Anda di halaman 1dari 32

Dasar Perawatan Endodontik

Asas pokok yang mendasari perawatan gigi dengan masalah endodontik adalah yang mendasari
ilmu bedah pada umumnya. Teknik aseptik, debridemen luka, drainase dan perawatan lembut
jaringan baik dengan istrumen maupun dengan obat-obatan semuanya adalah asas utama ilmu bedah.
Selama perawatan, semua jaringan pulpa harus dikeluarkan, saluran akar dibesarkan dan diirigasi,
permukaan saluran disterilkan sebagai yang ditentukan oleh pemeriksaan bakteriologik, dan saluran
akar diobsturasi dengan baik untuk mencegah kemungkinan infeksi kembali.

Pemasangan isolator karet

Isolator karet merupakan satu-satunya usaha perlindungan yang pasti terhadap kontaminasi
bakteri dari ludah dan tertelannya alat saluran akar yang tidak sengaja. Semua tindakan endodontik
harus dilakukan dengan menggunakan isolator karet. Pada beberapa kasus, pertama perlu mengganti
dinding kavitas yang hilang dengan amalgam atau menyemen suatu ban baja anti karat untuk
mencegah penjepit isolator karet terlepas dari gigi.

Sterilisasi alat-alat dan instrumen

Begitu isolator karet dipasang, gigi dan isolator harus diseka secara cermat dengan kapas yang
dibasahi dengan antiseptik yang cepat menguap dan tidak mengotori. Alat-alat/instrumen pertama-
tama harus dibersihkan dari debris tanpa memandang cara yang digunakan untuk sterilisasi. Alat-alat
saluran akar dan alat-alat lain disterilisasi dengan autoklaf, tetapi proses ini menyebabkan instrumen
baja karbon menjadi berkarat.

Debridemen

Merupakan suatu dasar pembedahan bahwa luka yang terinfeksi harus dibersihkan terlebih
dahulu secara mekanis. Demikian juga halnya bahwa saluran akar yang terinfeksi harus dibersihkan
terlebih dahulu dari debris. Jaringan yang sudah didevitalisasi mendorong pertumbuhan bakteri,
sedang jaringan sehat menahan pertumbuhan tersebut. Bila ahli bedah pada awalnya membersihkan
luka dari kotoran, maka dokter gigi juga harus mengambil semua bahan nekrotik di dalam saluran akar
secepat mungkin.

Drainase

Jika dijumpai infeksi luas dan pembengkakan, dokter bedah biasanya membuat suatu insisi
untuk mengadakan drainase. Jika dijumpai suatu absesalveolar akut dengan banyak edema, drainase
harus segera dilakukan, baik melalui saluran akarmaupun insisi, ataupun dengan keduanya. Perluasan
dan keadaan pembengkakan menentukan pilihan pada tiap kasus. Drainase melalui saluran akar lebih
baik karena memungkinkan keluarnya nanah dan gas yang tertahan. Untuk menentukan apakah gas
disebabkan oleh mikroorganisme dalam saluran akar.
Drainase dilakukan dengan membuat preparasi kavitas di bagian lingual, pada bagian gigi
anterior, dan pada bagian oklusal pada gigi posterior. Bila drainase melalui saluran akar lambat atau
jalan masuk sukar, atau giginya begitu sensitif sehingga mempreparasi kavitas untuk memungkinkan
drainase tidak dapat dijalankan, dan terdapat suatu pembengkakan lunak yang fluktuan, suatu insisi
dibuat pada bagian yang paling bergantung dari pembengkakan dekat apeks akar.

Kemoprolaksis

Bila pasien mempunyai riwayat demam rematik atau penyakit ringan yang melibatkan katup
jantung, suatu antibiotika misalnya 2 g phenoxymethyl penicillin harus diberikan 1 jam sebelum
operasi dan kemudian 1g, 6 jam pascaoperasi.

Imobilisasi

Imobilisasi dilakukan oleh dokter bedah untuk mengistirahatkan suatu organ, untuk
menghilangkan rasa sakit atau mempercepat penyembuhan. Imobilisasi mengurangi potensi
penyebaran mikroorganisme. Seorang endodontis dapat mengikuti contoh dari dokter bedah dan
membuat gigi yang bersangkutan tidak bergerak dengan mengurangi kontak dengan gigi di sekitarnya
bila terdapat rasa sakit. Pada kenyataannya, dapat dianggap suatu tindakan yang baik untuk sedikit
meringankan oklusi pada semua kasus endodontik karena dapat mengurangi kemungkinan melukai
jaringan periodontal.

Penghindaran trauma

Jaringan lunak harus ditangani dengan lemah lembut, semua trauma harus dihindari. Instrumen
jangan sampai dimasukkan saluran akar melebihi foramen apikal. Pertimbangan masak dapat
membantu mencegah komplikasi ini, tetapi stop instrumen lebih dapat dipercaya bagi pemula dan
dokter gigi lama yang berpengalaman. Untuk mencegah agar instrumen tidak melampaui foramen,
suatu stop mekanis atau diskusi karet atau plastik dapat dipasang di atas instrumen dan disesuaikan
kurang dari panjang gigi dari apeks ke permukaan insisal atau oklusal. Dalam setiap hal, radiograf harus
diteliti secara hati-hati, dan operator harus mempunyai gambaran ukuran panjang dan garis bentuk
saluran sebelum melewatkan instrumen saluran akar ke dalam gigi.

Trefinasi

Trefinasi sebagai cara mengurangi rasa sakit telah digunakan sekali-kali. Dengan trefinasi
dimaksudkan pembuatan suatu jalan lintasan suatu bedah pada daerah apeks gigi, biasanya dibuat
dengan bur atau bur khusus. Maksud trefinasi adalah mendapatkan suatu salura untuk keluarnya
nanah dan darah, meringankan tekanan cairan atau gas yang tertimbun pada tulang-rahang.
(Grossman; 1995)

Instrumen Dasar Pada Endodonsi


Telah diketahui bahwa keberhasilan perawatan endodonsi tergantung pada pembersihan yang
menyeluruh dan perbaikan untuk saluran akar serta pada pengisian saluran akar tiga dimensi dengan
gutta percha dan sealer yang padat.

Untuk memenuhi tujuan ini, endodontis harus mempunyai alat yang berbeda, masing-masing
dibuat untuk tujuan tertentu. Beberapa alat ini digunakan selama bertahun-tahun sesuai dengan
kemajuan teknologi menghasilkan situasi dimana evaluasi fungsi dan keterbatasan produk menjadi
sangat penting.

Sesuai fungsinya alat-alat endodonsi adalah sebagai berikut:

1. Alat preparasi orifice

a. Paket peralatan dasar

b. Bur

c. Rubber dam

2. Alat untuk preparasi saluran akar

a. Hand instrument

i. Reamer

ii. Eksterpansi

iii. File

b. Alat saluran akar dengan bantuan listrik

- handpiece

c. Alat pengukuran saluran akar elektronik

d. Alat pengukur, jangka dan penggaris

e. Alat untuk mengeluarkan alat endodonti yang patah dan pasak

3. Alat pengisian saluran akar

a. Kondensasi lateral dan vertikal

b. Pemadatan termokemis

c. Suntikan gutta percha termoplastis

d. Kondenser endodonti endotec

e. File saluran akar spiral


4. Peralatan untuk menyimpan dan sterilisasi alat

(Harty; 1992)

Preparasi Saluran Akar

Perawatan saluran akar dapat didefinisikan sebagai mengeluarkan seluruh pulpa gigi yang rusak
diikuti dengan pembersihan, perbaikan bentuk dan pengisian sistem saluran akar sehingga gigi dapat
menjadi unit fungsional, dalam lengkung rahang. Eksterpasi dari pulpa vital diikuti dengan terapi
saluran akar mungkin diperlukan pada kasus dimana rencana perawatan mencakup pembuatan
overdenture atau bila susunan angulasi akar terhadap mahkota mengharuskan dibuatnya pasak atau
core.

