal 40-60mm)
e. Pergerakan abnormal
f. Tidak mampu menutup rahang
g. Krepitasi tulang
h. Mati rasa pada bibir dan pipi
• Ada riwayat trauma
• Periksa saluran nafas. Penyumbatan bisa Karen lidah jatuh ke belakang atau tertutup
lendir, darah, muntahan, benda asing
• Pemeriksaan Ekstraoral
a. Adanya ekimosis dan pembengkakan di atas area trauma
b. Laserasi jaringan lunak
c. Jika terjadi perpindahan tempat fragmen, pasien tidak bisa menutup gigi anterior
dan mulut menggantung, kedur dan terbuka
d. Pasien sering terlihat menyangga RB dengan tangan
e. Air ludah bercampur darah dan mengalir pada sudut mulut
f. Palpasi lembut dari proc. Condyloideus pada kedua sisi dan diteruskan ke perbatasan
bawah mandibular
g. Jika fraktur mengenai saraf mandibular, bibir bawah akan mati rasa
• Pemeriksaan Intraoral
a. Serpihan gigi yang patah harus dikeluarkan
b. Periksa adanya ekimosis pada sulkus bukal atau sulkus lingual
c. Dengan hati hati lakukan palpasi pada area fraktur
d. Ibu jari dan telunjuk ditempatkan di kedua sisi mengecek mandibular yang tidak
wajar
e. Palpasi pada batas bawah mandibular dan area preaurikular
f. Iregularitas atau nyeri tekan mengindikasikan adanya fraktur
g. Metode pemeriksaan bimanual palpasi pada mandibular untuk mendeteksi fraktur
pada region tulang penyangga gigi
• Lanjutkan dengan pemeriksaan radiologi
False Movement
Untuk mengecek apakah ada fraktur mandibular
Cara:
a. Letakan kedua jari di intraoral
b. Corpus mandibular kanan dan kiri dipegang kemudian digerakan ke atas dank e bawah
secara berlawanan, sambil diperhatikan sela gigi dan gusi yang dicurigai fraktur
c. Bila ada pergerakan yang tidak sinkron antara kanan dan kiri maka false movement +.
Terutama jika ada perdarahan disekitar gigi.
Pemeriksaan Floating jaw
Untuk melihat pergerakan palatum durum dan gigi bagian atas
Tanda: edema pada wajah dan hipoestesia nervus infraorbital
Cara: Memegang gigi seri dan palatum durum lalu digerakan dorong masuk dan Tarik keluar
secara lembut.
_____________________________________________________________________

69
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

6) Cara pemeriksaan TMJ


A. Inspeksi
Dilakukan dengan posisi operator berada didepan pasien, sementara posisi pasien duduk
dengan posisi tegak di kursi gigi. Inspeksi dilakukan untuk melihat :
• Asimetris wajah dan deviasi rahang
• Pembukaan dan penutupan mulut maksimal
• Pembengkakan
• Gerakan fungsional rahang yang mampu dilakukan pasien
Pengukuran Bukaan Mulut
1. Instruksikan pasien untuk membuka dan menutup
mulut secara maksimal.
2. Ukur jarak interinsisal (laki-laki 57,5 mm, perempuan
54 mm, namun rata-rata dewasa normalnya 40 mm).

3. Ukur gerak protrusive dari midline maksila dan


mandibula (normal 7-10 mm).
4. Ukur gerak lateral dari midline maksila dan mandibula
(normal 7-10 mm untuk sisi keduanya baik ke kanan
maupun ke kiri).

B. Palpasi
Palpasi TMJ bertujuan untuk mengetahui jenis, arah, dan
posisi dislokasi, adanya fraktur kondilus, dan adanya abnormalitas fungsi pergerakan kondilus.
Pemeriksaan Otot
Periksa adanya nyeri pada otot :
1. Masseter (pada pipi kiri dan kanan).
2. Temporal (instruksikan pasien untuk mengoklusikan gigi geliginya dan diwaktu yang
bersamaan gerakkan rahang pada kedua sisi bergantian).
3. Pterygoideus Lateralis (dengan mennematkan jari dibelakan tuberositas maksila).
Palpasi Aurikular
1. Masukkan jari kelingking pada meatus acusticus
externus dengan tekanan ringan ke arah anterior.
2. Instruksikan pasien untuk membuka dan
menutup mulut. saat membuka mulut tanpa
gerakan ke anterior, rotasi kondilus akan teraba.
Pada gerakan ke anterior, kepala kondilus akan
terasa menjauh.

C. Auskultasi
1. Dilakukan dengan menggunakan stetoskop,
selanjutnya instruksikan pasien untuk membuka
dan menutup mulut.
2. Untuk mendengarkan bunyi abnormal yang
spesifik pada persendian, yakni clicking dan
krepitasi.

___________________________________________________________________________

70
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

7) Cara palpasi kelenjar tiroid


a. Posisi operator berada di depan pasien
b. Pasien duduk tegak dengan leher sedikit fleksi ke depan
untuk merelaksasikan m. Sternocleidomastoid
c. Letakkan jari telunjuk dibawah kartilago krikoid pada
leher penderita, kemudian diraba.
d. Amati gerakan kelenjar tiroid saat pasien diminta untuk
melakukan gerakan menelan.
e. Jika terdapat pembesaran kelenjar tiroid dinilai ukuran,
bentuk, adakah nodul di permukaan (halus atau ada
benjolan), adakah nyeritekan, dan apakah mengikuti
gerakan menelan.

8) Cara pemeriksaan limfonodi


Pemeriksaan limfonodi dengan palpasi dapat dilakukan pada bagian kepala dan leher. Palapasi
secara sistematis menggunakan jari telunjuk dan jari tengah. Posisi operator berada dibelakang
pasien, dan pasien diminta untuk duduk tegak. Dalam palpasi limfonodi akan dirasakan :
• Teraba/tidak
• Jumlah dan ukuran (single/multiple)
• Tenderness (sakit/tidak sakit)
• Konsistensi (keras/kenyal/lunak)
• Mobilitas (bergerak/tidak)
• Lokasi (unilateral dan bilateral)

A. Limfonodi Submental
• Pasien diinstruksikan untuk menunduk
• Palpasi bilateral dilakukan pada anterior limfonodi submental (bawah dagu)

B. Limfonodi Submandibula
• Pasien diinstruksikan untuk menunduk
• Limfonodi submandibula di plapasi pada bagina bawah mandibula

C. Limfonodi Anterior Servikal


• Identifikasi m.sternocleidomastoid terlebih dahulu
• Pasien diinstruksikan untuk menengok
• Letaknya di anterior m. Sternocleidomastoid

D. Limfonodi Deep Cervikal (Superior Inferior)


• Pasien diinstruksikan untuk menengok
• Letaknya di abagian atas dan bawah
m. Sternocleidomastoid

___________________________________________________________________________

71
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

9) AVULSI
Gigi avulsi + Laserasi 1 Cm Di Bibir
A) Perawatan Pertama Pada Pasien
1. Dilakukan debridmen terlebih dahul untuk menghilangkan kotoran pada
jaringan yang terbuka dengan menggunakan nacl 0,9%
2. Anesthesi infiltrasi
3. Kemudian suturing pada luka

B) Tata Laksana Gigi Avulsi


1. Gigi Di Letakkan Dalam Larutan Saline Atau Air Ludah Pasien
bila harus memegang gigi, jangan pernah sentuh bagian akar gigi karena akan merusak
sel-sel yang diperlukan untuk perlekatan. sentuh mahkota gigi saja dengan instrumen
yang sebelumnya telah di cuci di bwah air mengalir.
2. Anamnesis Riwayat Kejadian Untuk Menetukan Perawatan Selanjutnya
bila gigi terlepas dari soket lebih dari 2 jam maka dilakukan prosedur PSA terlebih
dahulu di luar rongga mulut
3. Pemeriksaan soket
Dilakukan untuk meyakinkan bahwa kondisinya masih bagus dan memungkinkan untuk
dilakukan replantasi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menekan (palpasi) pada
permukaan fasial dan palatal dari soket. Selanjutnya, soket dibersihkan dengan larutan
salin dan ketika gumpalan darah dan debris yang berada di dalamnya sudah bersih,
periksa dinding soket apakah terjadi abses atau kolaps. Penting juga dilakukan
pemeriksaan tulang alveolar untuk mengetahui apakah terjadi fraktur atau tidak
4. Secepat mungkin, gigi avulsi direplantasi pada soket tanpa menggunakan tekanan.
tulang bukal dan palatal di tekan perlahan dengan menggunakan jari karena mungkin
soket mengembang saat avulsi. splinting gigi. Cek gigi tesebut dengan rontgen
5. Pasien diberikan antibiotik dan antitetanus
6. Berikan edukasi pada pasien dan orang tua untuk selalu menjagabkesehatan mulut
7. Sarankan pasien untuk diet lunak

C) CARA FIKSASI EYELET


“Eyelet methode wiring” atau “Ivy Loop”
1. Siapkan alat dan bahan: set diagnostik, tang potong, needle holder, kawat dengan
diameter 0,35
2. Izin ke pasien dan jelaskan prosedur perawatan
3. Ambil kawat sesuai kebutuhan
4. Kawat dililitkan pada dua gigi saja, yakni, misalnya; gigi 11 & 21 yg dimulai pada
sepanjang bagian bukal gigi-gigi tsb, kemudian mengelilingi gig 21 dari bagian distal,
lingual dan masuk ke interdental di bagian mesial gigi 21, tembus ke bagian bukal tepat di
bawah kawat bagian bukal.
5. Selanjutnya kawat dibelokkan lagi ke interdental
mengelilingi kawat bukal dan melewati bagian
atasnya hingga menembus kembali interdental,
mengelilingi 21 bagian distal, lingual dan menembus
interdental bagian mesial gigi 11 hingga bertemu
dengan ujung kawat di bagian bukal. Akhirnya kedua
ujung kawat tadi dieratkan dan untuk lebih
memperketat fiksasi, maka belokan kawat di
interdental gigi 11 & 12 dipuntir,dieratkan sesuai
kebutuhan.

72
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

10) ALVEOLEKTOMI
Pasien Ingin Melakukan Alveolektomi Namun Memiliki Penyakit Sistemik Berupa DM
A) PERSIAPAN YANG HARUS DI LAKUKAN
1. pastikan Dm terkontrol
2. ketika akan dilakukan tindakan, pasien sebelumnya sudah sarapan dan suntik insulin.
dan tindakan di pakukan pagi hari
3. beri profilaksis sebelum tindakan
4. gunakan anestesi yang tidak mengandung vasokonstriktor karena akan membentuk
glikogenolisis di hati
B) LAKUKAN PEMASANGAN BENANG PADA JARUM TRAUMATIK

C) LAKUKAN PENJAHITAN CONTINUES (CLASIC) PADA BEKAS LUKA


1. Siapkan Alat Dan Bahan: benang, jarum traumatik, gunting, needle holder, kasa
2, jelaskan prosedur pada pasien
3. masukkan benang pada jarum menggunakan needle holder untuk memegang jarum.
Jepit jarum pada ujung pemegang jarum pada pertengahan atau sepertiga ekor jarum.
Jika penjepitan kurang dari setengah jarum, akan sulit dalam menjahit. Pegang needle
holder dengan jari-jari sedemikian sehingga pergelangan tangan dapat melakukan
gerakan rotasi dengan bebas.
4. mulai menjahit dengan membuat simpul terlebih dahulu. Simpul hanya pada ujung-
ujung jahitan, jadi hanya ada dua simpul. Bila salah satu terbuak maka jahitan ini akan
terbuaka seluruhnya.

11) Pasien Tidak Bisa Menutup Mulut Setelah Menguap Terlalu Lebar. Ada Foto Klinis, OPG Dan
Sefalometri
A) INTERPRETASIKAN FOTO KLINIS
terdapat open bite ada rahang pasien, terlihat keasimetrisan.
B) INTERPRETASIKAN TAMPAKAN OPG DAN SEFALOMETRI
dari radiografi terlihan caput condyle berada di anterior eminentia artikularis

73
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

C) DIAGNOSIS
Dislokasi Mandibula
D) PERAGAKAN PROSEDUR PERAWATAN
1. SSS
2. Cuci Tangan, Pakai Masker Dan Sarung Tangan
3. Alat Dan Bahan: Set Diagnostik Dan Kasa
4. Jelaskan Prosedur Pada Pasien
5. Instruksikan Pasien Untuk Duduk tegak dan sejajar lantai
6. balut kasa pada ibu jari, kemudian letakkan ibu jari tersebut pada daerah retromolar pad
(distal dari gigi terahir). 4 jari sisanya berada di lar mulut untuk menahan dan fiksasi
mandibula
7. lakukan tekanan ke inferior untuk membebaskan condyle dari posisi terkunci di anterior
eminentia artikularis
8. dorong mandibula ke posterior untuk mengembalikan condle ke fosa glenoidal
9. cek oklusi  reposisi dikatakan berhasil bila gigi geligi kembali dengan cepat pada posisi
normal karena adanya spasm otot maseter
10. pasang barton head bandage untuk mencegah redislokasi  fiksasi, dan instruksikan
pada pasien untuk tidak membuka nya selama minimal 24 jam
11. resepkan preda nyeri pada pasien
R/ asam mefenamat tan 500 mg no.XV
S 3 dd. tab 1. pc
E) INTRUKSI PADA PASIEN
1. diet lunak
2. jangan membuka mulut lebar
3. minum obat jika rasa sakit sudah timbul
4. jika ada keluhan kembali segera hubungi dokter

12) Pasien trismus pasca pencabutan gigi 47.


