Anda di halaman 1dari 22

PROSEDUR PENATALAKSANAAN PULPEKTOMI POSTERIOR

Oleh :
Ghea Almadea

04074882124031

Dosen Pembimbing :
drg. Listia Eka Merdekawati, Sp.KG

DEPARTEMEN KONSERVASI GIGI


PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
PROSEDUR PENATALAKSANAAN PULPEKTOMI POSTERIOR

Definisi.
Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa gigi dan menggantinya dengan
bahan pengisi. Tujuan pulpektomi adalah untuk mencegah perluasan penyakit dari pulpa ke jaringan
periapikal atau apabila hal itu telah terjadi, untuk mengembalikan jaringan periapikal ke keadaan
normal.
Indikasi:

1. Pulpitis reversibel asimptomatik atau simptomatik, dengan atau tanpa lesi periapikal
2. Nekrosis pulpa akibat karies atau traumatic injury, tanpa atau disertai lesi periapikal
3. Mahkota gigi yang masih dapat direstorasi
4. Gigi dengan resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal
5. Gigi fraktur dengan keterlibatan pulpa
6. Gigi tidak mengalami kegoyangan
7. Anatomi saluran akar dapat dimasukkan instrumen
8. Kondisi ekonomi pasien yang memungkinkan
Kontraindikasi:

1. Gigi yang tidak dapat direstorasi secara direk atau indirek


2. Gigi dengan fraktur vertikal dengan keterlibatan pulpa
3. Gigi dengan fraktur horizontal apikal pada 1/3 apikal dengan lesi periapikal
4. Gigi dengan lesi periapikal lebih dari 1/3 apikal
5. Gigi dengan resorpsi akar lebih dari 1/3 apikal
Prinsip Dasar Perawatan Saluran Akar:
1. Preparasi akses kavitas
- Isolasi
- Open access
- Penentuan panjang kerja
2. Preparasi biomekanik
- Cleaning and shaping
- Irigasi
- Medikamen intrakanal

3. Obturasi
Gambar 1. Triad Endodonti
1. Informed consent
Informed consent merupakan persetujuan atau penolakan oleh pasien terhadap segala tindakan
dan pengobatan yang akan diberikan kepadanya setelah mendapat informasi yang lengkap dan jelas
dari dokter mengenai rencana pengobatan tersebut.
2. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Pemeriksaan subjektif berkaitan dengan keluhan pasien tentang giginya. Pemeriksaan objektif
berkaitan dengan pemeriksaan vitalitas gigi dan apakah terdapat kelainan periapikal atau tidak (tes
sondasi, CE, palpasi, dan perkusi).
3. Pemeriksaan Vital Sign
Pemeriksaan vital sign meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan, dan pupil mata pada
pasien.
4. Foto Rontgen Periapikal
Terdapat 3 fungsi utama foto rontgen periapikal dalam perawatan endodontik:
❖ Diagnosis
❖ Treatment : Menentukan panjang kerja, master kon, dan hasil obturasi.
❖ Recall : Mengevaluasi perawatan yang telah dilakukan.
5. Anestesi
Sebelum memulai fase perawatan endodontik non bedah, perlu diperhatikan pemberian anestesi lokal
apabila gigi masih dalam keadaan vital sebagai kontrol nyeri yang efektif. Teknik anestesi yang
digunakan untuk perawatan pulpektomi posterior dapat dilakukan dengan teknik infiltrasi (injeksi
supraperiosteal), blok mandibula; teknik fischer, atau teknik injeksi suplemental intrapulpa.
Teknik anestesi yang digunakan untuk perawatan pulpektomi posterior dapat dilakukan dengan
anestesi blok dan infiltrasi.
A. Teknik infiltrasi
1. Keringkan daerah injeksi ( pada infiltrasi bukal/labial: daerah apeks gigi;pada infiltrasi
palatal: 5-10 mm dari margin free gingival) dengan kassa steril
2. Aplikasikan antiseptik topikal (povidone iodine 10%)
3. Aplikasikan anestesi topikal selama 1-2 menit
4. Syringe diinsersikan ke mukosa hingga kontak tulang dengan orientasi bevel
menghadap ke tulang
5. Lakukan aspirasi, apabila negatif deponirkan cairan anestetikum 0,5 ml
6. Tarik syringe secara perlahan hingga keluar jaringan mukosa.

