Anda di halaman 1dari 13

PROSEDUR PENATALAKSANAAN

PULPEKTOMI DAN PERAWATAN SALURAN AKAR

Disusun Oleh :
Dwi Mayangsari, S.KG

: 04124707037

Muhammad Haikal, S.KG

: 04124707041

Nurdiana, S.KG

: 04124707042

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2014
I
Data Pribadi Pasien

INFORMASI KASUS

Nama Pasien

: Okta vianti

Umur

: 16 tahun

Suku

: Melayu

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status Perkawinan

: Belum kawin

Agama

: Islam

Alamat Tetap

: Jl. Sersan Sani Lr. Tunas Jaya RT. 17/05,


Talang Semut

Telepon/Hp

: 08985702308

Pendidikan Terakhir

: SMP

Pekerjaan

: Pelajar

Peserta Asuransi

: -

Dokter Keluarga

: -

Diagnosa

Gigi 12 Pulpitis irreversibel disertai periodontitis apikalis


CE (+), Sondasi (+), Perkusi (+), Palpasi (-)

Gigi 11 Pulpitis irreversibel disertai periodontitis apikalis


CE (+), Sondasi (+), Perkusi (+), Palpasi (-)

Gigi 22 Nekrose Pulpa


CE (-), Sondasi (-), Perkusi (-), Palpasi (-)

Perawatan

: Gigi 12 Pulpektomi
Gigi 11 Pulpektomi
Gigi 22 Perawatan Saluran Akar

Anamnesa
Pada tanggal 23 Januari 2014, pasien bernama Okta Vianti, berusia 16
tahun mengeluhkan gigi-gigi depan atasnya berlubang besar, gigi tersebut pernah
sakit sejak 5 bulan terakhir. Pasien merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri
akibat keadaan gigi tersebut, sehingga ingin giginya dirawat.
II PROSEDUR PENATALAKSANAAN PULPEKTOMI DAN
PERAWATAN SALURAN AKAR

Foto rontgen periapikal


Terdapat 3 fungsi utama foto rontgen periapikal dalam perawatan endodontik,

yaitu:1

Diagnosis
Treatment
Menentukan panjang kerja, master kon, dan obturasi.
Recall
Mengevaluasi perawatan yang telah dilakukan.
Gambar 1. Foto rontgen periapikal gigi 12 dan 11
Gambar 2. Foto rontgen periapikal gigi 22

Penentuan Panjang Kerja


Panjang kerja dapat dtentukan dengan menggunakan metode :1,2
a. Radiografi
1) Panjang kerja estimasi
- Ukur jarak dari titik acuan ke apeks dengan penggaris milimeter
pada film diagnostik.
- Kurangi hasil pengukuran radiograf tadi dengan 3 mm untuk
mendapatkan panjang kerja estimasi. Ini dilakukan dengan
pertimbangan:

hubungan

apeks

radiografi

dengan

foramen

apikalis/konstriksi yang sebenarnya ( 1mm). Efek pembesaran dari


radiograf, pembesaran 2 mm (karena divergensi berkas sinar utama)
umum terjadi pada semua gigi. Pengurangan 3 mm ini umumnya
akan mendapatkan instrumen awal sedikit lebih pendek dari panjang
kerja.
- File yang sudah ditandai dengan panjang kerja estimasi digunakan
untuk mengeksplorasi saluran akar. Eksplorasi dilakukan sampai
memperoleh ukuran yang tidak lagi bisa dimasukkan lebih dalam
(terkunci) pada panjang yang sama dengan atau sedikit lebih pendek
dari panjang kerja estimasi.
- Buat radiograf.
2) Panjang kerja yang tepat
2

- Panjang kerja yang tepat ditentukan dengan mengukur perbedaan


antara ujung file dan apeks radiografis. File kemudian disesuaikan
sampai mencapai titik 1-2 mm lebih pendek dari apeks radiografis.
Jarak panjang kerja dari apeks ditentukan oleh keadaan pada
radiografi, yaitu:
* Tidak ada resorpsi tulang/akar : 1 mm dari apeks.
* Resorpsi tulang tetapi tidak ada resorpsi akar : 1,5 mm dari apeks.
* Resorpsi tulang dan akar : 2 mm dari apeks.