Tujuan perawatan ini untuk membersihkan kavitas pulpa yang terinfeksi dan kotoran toksik
serta untuk membentuk saluran akar dari jaringan periodontal dan dari rongga mulut.

Alasan perawatan terletak pada fakta bahwa pulpa nonvital, avaskular, tidak mempunyai
mekanisme perlindungan diri. Jaringan ini dalam saluran akar mengalami autolisis dan produknya akan
berdifusi ke jaringan di sekitarnya dan menimbulkan iritasi periapikal bahwa walaupun tidak terjadi
kontaminasi bakteri. Terapi endodonti harus mencakup penutupan seluruh sistem saluran akar untuk
mencegah timbunan cairan jaringan di saluran akar dan membentuk media kultur bakteri sisa atau
mikroorganisma yang dapat masuk dari aliran darah. Perawatan saluran akar dapat dilakukan pada
salah satu dari kedua cara, baik dengan cara konvensional melalui kavitas orifice yang dibuat di
mahkota gigi atau dengan cara operasi. (Harty; 1992)

Obat-obatan Intrasaluran

Obat-obatan saluran akar dianjurkan sebagai perawatan endododnti rutin untuk berbagai
alasan. Namun obat-obat ini jangan digunakan sebagai pengganti preparasi kemomekanis dario sistem
saluran akar, yang membentuk perawatan endodonti yang baik dan berhasil.

Pada terapi endodonti multikunjungan, obat-obat saluran akar digunakan untuk satu atau
beberapa alasan berikut ini:

1. Untuk membantu mengeluarkan mikroorganisme


2. Mengurangi rasa sakit
3. Menghilangkan eksudat apikal
4. Untuk mempercepat penyembuhan dan pembentukan jaringan keras
5. Untuk mengontrol resorpsi peradangan akar
Bila sebagian besar obat-obatan yang digunakan dahulu umumnya dalam bentuk cairan,
sekarang obat-obat ini paling sering digunakan dalam bentuk pasta. Pasta mempunyai kelebihan yaitu
memberikan ketebalan bahan yang mengeluarkan komponen aktif selama periode waktu tertentu ke
dentin dan jaringan periodontal, dengan juga mengisi saluran akar. (Harty; 1992)

Pengisian saluran akar

Setelah jaringan pulpa dikeluarkan akan terdapat luka, yang kemudian dibersihkan dan
didesinfeksi dengan instrumentasi dan irigasi. Luka ini tidak akan menutup epitelium, seperti luka pada
tubuh lain, dan karena itu mudah terkena infeksi ulang, untuk mencegah penetrasi mikroorganisma
dan toksin dari luar melalui rongga pulpa ke tubuh, ruang ini harus ditutup di bagian koronal dan
apikal, yang terakhir ini untuk mencegah infeksi dan untuk memblokir lubang periapeks bagi
organisme yang bahkan setelah instrumentasi maupun desinfeksi, tetap hidup dalam rongga pulpa.
Selain itu, untuk mencegah infeksi ulang dari ruang pulpa oleh mikroorganisme dari rongga mulut,
seluruh ruang pulpa harus diisi , jadi memblokir tubula dentin dan saluran asesori. Dengan cara
menentukan lokus pembelahan bakteri dan semua lubang masuk ke tubuh, maka hal ini dapat
dicegah.

Pada prakteknya, seal yang tidak permeabel harus menutup foramen apikal dan dari bahan yang
sesuai serta dapat berfungsi sebagai dresing luka dimana jaringan sehat akan dibentuk untuk
beberapa tahun. (Harty; 1992)

FAKTOR MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR

Perawatan saluran akar merupakan prosedur perawatan gigi yang bermaksud


mempertahankan gigi dan kenyamanannya agar gigi yang sakit dapat diterima secara biologik oleh
jaringan sekitarnya, tanpa simtom, dapat berfungsi kembali dan tidak ada yanda-tanda patologik. Gigi
yang sakit bila dirawat dan direstorasi dengan baik akan bertahan seperti gigi vital selama akarnya
terletak pada jaringan sekitarnya yang

sehat (Bence, 1990).

Tidak semua perawatan saluran akar berhasil dengan baik. Pasien harus selalu diberi tahu
mengenai kemungkinan terjadinya kegagalan perawatan. Prognosisnya sering berubah pada waktu
sebelum, selama dan sesudah perawatan bergantung kepada apa yang terjadi dan apa yang
ditemukan selama atau setelah perawatan. Prognosis memuaskan pada permulaan perawatan dapat
berubah menjadi prognosis yang lebih buruk atau tidak memuaskan pada akhir prosedur. Dokter gigi
harus memberikan pandangan umum bahwa hasil yang mungkin terjadi adalah memuaskan,
meragukan atau tidak memuaskan. Mereka akan tahu bahwa segala sesuatunya mungkin tidak akan
berjalan seperti yang diharapkan. Pasien akan lebih menerima jika kegagalan terjadi. Interprestasi
keberhasilan atau kegagalan berbeda-beda pada setiap klinisi. Kriteria keberhasilan bagi seorang
dokter gigi mungkin berupa lamanya hasil perawatan bertahan dan kriteria kegagalannya mungkin
kalau pasien mengeluhkan gejala sakit pada gigi yang telah dirawat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah
faktor patologi, faktor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur
perawatan(Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996).

Faktor Patologis

1. Keadaan patologis jaringan pulpa.

Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan atau kegagalan
perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain
menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat
lesi periapikal.

2. Keadaan patologis periapikal

Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar. Secara
umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan
lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan
dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan.

3. Keadaan periodontal

Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis perawatan
saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah periapikal melalui suatu poket
periodontal, akan mencegah terjadinya proses penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang
dihasilkan oleh plak dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi.

4. Resorpsi internal dan eksternal

Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan perkembangan


resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena sulit menentukan gambaran
radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan perforasi. Bermacam-macam cara pengisian
saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang hermetis.

Faktor Penderita

faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu

perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994;

Walton &Torabinejad, 1996) :

1. Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya, mempunyai
risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama perawatan akan
menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi (Sommer, 1961).

2. Usia Penderita

Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau kegagalan
perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami penyembuhan yang sama cepatnya
dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang
tua karena giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk,
tingkat perawatan bergantung pada kasusnya (Ingle, 1985).

3. Keadaan kesehatan umum

Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk terhadap
perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh karena itu keadaan
penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan
perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis (Sommer, dkk, 1961; Cohen & Burns, 1994).

Faktor Perawatan

Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan saluran
akar bergantung kepada :

1. Perbedaan operator

Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta pelatihan,
kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan instrumen-instrumen yang
dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran akar digunakan untuk
memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa
pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif (Healey, 1960; Walton
&Torabinejad, 1996).

2. Teknik-teknik perawatan

Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagin dokter gigi, namun
keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan secara umum belum
dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal
yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk pula (Walton & Torabinejad, 1996).

3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.

Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan pasti. Tingkat
yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar radiografis dan disesuaikan
dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah biasanya berhubungan dengan pengisian
yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk.
Dengan tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks

radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh (Walton &
Torabinejad, 1996).

Faktor Anatomi Gigi

Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan saluran akar
dengan mempertimbangkan :

1. Bentuk saluran akar

Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk abnormal lainnya akan
berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar yang dilakukan yang memberi efek
langsung terhadap prognosis (Walton & Torabinejad, 1996).