B. Blok Mandibula; Teknik Fischer


1. Keringkan daerah injeksi dengan kassa steril
2. Aplikasikan antiseptik topikal (povidone iodine 10%)
3. Aplikasikan anestesi topikal selama 1-2 menit
4. Regangkan jaringan pada aspek lingual daerah ramus hingga mendapatkan visualisasi yang
jelas
5. Posisi pertama: Posisikan ujung jari pada internal oblique ridge. Syringe (dipegang
menggunakan tangan kanan) diinsersikan dengan orientasi bevel menghadap ke tulang melalui
sudut mulut sisi kontralateral (umumnya pada mahkota gigi premolar pertama) ke kuku
jari hingga measuk ke dalam jaringan ± 6 mm (tidak kontak dengan tulang). Lakukan aspirasi,
apabila negatif deponirkan cairan anestetikum 0,5 ml untuk menganestesi n. long bukalis
6. Posisi kedua: Syringe ditarik sedikit kemudian digeser pada sisi lateral yang sama regio
gigi yang akan dianestesi. Syring dipenetrasikan lebih dalam sebesar ± 6-9 mm. Lakukan
aspirasi, apabila negatif deponirkan cairan anestetikum 0,5 ml untuk menganestesi n.
lingualis
7. Posisi ketiga: Syringe dikembalikan pada kontralateral dan dipenetrasikan kembali ± 12-15
mm hingga kontak tulang hilang. Lakukan aspirasi, apabila negatif deponirkan cairan
anestetikum 1,8 ml untuk menganestesi n. alveolaris inferior
8. Tarik syringe secara perlahan hingga keluar jaringan mukosa.
C. Teknik injeksi suplemental intrapulpa
1. Letakan cotton pellet yang telah diberi larutan anestesi ke lantai pulpa
2. Hilangkan dentin yang telah di anestesi dengan handpiece low speed. Ulangi anestesi
dentin jika dibutuhkan.
3. Buat perforasi kecil pada pulpa yang bertujuan agar jarum masuk ke lubang perforasi.
4. Syringe dipenetrasikan 0.5 mm dan deponirkan cairan anestetikum ± 0,2-0,3 ml ke dalam
pulpa dengan tekanan secara perlahan, adanya tekanan balik menandakan anestesi
berhasil.
5. Ulangi prosedur, jika dibutuhkan untuk masing-masing saluran akar diikuti dengan
pengangkatan kamar pulpa.

Gambar 2. Injeksi intrapulpa.


