Anda di halaman 1dari 15

REKAM MEDIK KASUS DOWEL CROWN

Nama Pasien : Idzni Sabila


Nama Operator : Geubrina Fitriananda
Elemen Gigi : 21
Usia Pasien : 22 tahun
NPM : 2013501010007
Tanggal Pemeriksaan : 03/09/2021

Keluhan Utama
Pasien datang ke RSGM mengeluh bahwasanya gigi depan pasien
mengalami kerusakan karena berlubang yang besar pada bagian depan hingga
belakang dan pasien mengaku telah selesai melakukan perawatan saluran akar.
Gigi tersebut tidak sakit atau terasa goyang pasca perawatan saluran akar. Gigi
tersebut belum pernah dibuatkan mahkota tiruan dan pasien ingin dibuatkan
mahkota tiruan untuk memperbaiki fungsi pengunyahan dan estetika.

Keluhan Subjektif
· Sakit (-)
· Ketidaknyamanan (-)
· Pembengkakan (-)

Pemeriksaan Klinis
 Pemeriksaan Objektif
Dari hasil pemeriksaan klinis ekstraoral, wajah pasien terlihat simetris,
bibir sehat, kelenjar submandibula kanan dan kiri tidak teraba dan tidak sakit,
yang menunjukkan bahwa tidak adanya kelainan.
Hasil pemeriksaan intraoral terlihat mahkota gigi 11 terdapat karies yang
meliputi bagian mesial dan mencapai palatal dan telah dilakukan perawatan
saluran akar dan direstorasi sementara menggunakan cavit. Hasil tes palpasi dan
perkusi pada gigi 11 memberi respon negatif.

1
Gambar 1. Foto klinis gigi 11

Pemeriksaan Radiograf
Pemeriksaan radiograf menunjukkan perbandingan mahkota akar 1:2 dimana
terlihat saluran akar normal dan terisi bahan opturasi yang melewati orifis,
ligamen periodontal menebal, lamina dura normal dan tidak terdapat lesi
periapikal.

Gambar 2. Foto radiograf gigi 11

Diagnosis : Previously treated periapical normal


Rencana Perawatan : Post core crown dengan pasak fiber
Prognosis
- Baik, karena telah dilakukan perawatan saluran akar (PSA) dengan bahan
pengisi yang padat dan hermetik. Pasien tidak memiliki Riwayat penyakit
sistemik, dan tidak memiliki kebiasaan buruk.

2
Persiapan Alat:
1. Alat standar (kaca mulut,sonde berkait, sonde lurus, pinset, ekskavator)
2. Bur intan bulat, bur flame, bur silindris, bur round end, bur fisur dan bur
finishing
3. Peeso reamer
4. Penggaris besi
5. Mixing slab
6. Spatula semen
7. Kapas butir
8. Kapas gulung
9. Sendok cetak
10. Plastic filling instrument
11. Light curing

Persiapan Bahan :
1. Pasak fiber
2. Semen pasak
3. Bahan cetak alginat
4. Double impression
5. Wax
6. Dentalon
7. Dental stone
8. Benang retraksi
9. Akrilik putih
10. Resin komposit
11. Etsa
12. Bonding
13. Vaseline
14. Semen sementara non eugenol
15. GIC tipe 1

3
ProsedurKerja:
Kunjungan I
1. Pengisian Rekam Medik
2. Buka tumpatan sementara
3. Pencetakan mahkota sementara
a. Pencetakan gigi menggunakan alginate dan pengecoran menggunakan
dental stone
b. Wax up
c. Pencetakan (yang telah di wax up) menggunakan heavy body
4. Mengukur panjang kerja pasak dan diameter pasak (ukuran pasak yang
tersedia). Pemilihan nomor pasak sesuai diameter saluran akar.
 Panjang pasak 1:1 dengan panjang mahkota gigi.
Panjang mahkota : 9 mm
Panjang pasak : 9 mm
 Panjang pasak = 2/3 x panjang kerja = 2/3 x 21 = 14 mm
5. Preparasi pasak
a. Pembuangan gutta perca sepanjang 1/2 panjang pengisian (tandai
dengan stopper) menggunakan peeso reamer atau bur yang sesuai
dengan pasak (dalam kemasan pasak) yang dihubungkan ke handpiece.
Minimal gutta percha yang tersisa = 5 mm

Gambar 3. Peeso Reamer

b. Minimal pasak fiber yang masuk ke dalam saluran akar = sepanjang


mahkota.