2. Kelompok gigi

Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai hasil yang lebih
baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada hubungannya dengan interpretasi
dan visualisasi daerah apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis
dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi

anterior terlihat lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-
gigi anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah dilakukan. Radiografi
standar lebih mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah
diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior (Walton & Torabinejad, 1989).

3. Saluran lateral atau saluran tambahan

Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja, tetapi juga
melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan akar. Sebagian besar
ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan akar gigi molar yang umumnya
berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen periodontal (Ingle, 1985). Preparasi dan pengisian
saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang
hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir (Guttman, 1988).

Kecelakaan Prosedural

Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir perawatan saluran
akar, misalnya :

1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.


Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding saluran akar yang
merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran (Guttman, et all, 1992). Birai
terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan
instrumen yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel
di dalam saluran akar yang bengkok (Grossman, 1988, Weine, 1996). Birai dan ferforasi lateral dapat
memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis selama kejadian ini menghalangi
pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang memadai (Walton & Torabinejad, 1966).

2. Instrumen patah

Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan mempengaruhi
prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak
saluran sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa
banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir
preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum
dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal
preparasi (Grossman, 1988; Walton & Torabinejad, 1996).

4. Fraktur akar vertikal

Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang berlebihan pada waktu
mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak. Adanya fraktur akar vertikal memiliki
prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen
periodontal (Walton &Torabinejad, 1996).
PERAWATAN ENDODONTIK KONVENSIONAL
Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada anak mirip dengan pasien dewasa, yaitu untuk
meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta
mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya.
Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi simtom, dapat berfungsi dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
patologis yang lain. Faktor pertimbangan khusus diperlukan pada saat memutuskan rencana
perawatan yang sesuai untuk gigi geligi sulung yaitu untuk mempertahankan panjang lengkung
rahang.

3.3.1 Pulp Capping


Pulp Capping didefinisikan sebagai aplikasi dari satu atau beberapa lapis bahan pelindung di atas
pulpa vital yang terbuka. Bahan yang biasa digunakan untuk pulp capping ini adalah kalsium
hidroksida karena dapat merangsang pembentukan dentin sekunder secara efektif dibandingkan
bahan lain. Tujuan pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan
melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian
terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan. Teknik pulp capping ini ada dua yaitu indirect pulp
capping dan direct pulp capping.

3.3.1.1 Indirect Pulp Capping


Istilah ini digunakan untuk menunjukan penempatan bahan adhesif di atas sisa dentin karies.
Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi kavitas dengan bor bundar
kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai dasar pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak
mungkin tanpa membuka kamar pulpa. Basis pelindung pulpa yang biasa dipakai yaitu zinc okside
eugenol atau dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakan di dasar kavitas. Apabila pulpa
tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karies diharapkan jaringan pulpa akan bereaksi secara fisiologis
terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil
jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi.
Biasanya atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka
tindakan selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih radikal lagi yaitu
amputasi pulpa (pulpotomi).

3.3.1.2 Direct Pulp Capping


Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan langsung ke jaringan pulpa. Daerah
yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida dapat ditempatkan di dekat
pulpa dan selapis semen zinc okside eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lantai pulpa dan
biarkan mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi di restorasi. Pulpa
diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika membentuk dentin sekunder.
Agar perawatan ini berhasil maka pulpa di sekitar daerah terbuka tersebut harus vital dan dapat
terjadi proses perbaikan.
Langkah-langkah Pulp Capping :
1. Siapkan peralatan dan bahan.
Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril.
2. Isolasi gigi.
Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan kapas dan saliva ejector, jaga
posisinya selama perawatan.
3. Preparasi kavitas.
Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman 1,5 mm (yaitu kira-kira 0,5 mm ke
dalam dentin. Pertahankan bor pada kedalaman kavitas dan dengan hentakan intermitten gerakan
bor melalui fisur pada permukaan oklusal.
4. Ekskavasi karies yang dalam
Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator, mula-mula dengan menghilangkan karies
tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan bagian yang terbuka tidak lebih besar
diameternya dari ujung jarum maka dapat dilakukan pulp capping.
5. Berikan kalsium hidroksida.
Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas yang dalam termasuk pulpa yang
terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.

3.3.2 Pulpotomi
Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh penempatan obat
di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan atau memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di
akar gigi. Pulpotomi disebut juga pengangkatan sebagian jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di
bagian korona yang cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk mempertahankan vitalitas
jaringan pulpa dalam saluran akar. Pulpotomi dapat dipilih sebagai perawatan pada kasus yang
melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi tersebut untuk dicabut,
pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi tanpa menimbulkan simtom-simtom
khususnya pada anak-anak.
Indikasi pulpotomi adalah anak yang kooperatif, anak dengan pengalaman buruk pada pencabutan,
untuk merawat pulpa gigi sulung yang terbuka, merawat gigi yang apeks akar belum terbentuk
sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi.
Kontraindikasi pulpotomi adalah pasien yang tidak kooperatif, pasien dengan
penyakit jantung kongenital atau riwayat demam rematik, pasien dengan kesehatan umum yang
buruk, gigi dengan abses akut, resorpsi akar internal dan eksternal yang patologis, kehilangan tulang
pada apeks dan atau di daerah furkasi. Saat ini para dokter gigi banyak menggunakan formokresol
untuk perawatan pulpotomi. Formokresol merupakan salah satu obat pilihan dalam perawatan
pulpa gigi sulung dengan karies atau trauma. Obat ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1905
dan sejak saat itu telah digunakan sebagai obat untuk perawatan pulpa dengan tingkat keberhasilan
yang tinggi.
Beberapa tahun ini penggunaan formokresol sebagai pengganti kalsium hidroksida untuk perawatan
pulpotomi pada gigi sulung semakin meningkat. Bahan aktif dari formokresol yaitu 19% formaldehid,
35% trikresol ditambah 15% gliserin dan air. Trikresol merupakan bahan aktif yang kuat dengan
waktu kerja pendek dan sebagai bahan antiseptik untuk membunuh mikroorganisme pada pulpa gigi
yang mengalami infeksi atau inflamasi sedangkan formaldehid berpotensi untuk memfiksasi
jaringan.
Sweet mempelopori penggunaan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Awalnya perawatan
pulpotomi dengan formokresol ini dilakukan sebanyak empat kali kunjungan namun saat ini
perawatan pulpotomi dengan formokresol dapat dilakukan untuk satu kali kunjungan.
Beberapa studi telah dilakukan untuk membandingkan formokresol dengan kalsium hidroksida dan
hasilnya memperlihatkan bahwa perawatan pulpotomi dengan formokresol pada gigi sulung
menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih baik daripada penggunaan kalsium hidroksida.
Formokresol tidak membentuk jembatan dentin tetapi akan membentuk suatu zona fiksasi dengan
kedalaman yang bervariasi yang berkontak dengan jaringan vital.
Zona ini bebas dari bakteri dan dapat berfungsi sebagai pencegah terhadap infiltrasi mikroba.
Keuntungan formokresol pada perawatan pulpa gigi sulung yang terkena karies yaitu formokresol
akan merembes melalui pulpa dan bergabung dengan protein seluler untuk menguatkan jaringan.
Penelitian-penelitian secara histologis dan histokimia menunjukkan bahwa pulpa yang terdekat
dengan kamar pulpa menjadi terfiksasi lebih ke arah apikal sehingga jaringan yang lebih apikal dapat
tetap vital. Jaringan pulpa yang terfiksasi kemudian dapat diganti oleh jaringan granulasi vital.
Perawatan pulpotomi formokresol hanya dianjurkan untuk gigi sulung saja, diindikasikan untuk gigi
sulung yang pulpanya masih vital, gigi sulung yang pulpanya
terbuka karena karies atau trauma pada waktu prosedur perawatan.

