Oleh :
FIRANDA
1841412036
Pembimbing :
Dr. drg. Deli Mona, Sp.KG
11
A. LITERATURE REVIEW
Karies gigi dapat dialami oleh setiaap orang dan dapat terjadi pada lebih dari
satu gigi. Karies gigi merupakan kerusakan jaringan keras gigi yang diawali dari
struktur paling keras gigi yaitu enamel, dentin dan lama kelamaan sampai ke pulpa.
Kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh karies apabila dibiarkan tanpa
perawatan, bakteri akan berinvasi pada pulpa dan dapat mengakibatkan kematian
pulpa. Penyebaran infeksi yang berlanjut ke jaringan periapikal dapat menimbulkan
rasa nyeri. Awalnya infeksi terlokalisir pada area kecil pulpa tetapi apabila infeksi
meluas ke bagian pulpa yang lebih dalam akan menimbulkan peradangan akut. Bila
proses peradangan menetap dan terlokalisir dalam waktu lama disebut peradangan
kronis. Proses peradangan kronis dapat berlanjut terus-menerus sehingga sebagian
besar atau seluruh bagian pulpa di saluran akar terinfeksi dan akan menuju pada
kematian atau nekrosis pulpa.
Pulpa yang mengalami nekrosis (nonvital), tidak mendapat suplai darah dan
saraf pulpa tidak berfungsi lagi. Kondisi ini merupakan kelanjutan dari pulpitis
ireversibel simtomatik maupun asimtomatik. Setelah pulpa mengalami nekrosis, gigi
biasanya menjadi asimtomatik hingga proses infeksi berlanjut ke jaringan
periradikular. Pada nekrosis pulpa gigi tidak akan merespon pemeriksaan dengan
EPT ataupun stimulasi termal. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara parsial maupun
keseluruhan pada gigi dengan saluran akar ganda, sehingga terkadang dapat
menimbulkan gejala yang meragukan ketika pulp testing pada satu akar tidak ada
respon dan pada akar lainnya terdapat respon vital.
12
akar. Perawatan saluran akar dibagi menjadi 3 tahapan, tahap yang pertama adalah
preparasi biomekanis saluran akar, yaitu suatu tahap pembersihan dan pembentukan
saluran akar dengan membuka jalan masuk menuju kamar pulpa dari korona. Tahap
kedua sterilisasi yaitu dengan irigasi dan disinfeksi saluran akar dan yang terakhir
adalah pengisian saluran akar.
Teknik Konvensional:
1. Teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada
gigi dengan saluran akar lurus dan akar telah tumbuh sempurna.
13
3. Gerakan file tipe K-flex adalah alat diputar dan ditarik. Sebelum preparasi
stopper file terlebih dahulu harus dipasang sesuai dengan panjang kerja gigi.
Stopper dipasang pada jarum preparasi setinggi puncak tertinggi bidang
insisal. Stopper digunakan sebagai tanda batas preparasi saluran akar.
4. Preparasi saluran akar dengan file dimulai dari nomor yang paling kecil.
Preparasi harus dilakukan secara berurutan dari nomor yang terkecil hingga
lebih besar dengan panjang kerja tetap sama untuk mencegah terjadinya step
atau ledge atau terdorongnya jaringan nekrotik ke apical.
6. Bila terjadi penyumbatan pada saluran akar maka preparasi diulang dengan
menggunakan jarum preparasi yang lebih kecil dan dilakukan irigasi lain.
Bila masih ada penyumbatan maka saluran akar dapat diberi larutan untuk
mengatasi penyumbatan yaitu larutan largal, EDTA, atau glyde (pilih salah
satu).
7. Preparasi saluran akar dianggap selelsai bila bagian dari dentin yang ter
infeksi telah terambil dan saluran akar cukup lebar untuk tahap pengisian
saluran akar.
1. Yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada saluran akar yang
bengkok dan sempit pada 1/3 apikal.
2. Tidak dapat digunakan jarum reamer karena saluran akar bengkok sehingga
preparasi saluran akar harus dengan pull and push motion, dan tidak dapat
dengan gerakan berputar.
3. Dapat menggunakan file tipe K-Flex atau NiTi file yang lebih fleksibel atau
lentur.