4
c. Bentuk preparasi kearah apikal : sesuai dengan bentuk anatomi saluran
akar, mengecil ke apikal.
d. Bentuk penampang dowel : tidak boleh bulat dan harus oval
e. Besar preparasi dowel: Minimal menyisakan ½ dari diameter akar
untuk akar besar atau minimal meninggalkan 5 mm jaringan sehat
disekeliling saluran akar, pada akar kecil sampai normal.
6. Percobaan pasak fiber ke dalam saluran akar
7. Dilakukan foto radiograf pertama
8. Potong pasak fiber sebatas kamar pulpa
9. Sementasi pasak fiber dengan semen resin
a. Pengadukan semen pasak
b. Ambil lentulo lalu masukkan semen ke dalam saluran akar hingga
merata, kemudian masukkan pasak fiber yang telah dioleskan semen
ke dalam saluran akar, kemudian curing.
10. Build up mahkota gigi 11
11. Preparasi mahkota
a. Permukaan proksimal
Pedoman : Berupa garis yang ditarik dari gingival crest kearah
insisal, searah sumbu gigi berjarak 1,5 mm dari titik kontak.
Cara : Menggunakan bur pointed tapper cylindrical, diletakkan
diantara garis pedoman dan titik kontak, ujung bur setinggi gingival
crest dan sejajar dengan sumbu gigi/garis pedoman. Bur diputar,
pemotongan dari arah labio-palatal. Setelah titik kontak terputus,
pengeburan diteruskan sampai garis pedoman. Sehingga jarak gigi
tersebut 1-1,5 mm dari gigi tetangga. Didapat kesejajaran dinding
mesial-distal dan bidang preparasi rata dan halus.

Gambar 4. Bur pointed tappered silindris

5
b. Permukaan Insisal
Pedoman: membuat groove orientation sedalam 1-1,5 mm (tepat
pada garis pedoman, miring ± 45º ke arah palatal, ± setinggi insisal
gigi 11/lebih rendah dari insisal gigi 21)
Cara: Menggunakan bur round end, arah pengambilan dari labial ke
palatal membentuk sudut 45º dengan sumbu gigi. Didapat bidang
preparasi yang rata dan halus.

c. Permukaan labial
Pedoman : Membuat groove orientation pada 2/3 insisal dan pada 1/3
servikal, dengan kedalaman 1-1,5 mm, kedalaman groove semakin ke
servikal semakin dangkal
Cara : Menggunakan silindris, pengeburan bertahap dengan
mengikuti pedoman preparasi sampai pedoman groove hilang.
Permukaan preparasi rata dan halus.

Gambar 5. Bur silindris

d. Permukaan palatal
Preparasi menggunakan bur flame dengan kedalaman 0,5-1 mm.
Dimana cingulum ke arah oklusal sesuai dengan bentuk anatomi gigi
dan permukaan preparasi halus dan rata.

Gambar 6. Bur flame

e. Preparasi tepi servikal


Menggunakan bur tapper round end dengan bentuk preparasi
membentuk sudut yang membulat (bevel).

6
Gambar 7. Bur tapper round end

f. Pembentukan finishing line


Pasang benang retraksi lalu gunakan finishing bur (TR 25EF) pita
kuning untuk membulatkan tepi preparasi yang tajam, menghaluskan
seluruh permukaan bidang preparasi sehingga rata dan bebas dari
undercut.

Gambar 8. Bur finishing

12. Cek menggunakan sonde untuk memeriksa kehalusan hasil preparasi


13. Pembuatan catatan gigit menggunakan wax
14. Pencetakan akhir preparasi dengan double impression
15. Pencetakan rahang bawah dengan alginate
16. Pengiriman ke laboratorium (catatan gigit, cetakan akhir preparasi, model
rahang bawah)
17. Pembuatan dan pemasangan mahkota sementara
a. Pengisian hasil cetakan (yang telah di wax up menggunakan double
impression) dengan dentalon
b. Lalu dicetak kembali pada gigi
c. Poles hasil cetakan
d. Pasang dan sementasi sementara dengan free eugenol

Kunjungan II
1. Adaptasi crown
Perhatikan bentuk anatomi crown, artikulasi dengan gigi antagonis, titik
kontak dengan gigi tetangga, adaptasi terhadap gingiva.
2. Sementasi crown
Sementasi menggunakan GIC tipe 1 luting.