3.3.2.1 Pulpotomi Vital


Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali kunjungan untuk gigi sulung :
1. Siapkan instrumen dan bahan. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit saat
perawatan
2. Isolasi gigi.
Pasang rubber dam, jika rubber dam tidak bisa digunakan isolasi dengan kapas dan saliva ejector dan
jaga keberadaannya selama perawatan.
3. Preparasi kavitas.
Perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang seluruh permukaan oklusal untuk memberikan jalan
masuk yang mudah ke kamar pulpa.
4. Ekskavasi karies yang dalam.
5. Buang atap pulpa.
Dengan menggunakan bor fisur steril dengan handpiece berkecepatan rendah. Masukkan ke dalam
bagian yang terbuka dan gerakan ke mesial dan distal seperlunya untuk membuang atap kamar
pulpa.
4. Buang pulpa bagian korona.
Hilangkan pulpa bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar kecepatan rendah.
6. Cuci dan keringkan kamar pulpa.
Semprot kamar pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan jarum steril.
Penyemprotan akan mencuci debris dan sisa-sisa pulpa dari kamar pulpa. Keringkan dan kontrol
perdarahan dengan kapas steril.
7. Aplikasikan formokresol.
Celupkan kapas kecil dalam larutan formokresol, buang kelebihannya dengan menyerapkan pada
kapas dan tempatkan dalam kamar pulpa, menutupi pulpa bagian akar selama 4 sampai dengan 5
menit.
8. Berikan bahan antiseptik.
Siapkan pasta antiseptik dengan mencampur eugenol dan formokresol dalam bagian yang sama
dengan zinc oxide. Keluarkan kapas yang mengandung formokresol dan berikan pasta secukupnya
untuk menutupi pulpa di bagian akar. Serap pasta dengan kapas basah secara perlahan dalam
tempatnya. Dressing antiseptik digunakan bila ada sisa-sisa infeksi.
9. Restorasi gigi.
Tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum menambal dengan amalgam atau penuhi
dengan semen sebelum preparasi gigi untuk mahkota stainless steel.

3.3.2.2 Pulpotomi Non Vital


Prinsip dasar perawatan endodontik gigi sulung dengan pulpa non vital adalah untuk mencegah
sepsis dengan cara membuang jaringan pulpa non vital, menghilangkan proses infeksi dari pulpa dan
jaringan periapikal, memfiksasi bakteri yang tersisa di saluran akar.
Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital yaitu perawatan pulpotomi mortal
(pulpotomi devital). Pulpotomi mortal adalah teknik perawatan endodontik dengan cara
mengamputasi pulpa nekrotik di kamar pulpa kemudian dilakukan sterilisasi dan penutupan saluran
akar.
Langkah-langkah perawatan pulpotomi devital :
Kunjungan pertama:
1. Siapkan instrumen dan bahan.
2. Isolasi gigi dengan rubber dam.
3. Preparasi kavitas.
4. Ekskavasi karies yang dalam.
5. Buang atap kamar pulpa dengan bor fisur steril dengan handpiece kecepatan rendah.
6. Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar.
7. Cuci dan keringkan pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan jarum steril.
8. Letakkan arsen atau euparal pada bagian terdalam dari kavitas.
9. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
10. Bila memakai arsen instruksikan pasien untuk kembali 1 sampai dengan 3 hari, sedangkan jika
memakai euparal instruksikan pasien untuk kembali setelah 1 minggu
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
Lihat apakah pulpa masih vital atau sudah non vital. Bila masih vital lakukan lagi perawatan seperti
pada kunjungan pertama, bila pulpa sudah non vital lakukan perawatan selanjutnya.
3. Berikan bahan antiseptik.
4. Tekan pasta antiseptik dengan kuat ke dalam saluran akar dengan cotton pellet.
5. Aplikasi semen zinc oxide eugenol.
6. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

3.3.3 Pulpektomi
Pulpektomi adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi merupakan perawatan untuk
jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan
kerusakan jaringan keras yang luas. Meskipun perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih
sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil perawatannya dapat
diprediksi dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi
dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula.
Indikasi perawatan pulpektomi pada anak adalah gigi yang dapat direstorasi, anak dengan keadaan
trauma pada gigi insisif sulung dengan kondisi patologis pada anak usia 4-4,5 tahun, tidak ada
gambaran patologis dengan resorpsi akar tidak lebih dari dua pertiga atau tiga perempat.

3.3.3.1 Pulpektomi Vital


Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan :
1. Pembuatan foto Rontgen.
Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan
dirawat. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan.
b. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan saliva.
c. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan menggunakan
bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.
d. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar
kecepatan rendah.
e. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan menekankan
cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama 3 sampai dengan 5 menit.
f. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian diirigasi dan
dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan
menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
g. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah kemudian
dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan formokresol
kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.
h. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan menggunakan jarum
lentulo.
i. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.
j. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau seng fosfat.
k. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.

3.3.3.2 Pulpektomi Non Vital


Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital adalah pulpektomi mortal
(pulpektomi devital). Pulpektomi mortal adalah pengambilan semua jaringan pulpa nekrotik dari
kamar pulpa dan saluran akar gigi yang non vital, kemudian mengisinya dengan bahan pengisi.
Walaupun anatomi akar gigi sulung pada beberapa kasus menyulitkan untuk dilakukan prosedur
pulpektomi, namun perawatan ini merupakan salah satu cara yang baik untuk mempertahankan gigi
sulung dalam lengkung rahang.
Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital :
Kunjungan pertama :
1. Lakukan foto rontgen.
2. Isolasi gigi dengan rubber dam.
3. Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan desinfeksi kavitas.
4. Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.
5. Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat.
6. Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan debris.
7. Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa.
8. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
9. Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi.
4. Berikan Beechwood creosote.
2. Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote, buang kelebihannya, lalu letakkan dalam
kamar pulpa.
5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
6. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.
Kunjungan ketiga :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai stopper masukkan pasta
sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
4. Letakkan semen zinc fosfat.
5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

3.3.4 Endo Intrakanal


Endo intrakanal adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa yang sudah mati seluruhnya. Endo
intrakanal merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang
bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Jika seluruh jaringan
pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang
baik pula. Tahapan perawatan endo intrakal sama dengan perawatan pulpektomi, perbedaan
perawatannya adalah pada pemakaian anastesi, pada perawatan endo intrakanal tidak memerlukan
anastesi karena gigi dalam kondisi non vital.

Indikasi endo intrakanal :


- Nekrosis pulpa totalis
- Perawatan ulang
- Kelainan periapikal

Kontraindikasi endo intrakanal :


- OH jelek
- Tidak mempunyai nilai estetik / fungsional
- Fraktur dengan arah vertikal
- Mengganggu pertumbuhan gigi tetangga
- Resorbsi interna / eksterna meliputi setengah akar

Langkah-langkah perawatan endo intrakanal :


1. Pembuatan foto Rontgen.
Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan
dirawat.
2. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan saliva.
3. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan menggunakan
bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.
4. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar
kecepatan rendah.
5. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian diirigasi dan
dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan
menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
6. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah kemudian
dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan formokresol
kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.
7. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan menggunakan jarum
lentulo.
8. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.
9. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau seng
fosfat.
10. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.

