Status Umum
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan kebiasaan buruk.
Status Khusus
Gigi 21 mengalami diskolorasi setelah dilakukan restorasi pada kavitas gigi tersebut sejak
2 tahun yang lalu. Gigi 21 telah selesai dilakukan perawatan saluran akar. Gigi tersebut tidak sakit
atau terasa goyang. Gigi tersebut belum pernah dibuatkan mahkota tiruan dan pasien ingin
dibuatkan mahkota tiruan untuk memperbaiki fungsi pengunyahan dan estetik.
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan Objektif
Hasil pemeriksaan ekstraoral, wajah terlihat simetris, bibir sehat, kelenjar submandibula
kanan dan kiri tidak teraba dan tidak sakit yang menunjukkan bahwa tidak adanya kelainan.
Hasil pemeriksaan intraoral, terlihat mahkota gigi 21 terdapat karies yang meliputi bagian
mesial, distal dan mencapai palatal yang telah dilakukan perawatan saluran akar dan direstorasi
menggunakan resin komposit. Hasil tes palpasi dan perkusi negatif. (Gambar 1)
Tampilan labial gigi 21 setelah perbaikan tambalan dengan menggunakan resin komposit
Tampilan palatal gigi 21 dengan cavit
Prognosis
a. Periodonsia : Baik, tidak ada mobiliti pada gigi tersebut dan oral hygiene pasien baik.
b. Prostodontia: Baik, karena struktur gigi masih mencukupi untuk dilakukan restorasi pasca
endodontik.
c. Endodonsia: Baik, karena telah dilakukan perawatan saluran akar dengan bahan pengisi yang
padat dan hermetis.
d. Faktor pendukung: Baik, karena pasien kooperatif, usia muda, tidak memiliki kebiasaan buruk,
dan tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Persiapan Alat:
1. Alat standar (kaca mulut,sonde berkait, sonde lurus, pinset, ekskavator)
2. Bur intan bulat, bur flame, bur silindris, bur round end, bur fisur dan bur finishing
3. Peeso reamer
4. Penggaris besi
5. Mixing slab
6. Spatula semen
7. Sendok cetak
8. Plastic filling instrument
9. Light curing
Persiapan Bahan :
1. Pasak fiber
2. Semen pasak
3. Tumpatan sementara
4. Double impression
5. Wax
6. Dentalon
7. Benang retraksi
8. Akrilik putih
9. Resin komposit
10. Etsa
11. Bonding
12. Vaseline
13. Semen sementara non eugenol
14. Kapas butir
15. Kapas gulung
Prosedur Kerja:
Kunjungan I
1. Pengisian rekam medik
2. Buka tumpatan sementara
3. Pencetakan gigi menggunakan alginate dan pengecoran menggunakan gipsum untuk model
studi
4. Mengukur panjang kerja pasak, panjang dan diameter pasak (ukuran pasak yang tersedia)
Panjang pasak 1:1 dengan panjang mahkota gigi.
Panjang mahkota : 9 mm
Panjang pasak : 9 mm
5. Preparasi pasak
a. Pembuangan gutta perca sepanjang panjang kerja pasak (tandai dengan stopper)
menggunakan peeso reamer atau bur yang sesuai dengan pasak (dalam kemasan pasak)
yang dihubungkan ke handpiece.
b. Minimal pasak fiber yang masuk ke dalam saluran akar = sepanjang mahkota
c. Minimal gutta perca yang tersisa = 5 mm
d. Bentuk preparasi kearah apikal : sesuai dengan bentuk anatomi saluran akar, mengecil
ke apikal.
e. Bentuk penampang pasak : tidak boleh bulat dan harus oval
f. Besar preparasi : Minimal menyisakan ½ dari diameter akar untuk akar besar atau
minimal meninggalkan 5 mm jaringan sehat disekeliling saluran akar, pada akar kecil
sampai normal.
6. Percobaan pasak fiber ke dalam saluran akar
7. Dilakukan foto radiograf pertama
8. Potong pasak fiber sebatas kamar pulpa
9. Sementasi pasak fiber
a. Pengadukan semen pasak
b. Ambil lentulo lalu masukkan semen ke dalam saluran akar hingga merata, kemudian
masukkan pasak fiber yang telah dioleskan semen ke dalam saluran akar.
10. Build up mahkota gigi 21
11. Pencetakan dengan double impression sebelum preparasi
12. Preparasi mahkota
a. Permukaan labial
Pedoman : Membuat groove orientation pada 2/3 insisal dan pada 1/3 servikal, dengan
kedalaman 1-1,5 mm, kedalaman groove semakin ke servikal semakin dangkal
Cara : Menggunakan silindris, pengeburan bertahap dengan mengikuti pedoman
preparasi sampai pedoman groove hilang. Permukaan preparasi rata dan halus.
b. Permukaan proksimal
Pedoman : Berupa garis yang ditarik dari gingival crest kearah insisal, searah sumbu
gigi berjarak 1,5 mm dari titik kontak.
Cara : Menggunakan bur pointed tapper cylindrical, diletakkan diantara garis
pedoman dan titik kontak, ujung bur setinggi gingival crest dan sejajar dengan sumbu
gigi/garis pedoman. Bur diputar, pemotongan dari arah buko-palatal. Setelah titik
kontak terputus, pengeburan diteruskan sampai garis pedoman. Sehingga jarak gigi
tersebut 1-1,5 mm dari gigi tetangga. Didapat kesejajaran dinding mesial-distal dan
bidang preparasi rata dan halus.
c. Permukaan Incisal
Pedoman: membuat groove orientation sedalam 1-1,5 mm (tepat pada garis pedoman,
miring ± 45º ke arah palatal, ± setinggi insisal gigi 21/lebih rendah dari insisal gigi 11)
Cara: Menggunakan bur round end, arah pengambilan dari labial ke palatal membentuk
sudut 45º dengan sumbu gigi. Didapat bidang preparasi yang rata dan halus.
d. Permukaan palatal
Preparasi menggunakan bur flame dengan kedalaman 0,5-1 mm. Dimana cingulum ke arah
oklusal sesuai dengan bentuk anatomi gigi dan permukaan preparasi halus dan rata.
Kunjungan II
1. Adaptasi crown
Perhatikan bentuk anatomi crown, artikulasi dengan gigi antagonis, titik kontak dengan
gigi tetangga, adaptasi terhadap gingiva.
2. Sementasi crown
3. Sementasi menggunakan GIC tipe 1 luting.
Kunjungan III
1. Dilakukan kontrol 1 minggu kemudian untuk dilakukan pemeriksaan :
Subjektif : apakah pasien mengeluhkan rasa sakit atau rasa tidak nyaman atau tidak,
mengganjal, rasa goyang, ada perdarahan gingiva atau tidak.
Objektif : dilakukan pemeriksaan untuk melihat artikulasi, kegoyangan mahkota, keadaan
gingiva.