7
Kunjungan III
1. Dilakukan kontrol 1 minggu kemudian untuk dilakukan pemeriksaan :
 Subjektif : apakah pasien mengeluhkan rasa sakit atau rasa tidak nyaman
atau tidak, mengganjal, rasa goyang, ada perdarahan gingiva atau tidak.
 Objektif : dilakukan pemeriksaan untuk melihat artikulasi, kegoyangan
mahkota, keadaan gingiva.

8
TUGAS DTM

Semen Luting

Sementasi memainkan peran penting dalam meningkatkan retensi, distribusi


tegangan, dan penyegelan antara gigi dan pasak. Agen luting yang paling umum
adalah sebagai berikut:

 Resin luting cement


 Glass ionomer cement (Type I)
 Resin-modified glass ionomer cement
 Zinc phosphate cement
Keuntungan dari agen luting resin adalah sebagai berikut:

 Meningkatkan retensi
 Memperkuat akar gigi (setidaknya jangka pendek)
 Mengurangi kebocoran
 Lebih tahan terhadap pemuatan siklik
 Kemampuan untuk mengikat dengan pasak berbasis resin untuk
membentuk satu unit (monoblok)
Kerugian dari agen luting resin adalah sebagai berikut:

 Lebih peka terhadap teknik


 Pembersihan dan pengetsaan yang tepat pada saluran yang diobturasi
dengan sealer yang mengandung eugenol penting untuk memastikan
polimerisasi yang tepat.
 Langkah-langkah pengikatan pasak dengan semen pengawetan otomatis
atau resin pengawetan ganda harus dilakukan dengan hati-hati dan cepat.
Zinc phosphate cement telah berhasil digunakan untuk sementasi pasak selama
bertahun-tahun. Namun sekarang sudah menggunakan resin luting cement.

Berdasarkan polimerisasi semen resin maka dibedakan melalui tiga metode


aktifasi yaitu chemically cured (self-polimerization), light-cured dan dual-cured
resin cements. Semen resin dual cured menggabungkan keuntungan sistem light
cured dan chemically cured. Kandungan berupa photoinisiators, tertiary amine dan
self-curing component ditambahkan kedalam semen resin dual cure untuk dapat
menginisiasi polimerisasi ketika intensitas sinar untuk curing tidak mencukupi
atau bahkan tidak ada.9 Polimerisasi semen resin dual cure aktifasi secara kimia
(chemically cured) membutuhkan interaksi antara inisiator seperti benzoyl
peroxide dengan tertiary amine. Interaksi kedua komponen menghasilkan radikal
bebas yang akan menyerang ikatan rangkap dua pada molekul oligomer, sehingga
menginisiasi polimerisasi semen resin. Sementara aktifasi dengan penyinaran

9
tergantung kepada radikal bebas yang dihasilkan oleh champorquinone dengan
aliphatic amine ketika penyinaran menggunakan sinar blue light.

Pasak berdasarkan bentuk :

1. Paralel
Desain pasak bersisi paralel telah terbukti meningkatkan retensi
dan menghasilkan distribusi tegangan yang seragam di sepanjang pasak.
Konsentrasi stres dapat terjadi di puncak pasak, terutama di ujung akar
yang sempit dan meruncing. Berbagai paralel yang tersedia secara
komersial meliputi sebagai berikut:
- Parallel-sided serrated and vented posts
- Parallel-sided threaded posts
- Parallel-sided threaded split shank posts

2. Tapered
Beberapa penelitian telah mengimplikasikan desain post aktif
sebagai penyebab kegagalan gigi post dan core-restorasi. Dari desain yang
diteliti, pasak yang tirus menyesuaikan dengan bentuk akar alami dan
konfigurasi saluran, sehingga memungkinkan pengawetan yang optimal
dari struktur gigi pada apeks pasak. Akan tetapi, desain ini dilaporkan
menghasilkan efek wedging, konsentrasi tegangan pada bagian koronal
akar, dan kekuatan retensi yang lebih rendah. Berbagai pasak runcing yang
tersedia secara komersial meliputi:
- Tapered smooth-sided posts
- Tapered self-threading posts