6. Preparasi Akses
Preparasi akses gigi meliputi pembukaan akses kavitas, menciptakan akses yang lurus dan halus
ke dalam kanal agar instrument dapat masuk ke orifice dengan mudah serta mendapatkan pandang yang
baik.
Cara Untuk Mengetahui Posisi Orifis:
1. Law of Symmetry: orifis saluran akar biasanya memiliki jarak yang sama dari garis yang ditarik
pada arah mesial dan distal di dasar kamar pulpa.
2. Law of Concentricity: dinding kamar pulpa selalu berkonsentrasi ke permukaan gigi pada CEJ.
Hal ini mengindikasikan anatomi permukaan luar mahkota gigi menggambarkan anatomi kamar
pulpa.
3. Law of Color Change: Warna pada lantai kamar pulpa lebih gelap daripada dinding
kamar pulpa.
4. Law of Orifice Location: Lokasi orifis selalu berada pada pertemuan antara dinding dan
lantai kamar pulpa.
Preparasi Akses Gigi
Teknik pembukaan akses yaitu :
• Dimulai pada pertengahan permukaan oklusal gigi menggunakan bur bulat atau bur
endoaccess dan dilanjutkan dengan tapered fissured bur untuk memperlebar kavitas.
• Jaringan pulpa di kamar pulpa diambil dengan ekskavator atau bur bulat.
• Pembersihan kamar pulpa dengan larutan NaOCl agar orifis terlihat jelas.
• Eksplorasi, untuk menentukan letak orifis digunakan endodontik eksplorer/ sonde lurus. Setelah
orifis diketahui, masukkan jarum Miller atau smooth broach disepanjang dinding saluran akar
hingga ke kontriksi apikal.
• Ekstirpasi, yaitu pengambilan jaringan pulpa pada saluran akar dengan cara memasukkan
barbed broach disepanjang dinding saluran akar hingga mencapai kontriksi apikal. Kemudian
gerakkan barbed broach ke tengah lalu diputar 180º searah jarum jam, lalu ditarik keluar.
Cara ini diulang lagi sampai jaringan pulpa terambil seluruhnya.
• Lakukan irigasi pada saluran akar dengan menggunakan akuades steril untuk menghilangkan debris
dan darah, lalu keringkan dengan menggunakan paper point.

Gambar . Posisi orifis dari gigi premolar 2 rahang atas dan molar 1
Rahang atas
Gambar 7. Langkah-langkah pembukaan akses pada gigi premolar
a. Memperoleh akses yang lurus, bertujuan untuk :
- Pengendalian instrumen yang lebih baik
- Kerapatan obturasi yang lebih baik
- Pembuangan struktur gigi secara efisien
- Mengurangi kesalahan prosedur (terbentuknya ledge,transportation, perforasi apeks,
dan perforasi furkasi)
b. Mempertahankan struktur gigi, bertujuan untuk :
- Pelemahan gigi yang minimal
- Mencegah perforasi
c. Pembuangan atap pulpa dan tanduk pulpa, bertujuan untuk :
- Mencapai visibilitas yang maksimal
- Memperoleh lokasi saluran akar
- Memperoleh akses lurus yang baik
- Membuka tanduk pulpa
7. Penentuan Panjang Kerja (PK)
Panjang kerja merupakan panjang dari titik referensi koronal sampai titik akhir preparasi
saluran akar dan obturasi. Titik referensi koronal biasanya titik tertinggi dari ujung insisal gigi
anterior atau ujung cups gigi posterior.

Gambar 8. Panjang kerja.


Panjang kerja harus ditentukan untuk menghindari :
❖ Rusaknya apical constriction (penyempitan saluran akar di apikal).
Apical constriction berjarak 0,5-1,5 mm dari foramen apikal. Fungsi dari foramel apikal
adalah sebagai panduan klinisi dalam membersihkan, membentuk, dan mengisi bahan
saluran akar.
❖ Perforasi ke apikal.
Panjang kerja dapat ditentukan dengan menggunakan metode :

➢ Metode radiografi
Menurut Bregmann
Pj. gigi sebenarnya = Pj.Mahkota sebenarnya x Pj.Gigi Rontgen
Pj.Mahkota
Rontgen Pj. kerja = Pj.Gigi Sebenarnya – (1-2 mm)
Menurut Grossman
• Menggunakan file no #10 / #15
• File dimasukan ke dalam canal hingga reference point
• Rontgen dilakukan, kemudian hitung dengan rumus

PGS = PIS x PGR


PIR

PGS : Panjang gigi sebenarnya


PIS : Panjang instrumen sebenarnya PGR
:Panjang gigi dalam rontgen
PIR : Panjang instrumen dalam rontgen
Jarak panjang kerja dari apeks ditentukan oleh keadaan pada radiografi, yaitu:
A. Tidak ada resorpsi tulang/akar : 1 mm dari apeks.
B. Resorpsi tulang tetapi tidak ada resorpsi akar : 1,5 mm dari apeks.
C. Resorpsi tulang dan akar : 2 mm dari apeks.