14
4. Preparasi saluran akar dengan jarum dimulai dari nomor terkecil:
6. Preparasi selesai bila bagian dentin yang terinfeksi telah terambil dan
saluran akar cukup lebar untuk dilakukan pengisian.
2. Menggunakan file no. 10 dengan gerakan steam wending, yaitu file diputar
searah jarum jam diikuti gerakan setengah putaran berlawanan jarum jam.
4. Pada 2/3 koronal dilakukan preparasi dengan Gates Glidden Drill (GGD) -
GGD #2 = sepanjang 3 mm dari foramen apical
15
6. Dilakukan irigasi
1. Teknik disebut juga dengan teknik step down, merupakan modifikasi dari
teknik step back.
2. Menghasilkan hasil yang serupa yakni seperti corong yang lebar dengan
apeks yang kecil (tirus).
3. Bermanfaat pada saluran akar yang kecil dan bengkok di molar RA dan RB.
Irigasi Saluran Akar Tujuan Untuk mengeluarkan sisa jaringan nekrotik, serbuk
dentin, dan kotoran-kotoran lain yang terdapat di saluran akar. Irigasi dilakukan
setiap :
- H2O2 3%
- Aquadest steril
- NaOCl
16
Alat irigasi yang digunakan :
- Alat irigasi yang dipakai harus diberi tanda untuk membedakan isi cairan
irigasi yang dipakai
- Alat irigasi disimpan dalam botol tertutup berisi alkohol 70% agar tetap terjaga
sterilisasinya
Cara irigasi :
Menghisap cairan irigasi yang keluar dengan cotton roll atau saliva
ejector atau section.
Cresophene
Cresatin
17
Formokresol
Bahan devitalisasi
Golongan Fenol :
- Eugenol
- Parachlorophenol ( PCP )
- Metakresilasetat ( cresatin )
- Kresol
- Creosote ( beechwood )
- Timol
6. Harus radiopak.
10. Bila perlu dapat dikeluarkan dengan mudah dari saluran akar.
19
B. Diagnosis
C. Rencana perawatan
D. Prognosis
1. Masih banyak struktur gigi yang tersisa sehingga masih dapat dilakukan
restorasi akhir.
No Alat Bahan
20
2 Bur set : Cotton pellet
-Round Diamond Bur,
- Safe-end bur (Diamendo)
7 Lentulo Caviton
10 Endometer Aquadest
F. Tahap Pekerjaan
KunjunganI
1. Pemeriksaan subyektif, obyektif, foto intra oral, radiografi, diagnosis,
penentuanrencanaperawatan.
2. Rontgen foto (panjang kerja)
Foto rontgen digunakan untuk melihat kondisi gigi dan menghitung panjang
kerja.
Panjang gigi sebenarnya = a x b
c
keterangan :
a= panjang gigi pada rontgen foto
21
b= panjang mahkota klinis
c= panjang mahkota pada rontgen foto
Panjang gigi : mahkota : 9 mm
Akar : 16 mm
Panjang kerja = panjang gigi – 1 mm
Panjang kerja : 24 mm
Kunjungan II
1. Minta persetujuan tindakan medis pada pasien (informed consent)
2. Preparasi akses
- Outline form, akses preparasi dari bagian palatal berbentuk triangular dengan
menggunakan round diamond bur
- Buang atap pulpa menggunakan safe-end bur (diamendo)
- Buang isi kamar pulpa dengan ekskavator
- Periksa atap kamar pulpa dengan sonde berkait untuk memastikan ada atau
tidaknya atap kamar pulpa yang tertinggal
- Irigasi dengan menggunakan larutan NaOCl 2,5 % dan aquades
3. Mencari orifis dan mengeluarkan jaringan pulpa
- Gunakan jarum miller (smooth broach) untuk mencari orifis, mengetahui arah
dan keadaan saluran akar.
- Lakukan debridemen saluran akar dengan irigasi dengan NaOCl 2,5% dan
aquadest secara bergantian. Irigasi dengan menggunakan spuit endo dengan
perlahan-lahan. Jangan menyemprotkan larutan irigasi melewati apeks. Jangan
menyemprotkan udara ke dalam kavitas karena dapat mendorong debris ke apeks.