Gambar 3. Jarak panjang kerja berdasarkaan keadaa radiografi1


* Jika perbedaan antara ujung file dengan panjang kerja yang tepat
kurang dari 3 mm, panjang file disesuaikan untuk mendapat panjang
kerja yang tepat. Tidak diperlukan radiografi tambahan untuk
verifikasi karena faktor pembesaran tidak bermakna.
* Jika perbedaan (bertambah/berkurang) lebih dari 3 mm, untuk
mendapatkan panjang kerja yang tepat sesuaikan letak stoper
instrumen dan buat radiografi konfirmasinya.
Penentuan panjang kerja menurut Grossman:
*Rumus Pj. gigi sebenarnya = Pj.instrumen sebenarnya x Pj.gigi rontgen
Pj.instrumen rontgen
*Panjang Kerja = Pj.gigi sebenarnya (1-2mm)
b. Metode non-radiografi
o
o
o
o
3

Digital tactile sense


Periodontal sensivity test
Paper point measurement method
Electronic Apex Locator

Pemberian anestesi lokal pada gigi vital

Pulpektomi vital merupakan suatu prosedur yang menyakitkan jika dilakukan


tanpa anestesi yang memadai. Anestesi yang dilakukan pada prosedur ini adalah
anestesi infiltrasi. Namun, bila anestesi infiltrasi tidak berhasil maka diberikan
anestesi tambahan seperti injeksi intraosseus, injeksi intraligamen, atau injeksi
intrapulpa.2,3

Injeksi intraosseus3
- Lakukan anestesi infiltrasi pada jaringan lunak yang menutupi akar gigi
-

dan tulang kortikal.


Lubangi tulang kortikal menggunakan solid needle yang dihubungkan

dengan contra-angle handpiece


Masukkan jarum injeksi pada saluran yang telah dilubangi.
Injeksikan anestetikum sebanyak 0,5 ml.

Gambar 4. Teknik injeksi intraosseus2

Injeksi intraligamen3
- Injeksikan jarum pada sulkus gingiva, dibagian mesial atau distal gigi yang
-

akan dianestesi.
Masukkan jarum ke ligamen periodonatl sampai ada tahanan.
Injeksikan anestetikum sebanyak 0,2 ml secara perlahan.
Teknik injeksi ini tidak digunakan pada periodontitis marginalis.

Gambar 5. Teknik injeksi intraligamen2

Injeksi intrapulpa2
- Jarum dibengkokkan 45o dengan menggunakan tutup jarum.
- Untuk menutup lokasi injeksi, dipakai gulungan kapas.
- Jarum ditempatkan pada lubang atap pulpa (peringatkan pasien akan
-

kemungkinan adanya nyeri).


Mampatkan gulungan kapas pada lubang akses dan deponir secara
perlahan. Pasien sering merasakan adanya nyeri tajam sewaktu terasa
adanya tekanan balik pada pegangang jarum suntik. Adanya tekanan balik
ini menandakan anestesi berhasil.
Gambar 6. Teknik injeksi intrapulpa3

Open Bur / Pembukaan akses


Sebelum melakukan pembukaan akses, terlebih dahulu kita harus mengetahui

anatomi dari saluran akar gigi yang akan dirawat.


Anatomi Saluran Akar
a. Gigi Insisivus Sentral Rahang Atas

Gambar 7. Anatomi saluran akar gigi Insisivus Sentral Rahang Atas4


Panjang rata-rata gigi insisivus sentral rahang atas adalah 22,5 mm, dengan
volume pulpa berkisar 12,4 mm3. Kamar pulpa terletak pada pertengahan gigi.
Lebar mesiodistal kamar pulpa mengikuti outline mahkota dan berbentuk oval.
Gigi ini memiliki satu akar dengan satu saluran akar. Dilihat secara koronal,
saluran akar gigi ini berbentuk oval dan melebar ke labiopalatal.1
b. Gigi Insisivus Lateral Rahang Atas

Gambar 8. Anatomi saluran akar gigi Insisivus Lateral Rahang Atas4


Panjang rata-rata gigi insisivus sentral rahang atas adalah 21 mm, dengan
volume pulpa berkisar 11,4 mm3. Bentuk kamar pulpa gigi ini sama dengan gigi
insisivus sentral, namun insical outline kamar pulpanya lebih membulat. Gigi ini
memiliki satu akar dengan satu saluran akar. Saluran akar gigi ini melebar ke
labiopalatal dan berbentuk oval.1
Preparasi Akses
Tujuan dari preparasi akses adalah memperoleh akses yang lurus. Pembukaan
akses dimulai pada pertengahan permukaan lingual gigi insisivus menggunakan
bur bulat dan dilanjutkan dengan tapered fissured bur untuk memperlebar kavitas.
Bentuk preparasi akses gigi insisivus adalah segitiga yang membulat (rounded
triangular).1 Jaringan pulpa di kamar pulpa diambil dengan menggunakan
ekskavator atau bur bulat. Selanjutnya, sonde lurus atau jarum miller digunakan

untuk mencari orifis. Setelah orifis ditemukan, dilakukan pembuangan jaringan


pulpa di saluran akar dengan menggunakan barbed broach.5 Lakukan irigasi pada
saluran akar dengan menggunakan aquades steril untuk menghilangkan kotoran
dan darah, kemudian keringkan dengan paper point.
Gambar 9. Pembukaan akses dengan bur bulan dan bentuk preparasi akses
pada gigi insisivus1