Gambar 9. Jarak Panjang Kerja Berdasarkan Keadaan Radiografi


➢ Metode Non Radiografi
1. Metode Taktil
Biasanya untuk yang telah terlatih. Ujung jari mendekati file untuk mencapai
kontriksi apeks.
2. Metode Elektronik Mengunakan Apex Locator
Saluran akar diirigasi dengan NaOCl dan dikeringkan dengan paper point. File
dimasukkan ke saluran akar sampai layar pengukuran elektronik terbaca 0,5 mm dari
apeks dan terdengar nada yang mengindikasikan apeks sudah tercapai. File dikunci
posisinya dan ditentukan panjang kerjanya dengan mengurangi 1-2mm dari ukuran
panjang saluran akar yang telah didapatkan.

Gambar 10. Electronic Apex Locator


8. Menentukan IAF (Initial Apical File)
IAF merupakan file terbesar pertama yang pas masuk saluran akar dan sesuai dengan
panjang kerja yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah mendapatkan IAF, lakukan foto
rontgen kembali untuk memastikan bahwa IAF telah benar.

9. Irigasi Saluran Akar


Fungsi dari irigasi:
▪ Menghilangkan dentinal shaving dengan physical flushing
▪ Meningkatkan efisiensi dari instrumen.
▪ Melarutkan jaringan nekrotik.
▪ Menghilangkan debris dari kanal lateral dan akesori
▪ Berisfat antibakteri.
▪ Bleaching action
▪ Irigasi dengan lubricating agent semakin meningkatkan efisiensi.
▪ Membuka tubulus dentin dengan menghilangkan smear layer.
Irigasi saluran akar yang dapat digunakan antara lain larutan saline 0,9%, larutan NaOCl
2,5%, larutan EDTA 15%, dan larutan khlorheksidin 0,2%. Teknik irigasi saluran akar yaitu :
a) Bahan irigasi dimasukkan secara perlahan ke dalam saluran akar.
b) Jarum tidak boleh terjepit dalam saluran akar dan harus memungkinkan aliran yang
adekuat.
c) Pilih jarum tumpul ukuran 25 atau 27 gauge.
d) Pada kasus saluran akar kecil, masukkan larutan pada kamar pulpa. File akan
membawa larutan sampai ke saluran akar. Untuk membuang kelebihan cairan,
sebaiknya ditampung dengan kasa yang diletakkan dekat kamar pulpa. Selanjutnya
untuk mengeringkan saluran akar, gunakan paper point.
e) Pada kasus saluran akar yang besar, masukkan jarum sampai tidak ada hambatan, lalu

tarik jarum 2-3 mm dan irigasi. Untuk membuang kelebihan cairan, sebaiknya
ditampung dengan kasa yang diletakkan dekat kamar pulpa. Selanjutnya untuk
mengeringkan saluran akar, gunakan paper point.

f) Agar pembersihan efektif pada saluran akar gigi,bengkokkan 30º di tengah jarum
untuk mencapai panjang optimum saluran akar.

Gambar 11. Irigasi saluran akar


Tabel 1. Ringkasan bahan irigasi yang digunakan pada perawatan endodonti
No Bahan irigasi Salin NaOCl H2 O2 EDTA Klorheksidin
1 Konsentrasi 0,9% 0,5%,1%,2,5%,5,2% 3% 15%, 17% 0,12%, 0,2%,2%
2 pH 7,3 10,8-12 6 7,3-8 5,5-7
3 Mekanisme Pembilasan Bakterisidal Bakterisidal Lubrikasi, Bakteriostatik
aksi fisik emulsifikasi, dan pada konsentrasi
membawa debris rendah.
dalam suspense Bakterisidal pada
konsentrasitinggi
4 Keuntungan Tidak ada Memiliki sifat Memiliki Melarutkan Lebih efektif pada
efek melarutkan debris sifat dentin/debris bakteri gram
samping organik, pelumas, dan disinfectant anorganik, positif
antibakteri dan sebagai pelumas,
antibakteri membuat
manipulasi canal
menjadi lebih
mudah
5 Kerugian Disinfectant Dapat menyebabkan Tidak dapat
yang terlalu cidera jaringan jika melarutkan sisa
ringan keluar keperiapikal jaringan nekrotik