3.4 TEKNIK PERAWATAN SALURAN AKAR


Tahap-tahap perawatan endotektomi :
- Membuat foto untuk diagnose dan rencana perawatan
- Menyiapkan file, paper point
- Melakukan devitalisasi untuk gigi yang masih vital
- Untuk gigi non vital dilakukan pre sterilisasi
- Open bur, mengambil atap pulpa, mencari orifice : preparasi cavity entrance
- DWF ; tentukan panjang kerja
- Preparasi saluran akar dengan file, irigasi, foto preparasi : teknik konvensional, teknik step back,
teknik crown down
- Sterilisasi memakai paper point, obat, kapas steril, tumpatan sementara. Sterilisasi ulang, sampai
paper point kering dan tidak berbau
- Tes perbenihan
- Pengisian pasta Zn Oxide Eugenol : teknik single cone, teknik kondensasi lateral, teknik kondensasi
vertikal
- Foto pengisian
- Basis Zn PO4
- Control 2 minggu kemudian, apabila tidak ada keluhan, dapat ditumpat tetap.

BERBAGAI MACAM BAHAN MEDIKAMEN

Bagian pelayanan medik

FAMILY DENTAL CARE


Disinfeksi saluran akar adalah pembinasaan mikroorganisme patogenik yang
mensyaratkan pengambilan terlebih dahulu jaringan pulpa dan debris yang memadai,
pembersihan dan pelebaran saluran dengan cara biokimiawi, dan pembersihan isinya dengan
irigasi. Disinfeksi saluaran akar dilengkapi dengan medikasi intrasaluran. Disinfeksi saluran
akar adalah tahap penting dalam perawatan endodontik.

Mikroorganisme yang terdapat di dalam saluran akar dapat menyerbu jaringan


periapikal dan tidak saja menimbulkan rasa sakit, tetapi juga menhancurkan jaringan
periodonsium termasuk tulang. Pada sebagian besar kasus dijumpai organisme gram positif,
pada beberapa kasus dijumpai organisme gram negative, pada sedikit kasus dijumpai jamur.
Organisme-organisme ini lebih sering ditemukan dalam berbagai kombinasi daripada sebagai
suatu spesies tunggal. Anaerob yang harus ada (anaerob-obligat) sering dihubungkan dengan
gigi yang mempunyai lesi periapikal.

Flora yang terdapat di dalam saluran akar kebanyakan berasal dari rongga mulut.
Organisme yang paling umum dijumpai adalah gologan streptokokus. Salah satu masalah
dalam perawatan endodontik adalah menghilangkan organisme gram positif, karena
organisme yang paling berlimpah di dalam rongga mulut, terutama terdiri dari streptokokus
dan stafilokokus. Diantara streptokokus terdapat enterokous yang kecil tetapi resisten. Selain
itu sejumlah kecil organisme gram negatif dapat diisolasi dari ludah dan dari saluran akar.
Laporan tentang flora bakterial baru-baru ini melukiskan adanya anaerob obligat dan
fakultatif.

Ada empat faktor yang membuat gigi rentan terhadap infeksi atau melemahkan obat
disinfeksi, apakah dari suatu luka atau dari saluran akar gigi tanpa pulpa. Faktor-faktor yang
dapat menghambat penyembuhan adalah:

1. Trauma, sebaiknya gigi dibebaskan dari beban oklusi yang berlebih dengan cara
didrinding pada permukaan yang secara langsung kontak dengan antagonisnya.
2. jaringan yang didevitalisasi, bila terdapat dalam saluran akar atau jaringan periapikal
akan mengganggu disinfeksi atau perbaikan.
3. dead space atau ruang mati, biasanya terdapat di dalam saluan akar lateralis.
Medikamen harus berkontak dengan mikroorganisme dalam seluruh bagian saluran akar.
4. akumulasi eksudat, eksudat harus dapat dikeluarkan dari dalam saluran akar bila terjadi
akumulasi.

Dressing saluran akar sebaiknya diganti seminggu sekali dan lebih sering pada perawatan
kasus dengan lesi periapikal.

BAHAN MEDIKAMEN

Syarat bahan disinfeksi saluran akar:

1. suatu germisida dan fungisida yang efektif


2. tidak mengiritasi jarigan periapikal
3. tetap stabil dalam larutan
4. mempunyai efek antimikrobial yang lama
5. aktif dengan adanya darah, serum, dan derivat protein jaringan
6. mempunyai tegangan permukaan rendah
7. tidak mengganggu perbaikan jaringan periapikal
8. tidak menodai struktur gigi
9. mampu dinonaktifkan dalam medium biakan
10. tidak menginduksi respon imun berantara-sel

Disinfektan dapat digolongkan sebagai minyak esensial, kompoun fenolik, halogen, dan
antibiotika.

1. Eugenol

Bahan ini adalah zesens (essence) kimiawiminyak cengkeh dan mempuyai hubungan
dengan fenol. Agak lebih mengiritasi dari minyak cengkeh dan keduanya golongan anodyne.
Eugenol menghalangi impuls saraf interdental. Biasanya digunakan unuk perawatan
pulpektomi. Bagian dari sealer (endomethasone-eugenol) dan bahan canpuran tumpatan
sementara. (Zn Oksid-eugenol).
2. ChKM (Chlorphenol kamfer menthol)

Terdiri dari 2 bagian para-klorophenol dan 3 bagian kamfer. Daya disinfektan dan sifat
mengiritasi lebih kecil daripada formocresol. Mempunyai spektrum antibakteri luas dan efektif
terhadap jamur.

Bahan utamanya; para-klorophenol. Mampu memunaskan berbagai mikroorganisme


dalam saluran akar.

Kamfer sebagai sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi dari para-klorophenol
murni. Selain itu juga memperpanjang efek antimikrobial

Menthol mengurangi sifat iritasi chlorphenol dan mengurasi rasa sakit.

3. Cresatin

Dikenal juga sebagai metakresilasetat. Bahan ini merupakan cairan jernih, stabil, berminyak
dan tidak mudah menguap. Mempunyai sifat antiseptik dan mengurangi rasa sakit. Efek
antimikrobial lebih kecil dari formocresol dan ChKM, sifat mengiritasi jaringan periapikal lebih
kecil daripada ChKM. Sifat anodyne cresatin terhadap jarigan vital baik sekali, sehingga
sering dipakai sebagai bahan dressing pasca pulpektomi.

4. Cresophene

Terdiri dari: chlorphenol, hexachlorophene, thymol, dan dexamethasone, yaitu sebagai


anti-phlogisticum. Pemakaian terutama pada gigi dengan permulaan periodontitis, apikalis
akuta yang dapat terjadi misalnya pada peristiwa overinstrumentasi.

5. Formocresol
Kombinasi formalin dan kresol dalam perbandingan 1:2 atau 1:1, Formalin adalah
disinfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk suatu substansi yang tidak
dapat dilarutkan, tidak dapat menjadi busuk . Pada beberapa pengujian mampu menimbulkan
efek nekrosis dan inflamasi persisten pada jaringan vital. Selain itu juga bisa menimbulkan
respon imun berantara-sel. Dianjurkan digunakan dalam konsentrasi rendah.

6. Glutardehide

Minyak tanpa warna yang larut dalam air. Seperti formalin obat ini disinfektan kuat dan fiksatif.
Dianjurkan digunakan dalam konsentrasi rendah (2%) sebagai obat intrasaluran. Pada
penelitian ditemukan sedikit atau tidak ada reaksi inflamasi pada pemeriksaan histologik.

7. TKF (Trikresol formalin)

Adalah campuran ortho, metha, dan para-cresoldengan formalin. Bersifat merangsang


jaringan periapikal dan menyebabkan jaringan menjadi nekrosis.

8. CaOH

Kompound ini juga telah digunakan sebagai medikamen saluran akar. Studi singkat oleh
Grosman dan Stevens menemukan kalsium hidroksida tidak seefektif klorofenol berkamfer.
Pengaruh antiseptiknya mungkin berhubungan dengan pH yang tinggi dan pengaruhnya
melumerkan jaringan pulpa nekrotik. Tronstad dkk, menunjukkan bahwa CaOH menyebebkan
kenaikan signifikan pH dentin sirkumpulpal bila kompoun diletakkan pada saluran akar. Pasta
CaOH paling baik digunakan pada perawatan antar kunjungan dengan penundaan yang lama
karena bahan ini tetap manjur selama berada di dalam saluran akar.