3. Kombinasi Paralel dan Tapered


Dalam desain paralel-tapered, pasak sejajar sepanjang apikal
kecuali untuk bagian paling apikal, di mana ia meruncing. Desain koronal
paralel memberikan retensi sedangkan desain meruncing apikal
memungkinkan pemeliharaan dentin di bagian apikal saluran akar.

10
Diagnosis berdasarkan AAE (American Association of Endodontists)

Diagnosis Pulpa
 Pulpa normal adalah kategori diagnostik klinis di mana pulpa bebas
gejala dan biasanya responsif terhadap pengujian pulpa. Meskipun pulpa
mungkin tidak normal secara histologis, secara klinis pulpa normal
menghasilkan respons ringan atau sementara terhadap pengujian dingin
dan pengujian termal biasanya berlangsung selama tidak lebih dari satu
hingga dua detik setelah stimulus dihilangkan.
 Pulpitis reversible merupakan diagnosis klinis berdasarkan temuan
subyektif dan obyektif yang menunjukkan bahwa peradangan akan sembuh
dan pulpa kembali normal setelah etiologi dihilangkan. Ketika terdapat
stimulus dingin atau manis maka pasien akan merasakan ketidaknyamanan
dan akan hilang beberapa detik setelah stimulus hilang. Etiologi dari
pulpitis reversible termasuk sensitivitas dentin, karies atau restorasi dalam.
Pada gambaran radiograf tidak terdapat perbedaan yang signifikan di
daerah periapikal gigi. Setelah penanganan etiologi (misalnya
pengangkatan karies ditambah restorasi; menutupi dentin yang terbuka),
gigi memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan apakah pulpitis
reversibel telah hilang atau belum.
 Pulpitis ireversibel, diagnosis klinis berdasarkan temuan subjektif dan
obyektif yang menunjukkan bahwa pulpa yang mengalami radang vital
tidak dapat sembuh. Karakteristiknya mungkin termasuk nyeri tajam pada
stimulus termal, nyeri yang menetap (seringkali 30 detik atau lebih setelah
pelepasan stimulus), spontanitas (nyeri yang tidak diprovokasi) dan nyeri
yang dirujuk. Etiologi umum mungkin termasuk karies dalam, restorasi
ekstensif, atau fraktur yang mengekspos jaringan pulpa. Gigi dengan
gejala pulpitis ireversibel mungkin sulit untuk didiagnosis karena
peradangan belum mencapai jaringan periapikal, sehingga tidak
menimbulkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada perkusi. Dalam kasus
seperti ini, riwayat gigi dan pengujian termal adalah alat utama untuk
menilai status pulpa.
 Asymptomatic irreversible pulpitis adalah diagnosis klinis berdasarkan
temuan subjektif dan objektif yang menunjukkan bahwa pulpa yang
meradang vital tidak dapat sembuh dan perawatan saluran akar
diindikasikan. Deskripsi tambahan: tidak ada gejala klinis tetapi
peradangan yang disebabkan oleh karies, ekskavasi karies, trauma.
 Pulp necrosis (nekrosis pulpa), kategori diagnostik klinis yang
menunjukkan kematian pulpa gigi yang membutuhkan perawatan saluran
akar. Pulpa biasanya tidak responsif terhadap pengujian pulpa dan
asimptomatik.

11
 Previously treated (Perawatan Sebelumnya) adalah kategori diagnostik
klinis yang menunjukkan bahwa gigi telah dirawat secara endodontik dan
saluran akar telah diobturasi dengan berbagai bahan pengisi selain
medikamen intrakanal. Gigi biasanya tidak merespons pengujian termal
atau elektrik pulpa.
 Previously Initiated Therapy adalah kategori diagnostik klinis yang
menunjukkan bahwa gigi sebelumnya telah dirawat dengan terapi
endodontik parsial seperti pulpotomi atau pulpektomi. Bergantung pada
tingkat terapinya, gigi mungkin merespons atau tidak merespons modalitas
pengujian pulpa.