Pertanyaan :
1. Penyebab trismus
Trismus merupakan ketidak mampuan membuka mulut akibat spasme otot mastikasi.
Penyebab keadaan ini kemungkinan anantara lain adalah adanya
a. trauma karena waktu pencabutan yang terlalu lama
b. luka pada otot pterigoideus disebabkan oleh jarum (adanya injeksi yang berulang saat
blok n.alv inferior)
c. inflamasi luka post exodonsi
d. hematoma
2. Rencana perawatan
1. Medikasi Muscle Relaxan (Diazepam 2 mg S2dd atau Myonal 50 mg S 3 dd dan
Analgesik)
2. Instruksi :
- Kompres air hangat selama 20 menit
- Latihan buka tutup mulut secara perlahan setiap 3-4 jam
- Kontrol 7 hari. Jika tidak membaik  rujuk Sp.BM

13). Prosedur pencabutan gigi molar kanan atas


1. Senyum, sapa, salam pada pasien
2. Cuci tangan, pakai alat dan masker
3. Siapkan alat dan bahan
4. Jelaskan prosedur pencabutan yang akan dilakukan
5. Periksa vital sign

74
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

6. Minta pasien untuk mengisi informed consent


7. Posisikan pasien pada kursi gigi, periksa, dan pastikan kembali gigi yang akan diekstraksi
8. Lakukan anestesi infiltrasi
a. Lakukan asepsis dengan menggunakan cotton pellet yang telah dibasahi iod
b. Retrak area mucobuccal fold dengan kaca mulut
c. Masukkan jarum, bevel menghadap tulang dengan sudut 45 derajat pada mukobukal fold
d. Aspirasi, depositkan 1,5 cc pada nervus alveolaris superior media dan posterior
e. Masukkan jarum, bevel hadap tulang pada palatal gigi 16 atau bisa dengan melakukan
blok nervus palatinus majus, aspirasi dan deponir larutan anestesi sebanyak 0,5 cc
f. Tunggu 1-3 menit, periksa apakah pasien sudah merasa kebas atau belum

75
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

9. bersihkan area pencabutan, letakkan kapas/kasa yang diberi iod pada area pencabutan kemudian
pasien disuruh menggigit
10. Beri instruksi pasca pencabutan
• Gigit kasa 1 jam
• Tidak makan dan minum dalam 1 jam
• Tidak sering berkumur, meludah atau menghisap
• Tidak merokok
• Hindari makan dan minuman panas selama 1 hari, hindari minum menggunakan sedotan
• Apabila dalam 24 jam masih perdarahan diinstruksikan kembali ke drg

14) Insisi abses intra oral


1. Dudukkan pasien di dental chair
2. Lakukan anastesi topikal yaitu dengan semprotan chloretil (CE) pada daerah yang akan di
insisi (daerah fluktuan yang besar) sampai mukosanya nampak bersalju.
3. Dengan scalpel no.11, buat insisi pada daerah yang telah ditentukan dimana mata scalpel
diarahkan keatas tanpa menekan daerah fluktuasi atau abses sebab hal tersebut dapat
menimbulkan sakit.
4. Untuk memaksimalkan drainase (utamanya pada abses yang cukup luas), masukkan
hemostat yang tertutup ujung mulutnya ke dalam lubang insisi sampai ke dalam rongga pus
kemudian hemostat dibuka sehingga pus akan mengalir keluar. Cara ini disebut juga metode
Hilton dimana metode ini tidak merusak pembuluh darah ataupun nervus.
5. Buat drain dengan menggunakan selang karet dan dipertahankan pada posisisnya dengan
jahitan. Drain dengan selang karet dibiarkan selama 2-5 hari.
_____________________________________________________________________________

16) Pasien ingin cabut gigi 43 patah hingga setinggi margin gingive
1. Verbalkan cara anastesi
a. Ketuk pintu, salam, perkenalan
b. POsisikan pasien setinggi siku operator, kursi ditegakkan
c. Posisi operator di arah jam 6-8 (depan kanan pasien)
d. Asepsis daerah kerja dengan povidone iodine 10% (pake pinset + cotton pellet
di bagian mukobukal fold dan lingual)

76
TO OSCE OKT 2017
BEDAH MULUT

e. Insersi pada mukobukal fold regio 43 setinggi apeks gigi 43 untuk


menganastesi nervus alveolaris inferior dengan bevel menghadap ke tulang
sampai menyentuh tulang kemudian jarum ditarik sedikit, aspirasi, depunir secara
perlahan sebanyak 1,5 cc
f. Insersi pada daerah lingual regio 43 setinggi apeks gigi 43 untuk
menganastesi nervus lingualis dengan bevel menghadap ke tulang sampai
menyentuh tulang, aspirasi, depunir secara perlahan sebanyak 0,5 cc
g. Mengecek apakah anastesi sudah bekerja dengan cara membandingkan
daerah yang ternastesi dengan daerah seberangnya dengan menggunakan pinset
2. 3 jenis alat untuk ekstraksi
a. Bein
b. Tang ekstraksi gigi 43 (tang bersudut 90 dengan beak tertutup)
c. Scalped (blade 15)
d. Rasparatorium
e. Round bur untuk tulang
f. Bone file
g. Kuret

3. Verbalkan dan peragakan ekstraksi dengan cara open method


a. Posisikan pasien stinggu siku operator, posisi pasien arah jam 7
(depan kanan pasien)
b. Insisi dari distal gigi 43 menyusuri margin gingiva hingga mesial 43
kemudian dilanjutkan insisi vertikal oblique ke arah bukal
c. Membuka flap dengan rasparatorium
d. Pengurangan tulang di sekitar servikal gigi 43
e. Elevasi gigi 43 dengan menggunakan bein dari mesial kearah distal
hingga terasa goyang
f. Ekstraksi gigil 43 dengan tang sisa akar
g. Menghaluskan permukaan dengan bone file
h. Melakukan kuretase pada soket gigi
i. irigasi dengan menggunakan PZ
j. Mengembalikan flap dengan interrupted suturing dengan benang silk 3.0

77
TO OSCE OKT 2017
ORAL MEDICINE

ORAL MEDICINE
________________________________________________________________
1) Kasus Oral Squamous Cell Carcinoma
A. Anamnesis
a. Senyum sapa salam dan eye kontak
b. Tanyakan : Nama pasien, Usia, Pekerjaan, Alamat, Pendidikan terakhir.
c. Tanyakan Keluhan utama pasien
d. Tanyakan riwayat keluhan yang dirasakan pasien (PI): sejak kapan sariawan muncul?
Sariawan di bagian mana? Selain sariawan di mulut apakah ada bagian tubuh lain yang
mengalami hal serupa? Apakah terasa nyeri atau kebas? Sariawan dan nyeri muncul
biasanya dipicu oleh apa? Terasa membaik kalau diberikan apa? Apakah sariawan
kambuhan? Sudah diberi pengobatan apa saja?
e. PDH: apakah sudah pernah ke drg? Perawatan gigi apa yang sudah pernah dilakukan?
Berpa kali sikat gigi sehari dan kapan saja? Apakah pasien memiliki kebiasaan merokok,
kalau ya berapa banyak dalam sehari? Apakah pasien ada kebiasaan mengunyah sirih,
menggertakkan gigi (bruxism) atau clenching?
f. PMH: apakah sekarang sedang sakit? Adakah riwayat oenyakit serius? Apakah pernah
diopname? Adakah oenyakit menular (secara tersirat), Adakah alergi obat, makanan atau
cuaca? Adakah riwayat konsumsi obat dari dokter hingga sekarang? Jika mengalami
perdarahan apakah sembuh dengan cepat?
g. FMH: adakah anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama? Adakah penyakit
turunan?
h. SH: Pasien tinggal dengan siapa saja? Sidah menikah? Sedang banyak pekerjaan dan tugas?
B. Diagnosis : Suspect Skuamous sel karsinoma
C. KIE : Mengkomunikasikan kepada pasien bahwa keluhan yang diderita dicurigai adalah
skuamous sel karsinoma. Menginformasikan pada pasien bahwa keadaan ini adalah kondisi
yang disebabkan oleh kebiasaan buruk merokok pasien yang kronis. Menginformasikan
kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien dapat mengarah pada keganasan tetapi
bukan merupakan penyakit menular. Menginformasikan kepada pasien untuk memastikan
kebenaran penyakit yang diderita pasien diperlukan pengambilan jaringan dari sariawan
pasien atau disebut biopsi dan pasien akan dirujuk ke bagian Bedah Mulut. Mengedukasi
pasien untuk segera menghilangkan faktor penyebab yaitu berhenti merokok.
D. SURAT RUJUKAN
YK Dental Care
drg. Mariana
SIP. 12345678
Alamat: Sleman, Yogyakarta
Telp. 08125667345
Yogyakarta, 19 Oktober 2017
Kepada
Yth. drg....................
di RS.....................

Dengan hormat,
Bersama ini saya kirimkan pasien:
Nama : Alfa
Usia : 40 tahun
jenis kelamin : Laki-laki
Temuan klinis : Ulser dengan diameter 11 mm di lidah, indurasi positif, mudah berdarah dan sakit.
WD : Susp. Oral karsinoma sel skuamousa
Diketahui dari anamnesis bahwa kondisi pasien lemah, dan mengalami penurunan berat badan (kalau ada sebutin beraoa
kilo). Mohon penanganan di bidang TS. Atas kerja sama TS saya ucapkan terima kasih.
Salam sejawat,
drg. Mariana

78
TO OSCE OKT 2017
ORAL MEDICINE

2) Oral Lichenoid Drug Reaction

A. Resep dan surat rujukan

drg. Hulk
Jl. Shield no. 7 Yogyakarta
0274 123456
SIP. 123467890

R/Triamcinolone Acetonide 0,1% tube No.I


S.extend part dol

Pro : Thor
Umur : 35 th Gambar Oral Lichenoid Drug
JK : Laki-laki Reaction

SURAT KONSUL

Avenger Dental Clinic


drg. Hulk
Jl. Shield no. 7 Yogyakarta
0274 123456
SIP. 123467890

Yogyakarta, 19 Oktober 2017

Kepada
Yth. dr. Galgandot
Di RSUP dr. Sardjito

Dengan hormat,
Kami hadapkan pasien:
Nama : Thor
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Terban No. 320 Yogyakarta
Dengan temuan klinis berupa reaksi lichenoid oral yang disebabkan karena pemakaian obat-obatan.
Working Diagnosis : Oral Lichenoid Drug Reaction
Mohon konsultasi untuk penggunaan obat-obatan di bidang TS.
Atas kerjasama TS, kami ucapkan terimakasih.

Salam sejawat,

drg. Hulk

79
TO OSCE OKT 2017
ORAL MEDICINE

B. Edukasi pada pasien (KIE)

K Mengkomunikasikan bahwa kemungkinan keluhan yang dialami pasien dicurigai


sebagai Oral Lichenoid Drug Reaction
I Menginformasikan bahwa penyakit yang dicurigai dapat disebabkan oleh obat-
obatan yang dikonsumsi oleh pasien saat ini.
E Mengedukasi pasien agar melakukan konsultasi pada dokter yang memberi
obat-obatan yang dikonsumsinya saat ini untuk dilakukan penghentian karena
dapat menyebabkan reaksi lichenoid pada mulut.
Mengedukasi penggunaan obat kortikosteroid topikal berupa Triamcinolone
Acitonide 0,1%. Oleskan obat tersebut pada daerah yang sakit, jangan
dimainkan dan disentuh. Biarkan obat bekerja.