9. N2

Suatu kompoun yang mengandungParaformaldehida sebagai unsur utamanya, dinyatakan


baik sebagai medikamen intra saluran maupu sebagai siler. N2
mengandungeugenol dan fenilmerkuri borat, dan kadang bahan tambahan termasuk timah
hitam,kortokosteroid, antibiotika, dan minyak wangi. Ada beberapa pendapat yang
menyatakan bahwa antibakterial N2 hanya sebentar dan menghilang kira-kira dalam waktu
seminggu atau sepuluh hari.

10. Halogen

Yang termasuk golongan ini adalah:

1. sodium hipoklorit

Klorin dengan berat atom terendah menpunai daya antibakteri yang terbesar. Uap sodium
hipoklorit bersifat bakterisidal. Disinfektan klorin bukan kompoun yang stabil karena
berinteraksi cepat dengan bahan organik, sehingga baik diaplikasikan pada saluran akar tiap
dua hari sekali.

2. Yodida

Yodin sangat reaktif, berkombinasi dengan protein dalam ikatan longgar sehingga
penetrasinya tidak terganggu. Bahan ini mungkin memusnahkan mikroorganisme dengan
membentuk garam yang merugikan kehidupan mikroorganisme. Seperti kompoun klorin
bahan ini efek antibakterialnya sebentar, tetapi merupakan medikamen yang paling sedikit
mengiritasi.

FREKUENSI MEDIKASI

Dressing sebaiknya diganti seminggu sekali dan tidak boleh lebih dari dua minggu
karena dressing menjadi cair oleh eksudat periapikal dan membusuk karena interaksi dengan
mikroorganisme.

Dressing saluran akar sebaiknya dilakukan dengan cara memasukkan butiran kapas
yang telah dibasahi medikamen dan diperas kelebihan medikamennya. Uap yang keluar dari
medikamen sudah cukup efektif untuk mendisinfeksi kavitas pulpa. Saluran akar ditutup
denganmeletakkan butiran kapas steril yang kedua diatas butiran kapas yang telah diberi obat
dan ditutup dengan tumpatan sementara Cavit, Seng Oksid eugenol atau IRM.

Bhn peng
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan, yaitu :

· Pengisian saluran akar yaitu gigi bebas dari rasa sakit

· Saluran akar bersih dan kering

· Tidak terdapat nanah

· Tidak terdapat bau busuk

Pada umumnya bahan pengisi saluran akar digolongkan menjadi :

· Golongan padat

Termasuk golongan padat ialah guttap silver point dan acrilic cone. Silver point digunakan untuk
saluran akar yang sempit, bulat mengecil, dan bengkok. Kontraindikasinya gigi anterior, premolar
akar tunggal, dan molar akar tunggal yang besar.

· Golongan pasta

Bahan ini tidak mengeras dalam saluran akar, mudah dimasukkan tapi mudah keluar melalui
foramen apikal, dan porus kebbocoran lebih besar. Contoh : pasta dengan bahan dasar ZnO, bahan
dasar Ca(OH)2, dan bahan dasar resin.

1. ZnO. Merupakan serbuk amorf yang halus, rapuh, mudah larut dalam asam, tidak larut dalam
air/alkohol, antiseptik, dan toksisitasnya rendah. ZnEO bersifat non toksik dan digunakan untuk
perawatan pulpektomi.

2. Ca(OH)2, bersifat :

- Mempunyai efek bakteriostatik atau bakterisid

· Golongan semen

Bahan ini setelah beberapa waktu dalam saluran akar akan mengeras, sukar dimasukkan dalam
saluran akar yang sempit, mudah terdesak keluar melalui foramen apikal, iritasi, dan sulit
dikeluarkan. Contoh : oxycloride, oxysulfate, zinc oxyfosfat, zinc oxyeugenol.

· Golongan plastis

1. Amalgam

Amalgam dalam bidang kedokteran gigi disebut dental amalgam, yaitu suatu paduan antara merkuri
(Hg) dan suatu alloy. Menurut Charbeneau dkk. (1981) amalgam pertama kali diperkenalkan oleh
Taveau pada tahun 1826 di Paris. Pada waktu pertama kali diperkenalkan, amalgam disebut silver
amalgam, karena bagian terbesar komponennya adalah perak. Black adalah orang yang pertama kali
memperkenalkan amalgam dengan bentuk partikel lathe cut. Dalam publikasinya pada tahun 1896,
komposisi alloy amalgam adalah :

- Ag (perak) 68,50%
- Sn (Timah putih) 25,50%

- Au (emas) 5%

- Zn (seng) 1%

Amalgam telah dikenal sebagai bahan pengisi retrograde sejak lama. Dewasa ini para peneliti terus
berusaha mencari alternatif bahan pengisi retrograde selain amalgam. Tidak ada bahan pengisi
retrograde yang ideal. Amalgam sebagai bahan pengisi retrograde memiliki Kekurangan: yaitu
kebocoran marginal, korosi, kontaminasi merkuri pada jaringan periapikal, beberapa alloy sensitif
terhadap kelembaban, memerlukan preparasi untuk undercut dan dapat mewarnai jaringan lunak
dan jaringan keras. (Heptorina, 2007).

2. Gutta percha

Gutta percha point memiliki biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan periradikuler dengan
kombinasi semen saluran akar (siler) yang dapat menginduksi pembentukan jaringan keras (respon
osteogenic) den merangsang penutupan apeks. Gutta percha tersedia dalam dua bentuk yang
mengalami dua fase yaitu: fase β dan fase α. Struktur isomer gutta percha adalah trans-7, 4-
polyisoprene, dimana memiliki struktur yang teratur yang dapat mengalami kristalisasi sehingga
tampak keras dan kaku. Untuk mendapatkan kualitas bahan pengisian saluran akar yang baik dan
memiliki sifat plastis maka gutta percha dalam pembuatannya selalu dikombinasikan dengan wax,
zinc oxide, calsium hidroxide. Untuk mendapatkan suatu pengisian yang hermetis sangat perlu
diketahui sifat-sifat material gutta percha point (Tamba, 2010).

Pasta dan semen dapat dibagi dalam lima kelompok, berbahan dasar zinc okside eugenol, resin
komposit, guttap perca, bahan adhesif dentin, dan bahan yang ditambah obat – obatan.

1. Zinc oxide eugenol

Semen oksida dan seng eugenol adalah suatu semen tipe sedative yanglembut. Biasanya disediakan
dalam bentuk bubuk dan cair, dan berguna untuk basis insulatif (penghambat). Bahan ini juga sering
digunakan untuk balutan sementara. PH-nya mendekati 7 yang membuatnya menjadi salah satu
semen dental yang paling sedikit mengiritasi.

Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa gigi dan ini adalah salah satu kelebihan jenis semen
tersebut. Kelebihan lainnya adalah kemampuan semen untuk meminimalkan kebocoran micro, dan
memberikan perlindungan terhadap pulpa. Bahan ini paling sering digunaakan ketika merawat lesi-
lesi karies yang besar.

Campuran konvensional dari oksida seng dan eugenol relatif lemah. Di tahuntahun terakhir ini mulai
diperkenalkan semen-semen oksida seng eugenol yang telah disempurnakan. Salah satu produk OSE
(Oksida Seng Eugenol) yang diperkuat dan cukup terkenal adalah produk yang menggunakan polimer
sebagai penguat. Selain itu, partikel-partikel bubuk oksida seng telah “dirawat permukaan”
untukmenghasilkan ikatan partikel-partikel ke matriks yang lebih baik. Hal ini menghasilkan kekuatan
yang lebih besar dan durabilitas (masa pakai) yang lebih lama digunakan sebagai bahan tambalan
sementara. Sejumlah bahan lain, seperti resin hidroginase, dapat juga dijumpai dalam beberapa
produk.