10. Preparasi Saluran Akar


Teknik preparasi saluran macam terbagi antara lain, teknik konvensional, teknik step- back

dan teknik crowndown. Teknik preparasi yang digunakan adalah teknik preparasi crowndown
dengan menggunakan protaper.
Cara preparasi dengan menggunakan protaper :
Saluran akar dipreparasi dengan teknik crown-down menggunakan protaper for hand use.
Berikut tahapan prosedur yang dilakukan pada sistem protaper hand use :
1. Mengakses saluran akar dengan file nomor 10 untuk mendapatkan jalur yang tepat (glide path),
instrumen ini dimasukkan ke saluran akar sampai pergerakannya terasa longgar. Dilakukan
peningkatan ukuran K-file nomor 15 untuk rekapitulasi.
2. File Sx digunakan pertama kali untuk memperlebar jalan pada sepertiga korona.
3. Menentukan panjang kerja, panjang kerja disesuaikan dengan panjang masing-masing akar,
misal pada akar mesial panjang kerja 9 mm
2 x 9 mm = 6 mm, maka 2/3 panjang kerja adalah 6
mm. 3
4. Menggunakan file S1 pada 2/3 panjang kerja (6 mm), dengan tekanan pasif mengikuti jalan
yang telah ditentukan sebelumnya dengan file manual.
5. Saluran akar diirigasi dan dilakukan rekapitulasi dengan file nomor 10 dan 15 kemudian
dilakukan irigasi lagi.
6. Dinding saluran akar akan menjadi lebih halus, kemudian preparasi dilanjutkan dengan
file S1 pada panjang kerja, saluran akar diirigasi kembali serta dilakukan rekapitulasi.
7. Menggunakan file S2 sesuai dengan panjang kerja yang telah ditentukan yaitu 9 mm.
8. Saluran akar diirigasi dan dilakukan rekapitulasi dengan file nomor 15, kemudian dilakukan
irigasi lagi.
9. Menggunakan finishing file F1 dan F2 untuk memantapkan panjang kerja dan
melengkapi preparasi.
Tabel 2. Perbedaan teknik step back dan crown down.

Step Back Crown Down


Diawali dengan instrument terkecil - Diawali dengan instrument terbesar
- Pada sepertiga koronal
- Preparasi dimulai pada sepertiga apikal - Bisa menggunakan hand/ rotary instrument

- Menggunakan hand-instrument

• Kekurangan Teknik Step Back:


- Pada akar yang sempit, instrument tersendat dan mudah patah
- Kebersihan daerah apikal dengan irigasi sulit dicapai
- Resiko terdorongnya debris ke arah apeks
- Prosedur perawatan membutuhkan waktu yang lama
- Membutuhkan banyak peralatan
• Keuntungan Teknik Crown Down:
- Membuang penyempitan servikal
- Akses ke apikal lurus
- Instrument apikal efisien
- Irigasi mudah
- Pengeluaran debris mudah
- Instrument yang digunakan lebih sedikit
- Waktu lebih cepat
- Preparasi menghasilkan taper lebih besar
• Teknik Hybrid (kombinasi)
Teknik inisebenarnya menggunakan teknik dasarstep back dan crown down,dengan dimodifikasi
menggunakan beberapa instrumen tambahan seperti Rudle Technique, Profile GT taper Technique.
Gambar 12. Prosedur pulpektomi dengan Teknik
crowndown
11. Medikamen
Tujuan pemberian medikamen:
1) Sterilisasi saluran akar (aktivitas antibakteri)
2) Pembentukan jaringan keras
3) Mengontrol nyeri, eksudasi, dan resorpsi pasca perawatan.
Setelah preparasi saluran akar, maka dapat diberikan kalsium hidroksida sebagai medikamen.
Kalsium hidroksida dapat dicampur dengan akuades, saline, gliserin, chlorhexidine, atau anestesi
lokal. Kalsium hidroksida diaplikasikan pada saluran akar dengan menggunakan paper point,
spreader, atau lentulo spiral yang diletakkan pada dasar kamar pulpa dan ditumpat sementara.
Penggunaan lentulo dapat dilakukan dengan tangan atau low speed yang dimasukkan dengan
putaran berlawanan dengan arah jarum jam, kemudian dikeluarkan searah dengan jarum jam.
Apabila terjadi hambatan, sebaiknya pemutarannya tidak dipaksakan karena alat bisa patah
dalam saluran akar.
Masa aktif kalsium hidroksida adalah 7-14 hari. Pemberian medikamen kalsium hidroksida
dikatakan berhasil jika pada kunjungan berikutnya kalsium hidroksida dalam keadaan kering.
Kalsium hidroksida diambil dengan menggunakan file, lalu diletakkan pada glass pad untuk
melihat kering atau tidaknya kalsium hidroksida.
Tabel 2. Ringkasan bahan medikamen yang digunakan pada perawatan endodonti
Bahan Komposisi Durasi Keuntungan Kerugian
Medikamen Aktivitas
Golongan Fenol
✓ Eugenol • Minyak 3 hari Mengendalikan nyeri Bau dan rasa tidak enak
cengkeh
• Fenol
✓ ChKM • Parachlorophen 1 hari • Antibakteri sprektrum luas, Tidak bermanfaat sebagai

ol sifat iritasi rendah medikamen antar-kunjungan

• Kamfer • Desinfektan lebih tinggi

• Menthol dibanding golongan fenol


lain -
• Dapat menembus jauh ke
dalam dentin yang sudah

✓ Chresophen terinfeksi bakteri

• Dexamethasone 3 - 5 hari sebelumnya (foramen apikal

base dan jaringan periapikal).

• Parachlorophen
ol Antiphlogistikum (mengurangi • Mutagenik dan karsinogenik

• Thymol inflamasi) • Pengaplikasian berlebih dapat

• Camphor menyebabkan periodontitis


dan toksis pada jaringan
• Ortho
periapikal
✓ TKF • Metha
• Para cresol
• Mensterilkan bakteri Efek antimikroba rendah
dengan formalin
anaerob
• Metacresilat
• Cukup efektif untuk
mendesinfeksi kavitas pulpa
✓ Cresatin
• Sebagai antimikroba saluran
akar
• Mempunyai sifat antiseptik
• Mengurangi rasa sakit
• Sifat mengiritasi jaringan
periapikal rendah

Aldehid
✓ Formokresol • Formaldehyde 2-3 bulan Antibakteri Toksisitas, tidak mengendalikan
• Cresol nyeri, efek nekrosis terhadap
• Water and jaringan, merangsang resopsi
✓ Glutaraldehid glycerine 14-30 hari Desinfektan kuat internal
Reaksi bersifat asam,
mengiritasi jaringan

Steroid Belum Menurunkan nyeri, tidak Menurunkan regenerasi sel dan


diketahui toksis,mengurangi peradangan jaringan, menghambat
pembentukan fibroblas dan
antibodi
Kalsium Pasta Basis 7-14 hari Antimikroba, menurunkan Tidak mengendalikan nyeri
Hidroksida • Glycol inflamasi pada apeks, tidak
salicylate toksis
• Calcium
sulphate
• Titanium
dioxide
• Calcium
tungstate/bariu
m sulphate
Pasta Katalis
• Calsium
hydroxide
• Zinc oxide
• Zinc stearate
• Ethylene
toluene
• Sulfonamide