___________________________________________________________________________

3) SCC (Squamous Cell Carcinoma)


Gambaran Klinis
Nodula berwarna seperti kulit normal, permukaannya halus tanpa ada krusta atau ulkus dengan
tepi yang berbatas kurang jelas. Nodula kemerahan dengan permukaan yang papilomatosa atau
verukosa, menyerupai bunga kol. Ulkus dengan kusta pada permukaannya, tepi meninggi,
berwarna kuning kemerahan. Dalam perjalanan penyakitnya lesi akan meluas dan mengadakan
metastase ke kelenjar limfe regional atau organ-organ dalam.
Lokasi
Lokasi kanker dapat terjadi pada semua tempat di rongga mulut, antara lain mukosa bukal,
Processus alveolar dan gingiva rahang atas, Processus alveolar dan gingiva rahang bawah,
palatum durum, lidah, dasar mulut.
Cara mendiagnosis Karsinoma sel skuamosa
Pemeriksaan intra oral dilakukan untuk mengamati secara klinis adanya kelainan atau anomali
pada daerah mulut. Biopsi dilakukan bila ditemukan lesi yang dicurigai, maka dapat dilakukan
biopsi untuk melihat gambaran secara mikroskopis. Gambaran histopatologis pada karsinoma sel
skuamosa telah dijelaskan pada sub bab histopatologis karsinoma sel skuamosa.
Diferensial Diagnosis
- trumatik ulserasi
- inflamatorik ulserasi
- leukoplakia
- eritroplakia
KIE
K Mengkomunikasikan bahwa kemungkinan keluhan yang dialami pasien dicurigai
sebagai suatu keganasan yang disebut dengan karsinoma lidah / squamous cell
carcinoma. Kecurigaan ini didapatkan dari munculnya tanda klinis yang sesuai
dengan ciri khas penyakit ini, yaitu tidak sakit, diawali dengan timbulnya
sariawan yang tidak sembuh-sembuh, mengeras, dan mengakibatkan lidah sulit
bergerak. Selain itu, ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit keganasan.
Kecurigaan ini harus segera dikonfirmasi dengan beberapa pemeriksaan
penunjang.
I Menginformasikan bahwa penyakit yang dicurigai dapat disebabkan oleh
kebersihan mulut yang jelek, trauma kronik, dan gangguan alcohol serta
tembakau. Selain itu, penyakit ini dapat timbul pada tempat yang sesuai denagn
sumber iritasi kronis seperti gigi yang karies atau gigi yang busuk seperti sisa
akar gigi.

80
TO OSCE OKT 2017
ORAL MEDICINE

E Mengedukasi pasien untuk menjaga kebersihan dan kesehatan rongga


mulutnya, menghentikan mrtokok, dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke
dokter Spesialis Penyakit Mulut

Terapi Karsinoma Sel Skuamosa Oral


Lakukan rujukan pada Sp. Penyakit Mulut
Saat ini perawatan kanker rongga mulut yang dapat dilakukan adalah:
kemoterapi, radioterapi, imunoterapi,pembedahan dan terapi kombinasi

_________________________________________________________________________

4) Gingival enlargement et causa leukemia


Instruksi:
A. Anamnesa
B. Pemeriksaan penunjang
C. K.I.E
D. Perawatan
Jawaban:
A. Anamnesa
a. Senyum, salam, dan sapa
b. Perkenalkan diri
c. Tanyakan identitas pasien (nama, usia, alamat, pekerjaan)
d. Keluhan utama
e. History of present illness (berapa lama bengkaknya, apakah sudah pernah muncul
sebelumnya, apakah hilang timbul, mudah berdarah, apakah disertai demam/ lemah/
penurunan berat badan, apakah ada memar, bengkak, di bagian tubuh lain, kebiasaan
menyikat gigi, sudah diberikan pengobatan/ belum)
f. PMH (apakah ada penyakit sistemik, edukasi/ perawatan jangka panjang, apakah ada
alergi makanan/ obat/ cuaca, pernah rawat inap di rumah sakit/ tidak, jika sudah
pernah kemoterapi kapan terakhir kali kemoterapi)
g. PDH (apakah ada keluhan selain gusi bengkak, pernah ke dokter gigi/ tidak, perawatan
apa dan kapan, ada komplikasi apa tidak pasca perawatan)
h. FH (apakah ayah/ ibu/ kakak/ adik/ anak ada penyakit sistemik ada keluhan yang sama
atau tidak
i. SH (pekerjaan apa kebiasaan merokok/ minum alkohol, kebiasaan buruk bertopang
dagu, gigit kuku, dll.)
B. Pemeriksaan penunjang
a. Radiografi panoramik = untuk melihat keterlibatan/ destruksi tulang alveolar
b. Pemeriksaan darah = ukur WBC, RBC, Hb, Hct, Platelet count, neutrofil.
Normalnya = WBC = 8,72 Platelet = 94
RBC = 2,58 Neutrofil = 0,65
Hb = 7,8 Hct = 22,4
C. K.I.E = Komunikasikan ada pembengkakan gingiva di intra oral yang dinamakan gingival
enlargement, informasikan bahwa kondisi tersebut disebabkan efek penyakit leukemia/
manifestasi leukemia, edukasi bahwa kondisi ini dapat ditangani dengan kemoterapi untuk
mengurangi pembesaran gingiva.
D. Perawatan = apabila pasien belum menjalani kemoterapi, dilakukan penyuluhan tentang
pemeilharaan oral hygiene dan medikasi obat kumur chlorhexidin 0,2%.
R/ Minocep 0,2% garg ml 150 fl no I
S. coll.oris.

81
TO OSCE OKT 2017
ORAL MEDICINE

5) Pasien ada sisa akar di 36, 37, awalnya sariawan sakit, lama-lama membesar selama 10 bulan,
tidak sakit, dan mengeras, pasien sulit menggerakkan lidah, ibu pasien pernah kanker
payudara.
a. Diagnosis: suspek squamous cell carcinoma et causa trauma kronis sisa akar gigi
b. DD: eosinophilic ulcer
c. KIE
• K: mengkomunikasikan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa sariawan tersebut
kemungkinan mengarah pada keganasan yaitu SCC atau kanker lidah .
• I : menginformasikan pasien bahwa SCC atau kanker lidah merupakan kanker yang sering
terjadi di dalam mulut. Penyebab kanker ini bisa dari berbagai macam faktor seperti
trauma terus menerus, asap tembakau, alkohol, dan sinar matahari.
• E : mengedukasi pasien untuk menghilangkan faktor penyebab, pada kasus ini yaitu
melakukan pencabutan sisa akar 36 dan 37. Melakukan konsul ke bagian onkologi, diet
tinggi antioksidan, menjaga kebersihan mulut.

___________________________________________________________________________

6) Kasus candidiasis pseudomembran akut


Tentukan :
A. Diagnosis diferensial
B. Resep
C. Etiologi
Jawaban
A. Diagnosis diferensial
• Lichen planus
• Leukoplakia
B. Resep :
R/ Ketoconazole tab mg 200 No.X
S.1.d.d tab 1 p.c____________

R/ Nystatin oral susp Fl no.III


__S.4.d.d 1 ml________________

C. Etiologi :
Candidiasis pseudomembran akut merupakan penyakit infeksi opotunistik jamur candida
albicans. Faktor predisposisi terjadinya candidiasis pseudomembran adalah penggunaan
antibiotik spektrum luas dan kortikosteroid inhaler. Penggunaan antibiotik spektrum luas
dapat menekan bakteri dalam rongga mulut, sehingga terjadi ketidakseimbangan flora
normal pada rongga mulut. Keadaan ini meningkatkan pertumbuhan jamur candida albicans
sehingga menyebabkan infeksi pada rongga mulut. Penggunaan kortikosteroid yang
merupakan imunosupresan dapat menekan sistem imun tubuh sehingga memicu terjadinya
infeksi candida albicans. Agen inhaler dapat menyebabkan mulut kering karena laju curah
saliva berkurang sehingga memiliki kecenderungan terhadap munculnya infeksi oportunistik
candida albicans.

___________________________________________________________________________

82
TO OSCE OKT 2017
ORAL MEDICINE

7) Beningn migratory glossitis


• Verbalkan anamnesis lengkap ke pasien
• Verbalkan diagnosis ke pasien
• Komunikasi edukasi instruksi
1. Anamnesis
• Senyum, salam, sapa
• Tanyakan identitas: nama, umur, alamat, pekerjaan
• Keluhan utama
• Riwayat Keluhan utama: sejak kapan? Sebelah mana? Adakah hal serupa pada bagian
tubuh lain? Adakah nyeri? Apakah sudah pernah diobati?
• Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut: sudah pernah ke dokter gigi? Perawatan yang sudah
dilakukan? Kebiasaan menyikat gigi? Kebiasaan buruk (merokok? Ngunyah sirih?)
• Riwayat kesehatan umum: kondisi saat ini (sekarang sedang sakit tidak)? Adakah riwayat
enyakit serius? Pernah dirawat di rumah sakit? Ada penyakit menular? Ada alergi
obat/makanan/cuaca? Adakah riwayat atau masih mengonsumsi obat jangka panjang?
• Riwayat keluarga: adakah anggota keluarga dengan keluhan sama? Adakah sakit menurun?
• Riwayat sosial: tinggal dengan siapa? Sudah menikah? Sedang banyak pekerjaan?
2. Diagnosis: Benign migratory glossitis/geographic tongue
3. KIE
K: mengkomunikasi bahwa bercak kemerahan pada lidah pasien disebut dengan beningn
migratory glossitis.
I: menginformasikan bahwa beningn migratory glossitis bukan merupakan keganasan dan
disebabkan oleh papila atrofi lidah
E: mengedukasi pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut serta tidak memerlukan
perawatan khusus

_____________________________________________________________________________

8) Lichen Planus
• Diagnosis
• Deskrispi lesi
• Rencana perawatan
• KIE
• Menuliskan resep
• Cara penggunaan obat
• Membuat surat rujukan
1. Diagnosis: susp. Lichen Planus
2. Deskrispi lesi
• Retikuler
lesi berupa banyak garis-garis (Wickham striae) atau papula-papula putih halus yang
tersusun dalam suatu jaringan mirip jala pada mukosa bukal, bilateral simetris
• Atrofik
akibat dari atrofi epitel dan terutama tampak sebagai bercak-bercak mukosa yang merah,
tanpa ulserasi, biasanya pada attached gingiva
• Plak
Lesi berupa area menebal keputihan. Lesi tersebut umumnya dijumpai pada lidah.
• Erosif
Pada awalnya timbul vesikel atau bulla, yang akhirnya tererosi dan menjadi ulserasi. Lesi-
lesi yang matang mempunyai tepi-tepi merah tak teratur, pseudomembran sentral

83
TO OSCE OKT 2017
ORAL MEDICINE

nekrotik yang kekuning-kuningan dan bercak putih melingkar yang sering terdapat di
perifernya.
• Bulosa
Vesikel/bula dengan garis putih, tidak dapat dikerok
3. Rencana perawatan
1) KIE
2) Medikasi
3) Rujuk bagian penyakit mulut

4. KIE
K: mengkomunikasikan bahwa (tergantung temuan lesi) pada pasien merupakan suspek lichen
planus.
I: menginformasikan bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh autoimun yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti lingkungan, obat-obatan, genetik.
E: mengedukasi untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, diet tinggi kalor tinggi protein

5. Menuliskan resep
drg. Sasa
No SIP: 12345678
Alamat: Jalan Denta
No Telp: 08512345678
Yogyakarta, 21 Oktober 2017
R/ Methylperdnisolone tab mg 8 no LXXX
SUC .
R/kenalog in orabase mg 5 tube no I
S 3dd lit in oris .

6. Cara penggunaan obat


• Methylprednisolon
(TAPERING DOSE KORTIKOSTEROID)
Tablet diminum 8 kali sehari selama 2 hari, 7 kali sehari selama 2 hari, dan seterusnya sampai 2
kali sehari selama 2 kali
• kenalog dioleskan pada lesi 3 kali sehari

7. Membuat surat rujukan


drg. Sasa
No SIP: 12345678
Alamat: Jalan Denta
No Telp: 08512345678
Yogyakarta, 21 Oktober 2017
Kepada Yth. TS drg. Sp.PM
Di RSGM Melati

Dengan hormat,
Bersama ini saya kirimkan pasien
Nama : Mawar
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin: perempuan
WD: susp. Lichen Planus
Mohon penatalaksaanaan di bidang TS. Atas kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.
Salam sejawat,
drg. Sasa

84
TO OSCE OKT 2017
ORAL MEDICINE

9) EPULIS GRAVIDARUM
Pasien hamil 3 bulan, konsumsi multivitamin dari puskesmas, ohi sedang ada kalkulus supra
gingiva dan sub gingiva, terdapat benjolan di bag bukal gigi 13 dan 14, tidak sakit dan mudah
berdarah.
• Diagnosis
• Jelaskan kie pada pasien tersebut
1. Diagnosis: Epulis gravidarum
2. KIE
K: Mengkomunikasikan bahwa benjolan pada gusi pasien disebut dengan epulis gravidarum.
Benjolan tersebut disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormon pada masa kehamilan
pada trimester I dan juga kebersihan mulut pasien
I: Menginformasikan bahwa benjolan dapat mengecil setelah melahirkan
E: Mengedukasi untuk tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut pasien, dan apabila benjolan
tersebut mengganggu dan sakit serta berdarah terus menerus dapat dilakukan pengambilan
pada trimester II atau setelah kelahiran, juga tetap mengonsumsi multivitamin kehamilan.