Klasifikasi Penyakit Periapikal, Menurut AAE :


1. Jaringan Apikal Normal
Jaringan apikal yang normal tidak sensitif terhadap uji
palpasi/perkusi dan secara radiografik, lamina dura yang mengelilingi akar
masih utuh dan ruang ligamen periodontal sama. Pengujian pulpa secara
perkusi dan palpasi harus selalu dilakukan pada gigi normal sebagai
pemeriksaan dasar untuk pasien.

2. Periodontitis Apikal Simptomatik


Peradangan pada periodonsium apikalis biasanya menghasilkan
gejala klinis yang melibatkan respons nyeri saat menggigit dan
perkusi/palpasi. Ini mungkin tidak disertai dengan perubahan radiografi
(yaitu tergantung pada stadium penyakit, mungkin ada lebar normal ligamen
periodontal atau mungkin ada radiolusensi periapikal). Nyeri hebat pada
perkusi/palpasi sangat mengindikasikan degenerasi pulpa dan perawatan
saluran akar diperlukan.

3. Periodontitis Apikal Asimtomatik


Peradangan dan kerusakan periodonsium apikal yang berasal dari
pulpa, tampak radiolusensi pada apikal dan tidak menunjukkan gejala klinis
(tidak ada nyeri saat perkusi/palpasi).

4. Abses Apikal Kronis


Reaksi inflamasi terhadap infeksi pulpa dan nekrosis ditandai
dengan onset bertahap, sedikit atau tanpa rasa tidak nyaman, dan keluarnya
nanah secara intermiten melalui saluran sinus yang berkaitan. Secara
radiografik, biasanya terdapat tanda-tanda kerusakan tulang seperti
radiolusen. Untuk mengidentifikasi sumber saluran sinus yang mengering
saat ada, kerucut guttapercha ditempatkan dengan hati-hati melalui stoma
atau pembukaan sampai berhenti dan radiograf diambil.

5. Abses Apikal Akut

12
Reaksi inflamasi terhadap infeksi pulpa dan nekrosis ditandai
dengan onset cepat, nyeri spontan, nyeri ekstrim saat ditekan pada gigi,
pembentukan nanah dan pembengkakan jaringan terkait. Mungkin tidak ada
tanda kerusakan radiografi dan pasien sering mengalami malaise, demam dan
limfadenopati.

6. Condensing Osteitis
Lesi radiopak difus yang mewakili reaksi tulang terlokalisasi
terhadap stimulus inflamasi tingkat rendah yang biasanya terlihat di apeks
gigi.

Pulpa Vital Dan Pulpa Non Vital

Indikasi pulpa vital

Terapi pulpa vital (VPT) didefinisikan sebagai “pengobatan yang


bertujuan untuk melestarikan dan memelihara jaringan pulpa yang telah rusak
tetapi tidak hancur oleh karies gigi yang luas, trauma gigi, dan prosedur restoratif
atau karena alasan iatrogenik”, menawarkan beberapa keuntungan yang
menguntungkan dibandingkan pengobatan konvensional. Perawatan saluran akar
seperti resistensi pelindung terhadap kekuatan pengunyahan atau untuk mencegah
hilangnya kemampuan sensasi perubahan lingkungan, yang dapat menyebabkan
perkembangan karies yang tidak terlihat dan kemudian patah tulang. Berbagai
macam bahan disarankan dalam literatur untuk digunakan sebagai bahan pembalut
pelindung pulp capping yang bervariasi dari bahan sintetis siap pakai hingga
perancah dan komposit berbasis biologis.