12. Obturasi
Tujuan dari obturasi adalah memasukkan bahan pengisi ke saluran akar yang sebelumnya diisi oleh
jaringan pulpa untuk mencegah infeksi berulang, menciptakan kerapatan yang sempurna sepanjang
sistem saluran akar (dari korona sampai ujung apeks).
Syarat boleh dilakukannya obturasi adalah saat tidak adanya keluhan pasien dari gigi yang dirawat
(rasa sakit, palpasi, dan perkusi negatif), saluran akar telah kering, tidak berbau (cotton pellet), steril,
tumpatan sementara tidak terbuka, lesi periapikal tidak berkembang, rontgent MAC sudah sesuai dengan
panjang kerja, dan preparasi saluran akar telah selesai.
Tabel. 3 Ringkasan material obturasi yang digunakan pada perawatan endodonti
Material Obturasi Keuntungan Kekurangan
SOLID
Gutta percha Plastis, bersifat opak, Tidak beradhesi ke dentin (diperlukan
kerapatannya adekuat, mudah sealer), mengkerut jika dingin, tidak bisa
dikeluarkan dari saluran akar, digunakan pada saluran akar yang sangat
antimikrobial. bengkok.
Kon Perak Kerapatan yang adekuat untuk Tidak mampu beradapatsi, korosi, toksisitas,
jangka waktu pendek. susah dikeluarkan kembali.
SEMISOLID
(PASTA)
ZOE Bersifat opak, antimikrobial, Pengkerutan saat mengeras, toksis, sukar
mudah dimanipulasi mengendalikan panjang kerja, kerapatan tidak
konsisten.
Berbasis resin Material obturasi tunggal, Toksis, sukar menentukan panjang kerja,
mudah dimanipulasi mudah larut