__________________________________________________________________________________

10) EPHELIS
Skenario :
Pasien laki-laki dengan keluhan adanya perubahan warna hitam pada bibir sejak 1 minggu yang lalu.
Dan menjadi lebih gelap setelah terpapar sinar matahari. (Ada foto klinis dan histopatologi jaringan
seperti ephelis).
Pertanyaan :
1. Diagnosa dan diagnosa banding
Dx/ Ephelis
DDx/ Frcekle
2. Verbalkan deskripsi lesi sesuai foto klinis dan histopatologi
Deskripsi Lesi : Terdapat makula hitam kecoklatan pada bibir bawah (biasanya di vermillion
border) dengan ukuran …. (ukurannya biasanya <5 mm) berbatas jelas.
Histopatologi : Terdapat peningkatan pigmen melanin tanpa bertambahnya jumlah melanosit

3. KIE etiologi dan rencana perawatan


- Mengkomunikasikan kepada pasien bahwa warna kehitaman pada bibir adalah ephelis.
- Menginformasikan pada pasien kondisi tersebut disebabkan produksi pigmen yang aktif
berlebih karena paparan sinar matahari.

85
TO OSCE OKT 2017
ORAL MEDICINE

- Mengedukasi pasien bahwa kondisi tersebut tidak berbahaya dan tidak perlu penanganan
khusus. Namun jika keadaan tersebut mengganggu estetik, dapat dilakukan perawatan
berupa ablasi laser untuk menghilangkan lesi ini.

11) LICHENOID ORAL REACTION


Pertanyaan :
1. History taking oral lichenoid
Untuk oral lichenoid pokoknya dibaca dulu kasus ceritanya kira-kira mengarah kemana  Bisa
obat NSAID (Iibuprofen, naproxen) atau obat hipertensi (ACE inhibitor)
PI :
a. Sejak kapan?
b. Lokasi nya dimana saja? inget : UNILATERAL. Bisa di mukosabukal, lidah
c. Sakit ? sebenernya asimptomatik tapi kalau ada eritemnya biasanya nyeri dan panas
terbakar
d. Makin sakit jika seperti apa? biasanya saat makan makanan pedas
e. Pernah hilang muncul? Di tempat yang sama/beda?
f. Sudah pernah diberi obat? Obat apa?
g. Ada gejala lain?
PDH :
a. Pernah ke dokter gigi? Untuk tindakan apa?  biasanya kalau dia habis tambal AMALGAM
curiga jadi etiologi
PMH :
a. Punya penyakit berat?  hipertensi  harus curiga!!
b. Minum obat jangka panjang? obat anti hipertensi gol.ACE inhibitor, ex: captopril  curiga
etiologi
c. Pernah opname?
d. Ada alergi?
2. Rencana Perawatan :
a. Hilangkan etiologi
b. Ada tumpatan amalgam  bongkar
c. Riwayat konsumsi obat  konsul
d. Medikasi Triamcinolone Acetonide 0,1%

12) HERPES ZOSTER


Pertanyaan :
Infeksi herpes zooster, menentukan gambaran klinis, terapi.

a. Gambaran Klinis
Perjalanan penyakit : vesikel ulserasi (merah) area
kuning dan zona perdarahan (UNILATERAL)
Terdapat vesikel multiple yang dikelilingi area eritematous
pada *bibir / lidah / palatum / mukosabukal * sebelah ……
menyebar sampai kegaris tengah
b. Terapi
 Medikasi
Kalau baru 1-2 hari masih berupa vesikel  kasih
antivirus
R/ Acyclovir tab mg 200 No.XXXV
S 5dd tab I p.c

86
TO OSCE OKT 2017
ORAL MEDICINE

R/ Acyclovir cream 5% tube No I


S extend part dol

R/ Surbex Z No X
S 1 dd I

Kalau sudah >3 hari, udah jadi ulser  terapi supportif saja
R/ Tantumverdegargle 60 ml Fl No. I
S colloris

R/ Surbex Z No X
S 1 dd I

______________________________________________________________________________

13) RAS MAYOR


1. Anamnesa
a. Senyum, salam, dan sapa
b. Perkenalkan diri
c. Identitas pasien (nama, alamat, usia)
d. Keluhan utama
e. Riwayat keluhan utama (sejak kapan lesi muncul, bentuk awalnya seperti apa dan
seberapa besar, rasa sakit yang dirasakan seperti apa, apakah terjadi perkembangan,
apakah sudah berulang kali, apakah ukuran sariawan selalu sama/variasi, sejak umur
berapa sudah sering muncul sariawan, berapa lama durasi penyembuhan sariawan
setiap kali muncul, seberapa sering frekuensi muncul sariawan ini, apakah ada
pemicu sariawan sebelum terjadi {tergigit, terkena panas, tertusuk, sedang
menstruasi/hamil, kondisi stress, intake nutrisi}, sudah diberikan
perawatan/medikasi belum)
f. Past medical history (adakah riwayat penyakit sistemik {terutama anemia, kelainan
darah lain, penyakit imun, dan penyakit gastro-intestinal, riwayat herpes/chicken
pox}, alergi makanan/obat, riwayat opname rumah sakit, vaksinasi)
g. Past dental history (keluhan selain sariawan, pengalaman ke dokter gigi,
tindakan/perawatan gigi yang sudah dilakukan dan komplikasinya, riwayat menyikat
gigi, kebiasaan buruk seperti menggigit pipi, menghisap bibir dan bruxism/kerot-
kerot)
h. Family history (riwayat ayah/ibu/kakak/adik/anak mengenai kondisi sistemik
terutama kelianan darah seperti anemia, gastro-intestinal, dan riwayat sariawan
yang sama pada anggota keluarga {genetik})
i. Social history (riwayat kebiasaan seperti merokok dan minum alkohol, pekerjaan,
kondisi pekerjaan/pendidikan/keluarga yang memicu stress, pola istirahat, pola diet
sayur dan buah, intake nutrisi terutama vitamin B12, C, dan zat besi)

2. Deskripsi gambaran bentuk lesi RAS mayor

Ulkus yang muncul tidak disertai kondisi klinis lain (febris atau
malaise) dan biasanya tunggal, berbentuk oval, dan
berdiameter sekitar 1-5 cm. Ulkus besar, dalam, dan cekung
dengan bagian tengah menunjukkan area nekrotik ditutupi
selaput berwarna putih-kekuning dengan bagian tepi yang

87
TO OSCE OKT 2017
ORAL MEDICINE

menonjol dikelilingi area eritematous dan mengkilat, menunjukkan adanya edema dan
inflamasi. Ulkus RAS mayor dapat terjadi dimana saja pada mukosa rongga mulut, termasuk
mukosa non-keratin, seperti mukosa bukal dan labial, serta mukosa berkeratin seperti
gingiva dan lidah. Ulkus ini tidak berbahaya dan bukan keganasan, hanya saja rasa nyeri
dapat berlangsung selama 2 minggu atau lebih apabila tidak dibantu medikasi, dan biasanya
akan meninggalkan jaringan parut setelah penyembuhan yang menandakan keparahan dan
lamanya ulkus.

14) HFMD
Anamnesis
1. CC
2. PI
- Lokasi (Pada mukosa oral: mukosa bukal, lidah, palatum)
- Durasi : sejak kapa/ sudah berapa lama
- Keterlibatan bagian tubuh lain (Di ekstremitas yaitu tangan dan kaki, biasanya pada
telapak)
- Gejala yang menyertai (Demam, malaise, sore throat, mual)
- Pernah kambuh atau baru pertama kali
- Pengobatan yang sudah dilakukan
3. PMH
- Riwayat penyakit sistemik
- Riwayat alergi obat
- Riwayat hospitalisasi
- Apakah sedang dalam pengobatan dokter atau konsumsi obat jangka panjang
- Riwayat imunisasi atau vaksinasi
4. PDH
- Pernah ke dokter gigi sebelumnya
- Perawatan yang pernah dilakukan
- Kebiasaan menyikat gigi
- Kebiasaan buruk : mengunyah satu sisi, bruxism
5. FH
- Riwayat penyakit sistemik orang tua
- Adanya keluarga dengan keluhan yang sama
6. SH
- Merokok dan alkohol
- Pekerjaan saat ini
- Apakah sudah menikah, punya anak
- Tinggal dengan siapa
- Suka jajan atau membawa bekal sendiri
- Suka makan sayur dan buah
- Sedang banyak pekerjaan atau tidak, adakah kesulitan belajar
- Apakah di lingkungannya ada yang memiliki keluhan sama

Diagnosis : Hand Foot Mouth Disease (HFMD) atau Flu SIngapura


K.I.E :
1. Diagnosis : Hand Foot Mouth Disease / Flu Singapura
2. Etiologi : Virus Coxsackie
3. Perjalanan penyakit : transmisi/penularan melalui fecal-oral
4. Merupakan penyakit menular namun bukan merupakan keganasan dan bisa sembuh.

88
TO OSCE OKT 2017
ORAL MEDICINE

5. Perawatan: dengan diet TKTP (Tinggi Kalori, Tinggi Protein), Konsumsi multivitamin 1x sehari,
Jaga kebesihan mulut, dan obat kumur anestetikum (Aloclair atau Tantum Verde) untuk
membantu mengurangi rasa sakit sehingga pasien bisa makan

89
TO OSCE OKT 2017
ORTODONSIA

ORTODONSIA

1) Pasien 14 tahun dengan central diastema 1 mm, maloklusi kelas I tipe 1 dan 5. Relasi molar
neutroklusi. kebutuhan ruang RA kanan 0, RA kiri -1 mm, RB kanan 0, RB -0,5 mm. 11
distoversi, 12 mesiolabiotorsiversi, 31 41 mesiolinguotorsiversi
A. Rencana perawatan pasien tersebut:
RA:
a. edukasi pasien
b. pencarian ruang : tidak perlu, hanya memanfaatkan distema sentral.
c. koreksi malposisi: mesialisasi gigi 11 menggunakan finger spring di distal 11
d. oklusal adjustment
e. retainer
RB:
a. edukasi pasien
b. pencarian ruang : slicing hingga diperoleh ruangan yang dibutuhkan
c. koreksi malposisi: continious spring pada mesial 31 dan 41
d. oklusal adjustment
e. retainer
B. Gambar desain alat RA

2) Free Way Space


a. Verbalkan dan lakukan pemberian titik untuk free way space:
Pemberian titik untuk pengukuran free way space adalah titik Subnasal (Sn) dan Pogonion (Pg)
b. Verbalkan dan lakukan pengukuran dimensi vertikal saat rest position (VDRP)
• Instruksikan pasien menutup mulut dalam posisi istirahat.
• Lakukan pengukuran dari titik Sn-Pg dengan jangka sorong
• Catat hasil VDRP
c. Verbalkan dan lakukan pengukuran saat oklusi sentrik (VDO)
• Instruksikan pasien menutup mulut dalam posisi oklusi sentik (menggigit dan menelan
ludah)
• Lakukan pengukuran dari titik Sn-Pg dengan jangka sorong
• Catat hasil VDO
d. Hitung free way spacenya
Freeway space: jarak antar oklusal pd saat mandibula dlm posisi istirahat
• Fws = VDRP-VDO
Free way space (fws) adalah (VDRP) dikurangi (VDO)
___________________________________________________________________________

90
TO OSCE OKT 2017
ORTODONSIA

3) Crossbite anterior
A. Diagnosis
Mungkin : Maloklusi Angle kls I tipe Dewey 3
B. Rencana Perawatan
• Edukasi pasien
• Pencarian ruang dan distribusi ruang
• Koreksi crossbite anterior menggunakan plat dengan peninggi gigitan miring rahang bawah
• Koreksi malposisi gigi individual
• Penyesuaian oklusi
• Pemakaian retainer
Plat dengan peninggi gigitan miring rahang bawah. Peninggi gigitan ini berupa plat pada rahang
bawah dengan perluasan berupa penebalan plat membentuk dataran miring pada permukaan
lingual gigi-gigi anterior rahang bawah.
Indikasi pemakaian : Kasus-kasus maloklusi Angle klas I (neutroklusi) yang disertai dengan cross
bite atau palatoversi gigi anterior atas, pemakaian alat ini dimaksudan agar gigi-gigi anterior atas
proklinasi dan cross bite terkoreksi.
Mekanisme kerja alat : Dengan alat ini, gigi-gigi anterior rahang atas yang linguoversi akan
bergerak ke labial, mandibula terdorong ke belakang, gigi-gigi posterior elongasi dan beroklusi
pada relasi yang baru. Alat ini juga dapat menimbulkan efek intrusi disamping proklinasi pada gigi
depan atas sehingga dapat menyebabkan open bite pada gigi anterior, oleh karena itu pemakaian
alat ini harus segera dihentikan apabila cross bite telah terkoreksi.
C. Gambarkan desain alat

Macam-macam bentuk dataran gigitan :


A. Maxillary plate bite plane
B. Maxiilary inclined bite pane
C. Mandibulary inclined bite plane
D. Maxiilary Sved bite plane
E. Maxiillary hollow bite plane

___________________________________________________________________________

4) Crossbite anterior 12, 11, 21, 22.