Menentukan IAF(Initial Apical File)


IAF merupakan file terbesar pertama yang pas masuk saluran akar dan sesuai
dengan panjang kerja yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah mendapatkan
IAF, lakukan foto rontgen kembali untuk memastikan bahwa IAF telah benar.

Irigasi saluran akar dan medikamen


Tujuan dari irigasi saluran akar adalah:3

Untuk membersihkan debris dan serbuk dentin serta menjaga saluran akar

tetap lembab.
Untuk memberi efek antibakteri.
Untuk meningkatkan efektivitas prosedur instrumentasi dengan melarutkan
sisa-sisa jaringan nekrotik, terutama di daerah yang tidak dapat dicapai oleh

instrumentasi mekanis.
Untuk melarutkan smear layer.
Bahan irigasi saluran akar yang digunakan yaitu:1

Chemically non-active solution Aquades steril, saline, dan anestesi lokal

Chemically active solution NaOCl 0,5%-5,25% ; EDTA liquid 15%, 17% ;


hidrogen peroksida 3%, dan Chlorhexidine 0,2%

Tabel ringkasan bahan irigasi yang digunakan pada perawatan endodonti.1


No

Bahan irigasi

1
2
3

Konsentrasi
pH
Mekanisme
aksi

Normal
saline
0,9%
7,3
Pembilasan
fisik

Sodium hipoklorit
1%, 2,5%,5,25%
10,8-12
Bakterisidal

Hidrogen
peroksida
3%
6
Bakterisidal

EDTA
15%, 17%
7,3-8
Lubrikasi,
emulsifikasi,

kloreksidin
0,12%, 0,2%
5,5-7
Bakteriostatik
pada konsentrasi

dan membawa
debris
dalam
suspensi
4

Keuntungan

Tidak ada
efek
samping

Memiliki
sifat
melarutkan,
disinfectant, dan
antimicrobial

Kerugian

Disinfectant
yang terlalu
ringan

Dapat
menyebabkan
cidera
jaringan
jika
keluar
keperiapikal

Memiliki
sifat
disinfectant
dan
antimikrobia
l

Melarutkan
dentin.
Membuat
manipulasi
canal menjadi
lebih mudah

rendah.
Bakterisidal pada
konsentrasi
tinggi
Lebih
efektif
pada
bakteri
gram positif

Tidak
dapat
melarutkan sisa
jaringan nekrotik

Larutan irigasi yang paling sering digunakan dalam perawatan endodontik


adalah larutan sodium hipoklorit (NaOCl). Namun NaOCl saja tidak cukup dalam
melakukan pembersihan saluran akar secara total, sehingga dianjurkan
penggunaan irigasi lain yang dikombinasikan dengan NaOCl. Irigasi tambahan
yang umum digunakan yaitu:6
a.
b.
c.
d.

Ethylene diaminetetracetic acid / EDTA (17%)


Clorhexidine 0,2%
Asam Sitrat 50%
Aquadest
Perbedaan utama antara gigi vital dan nekrosis adalah gigi nekrosis tidak lagi

memiliki jaringan parenkim pulpa dan adanya bakteri dalam jumlah besar. Irigasi
untuk gigi nekrosis dimulai dengan NaOCl untuk menghilangkan bakteri atau
dengan klorheksidin selama 10-15 menit. Kemudian digunakan aquadest untuk
menetralisir efek-efek dari irigasi sebelumnya. Selanjutnya dapat dilanjurkan
urutan irigasi seperti pada gigi vital.6
Irigasi untuk gigi vital dimulai dengan larutan NaOCl, selanjutnya
menggunakan larutan EDTA dan dilanjutkan kembali dengan NaOCl. Setiap
penggantian irigasi dinetralisir dengan aquadest. Klorhesidin selanjutnya
digunakan untuk mengeliminasi bakteri yang tersisa di dalam saluran akar.
Aquadest digunakan kembali pada tiap penggantian larutan irigasi yang bertujuan
untuk mencegah reaksi asam/basa antara NaOCl dan EDTA.6
Teknik irigasi saluran akar:1
-

Bahan irigasi dimasukkan secara perlahan dalam saluran akar.