Tabel. 4 Ringkasan jenis sealer yang digunakan pada perawatan endodontik


Jenis sealer Keuntungan Kerugian
Berbasis OSE
Endofill Kombinasi baik dengan gutta Mewarnai dentin, waktu pengerasan sangat
percha, radiopak, tidak lambat (2-5 jam), tidak adhesif, mudah larut,
mengkerut, antiinflamasi- toksisitas
antiseptik
Endometason Radiopak, antiinflamasi Kelarutan tinggi, menimbulkan alergi
Berbasis Resin
2-seal Sifat sealing jangka panjang, Toksisitas, sulit dibersihkan, adhesif kurang
adhesif, radiopak yang sangat baik dengan gutta percha.
tinggi.
AH26 Antimikroba, adhesif, waktu Mewarnai dentin, tidak larut dalam pelarut,
kerja lama, kerapatan sangat sedikit toksis saat belum mengeras.
baik.
Glass ionomer Adhesi baik ke dentin Sulit larut jika dilakukan perawatan ulang
cement (pembuatan pasak).
Kalsium Merangsang terbentuknya Toksisitas.
Hidroksida barrier kalsium di apeks,
antimikroba, kerapatan jangka
pendek yang adekuat.
Silicone
Gutta flow Bersifat radiopak, toksisitas Tidak adhesif dengan dentin.
rendah, adaptasi baik.
Material yang dapat digunakan adalah gutta percha dengan semen saluran akar/sealer.
Pengaplikasian semen saluran akar menggunakan lentulo. Fungsi semen saluran akar adalah sebagai
antimikroba, mengisi celah antara bahan pengisi dengan dinding dentin, sebagai agen pengikat, sebagai
pelumas, dan memberikan efek radiopak. Campur bubuk sealer dan cairan dengan rasio 1:1,
pengadukan dengan gerakan memutar sampai homogen pada glass slab. Campuran dianggap baik bila
sealer dapat diangkat dengan spatula dari adukan setinggi sekitar 2 cm tanpa putus. Teknik obturasi
yang digunakan adalah teknik kondensasi lateral menggunakan spreader.
Langkah-langkah obturasi dengan menggunakan teknik ini adalah :
1. Master kon dipaskan pada saluran akar sesuai dengan panjang kerja.
2. Jika letak master kon sudah tepat dalam saluran akar, kon tersebut dikeluarkan dan saluran akar
dikeringkan kembali.
3. Campur semen saluran akar dan masukkan ke saluran akar dengan menggunakan lentulo dengan
putaran searah jarum jam. Alat ini dapat digunakan dengan mesin berkecepatan rendah (low
speed). Dapat pula menggunakan file untuk menggantikan lentulo, tetapi pemakaiannya berlawanan
arah jarum jam. Bila menggunakan lentulo, semen saluran akar diambil dengan ujung lentulo, lalu
dimasukkan ke dalam saluran akar sampai tertahan, tarik sekitar 2 mm agar tidak terkunci dalam
saluran akar, kemudian putar searah jarum jam. Jarum lentulo tidak boleh terkunci dalam saluran
akar agar tidak patah saat diputar. Tahap ini dilakukan sampai seluruh dinding saluran akar
terlapisi oleh semen.
4. Master kon dilapisi dengan semen saluran akar dan dengan hati-hati dimasukkan ke dalam saluran
akar, ditarik sedikit satu atau dua kali, lalu masukkan kembali sampai panjang kerja.
5. Master kon ditekan dengan spreader sampai rapat ke dinding saluran akar dan ditekan ke arah
apeks sampai 1-2 mm lebih pendek dari panjang kerja, putar ke kiri dan ke kanan, keluarkan dari
saluran akar.
6. Untuk membebaskan spreader waktu akan dikeluarkan, putar spreader bolak balik sepanjang
sumbunya.
7. Setelah dikeluarkan, masukkan segera kon aksesori ke saluran akar. Masukkan kembali
spreader untuk menekan kon aksesori.
8. Ulangi tahap ini sampai spreader tidak dapat masuk orifis.
9. Potong kelebihan gutta percha dengan instrumen yang ujungnya dipanaskan. Pemotongan dilakukan
sampai 1 mm di bawah tepi gingiva gigi anterior, kemudian dilakukan kondensasi vertikal dengan
root canal plugger (untuk gigi anterior) sampai 1-2 mm ke arah apeks dari servikal. Jarak
pemotongan ini bertujuan untuk memberikan space atau ruang untuk
penempatan basis di atas gutta percha.
13. Tumpatan sementara
Penumpatan sementara dilakukan dengan menggunakan tehnik double seal, yaitu diaplikasikan
GIC kemudian letakkan kapas diatasnya dan ditumpat dengan bahan tumpatan sementara (fletcher atau
cavit). Setelah itu dilakukan rontgen terhadap hasil obturasi.
14. Kontrol
Kontrol dilakukan setelah dilakukan perawatan saluran akar dengan melakukan pemeriksaan
subjektif, objektif dan dan pemeriksaan radiografis.

a. Pemeriksaan subjektif; untuk melihat ada atau tidaknya keluhan pasien setelah
dilakukan obturasi.
b. Pemeriksaan subjektif; untuk melihat ada atau tidaknya keluhan pasien setelah
dilakukan obturasi
c. Pemeriksaan objektif; dilakukan palpasi, perkusi serta tes mobilitas gigi
d. Pemeriksaan radiografis; untuk melihat keadaan periapikal pada gigi yang dirawat saluran akar
15. Restorasi Akhir
Dapat dilakukan jenis restorasi indirek (inlay atau onlay) dan bahan restorasi yang disesuaikan
dengan kasus dan dikomunikasikan dengan pasien.

Palembang, 14 Februari 2022


Disetujui Oleh,
Dokter Pembimbing Konservasi ,

drg. Listia Merdeka Ekawati, Sp.KG

NIP. 198408172009032006

Anda mungkin juga menyukai