Soal :
1. Gambar desain dengan peninggi gigitan, skrup ekspansi, dan penjangkaran anterior posterior.
2. Jelaskan fungsi masing-masing alat
3. Jelaskan cara aktivasi dan waktu aktivasi

91
TO OSCE OKT 2017
ORTODONSIA

Jawaban:
1. Desain alat

2. Fungsi alat :
• Skrup ekspansi = untuk mengekspan lengkung gigi ke arah anterior
• Adam klamer = sebagai retensi alat ortodonsi
• Peninggi gigitan posterior = mencegah kontak oklusal gigi gigi anterior sehingga gigi gigi
yang crossbite dapat terkoreksi
• Labial bow = untuk menahan lengkung gigi, sebagai retensi didaerah anterior
3. Cara aktivasi skrup ekspan =
• Dengan kunci ekspansi, diputar searah arah panah sebanyak ¼ putaran (900) sehingga
basis akrilik saling menjauh dan bagian servikal akan menekan gigi.
• Aktivasi 1 minggu sekali sebanyak ¼ putaran. Tiap ¼ putaran dapat membuka 0,2 mm.

5) Radiografi sefalometri : interpretasi S, N, A, B?

S (Sella turcica) : titik tengah fossa hipofisial


N (Nasion) : titik paling anterior sutura frontonasalis
A (Subspinal) : titik paling dalam pada kurvatura premaksilaris antara spina nasalis anterior
dengan prostion
B (Supramental) : titik paling antara infradental dan pogonion

SNA - Posisi antero-posterior maksila terhadap basis crani


- Sudut ini untuk menentukan apakah maksila protrusif atau retrusif terhadap basis krani
- Rerata sudut SNA 82, jika >82 berarti maksila protrusif, kalo <82 maksila retrusif. Nilai
rentang SNA biasanya 82±2

SNB - Posisi antero-posterior mandibula terhadap basis crani

92
TO OSCE OKT 2017
ORTODONSIA

- Sudut ini untuk menentukan apakah mandibula protrusif atau retrusif terhadap basis
krani
- Rerata sudut SNB 80, jika >80 berarti mandibula protrusif, kalo <80 mandibula retrusif.
Nilai rentang SNB biasanya 80±2

ANB - Selisih antara SNA-SNB


- Rerata sudut ANB 2, jika ANB > normal berarti kecenderungan skeletal kelas 2, jika ANB <
2 kecenderungan skeletal kelas 3.
___________________________________________________________________________

6) Pasien usia 10 th dengan gigi depan atas spacing dan proklinasi


1. Diagnosis & alasan
Soal yang didapat hanya menjelaskan kalau gigi anterior RA pasien spacing dan protrusif,
tidak menjelaskan hubungan molar/caninus/skeletalnya, jadi tidak bisa ditentukan
maloklusinya kelas berapa. Prediksi diagnosisnya adalah :
• Maloklusi Angle kelas 1 tipe 2 Dewey, alasan :
Hubungan molar I permanen neutroklusi termasuk Angle tipe 1, sedangkan adanya
gigi anterior RA yang protrusif termasuk klasifikasi maloklusi Angle kelas 1 tipe 2
modifikasi Dewey.
• Maloklusi Angle kelas 2 tipe 1, alasan :
Hubungan molar 1 permanen distoklusi sehingga ada kecenderungan gigi RA
anterior protrusif karena overjet yang besar.
2. Desain alat
Teorinya umur 10 th caninus permanen RA belum erupsi (11-12 th), kemungkinan besar
spacingnya karena ugly duckling stage (7–11 th), jadi spacenya akan menutup kalau caninus
permanen RA sudah erupsi sempurna. Karena soal tidak lengkap jadi kemungkinan
desainnya begini.
Perawatannya : tetap diretraksi dan mesialisasi, tetapi
diobservasi untuk antisipasi ruang untuk erupsi caninus
permanen (coba ditanyakan aja ke dosen)
Komponen :
1. Plat akrilik
2. Short labial bow dengan u-loop pada gigi 53 dan 63
3. Cantilever tunggal / finger spring pada 12,11,21,22
4. Adam klamer pada 16 dan 26

3. Cara perhitungan momen gaya ortodontik


Moment = force x distance
- Distance adalah jarak tegak lurus dari pusat
tahanan/resistensi gigi hingga titik dimana gaya oleh alat
ortodontik diaplikasikan pada gigi
- Force adalah gaya yang diberikan pada gigi oleh alat
ortodontik
- Moment adalah kecenderungan gigi akan berotasi ketika
diberi gaya

93
TO OSCE OKT 2017
ORTODONSIA

4. Cara aktivasi alat :

Labial Aktivasi :
bow (sumber : bimbel kampus)
1) Aktifkan sisi mesial dari vertical loop
dengan menggunakan tang pipih
2) Labial bow akan tertarik semakin tegang,
lalu aktifkan sampai kira-kira 1 mm di
posterior gigi incisivus
3) Sesuaikan labial bow dan posisikan di 1/3
incisal
(sumber : BPSL UB)
1) Loop dipegang dengan tang (A)
2) Tekuk kaki loop bagian mesial atau
sempitkan loop dengan tang (B)
3) Kaki horizontal busur akan bergerak ke
arah incisal (C)
4) Kaki busur diatur dengan menahan loop
dan menempatkan busur labial di
permukaan tengah gigi (D)
Pergerakan yang dihasilkan : retraksi gigi
anterior ke palatal
Cantilever Aktivasi (sumber : BPSL UB)
tunggal/ 1) Menarik lengan pegas ke ara pergerakan
finger gigi atau dengan menekan koil sehingga
spring lengan pegas bergerak ke arah yang
didinginkan
2) Perlu diperiksa apakah posisi pegas dan
titik kontak dengan gigi sudah benar
3) Pada kunjungan pertama dilakukan
aktivasi ringan dengan defleksi antara 1-2
mm, sedangkan pada kunjungan
berikutnta defleksi dapat sampai 3 mm
Alat : tang setengah bulat/ tang pipih ujung
runcing
Pergerakan yang dihasilkan : pergerakan ke
mesial / distal, dalam kasus ini didesain
untuk pergerakan ke mesial
Adam Aktivasi :
klamer Dengan tang pipih, lengan adam klamer
bagian mesial dan distal diposisikan turun /
ke servikal sehingga arrowhead dapat tepat
menyentuh undercut.
Yang perlu diperhatikan untuk mencapai
retensi :
- Pundak adam klamer harus
menyentuh kontak poin
interproksimal gigi sehingga tidak
menyebabkan traumatik oklusi
- Crossbar/bridge setinggi 2/3 jarak
antara margin gingiva sampai oklusal
dan berjarak < 1.5 mm dari
permukaan bukal gigi
- Arrowhead harus terletak pada
undercut yaitu di atas margin gingiva
pada aspek distobukal dan mesiobukal

94
TO OSCE OKT 2017
ORTODONSIA

7) Skenario :
Crossbite 21 terhadap 31. Overjet -3 overbite 4.

Pertanyaan :
1. Tuliskan klasifikasi maloklusi (Soal Kurang Lengkap)
Kemungkinan klasifikasi maloklusi:
Maloklusi Klas I Angle modifikasi Dewey tipe 3 (crossbite anterior)
2. Rencana perawatan
Ekspansi anterior dengan maxillary posterior bite plane
3. Desain alat

- Plat dasar akrilik


- Adam klamer di gigi 16 dan 26
- Labial arch dengan u-loop pada gigi 14 dan 24, serta lengan labial arch masuk ke
interdental 14 – 15 dan 24 – 25.
- Sekrup ekspansi arah antero-posterior
- Maxillary posterior bite plane pada gigi 15 – 17 dan 25 – 27
Fungsi Masing-Masing Komponen
1. Plat dasar akrilik, berfungsi untuk:
a. mendukung komponen-komponen lainnya, seperti tempat penanaman basis sekrup
ekspansi, adam klamer, busur labial
b. meneruskan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif ke gigi penjangkar
c. mencegah pergeseran gigi – gigi yang tidak akan digerakkan
d. melindungi spring – spring di daerah palatal
e. menahan dan meneruskan kekuatan gigitan
2. Adam klamer, berfungsi untuk:
a. menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut
b. mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi
c. membantu fungsi gigi penjangkar/anchorage untuk menghasilkan kekuatan pertahan
yang berlawanan arah dengan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif untuk
menggerakkan gigi
3. Labial arch, berfungsi untuk:
a. untuk mempertahankan lengkung gigi dari arah labial
b. untuk mempertinggi retensi dan stabilisasi alat
c. Sekrup ekspansi sagittal ke arah anterior  untuk melebarkan lengkung gigi maksila ke
arah anterior sehingga gigi gigi yang crossbite anterior maksila dapat dikoreksi karena
terprotraksi.
4. Maxillary posterior bite plane  untuk mencegah kontak oklusal gigi – gigi anterior sehingga
gigi – gigi yang crossbite anterior dapat dikoreksi.

Cara aktivasi:
- memasifkan labial arch dengan cara melonggarkan u-loop labial arch  agar gigi-gigi
anterior maksila tidak terhalang saat diprotraksi dengan ekspansi
- mengaktivkan sekrup ekspansi dengan kunci ekspansi yang diputar searah jarum jam

95
TO OSCE OKT 2017
ORTODONSIA

(sesuai panah) sebanyak ¼ putaran (90o) sehingga basis akrilik saling menjauh dan bagian
servikal akan menekan gigi.

Waktu aktivasi:
- 1 – 2 kali seminggu sebanyak ¼ putaran. Tiap ¼ putaran (90o) dapat membuka 0,2 mm.
maksimal sekrup ekspansi akan membuka sebanyak 4 – 5 mm.
_________________________________________________________________________________

8) Pertanyaan :
Menghitung dan menentukan indeks wajah
1. senyum, salam, sapa
2. mengkomunikasikan prosedur yang akan dilakukan, tujuannya, dan meminta izin pasien
(informed consent)
3. Cuci tangan sesuai prosedur WHO, menggunakan masker, lalu gloves
4. mempersiapkan alat dan bahan
5. Posisikan pasien duduk tegak menghadap ke depan
6. Tandai titik Nasion dan Gnation untuk pengukuran panjang wajah
7. Lakukan pengukuran dengan sliding caliper dari N-Gn (A) untuk mengukur panjang wajah
kemudian catat
8. Tandai zigomatic untuk pengukuran lebar wajah
9. Lakukan pengukuran dengan sliding caliper mengukur bizigomatic (B) untuk mengukur
panjang wajah kemudian catat
10. Lakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut

Indeks muka =Tinggi muka ( A) (Jarak N– Gn) x 100


Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik)

Klasifikasi indeks muka :


 Hipo Euriprosop : < 80,0
 Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0– 84,9
 Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0– 89,9
 Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0–94,9
 Hiper Leptoprosop : > 94,9
__________________________________________________________________________________

9) GARIS STEINER
Dari slide drg. Wayan
Steiner S-line untuk menentukan keseimbangan wajah jaringan lunak sering digunakan oleh
ortodontis saat ini. Menurut Steiner, bibir dalam keseimbangan yang baik, apabila menyentuh
perpanjangan garis dari kontur jaringan lunak dagu ke pertengahan S yang dibentuk oleh tepi bawah
hidung. Garis ini disebut sebagai S-line.