Kegunaan seng oksida eugenol :

- restorasi sementara dan menengah

- bahan perekat/pengikat sementara dan permanen untuk restorasi


2. Resin komposit

Kelebihan Bahan Komposit

Bahan komposit mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan bahan konvensional seperti
logam. Kelebihan tersebut pada umumnya dapat dilihat dari beberapa sudut yang penting seperti
sifat-sifat mekanikal dan fisikal, keupayaan (reliability), kebolehprosesan dan biaya. Seperti yang
diuraikan dibawah ini :

a. Sifat-sifat mekanikal dan fisikal

Pada umumnya pemilihan bahan matriks dan serat memainkan peranan penting dalam menentukan
sifat-sifat mekanik dan sifat komposit. Gabungan matriks dan serta dapat menghasilkan komposit
yang mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih tinggi dari bahan konvensional seperti keluli.

- Bahan komposit mempunyai density yang jauh lebih rendah berbanding dengan bahan
konvensional. Ini memberikan implikasi yang penting dalam konteks penggunaan karena komposit
akan mempunyai kekuatan dan kekakuan spesifik yang lebih tinggi dari bahan konvensional.
Implikasi kedua ialah produk komposit yang dihasilkan akan mempunyai kerut yang lebih rendah dari
logam. Pengurangan berat adalah satu aspek yang penting dalam industri pembuatan seperti
automobile dan angkasa lepas. Ini karena berhubungan dengan penghematan bahan bakar.

- Dalam industri angkasa lepas terdapat kecendrungan untuk menggantikan komponen yang
diperbuat dari logam dengan komposit karena telah terbukti komposit mempunyai rintangan
terhadap fatigue yang baik terutamanya komposit yang menggunakan serat karbon.

- Kelemahan logam yang agak terlihat jelas ialah rintangan terhadap kakisa yang lemah terutama
produk yang kebutuhan sehari-hari. Kecendrungan komponen logam untuk mengalami kakisan
menyebabkan biaya pembuatan yang tinggi. Bahan komposit sebaiknya mempunyai rintangan
terhadap kakisan yang baik.

- Bahan komposit juga mempunyai kelebihan dari segi versatility (berdaya guna) yaitu produk
yang mempunyai gabungan sifat-sifat yang menarik yang dapat dihasilkan dengan mengubah sesuai
jenis matriks dan serat yang digunakan. Contoh dengan menggabungkan lebih dari satu serat dengan
matriks untuk menghasilkan komposit hibrid.

b. Proses pembuatan

Kebolehprosesan merupakan suatu kriteria yang penting dalam penggunaan suatu bahan untuk
menghasilkan produk. Ini karena dikaitkan dengan produktivitas dan mutu suatu produk.
Perbandingan antara produktiviti dan kualiti adalah penting dalam konteks pemasaran produk yang
dipabrikasi. Selain dari itu kebolehprosesan juga dikaitkan dengan keberbagai teknik fabrikasi yang
dapat digunakan untuk memproses suatu produk.
Adalah jelas bahwa bahan komposit dibolehprosesan dengan berbagai teknik fabrikasi yang
merupakan daya tarik yang dapat membuka ruang luas bagi penggunaan bahan komposit.
Contohnya untuk komposit termoplastik yang mempunyai kelebihan dari segi pemrosesan yaitu
ianya dapat diproses dengan berbagai teknik fabrikasi yang umum yang biasadigunakan untuk
memproses termoplastik tanpa serat (Hendri Ginting, 2002).

Pada umumnya bentuk dasar suatu bahan komposit adalah tunggal dimana merupakan susunan dari
paling tidak terdapat dua unsur yang bekerja bersama untuk menghasilkan sifat-sifat bahan yang
berbeda terhadap sifat-sifat unsur bahan penyusunnya. Dalam prakteknya komposit terdiri dari
suatu bahan utama (matrik – matrix) dan suatu jenis penguatan (reinforcement) yang ditambahkan
untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan matrik. Penguatan ini biasanya dalam bentuk serat
(fibre, fiber).

Sekarang, pada umumnya komposit yang dibuat manusia dapat dibagi kedalam tiga kelompok utama
:

- Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC)

- Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC)

- Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC)

Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC)

Bahan ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan disebut, Polimer Berpenguatan Serat
(FRP – Fibre Reinforced Polymers or Plastics) – bahan ini menggunakan suatu polimer-berdasar resin
sebagai matriknya, dan suatu jenis serat seperti kaca, karbon dan aramid (Kevlar) sebagai
penguatannya.

Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC)

Ditemukan berkembang pada industri otomotif, bahan ini menggunakan suatu logam seperti
aluminium sebagai matrik dan penguatnya dengan serat seperti silikon karbida.

Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC)

Digunakan pada lingkungan bertemperatur sangat tinggi, bahan ini menggunakan keramik sebagai
matrik dan diperkuat dengan serat pendek, atau serabut-serabut (whiskers) dimana terbuat dari
silikon karbida atau boron nitrida

Komposit Matrik Polimer

Sistem resin seperti epoksi dan poliester mempunyai batasan penggunaan dalam manufaktur
strukturnya, dikarenakan sifat-sifat mekanik tidak terlalu tinggi dibandingkan sebagai contoh
sebagian besar logam. Bagaimanapun, bahan tersebut mempunyai sifat-sifat yang diinginkan,
sebagian besar khususnya kemampuan untuk dibentuk dengan mudah kedalam bentuk yang rumit.

Bahan seperti kaca, aramid dan boron mempunyai kekuatan tarik dan kekuatan tekan yang luar
biasa tinggi tetapi dalam ‘bentuk padat’ sifat-sifat ini tidak muncul. Hal ini berkenaan dengan
kenyataan ketika ditegangkan, serabut retak permukaan setiap bahan menjadi retak dan gagal
dibawah titik tegangan patah teoritisnya. Untuk mengatasi permasalahan ini, bahan diproduksi
dalam bentuk serat, sehingga, meskipun dengan jumlah serabut retak yang terjadi sama, serabut
retak tersebut terbatasi dalam sejumlah kecil serat dengan memperlihatkan sisa kekuatan teoritis
bahan. Oleh karena itu seikat serat akan mencerminkan lebih akurat kinerja optimum bahan.
Bagaimanapun juga satu serat dapat hanya memperlihatkan sifat-sifat kekuatan tarik sesuai panjang
serat, seperti halnya serat dalam suatu tali.

Jika sistem resin dikombinasikan dengan serat penguat seperti kaca, karbon dan aramid, sifat-sifat
yang luarbiasa dapat diperoleh. Matrik resin menyebarkan beban yang dikenakan terhadap
komposit antara setiap individu serat dan juga melindungi serat dari kerusakan karena abrasi dan
benturan. Kekuatan dan kekakuan yang tinggi, memudahkan pencetakan bentuk yang rumit,
ketahanan terhadap lingkungan yang tinggi dengan berat jenis rendah, membuat kesimpulan
komposite lebih superior terhadap logam dalam banyak aplikasi.

Bila Komposit Matrik Polimer mengabungkan sistem resin dan serat penguat, sifat-sifat yang
dihasilkan bahan komposit akan memadukan beberapa hal sifat-sifat yang dimiliki oleh resin dan
yang dimiliki oleh serat.