- Preparasi saluran akar dengan teknik step back
4. Preparasi apikal
- Tentukan Initial Apical File (IAF), yaitu nomor file yang pertama kali bisa masuk
sepanjang kerja di saluran akar
- Preparasi bagian apikal dengan gerakan memutar searah jarum jam, kemudian
dengan arah berlawanan lalu ditarik keluar
- Preparasi apikal dilakukan minimal 3 nomor lebih besar dari IAF (misal: IAF
nomor 15, perbesar dengan file nomor 20, 25 dan 30) dan sampai white dentin.
Lakukan rekapitulasi secara bertahap dengan nomor file sebelumnya sesuai
panjang kerja
22
- Ukuran file yang terakhir digunakan pada preparasi apikal disebut MAF (Master
Apical File). Ukuran MAF akan sama dengan MAC (Master Apical Cone = cone
gutta percha utama).
- Lakukan irigasi setiap penggantian ukuran file. Irigasi dengan NaOCl 2,5% dan
aquades secara bergantian.
Kunjungan ke III
1. Tanyakan apakah ada keluhan pasien dan lakukan tes perkusi, palpasi, dan tekan. Jika
tes dan keluhan tidak lagi dirasakan maka sudah bisa dilakukan trial pengisian bahan
saluran akar.
2. Bongkar tambalan sementara, keluarkan cotton pellet dari kamar pulpa.
23
3. Pengambilan pasta kalsium hidroksida dari saluran akar dengan cara irigasi saluran
akar dengan NaOCl 2,5% dan aquades hingga saluran akar benar-benar bersih
4. Keringkan saluran akar dengan paper point
5. Lakukan trial pengisian bahan saluran akar. Masukkan gutta percha menggunakan
ukuran MAC dengan adanya tug back yang telah ditentukan sebelumnya kemudian
dipotong hingga 2mm di atas orifis
6. Tutup dengan kapas kering.
7. Tutup dengan tambalan sementara
8. Lakukan rontgen foto dengan MAC didalam saluran akar dan lihat apakah terjadi over
filling atau under filling.
9. Jika telah pas, obturasi bisa dilanjutkan.
Kunjungan ke IV
1. Bongkar tambalan sementara.
2. Keluarkan gutta percha dari saluran akar.
3. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5% dan aquades.
4. Keringkan saluran akar dengan paper point.
5. Gunakan gutta percha sesuai ukuran MAC
6. Tentukan ukuran spreader yang akan digunakan
7. Sterilisasi gutta percha dengan direndam dalam NaOCl selama 1 menit dan bilas
dengan alkohol
8. Siapkan sealer kemudian masukkan ke dalam saluran akar dengan lentulo untuk
melapisi dinding saluran akar
9. Masukkan gutta percha yang telah dilapisi sealer ke dalam saluran akar
10. Gunakan spreader untuk memadatkan gutta percha ke samping. Ruang yang tersedia
diisi dengan gutta percha tambahan sesuai ukuran spreader. Lakukan sampai saluran
akar terisi penuh. Teknik pengisian saluran akar ini disebut dengan Lateral
Condensation Technique.
11. Potong gutta percha sampai orifis dengan instrumen panas dan padatkan dengan root
canal plugger sampai 2 mm di bawah orifis. Kamar pulpa harus bersih dari gutta
percha dan sealer agar tidak terjadi perubahan warna.
12. Tutup dengan semen fosfat kemudian tutup dengan tambalan sementara.
13. Lakukan rontgen foto, untuk melihat kehermetisan obturasi dan tingkat keberhasilan
pengisian.
24
Kunjungan V
1. Kontrol pasca obturasi setelah 2 minggu
2. Tanyakan apakah ada keluhan pasien dan lakukan tes perkusi, palpasi, dan tekan.
3. Jika semua pemeriksaan tidak menunjukkan keadaan patologis dapat dilakukan
restorasi pasca endo.
25
REFERENSI
1. Hargreaves, K.M., Stephen Cohen. Cohen’s Pathways of the Pulp, 10th ed..Missouri:
Mosby. 2011
2. Rotstein Ilan, John I. Ingle. Ingle’s Endodontic 7. North Carolina: PMPH USA. 2019
3. Pitts Nigel, et al. Dental Caries. Nature Review Disease Primer Springer. 2017; 3: 17030
26