96
TO OSCE OKT 2017
ORTODONSIA

Dr sumber :
Analisis Jaringan Lunak
Analisis jaringan lunak pada dasarnya adalah catatan grafis dari pengamatan visual yang dilakukan
dalam pemeriksaan klinis pasien. Analisis jaringan lunak mencakup penilaian terhadap adaptasi
jaringan lunak dan profil tulang dengan mempertimbangkan ukuran, bentuk, dan postur bibir seperti
terlihat pada sefalometri lateral. Steiner, Ricketts, Holdaway, dan Merrifield mengembangkan
kriteria dan garis referensi untuk keseimbangan profil wajah. meskipun tidak ada konsep yang
seragam tentang apa yang merupakan profil ideal, garis Steiner (S-line) adalah acuan untuk
menentukan keseimbangan wajah pada jaringan lunak secara luas digunakan dalam ortodonti
sampai saat ini (Gambar 1). Menurut Steiner, bibir atas dan bibir bawah harus menyentuh garis yang
membentang dari kontur jaringan lunak dagu ke tengah batas bawah hidung.

Gambar 1. Garis S (a) Ideal (b) Protrusif (c) Retrusif.10

Bibir yang terletak di luar garis ini cenderung menonjol dalam hal gigi dan rahang, rahang dan gigi ini
biasanya membutuhkan perawatan ortodonti untuk mengurangi kecembungan tersebut. Jika posisi
bibir di belakang garis ini, profil pasien umumnya ditafsirkan sebagai profil cekung. Koreksi ortodonti
biasanya diperlukan untuk memajukan gigi dalam lengkung gigi sehingga menyentuh S-line.

10) Anak 13 tahun overjet 4 mm, overbite 3 mm, 11 distolabioversi, 32,31,41,42 linguoversi
ALD(analyzing Length discrepancy) RA= -1mm, RB= -2mm, SNA SNB normal
Diagnosis: Maloklusi Kelas I Angle tipe 2 (rahang atas protrusif)
• Rencana perawatan:
1. Edukasi pasien  mengedukasi pasien bahwa keluhan pasien adalah Maloklusi Angle
Kelas I tipe 2, karena SNA dan SNB pasien normal maka keadaan pasien adalah
maloklusi dental tanpa melibatkan skeletal. mengedukasi pasien bahwa jika pasien
kooperatif dalam menggunakan alat, prognosis perawatan pasien akan baik.
2. Pencarian ruang dan distribusi ruang  dengan cara slicing/grinding gigi geligi anterior
RA dan gigi geligi anterior RB

97
TO OSCE OKT 2017
ORTODONSIA

3. koreksi linguoversi gigi anterior rahang bawah menggunakan continuous spring;


4. koreksi distolabioversi 11 dengan menempatkan simple spring di distal gigi
5. Penyesuaian oklusi
7. Pemakaian retainer
• Desain alat
1. Simple Spring diameter 0,6-0,7 mm  komponen aktif
2. Klamer Adam (0,7-0,8 mm)  komponen pasif
3. Labial bow (komponen aktif dan pasif)
4. Plat resin akrilik (komponen pasif)
5. Continuous Spring (komponen aktif)

11) Lip sucking


• Klasifikasi: Maloklusi Kelas I Angle tipe 2
Alasan :
Adanya bad habit pasien yaitu menggigit-gigit bibir bawah. Kebiasaan buruk pada anak-anak
sering dihubungkan dengan keadaan psikologis penderitanya. Kebiasaan yang sering dilakukan
pada anak usia 4-6 tahun ini, dapat merubah kedudukan gigi depan atas ke arah depan,
sedang gigi depan bawah ke arah dalam. Gigi yang protrusi akibat dari kebiasaan mengisap
bibir bawah sejak kecil menyebabkan anak sering menjadi bahan pembicaraan teman-
temannya, sehingga secara psikologis anak merasa kurang percaya diri. Oleh sebab itu,
intensitas mengisap bibir bawah juga semakin meningkat. Selain menyebabkan protrusi,
kebiasaan ini juga dapat membuat pertumbuhan gigi menjadi tertahan. Kestabilan dan posisi
gigi banyak mempengaruhi keseimbangan otot-otot sekitarnya. Kekuatan dari otot-otot
orbicularis oris dan otot-otot buccinator yang diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan
dari lidah. Keseimbangan otot-otot daerah sekitar mulut dapat mengganggu apabila pasien
memiliki kebiasaan buruk seperti mengisap ibu jari, menjulurkan lidah, mengisap bibir, dan
bernafas melalui mulut. Gigi berada dalam keadaan keseimbangan dinamis yang konstan.
Keseimbangan kekuatan antar otot yang dipercaya dapat mempengaruhi posisi dan kestabilan
dent alveolar complex. Graber mendeskripsikan mekanisme otot-otot buccinator. Dalam
mekanisme ini, kekuatan yang mendorong gigi
dihasilkan oleh otot orbicularis oris, otot buccinators,
otot penarik superior pharyngeal yang
diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari
lidah. Kerja yang berlebihan otot-otot orbicularis
mempengaruhi pertumbuhan kraniofasial, memicu
terjadinya penyempitan lengkung gigi, mengurangi
ruang untuk gigi dan lidah serta terhalangnya
pertumbuhan mandibula

• Tampakan klinis:
proklinasi I atas, retroklinasi I bawah, hipertrofi bibir bawah, cracking of lips
• Desain alat:

98
TO OSCE OKT 2017
ORTODONSIA

12) Pasien 15 tahun datang dengan keluhan gigi depan atas maju. Profil cembung, gigi protrusi,
diskrepansi 10 mm, tumpang gigit 5 mm, jarak gigit 6 mm. bibir hipertonus.
1. Rencana perawatan
a. Instruksi menghilangkan kebiasaan buruk
b. Ekstraksi 14 dan 24
c. Koreksi jarak gigit
d. Koreksi deep bite
e. Evaluasi
f. Fase retensi
2. Desain alat
a. Busur labial dari mesial 15 – mesial 25
b. Pegas kantilever tinggal pada gigi 13 dan 23
c. Peninggian gigit anterior
d. Klamer adams pada gigi 16 dan 26 sebagai penjangkaran
e. Lempeng akrilik

99
TO OSCE OKT 2017
IKGM

IKGM
1) Seorang dokter gigi akan membuka klinik. Disebutkan berbagai kondisi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman.
A. Tuliskan analisa SWOT berdasarkan nomor tabel
1. Strengths(Kekuatan)
Pengertian Strenght / kekuatan adalah segala sumber daya yang dimiliki perusahaan
baik sumber daya manusia, keterampilan, soft skill, maupun keunggulan lain yang
dimiliki perusahaan yang mana dihubungkan dengan para pesaing perusahaan serta
kebutuhan pasar. Kekuatan adalah sebuah persaingan khusus yang mampu
memberikan keunggulan daripada perusahaan lain dalam hal kompetisi.
2. Weakness(Kelemahan)
Weakness / kelemahan merupakan suatu keterbatasan serta kekurangan dalam
sebuah perusahaan (dalam hal sumber dayanya, kapabilitas karyawannya, serta
penguasaan keterampilan dimana nantinya akan menghambat kinerja perusahaan ke
depannya. Keterbatasan lain yang dapat menghambat jalannya perusahaan antara
lain : fasilitas, tunjangan, sumber daya keuangan perusahaan, kapabilitas manajemen,
serta kelihaian bagian pemasaran.
3. Opportunities(Peluang)
Peluang merupakan suatu kesempatan yang sangat penting yang sangat ditunggu oleh
masing-masing perusahaan. Peluang-peluang yang datang ini pada umumnya bersifat
akan menguntungkan perusahaan. Namun terkadang peluang yang datang ini belum
tentu langsung bisa disambut oleh perusahaan tersebut dikarenakan kendala-kendala
tertentu.Contoh peluang yang kedepannya bisa mendatangkan keuntungan kepada
perusahaan antara lain perubahan teknologi, peningkatan hubungan dengan pembeli
maupun supplier, dan lain-lain.
4. Threats(Ancaman)
Kebalikannya dengan peluang, Ancaman adalah situasi penting yang tidak
menguntungkan perusahaan. Hal ini menjadi pengganggu jalannya roda bisnis
perusahaan dan mengancam posisi perusahaan di dalam pasar, maupun mengganggu
tujuan perusahaan. Contoh ancaman yang sering dihadapi perusahaan yaitu aturan-
aturan baru dari pemerintah yang sangat merugikan pengusaha.
B. Lakukan komunikasi kepada dokter gigi dan anda berperan sebagai konsultan manajemen
praktek.
Manajemen kesehatan mencakup hal berikut:
1. Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menetapkan alternative
kegiatan untuk pencapaiannya.
2. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan menajemen untuk
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Actuating (directing, commanding, motivating, staffing, coordinating) atau
fungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staff agar
mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya
sesuai dengan ketrampilan yang telah dimiliki, dan dukungan sumber daya yang
tersedia.
4. Controlling (monitoring) atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah
proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi
penyimpangan.

100
TO OSCE OKT 2017
IKGM

Dalam praktek dokter gigi harus memperhatikan beberapa manajemen yaitu :


1. Manajemen sumber daya manusia (personalia)
2. Manajemen keuangan (mengurusi cashflow keuangan)
3. Manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan)
4. Manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen (melayani
pelayanan kesehatan masyarakat)
___________________________________________________________________________

2) Penyuluhan ibu-ibu karena banyak makan pempek, sikat gigi teknik bass
Perhatikan :
1. Sasaran penyuluhan : perseorangan atau kelompok
2. Tingkat pendidikan sasaran penyuluhan
3. Alat bantu penyuluhan
Poin-poin edukasi :
1. Menjelaskan struktur gigi yang sehat
2. Menjelaskan pengaruh kebiasan makan pempek terhadap gigi
Perubahan patologi erosi gigi berupa demineralisasi permukaan jaringan keras gigi, pertama-
tama terjadi pelarutan kristal apatit. Pelarutan ini dapat terjadi oleh karena adanya zat asam
kuat, misalnya asam klorida, asam sitrat dan asam fosfor yang melekat pada permukaan gigi.
Pada erosi gigi, demineralisasi terjadi pada prisma enamel berlanjut sampai ke daerah
batang prisma dan interprimatik membentuk struktur seperti sarang lebah. Struktur prisma
enamel menjadi tidak beraturan diikuti dengan hilangnya enamel yang bervariasi. Hubungan
antara kadar asam (pH) pada permukaan gigi dan waktu konsumsi makanan dan minuman
ditunjukkan dalam Kurva Stephan. Dimana pH rendah menunjukkan kondisi asam, pH tinggi
menunjukkan kondisi alkanitas. Ketika pH pada permukaan gigi di bawah 5,5 (pH kritis)
permukaan gigi mengalami kerusakan. Kurva Stephan menunjukkan peningkatan akumulasi
asam pada permukaan gigi (penurunan pH) segera setelah kita makan atau minum sesuatu.
Setelah menelan saliva akan mengencerkan sisa-sisa yang tertinggal di mulut, dengan ini
dapat mengurangi potensi kerusakan permukaan gigi. Diperlukan sekitar 20 menit untuk
saliva dalam menyingkirkan cairan erosif yang berkontak dengan permukaan gigi sampai pH
melebihi 5,5 (BIKIN KATA-KATA YG TIDAK ILMIAH)
3. Menjelaskan cara pencegahannya :
a. DHE modikasi perilaku makan pempek, seperti :
konsumsi makanan/minuman hanya pada waktu makan, Waktu makan/minum tidak
boleh lama, tidak boleh mengulum makanan/minuman dalam mulut, Usahakan minum
susu, air putih atau makan keju setelah mengkonsumsi minuman ringan yang
mengandung asam bagi menetralkan pH rongga mulut dan Jangan menyikat gigi segera
setelah mengkonsumsi makanan/minuman
b. Sikat gigi yang teratur  edukasi caranya juga.

101
TO OSCE OKT 2017
IKGM

Teknik Bass
Teknik penyikatan ini ditujukan untuk
membersihkan daerah leher gingival dan
untuk ini, ujung sikat dipegang
sedemikian rupa sehingga bulu sikat
terletak 45º terhadap sumbu gigi geligi.
Ujung bulu sikat mengarah ke
leher gingival. Sikat kemudian ditekan
kearah gingiva dan digerakkan dengan
gerakan memutar yang kecil sehingga
bulu sikat masuk ke daerah
leher gingival dan juga terdorong masuk
diantara gigi geligi. Teknik ini dapat
menimbulkan rasa sakit bila jaringan terinflamasi dan sensitive. Bila gingival dalam keadaan sehat,
teknik bass merupakan metode penyikatan yang baik, terbukti teknik ini merupakan metode yang
paling efektif untuk membersihkan plak.