Terapi pulpa vital direkomendasikan untuk semua gigi yang didiagnosis


dengan pulpitis reversibel atau partially inflamed pulpa di mana jaringan sehat
yang tersisa dapat dipertahankan untuk menghasilkan penghalang jaringan keras
yang menutup dan melindungi pulpa dari kerusakan mikroba di masa mendatang.
Pengenalan bahan bioaktif baru, bersama dengan protokol yang dimodifikasi,
membuat lebih banyak gigi dengan karies dalam, cedera traumatis, dan eksposur
mekanis menjadi kandidat yang layak untuk terapi pulpa inovatif yang dirancang
untuk mempotensiasi dan mempertahankan kelangsungan hidup pulpa. Hasil
pengobatan untuk penutupan pulpa langsung dan prosedur pulpotomi bergantung
pada beberapa faktor, dimulai dengan diagnosis banding yang memperhitungkan
pengujian pulpa, evaluasi radiografi, evaluasi klinis, dan riwayat pasien untuk
menentukan prognosis yang rasional. Hasil juga tergantung pada pemilihan kasus,
agen hemostatik, pilihan bahan pulp capping, dan integritas restorasi permanen
yang tertutup rapat. Tujuan utama dalam terapi pulpa vital adalah untuk
menghindari atau menunda terapi saluran akar dan perawatan restoratif lanjutan

13
karena hal ini, bersama-sama, dapat mengurangi kelangsungan hidup gigi jangka
panjang dibandingkan dengan gigi dengan pulpa vital.

Indikasi pulpa vital

Terapi pulpa vital (VPT) didefinisikan sebagai “pengobatan yang


bertujuan untuk melestarikan dan memelihara jaringan pulpa yang telah rusak
tetapi tidak hancur oleh karies gigi yang luas, trauma gigi, dan prosedur restoratif
atau karena alasan iatrogenik”, menawarkan beberapa keuntungan yang
menguntungkan dibandingkan pengobatan konvensional. Perawatan saluran akar
seperti resistensi pelindung terhadap kekuatan pengunyahan atau untuk mencegah
hilangnya kemampuan sensasi perubahan lingkungan, yang dapat menyebabkan
perkembangan karies yang tidak terlihat dan kemudian patah tulang. Berbagai
macam bahan disarankan dalam literatur untuk digunakan sebagai bahan pembalut
pelindung pulp capping yang bervariasi dari bahan sintetis siap pakai hingga
perancah dan komposit berbasis biologis.

Terapi pulpa vital direkomendasikan untuk semua gigi yang didiagnosis


dengan pulpitis reversibel atau partially inflamed pulpa di mana jaringan sehat
yang tersisa dapat dipertahankan untuk menghasilkan penghalang jaringan keras
yang menutup dan melindungi pulpa dari kerusakan mikroba di masa mendatang.
Pengenalan bahan bioaktif baru, bersama dengan protokol yang dimodifikasi,
membuat lebih banyak gigi dengan karies dalam, cedera traumatis, dan eksposur
mekanis menjadi kandidat yang layak untuk terapi pulpa inovatif yang dirancang
untuk mempotensiasi dan mempertahankan kelangsungan hidup pulpa. Hasil
pengobatan untuk penutupan pulpa langsung dan prosedur pulpotomi bergantung
pada beberapa faktor, dimulai dengan diagnosis banding yang memperhitungkan
pengujian pulpa, evaluasi radiografi, evaluasi klinis, dan riwayat pasien untuk
menentukan prognosis yang rasional. Hasil juga tergantung pada pemilihan kasus,
agen hemostatik, pilihan bahan pulp capping, dan integritas restorasi permanen
yang tertutup rapat. Tujuan utama dalam terapi pulpa vital adalah untuk
menghindari atau menunda terapi saluran akar dan perawatan restoratif lanjutan
karena hal ini, bersama-sama, dapat mengurangi kelangsungan hidup gigi jangka
panjang dibandingkan dengan gigi dengan pulpa vital.

Ketentuan Pengisian Saluran Akar

Pengisian saluran akar dengan gutta percha harus memenuhi syarat


diantaranya dapat masuk saluran akar sebatas panjang kerja dan rapat dengan

14
dinding saluran akar. Pilih gutta percha sesuai dengan bentuk dan ukuran kanal
yang sudah dipreparasi. Gutta percha harus dibawah 1-2 mm karena ketika ujung
gutta percha melunak dengan panas, kemudian akan bergerak ke apikal pada
saluran akar yang sudah dipreparasi. Material tersebut akan beradaptasi pada
dinding saluran akar. Apabila pengisian saluran akar melebihi batas yang
ditentukan salah satu akibatnya dapat menyebabkan diskolorasi warna.

15

Anda mungkin juga menyukai