Jarum tidak boleh terjepit dalam saluran akar dan harus memungkinkan aliran

yang adekuat.
Pilih jarum tumpul ukuran 25 atau 27.
Pada kasus saluran akar kecil, masukkan larutan pada kamar pulpa. File akan

membawa larutan sampai ke saluran akar.


Untuk membuang kelebihan cairan, sebaiknya diaspirasi dengan siringe atau
ditampung dengan kasa yang diletakkan dekat kamar pulpa. Selanjutnya untuk
mengeringkan saluran akar, buang sisa larutan dengan paper point.
Gambar 10. Irigasi pada saluran akar
Pada kasus saluran akar yang besar, masukkan jarum sampai tidak ada

hambatan, lalu tarik jarum 2-3 mm dan irigasi. Gunakan paper poin untuk
menghilangkan kelebihan larutan.
Agar pembersihan efektif pada saluran akar gigi anterior dan posterior,

bengkokkan 300 di tengah jarum untuk mencapai panjang optimum saluran


akar.
Gambar 11. Jarum irigasi yang dibengkokkan 30o
Fungsi utama bahan medikamen adalah aktivitas antibakterial (antiseptik dan
disinfeksi). Selain itu bahan medikamen juga berfungsi untuk pembentukan
jaringan keras, mengontrol nyeri, eksudasi, dan resorpsi.4
Bahan medikamen yang dapat digunakan adalah:1
a. Essential oil (eugenol)
b. Phenolic compounds (phenol, paramonochlor, camphorate phenol, cresatin,
c.
d.
e.
f.
g.

aldehydes)
Halogens (chlorine-sodium hypochlorite, iodine)
Chlorhexidine gluconate
Antibiotik
Kombinasi Corticosteroid-antibiotic
Kalsium hidroksida
Kalsium hidroksida merupakan bahan pilihan sebagai medikamen dalam

saluran akar, karena kalsium hidroksida telah berhasil digunakan pada berbagai
kondisi saluran akar. Kalsium hidroksida dapat dicampur dengan aquades, salin,
gliserin, klorheksidin, atau anestesi lokal. Kalsium hidroksida diaplikasikan pada
saluran akar dengan menggunakan paper point, spreader, atau lentulo spiral.1,2,4
7

Preparasi saluran akar

Teknik preparasi yang digunakan adalah teknik preparasi step back


(Telescopic canal preparation atau Serial Root Canal Preparation). Tujuan dari
preparasi step back adalah untuk menjaga agar preparasi apeks sekecil dan
sepraktis mungkin serta melebar ke korona sepanjang saluran akar serta preparasi
apeks tetap dan tidak tergeser dari posisi saluran akar sebelumnya.1
Cara preparasi stepback : 7,8
-

Preparasi saluran akar diawali dengan menggunakan IAF dengan putaran -

putaran searah jarum jam.


Lakukan preparasi sampai 2 nomor di atas IAF, selanjutnya tentukan MAF.
Preparasi selanjutya adalah stepback menggunakan K-File sampai 3 nomor di
atas MAF dengan memperpendek panjang kerja sepanjang 1mm.

Gambar12. Preparasi step back pada saluran akar


Setiap pergantian alat dari nomor kecil ke nomor berikutnya selalu dilakukan
irigasi dan rekapitulasi (suatu istilah yang digunakan pada saat instrumentasi,
yakni memasukkan kembali file terakhir yang digunakan pada preparasi
apikal untuk mengeluarkan debris tetapi tidak memperlebar saluran akar).
Instrumentasi

Irigasi

Rekapitulasi

Rekapitulasi

Irigasi

Instrumentasi

Gambar 13. Urutan selama preparasi saluran akar


Contoh Step back:
IAF 20/24

25/24

MAF 30/24

35/23
Rekapitulasi I 30/24
40/22
Rekapitulasi II 35/23
45/21
Rekapitulasi III 40/22

Setelah itu lakukan kembali foto rontgen untuk memastikan bahwa MAC
(Master Apical Cone) telah sesuai panjang kerja.
8

Obturasi
Tujuan dari obturasi adalah memasukkan suatu bahan pengisi ke ruang pulpa

yang sebelumnya diisi oleh jaringan pulpa untuk mencegah infeksi berulang.1
Syarat boleh dilakukannya obturasi adalah saat tidak adanya keluhan pasien dari
gigi yang dirawat (rasa sakit, palpasi, dan perkusi negatif), saluran akar telah
kering, tidak berbau, steril dan preparasi saluran akar telah selesai.
Material yang dapat digunakan sebagai bahan pengisi adalah:2
1. Material padat, seperti: gutapercha, kon perak.
2. Material semi padat (pasta), seperti: zinc oxide dan eugenol, plastik.
Sampai saat ini, material yang paling baik adalah guta percha dengan semen
saluran akar.2
Fungsi semen saluran akar adalah:1
1.
2.
3.
4.
5.