___________________________________________________________________________

3) DIABETES MELITUS
Pasien dicurigai DM, obese, jarang makan sayur dan buah, jarang olahraga, ada
poster dan brosur, riwayat keluarga DM.
a. KIE manifestasi DM di rongga mulut
b. Pertanyaan pasien: gigi goyang mau diapakan? Kenapa bisa bau mulut?
Jawab:
A. KIE
• K:mengkmunikasikan bahwa terdapat penyakit jaringan pendukung gigi yang
menyebabkan gigi goyang
• I: menginformasikan hal tersebut dapat terjadi karena banyak hal seperti
kebersihan mulut yang buruk serta penyakit seperti DM
• E: mengedukasi pasien untuk berhati-hati karena DM dapat terjadi karena gaya
hidup yang kurang baik seperti kurang makan sayur dan buah, jarang olahraga
serta berat badan yang berlebih. Meminta pasien untuk berhati-hati juga
karena ada riwayat DM di keluarga, karena kemungkinan resiko terkena DM
pada pasien menjadi lebih tinggi. Menyarankan pasien untuk memeriksakan
dirinya ke dokter untuk melakukan pemeriksaan lengkap. Menyarankan juga
untuk mulai gaya hidup sehat, olahraga, makanan seimbang serta selalu
menjaga kebersihan rongga mulut.
B. Pertanyaan pasien
Untuk keluhan gigi goyang sebaiknya memastikan dulu kadar gula darah pasien.
Jika terkontrol/ tidak lebih dari batas di SRP dulu baru nanti di splinting.Bau mulut
bisa dikarenakan kebersihan mulut yang buruk, atau penumpukan debris
makanan di lidah (coated tongue) karena pada penderita DM aliran darah perifer
menurun sehingga lebih rentan terdapat penyakit periodontal serta memudahkan
hidup bakteri dan jamur. Selain itu bau mulut bisa juga karena ketidakmampuan
tubuh untuk mengubah gula darah menjadi energy sehingga energy didapatkan

102
TO OSCE OKT 2017
IKGM

dari pembakaran lipid/lemak dengan sisa metabolism berupa keton yang dapat
menyebabkan bau mulut.

__________________________________________________________________________

4) Prevalensi, DMFT, sikat gigi metode Bass


A. Prevalensi adalah jumlah total kasus penyakit spesifik pada suatu waktu dalam suatu
populasi.
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
Rumus Prevalensi = 𝑥𝑥 100%
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝

B. DMF-T
D = Jumlah gigi karies, meliputi juga tambalan sementara, karies sekunder, dan sisa akar.
M = Jumlah gigi permanen yang dicabut karena karies.
F = Jumlah gigi yang telah dirawat/ditambal.

DMF-T = D + M + F
𝐷𝐷+𝑀𝑀+𝐹𝐹
Rata-rata DMF-T =
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑

C. Teknik Sikat Gigi Metode Bass


Pemilihan sikat gigi: sikat gigi dengan bulu sikat halus, ujung kepala membulat dan kecil
supaya dapat menjangkau area gigi posterior.
Sikat dipegang sehingga bulu sikat menghadap ke apeks dan diletakkan 450 terhadap
sumbu panjang gigi. Sikat kemudian digetarkan sehingga bulu sikat masuk ke area
interdental dan sulkus gingiva hingga seluruh permukaan gigi tersikat. Untuk regio
lingual/palatal gigi anterior, sikat digunakan dalam arah vertikal menggunakan ujung sikat
untuk dapat memasuki daerah gingiva dengan baik.

___________________________________________________________________________
5) HIPOPLASIA ENAMEL
Skenario :
Pasien anak 12 tahun datang bersama ibunya dengan keluhan adanya bercak putih kekuningan di
gigi rahang atas dan bawah. Anamnesa : keluhan sudah ada sejak kecil, tidak ada riwayat sistemik,
tidak konsumsi obat2an, sikat gigi 2x sehari pagi dan malam. (Ada foto klinis, seperti hipoplasia
enamel)

103
TO OSCE OKT 2017
IKGM

Pertanyaan :
1. Verbalkan dan jelaskan diagnosa
a. Hipoplasia enamel :
Kelainan yang terjadi karena adanya gangguan saat pembentukan matriks email, sehingga
permukaan email tidak sempurna atau cacat.
b. Penyebab :
 Faktor sistemik  trauma waktu lahir, infeksi, gangguan nutrisi, penyakit metabolik,
bahan kimia.
 Faktor lokal  adanya trauma atau infeksi yang mengenai gigi.
c. Gambaran Umum :
 Faktor sistemik  dapat mengenai seluruh gigi sulung dan tetap
 Faktor lokal  mengenai satu atau beberapa gigi

2. Verbalkan dan jelaskan diagnosa banding


a. Hipokalsifikasi email  bercak putih/opak, bentuk gigi normal, sering mengenai gigi I RA
b. Amelogenesis imperfekta  ada ceruk, lekukan, defek horizontal atau vertikal, ketebalan
gigi normal, berwarna kecoklatan, rapuh dan lunak, ada riwayat keluarga yang memiliki
kelainan serupa.
3. Verbalkan dan jelaskan gambaran klinis dan perawatan kasus
a. Gambaran Klinis :
 Permukaan gigi tidak halus, nampak tipis
 Ada defisiensi struktur berupa pit atau groove di permukaan email
 Kondisi parah  tidak ada struktur email di permukaan gigi
 Perubahan warna, dari putih susu - kuning - coklat
 Insisal gigi mudah terkikis dan patah  dentin terbuka  gigi lebih sensitif : termal,
asam
 Bentuk anatomi gigi tidak baik
b. Perawatan Kasus :
 Mengurangi sensitifitas gigi dengan pemberian topikal aplikasi SnF2 8%-10% 
meningkatkan remineralisasi email yang porus, agen antibakteri
 Untuk usia dibawah 18 tahun, karena masih dalam tahap pembentukan apeks gigi,
dilakukan perawatan restorasi semi permanen sambil menunggu pasien cukup umur
untuk menerima restorasi permanen. Tujuan pemberian restorasi semi permanen
adalah menurunkan sensitifitas gigi, menaikkan vertikal dimensi dari oklusi, dan menjaga
vitalitas pulpa gigi.
 Restorasi semi permanen posterior  mahkota logam
Restorasi semi permanen anterior  mahkota logam yang diberi facing komposit 
estetis
 Setelah umur 18 tahun  apeks gigi sudah tertutup sempurna, ganti dengan restorasi
permanen  porselen.

6) Pertanyaan :
Penyuluhan tentang karies, dan sikat gigi metode bass

104
TO OSCE OKT 2017
IKGM

Penyuluhan tentang karies :


1. Beri informasi tentang fungsi gigi. Fungsi gigi diantara nya :
a. Mengunyah Makanan. Makanan sebelum ditelan harus dikunyah dahulu hal ini berguna
untuk :
 Menghancurkan hingga lembut sehingga mudah ditelan.
 Membantu proses pencernaan dilambung dan usus, sehingga beban lambung dan
usus dalam mencerna makanan menjadi ringan.
 Mencegah timbulnya makanan yang tersedak.
b. Mengucapkan kata-kata dengan jelas.
c. Membentuk wajah menjadi harmonis.
d. Untuk kecan� kan dan penampilan yang lebih baik.
2. Beri informasi tentang anatomi gigi. Bagian-bagian gigi terdiri dari :
a. Email : bagian terluar dari gigi. Gunanya melindungi bagian bagian dalam gigi dari
rangsangan panas dan dingin. Email merupakan jaringan terkeras dari seluruh
tubuh kita.
b. Dentin : bagian dalam sesudah email yang berwarna lebih kuning dari email.
Disini terdapat ujung-ujung syaraf yang berasal dari pulpa.
c. Pulpa : tempat syaraf-syaraf, pembuluh darah dan pembuluh getah bening dari
gigi yang memberi kehidupan pada gigi.
d. Tulang rahang : tempat tertanamnya akar gigi, disebut tulang alveolar.
e. Cementum : bagian yang melapisi seluruh permukaan akar gigi
f. Jaringan periodontal (serat selubung akar gigi) : serabut-serabut yang
menyelubungi akar gigi yang melekat pada cementum dan alveolar. Gunanya
untuk menahan tekanan agar tidak langsung mengenai tulang.
3. Beri informasi tentang karies.
1. Karies adalah kerusakan jaringan gigi hingga membentuk lubang. Kerusakan ini
ditandai/diawali dengan tumbuhnya bercak putih pada permukaan gigi, yang lama
kelamaan membentuk lubang.
2. Plak adalah lapisan tipis pada permukaan gigi yang tidak berwarna dan melekat
pada permukaan gigi. Plak ini terdiri dari sisa-sisa makanan yang halus, zat
perekat dan kuman-kuman.
3. Bakteri/kuman-kuman yang ada didalam plak bersama sisa makanan akan
bereaksi menghasilkan asam dan racun, asam yang dihasilkan kuman akan
menyebabkan kerusakan jaringan gigi sedangkan racunnya akan menyebabkan
radang gusi.

Skemanya adalah sebagai berikut :


Bakteri/kuman + sisa makanan  asam + racun (terdapat pada plak), asam +
permukaan gigi  karies gigi
4. Perjalanan karies :
 Karies email : Karies ini baru menyerang bagian email sampai perbatasan email dan
dentin. Karies ini kadang kadang tidak terlihat, tapi bila diraba dengan alat sonde
sudah ada yang menyangkut. Biasanya tidak merasakan keluhan apa-apa hingga
terasa linu bila ada rangsangan terutama rangsangan dingin. Pengobatan di dokter
gigi lebih mudah dan murah biasanya hanya 1 x kunjungan pasien sudah ditambal
karena lubangnya masih kecil.
 Karies dentin : Karies ini sudah meliputi dentin kalau tidak tertutup makanan, kita
dapat melihat lubangnya. Bila tertutup makanan dapat dibersihkan dulu dengan
sonde, baru terlihat lubangnya. Pasien biasanya mengeluh bila kemasukkan

105
TO OSCE OKT 2017
IKGM

makanan sakit/linu apalagi dengan rangsangan dingin/manis, akan terasa lebih linu
lagi. Pengobatannya masih mudah biasanya 2 x Kunjungan baru ditambal.
 Karies mencapai pulpa / Karies dalam : Karies ini sudah mencapai dentin yang dalam
sampai perbatasan dengan pulpa atau sampai ke pulpa. Lubang gigi akan terlihat
tanpa alat. Bila pulpanya masih hidup, pasien akan mengeluh sakit senut-senut
sampai tidak bisa tidur. Bila pulpanya sudah mati pasien tidak mengeluh sakit tapi
bila dipakai mengunyah akan terasa sakit karena biasanya jaringan di sekitar akar
gigi sudah terinfeksi. Bila tetap didiamkan lama kelamaan gusi menjadi bengkak dan
bernanah. Pengobatan pada gigi dengan profunda ini lebih sulit dan kunjungannya
harus beberapa kali. Bila sudah bengkak dan bernanah sudah tidak dapat ditolong
lagi sehingga harus dicabut.

Sikat Gigi Metode Bass :


1. Sikat dipegang sehingga serabutnya menghadap ke apeks
2. Letakkan pada tepi gingiva dengan sudut 45o terhadap sumbu panjang gigi.
3. Sikat digerakkan ke arah vertikal dari gingival ke oklusal

Cara menyikat gigi yang benar :


1. Menyiapkan sikat gigi dan pasta yang mengandung Fluor ( salah satu zat yang dapat
menambah kekuatan pada gigi ).
2. Berkumur-kumur dengan air bersih sebelum menyikat gigi
3. Seluruh permukaan gigi disikat dengan gerakan maju mundur pendek-pendek atau memutar
selama ± 2 menit ( sedikitnya 8 kali gerakan setiap 3 permukaan gigi )
4. Berikan perhatian khusus pada daerah pertemuan antara gigi dan gusi.
5. Lakukan hal yang sama pada semua gigi atas bagian dalam. Ulangi gerakan yang sama untuk
permukaan bagian luar dan dalam semua gigi atas dan bawah.
6. Untuk permukaan bagian dalam gigi rahang bawah depan, miringkan sikat gigi seperti dalam
gambar no.5. Kemudian bersihkan gigi dengan gerakan sikat yang benar.
7. Bersihkan permukaan kunyah dari gigi atas dan bawah dengan gerakan-gerakan pendek dan
lembut maju mundur berulangulang.
8. Sikatlah lidah dan langit-langit dengan gerakan maju mundur dan berulang-ulang.
9. Janganlah menyikat terlalu keras terutama pada pertemuan gigi dengan gusi, karena akan
menyebabkan email gigi rusak dan gigi terasa ngilu.
10. Setelah menyikat gigi, berkumurlah 1 kali saja agar sisa fluor masih ada di gigi
11. Sikat gigi dibersihkan dengan air dan disimpan tegak dengan kepala sikat di atas.
12. Waktu menyikat gigi sebaiknya pagi hari sesudah makan dan malam hari sebelum tidur.

106
TO OSCE OKT 2017
IKGM

7) Melakukan penelitian, karena kekurangan orang maka butuh perawat gigi untuk
membantu. Penelitian dilakukan pada orang dewasa.
1. Verbalkan ke perawat gigi apa index yang dipakai untuk mendeteksi keparahan karies.
Menjelaskan kepada perawat gigi bahwa indeks yang dipakai untuk mendeteksi
keparahan karies berdasarkan WHO adalah indeks DMF-t. DMF-t adalah ukuran yang
dinyatakan dengan angka tentang keadaan suatu golongan atau kelompok terhadap
penyakit karies gigi.
2. Verbalkan cara perhitungannya.
Cara perhitungan indeks DMF-t adalah dengan kriteria sebagai berikut :
a. D (decay) = gigi yang mengalami karies , yang masih bisa ditambal maupun
tidak. Termasuk tambalan sementara dan karies sekunder.
b. M (missing) = gigi yang telah hilang akibat karies.
c. F (filling) = gigi yang telah ditambal permanen dan keadaannya masih baik.
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝐷𝐷 + 𝑀𝑀 + 𝐹𝐹
𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 − 𝑡𝑡 =
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
3. Alat apa saja yang dipakai?
Alat yang digunakan dalam pengukuran indeks DMF-t adalah
a. Kaca mulut
b. Probe
c. Senter
d. Alat tulis
e. Kertas pencatat dengan tabel DMF

8) Penyuluhan kepada ibu hamil.


1. Penyakit apa saja yang ada dalam mulut?
Penyakit dalam rongga mulut yang menjadi manifestasi keadaan kehamilan adalah
a. Karies gigi
b. Gingivitis kehamilan
c. Epulis gravidarum
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya penyakit tersebut?
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit tersebut
a. Karies gigi

107
TO OSCE OKT 2017
IKGM

Kebersihan gigi dan mulut dan serangan asam akibat mual dan muntah saat
kehamilan akan mempercepat proses terjadinya karies gigi.
b. Gingivitis kehamilan
Gingivitis kehamilan diakibatkan karena faktor lokal yaitu plak yand didukung
oleh faktor horminal saat kehamilan yang menyebabkan respon terhadap
faktor lokal meningkat.
c. Epulis gravidarum
Faktor utama penyebab timbulnya epulis gravidarum adalah plak namun
didukung oleh faktor hormonal, trauma, dan infeksi.

3. Jelaskan faktor hormonal


Faktor hormonal pada ibu hamil yang menyebabkan penyakit di rongga mulut adalah
selama kehamilan akan terjadi peningkatan hormon progesteron hampir 10 kali lipat
dari normal. Hal ini menyebabkan respon terhadap iritan dan vaskularisasi meningkat
karena terjadinya vasodilatasi pembuluh darah. Oleh karena itu ketika terjadi
rangsangan atau iritan yang ringan sangat mudang memicu terjadinya peradangan
pada gingiva.
4. Cara menjaga kesehatan gigi dan mulut.
a. Pada saat mual dan muntah hindari mengulum permen terus menerus karna akan
meningkatkan keparahan karies gigi.
b. Apabila muntah-muntah hendaknya setelah itu langsung berkumur agar tidak
terjadi retensi asam dalam rongga mulut.
c. Menyikat gigi minimal 2x sehari setelah sarapan dan sebelum tidur.
d. Kontrol ke dokter gigi apabila terdapat masalah dalam rongga mulut dan rutin 6
bulan sekali.
e. Menggunakan sikat gigi dengan bulu yang lembut dan sikat gigi diganti maksimal
setiap 3 bulan.
f. Mengurangi makanan manis dan lengket.
g. Memperbanyak makan makanan yang berserat yaitu sayur dan buah.

5. Makanan apa saja yang harus dikonsumsi?


- Makanan yang banyak mengandung asam folat (sayuran hijau dan buah)
- Makanan yang tinggi zat besi (daging, kacang-kacangan, sayuran hijau)
- Konsumsi kalsium yang tinggi (susu, yoghurt, keju)
- Makanan yang tinggi vit D dan C
- Konsumsi garam dengan yodium
_________________________________________________________________________________

9) EROSI
Pasien usia 5 tahun diantar ibunya mengulahkan gigi sakit saat makan manis, dingin, dan
panas.
1. Diagnosis
Sebelumnya harus dilakukan anamnesis dengan lengkap untuk menggali kemungkinan
etiologinya. Pada anak harus ditanyakan kebiasaan buruk dan perilaku yang sering
dilakukan anak-anak. Pada kasus anak tersebut suka makan dan minum yang
mengandung asam dan memiliki riwayat penyakit maag. Oleh karena itu diagnosisnya
adalah lesi erosi.
Dx/ lesi erosi

108
TO OSCE OKT 2017
IKGM

2. Etiologi
Etiologi dari kasus tersebut adalah faktor kimiawi berupa asam yang berasal dari
makanan dan minuman asam yang sering dikonsumsi dan riwayat muntah karena
maag yang menyebabkan reflux asam lambung. Faktor kimiawi yang menempel pada
permukaan gigi akan menimbulkan erosi pada lapisan gigi yaitu enamel dan dentin,
serta meningkatkan metabolisme bakteri untuk men deminaeralisasi lapisan gigi.
3. Instruksi DHE
a. Sikat gigi minimal 2 kali sehari setelah sarapan dan sebelum tidur.
b. Mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang asam. Apabila minum
yang asam atau bersoda sebaiknya menggunakan sedotan sehingga zat asam
tidak menempel di gigi.
c. Setelah makan dan minum yang manis atau asam dapat langsung
membersihkan rongga mulut dengan berkumur-kumur.
4. Alternatif perawatannya
a. Restorasi dengan menggunakan SIKMR pada daerah servikal dan SIK pada
daerah oklusal.
b. Perawatan TAF untuk meningkatkan remineralisasi gigi sehingga dapat
mencegah terjadinya karies.
_________________________________________________________________________________

10) Hasil survey di SDN wilayah setempat, indeks kebersihan mulut 2,6 dan indeks karies 4,6.
a. Interpretasikan dan informasikan data perilaku anak kepada orang tua
b. Interpretasikan dan informasikan data kebersihan mulut kepada orang tua
c. Interpretasikan dan informasikan data karies kepada orang tua
d. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada orang tua

a. ???
b. Berdasarkan hasil survey kebersihan mulut di SDN menunjukan bahwa murid SDN tersebut
memiliki indeks kebersihan mulut sedang.
c. Berdasarkan hasil survey kebersihan mulut di SDN menunjukan bahwa setiap murid SDN
tersebut memiliki 4 sampai 5 gigi yang karies.
d. Hasil tersebut menunjukan bahwa kebersihat mulut murid harus ditingkatkan dan indeks
karies murid harus diturunkan dengan cara meningkatkan kebiasaan sikat gigi dengan pasta
gigi berfluoride minimal dua kali sehari yaitu setelah sarapan dan sebelum tidur. Selain itu
menyarankan murid-murid untuk makan makanan yang berserat, mengurangi makanan yang
manis dan lengket, dan mengurangi minuman asam dan bersoda. Selain itu menyarankan
orang tua untuk memberikan makanan selingan di jam makan besar agar mengurangi resiko
karies. Murid juga disarankan minum minuman manis dengan menggunakan sedotan agar
cairan tidak terlalu lama berada di dalam mulut. Mengajak murid untuk memeriksa giginya
minimal 6 bulan sekali. Menambalkan gigi yang masih bisa dirawat. Meningkatkan
remineralisasi dengan topikal aplikasi fluor di dokter gigi atau melakukan kumur larutan
fluor. Menambalkan gigi yang memiliki parit yang dalam pada permukaan kunyah gigi.

11. MEDICAL COMPROMISED - UNPAD


Pertanyaan :
1. KIE gula darah tinggi
 Mengkomunikasikan kepada pasien bahwa terdapat gigi yang berlubang dan harus dilakukan
pencabutan namun pemeriksaan gula darah menunjukkan angka di atas normal sehingga
pencabutan harus ditunda

109
TO OSCE OKT 2017
IKGM

 Menginformasikan kepada pasien bahwa keadaan gula darah yang tinggi harus ditangani
terlebih dahulu sampai keadaan normal sebelum dilakukan pencabutan. Hal tersebut untuk
menghindari komplikasi. Gula darah tinggi dapat menyebabkan perdarahan dan infeksi
peradangan pasca pencabutan.
 Mengedukasi pasien untuk melakukan perawatan dengan dokter Spesialis Penyakit Dalam
untuk menurunkan angka gula darah. Setelah keadaan normal dapat kembali lagi untuk
dilakukan pencabutan.
2. Surat rujukan

Dental Clinic
drg. Hulk
Jl. Shield no. 7 Yogyakarta
0274 123456
SIP. 123467890

Yogyakarta, 19 Oktober 2017

Kepada
TS Bagian Penyakit Dalam
Di RSUP dr. Sardjito

Dengan hormat,
Bersama ini kami hadapkan pasien:
Nama :
Usia :
Jeniskelamin :
Hasil pemeriksaan : Gigi belakang kanan bawah (45,46) kavitas mencapai pulpa. Pasien
memiliiki riwayat diabetes mellitus. Hasil pemeriksaan dengan cek gula darah sewaktu
sebesar 280 mg/dL.
Diagnosis : Nekrosis pulpa gigi 45 dan 46

Akan dilakukan tindakan pencabutan gigi 45 dan 46 dengan anestesi lokal. Mohon
penatalaksanaan di bidang TS, agar dapat dilakukan tindakan tersebut. Pasien masih
dalam perawatan kami. Atas kerjasama TS, kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

drg. Hulk

110
TO OSCE OKT 2017
IKGM

12.DHE pada kasus erosi

• Menjelaskan pengertian erosi gigi:


Erosi gigi merupakan proses hilangnya jaringan keras pada gigi akibat zat kimia yang bersifat
asam. Mineral gigi yang berkontak dengan zat yang bersifat asam akan larut dan
menyebabkan erosi gigi.

• Menjelaskan penyebab erosi gigi:


- Erosi dapat disebabkan oleh zat asam yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh.
- Zat asam yang berasal dari luar tubuh bersumber dari makanan, minuman, obat, dan
lingkungan. Contoh makanan yang bersifat asam adalah buah-buahan dengan konsentrasi
asam sitrat tinggi, seperti apel, jeruk nipis, jeruk, dan nanas. Makanan yang memiliki kuah
atau cairan yang asam (pH < 7), misalnya acar atau pempek dapat menyebabkan erosi
pada gigi.Minuman yang bersifat asam adalah jus jeruk, minuman bersoda, dan cuka.
Erosi akan lebih cepat berkembang apabila mengkonsumsi makanan dan minuman yang
sifatnya asam.
- Obat-obatan dapat menyebabkan erosi karena kadar keasamannya atau karena obat
menyebabkan xerostomia yang cenderung mengurangi saliva dan mengurangi efek
protektif pada gigi. Obat-obatan yang dapat menyebabkan erosi adalah salbutamol dan
terbutaline.
- Zat asam penyebab erosi juga dapat berasal dari dalam tubuh. Misalnya pada individu
dengan GERD, Sjogren syndrome, atau gangguan psikologis seperti bulimia dan anorexia.
Penyakit GERD merupakan penyakit yang disebabkan asam lambung yang naik dari
lambung melewati esophagus dan ke dalam rongga mulut. Pada saat tidur, asam lambung
akan berada lebih lama dalam mulut. Asam lambung ini dapat menyebabkan iritasi pada
esophagus dan menyebabkan kerusakan gigi (erosi). Pada pasien GERD keausan terjadi
pada permukaan oklusal atau insisal, dan lingual. Erosi berlebih pada insisal dan oklusal
merupakan tanda awal GERD sehingga dokter gigi dapat mendeteksi awal penyakit
- GERD.
- Kondisi psikologis seperti bulimia dapat menyebabkan erosi gigi. Individu dengan bulimia
mempunyai kebiasaan makan berlebihan dan akan memuntahkan kembali makanan
dengan cara memasukkan jari kedalam mulut. Muntah mengandung asam sehingga
dapat menyebabkan ausnya gigi penderita. Erosi biasanya terjadi pada permukaan
palatal dan lingual gigi anterior.

• Menjelaskan akibat tidak dirawatnya erosi gigi:


Erosi yang tidak dirawat dapat berkembang sehingga lesi yang terbentuk makin luas dan
menyebabkan gigi kehilangan bentuk aslinya sehingga mengganggu estetika dan fungsional
gigi. Apabbila lesi makin dalam, pasien akan merasakan nyeri.

• Menjelaskan perawatan pada gigi erosi:


Perawatan erosi tahap awal yang dianjurkan adalah dengan topikal aplikasi fluor dan
penumpatan gigi. Pada erosi yang berat dapat dirawat dengan veneer, overlay, crown, dan
bridge.

111

Anda mungkin juga menyukai