Sebagai agen antimikroba


Mengisi celah antara bahan pengisi dengan dinding dentin
Sebagai agen pengikat
Sebagai pelumas
Memberikan efek radiopak

Gambar 14. Semen saluran akar mengisi celah antara guta percha1
Berdasarkan komposisinya, semen saluran akar diklasifikasikan menjadi:1
a. Eugenol
1) Silver containing cement
2) Silver free cement
b. Non-eugenol, contohnya: diaket, AH26, chloropercha dan eucapercha,
nogenol, hydron, endofil, glass ionomer, polikarboksilat, semen kalsium
fosfat.
c. Medikasi (memiliki efek therapeutik), contohnya: Endomethasone, SPAD,
pasta iodoform, pasta riebler, pasta Ca(OH)2.
Teknik obturasi yang digunakan pada perawatan ini adalah teknik kondensasi
lateral. Langkah-langkah obturasi dengan menggunakan teknik ini adalah:2

10

Master kon dipaskan pada saluran akar sesuai dengan panjang kerja yang telah

ditetapkan.
Jika letak master kon sudah tepat dalam saluran akar, kon tersebut dikeluarkan

dan saluran akar dikeringkan kembali.


Campur semen saluran akar dan masukkan ke saluran akar dengan

menggunakan lentulo.
Separuh apikal master kon dilapisi dengan semen saluran akar dan dengan

hati-hati ditempatkan kembali ke dalam saluran akar.


Spreader dimasukkan sepanjang master kon dan ditekan ke arah apeks.
Untuk membebaskan spreader waktu akan dikeluarkan, putar spreader bolak

balik sepanjang sumbunya.


Setelah dikeluarkan, masukkan segera kon aksesori ke saluran akar. Masukkan

kembali spreader untuk menekan cone aksesori.


Ulangi tahap ini sampai spreader tidak dapat masuk orifis.
Potong kelebihan guta perca dengan alat panas. Pemotongan dilakukan sampai
1 mm dibawah tepi gingiva gigi anterior.

Gambar 15. Teknik kondensasi lateral


Setelah obturasi, tutup orifis dengan GIC, kapas, dan tumpatan sementara.
Kemudian dilakukan foto rontgen untuk memastikan obturasi telah benar.

Kontrol
Dilakukan kontrol setelah dilakukan perawatan saluran akar.

10 Restorasi akhir
Restorasi yang dilakukan pada kasus ini adalah:
- Gigi 12 : Pasak + Mahkota jaket
- Gigi 11 : Pasak + Mahkota jaket
- Gigi 22 : Pasak + Mahkota jaket
Palembang,
Disetujui oleh
Dosen Pembimbing Konservasi

drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG.

11

DAFTAR PUSTAKA
1. Garg N, Garg A. Textbook of endodontics, 2nd edition. Jaypee. New Delhi:
2010; p. 82-3, 177, 186, 189, 192-3, 212-8, 225, 238, 266, 271-2.
2. Walton RE, Torabinejad M. Principles and practice of endodontic, 3rd edition.
W.B. Saunders Company. USA: 2002; p. 104-12,202, 234, 245-9, 255-6.
3. Bergenholtz G, Preben HB, Claes R. Textbook of endodontology, 2nd edition.
Wiley blackwell. Singapura: 2010; 60-1, 147.
4. Chong BS. Hartys endodontics in clinical practice, 6th edition. Elsevier.
China: 2010; p. 41, 112, 116.
5. Cohen S, Hargreaves KM. Pathways of the pulp, 9th edition. Mosby. 2006; p.
242.
6. Sleiman P, Khaled F. Sequence of irrigation in endodontics. Oral Health 2005:
1-7.
7. Tronstad L. Clinical endodontics, 2nd edition. Thieme. Germany: 2003; p.
184-5.
8. Messing JJ, Stock CJR. A colour atlas of endodontic. Wolfe Medical
Publication. Singapura: p. 1988; 146-8.

12

Anda mungkin juga menyukai