Secara umum, sifat-sifat komposit ditentukan oleh :

- Sifat-sifat serat

- Sifat-sifat resin

- Rasio serat terhadap resin dalam komposit (Fraksi Volume Serat – Fibre Volume Fraction)

- Geometri dan orientasi serat pada komposit

Bahan komposit dibentuk pada saat yang sama ketika struktur tersebut dibuat. Hal ini berarti bahwa
orang yang membuat struktur menciptakan sifat-sifat bahan komposit yang dihasilkan, dan juga
proses manufaktur yang digunakan biadanya merupakan bagian yang kritikal yang berperanan
menentukan kinerja struktur yang dihasilkan.

Pembebanan
Terdapat empat beban langsung utama dimana setiap bahan dalam suatu struktur harus
menahannya: tarik, tekan, geser/lintang dan lentur

Tarik
Gambar dibawah memperlihatkan beban tarik yang diterapkan pada suatu komposit. Reaksi
komposit terhadap beban tarik sangat tergantung pada sifat kekakuan dan kekuatan tarik dari serat
penguat, dimana jauh lebih tinggi dibandingkan dengan resinnya.

Tekan
Gambar dibawah ini memperlihatkan suatu komposit dibawah beban tekan. Disini sifat daya rekat
dan kekakuan dari sistem resin adalah penting, sebagaimana resin menjaga serat sebagai kolom
lurus dan menjaganya dari tekukan (buckling)

Geser/Lintang
Gambar dibawah ini memperlihatkan suatu komposit dikenakan beban geser. Beban ini mencoba
untuk meluncurkan setiap lapisan seratnya. Dibawah beban geser resin memainkan peranan utama,
memindahkan tegangan melintang komposit. Untuk membuat komposit tahan terhadap beban
geser, unsur resin harus tidak hanya mempunyai sifat-sifat mekanis yang baik tetapi juga daya rekat
yang tinggi terhadap serat penguat.

Lenturan
Beban lentursebetulnya merupakan kombinasi beban tarik, tekan dan geser. Ketika beban seperti
diperlihatkan, bagian atas terjadi tekan, bagian bawah terjadi tarik dan bagian tengah lapisan terjadi
geser.

Sistem-sistem Resin

Apapun sistem resin yang digunakan dalam bahan komposit akan memerlukan sifat-sifat berikut :

- Sifat-sifat mekanis yang bagus

- Sifat-sifat daya rekat yang bagus

- Sifat-sifat ketangguhan yang bagus

- Ketahanan terhadap degradasi lingkungan bagus

Sifat-sifat Mekanis Sistem Resin

Gambar dibawah memperlihatkan kurva tegangan/regangan untuk suatu sistem resin ideal. Kurva
untuk resin menunjukkan kekuatan puncak tinggi, kekakuan tinggi (ditunjukkan dengan kemiringan
awal) dan regangan tinggi terhadap kegagalan. Hal ini berarti bahwa resin pada awalnya kaku tetapi
pada waktu yang sama tidak akan mengalami kegagalan getas.

Seharusnya dicatat dimana ketika suatu komposit di bebani tarik, untuk mencapai sifat-sifat mekanis
yang optimal dari komponen serat, resin harus mampu berubah panjang paling tidak sama dengan
serat. Gambar dibawah ini memberikan regangan terhadap kegagalan yang dimiliki untuk serat kaca-
E, serat kaca-S, serat aramid, dan serat karbon berkekuatan tinggi (yaitu bukan dalam bentuk
komposit). Disini terlihat, sebagai contoh, serat kaca-S dengan perpanjangan 5,3%, akan
membutuhkan resin dengan perpanjangan paling tidak sama dengan nilai tersebut untuk mencapai
sifat tarik yang maksimum.
Sifat-sifat Daya rekat Sistem Resin

Daya rekat yang tinggi antara resin dan serat penguat diperlukan untuk apapun jenis sistem resin.
Hal ini akan menjamin bahwa beban dipindahkan secara efisiensi dan akan menjaga pecahnya atau
lepasnya ikatan serat dan resin ketika ditegangkan.

Sifat Ketangguhan Sistem Resin

Ketangguhan adalah suatu ukuran dari ketahanan bahan terhadap propaganda retak, tetapi dalam
komposit hal ini akan susah untuk diukur secara akurat. Bagaimanapun juga, kurva tegangan dan
regangan yang dimiliki sistem resin menyediakan beberapa indikasi ketangguhan bahan. Sistem resin
dengan regangan terhadap kegagalan yang rendah akan cenderung menciptakan komposit yang
getas, dimana retak dapat mudah terjadi.

Sifat terhadap Lingkungan Sistem Resin

Ketahanan terhadap lingkungan, air dan substansi agresif lain yang bagus, bersama-sama dengan
kemampuan untuk bertahan terhadap siklus tegangan konstan, adalah sifat yang paling esensi untuk
apapun jenis sistem resin. Sifat-sifat ini secara khusus penting untuk penggunaan pada lingkungan
laut.

Guttap perca

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran gigi telah terbukti bahwa gutta
percha point menipakan bahan yang paling ideal dan sering digunakan sebagai bahan pengisian
saJuran akar.

Gutta percha merupakan lateks koagulasi dari cairan getah murni yang dapat mengeras dan berasal
dari pohon jenis Sapotaceae yang dapat dipadatkan, terdapat di semenanjung Malaysia dan pulau-
pulau sekitarya serta pada daerah tropis yang pertama sekali dijumpai oleh Isonandra Gutta.
Gutta percha point memiliki biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan periradikular dengan
kombinasi semen saluran akar (siler) yang dapat menginduksi pembentukan jaringan keras (respon
osteogenic) dan tnerangsang penutupan apeks. Gutta percha tersedia dalam dua bentuk yang dapat
mengalami dua fase (fase beta/ {3 dan fase a/fa/ a). Struktur isomer gutta percha adalah trans -7, 4-
poiy isoprene, dimana memiliki struktur yang teratur yang dapat mengalami kritalisasi sehingga
tampak keras dan kaku.

Gutta percha dapat digunakan bersama dengan pelarut organik misalnya chloroform dan
xylohencalyptol yaitu guttapercha solvents yang dikenal dengan nama chloropercha atau eupercha.
Untuk mendapatkan kualitas bahan pengisian saluran akar yang baik dan memiiiki sifat plastis maka
gutta percha dalam pembuatannya selalu dikombinasikan dengan wax, zinc oxide, calcium hidroxide.
Untuk mendapatkan suatu pengisian yang hermetis sangat perlu diketahui sifat-sifat material gutta
percha point. Pada perawatan saluran akar dengan memakai gutta percha point mempunyai tujuan
untuk mempertahankan gigi selama mungkin sesuai dengan anatomi saluran akar gigi di dalam
rongga mulut dan dapat memadat dengan baik. Gutta percha point sebagai material yang
popularitas dan keunggulannya sudah teruji masih memiliki kerugian. Oleh karena itu sangat
diperiukan keteiitian dalam menggunakan gutta percha point sebagai bahan pengisian saluran akar.

Pada guttaercha, dilakukan beberapa teknik untuk emmasukkannya ke dalam saluran akar. Yaitu.
kondensasi lateral dan kondensasi vertical. Kondensasi lateral bahan pengisian gutta percha adalah
teknik pengisian yang paling sering diajarkan dan dipraktekkan, serta merupakan prosedur standar
dibandingkan dengan semua teknik lain yang dievaluasi. Untuk mendapatkan hasil perawatan
endodontik yang optimal, saluran akar harus seluruhnya terisi dengan bahan padat, terutama pada
bagian sepertiga apikal. Obturasi saluran akar menggunakan gutaperca yang dikombinasikan dengan
siler saluran akar dengan teknik kondensasi lateral akan memberikan penutupan apikal yang baik.
Penggunaan siler bertujuan menyempurnakan obturasi karena siler berfungsi sebagai perekat dan
pengisi celah antara bahan pengisi dan dinding

saluran akar, serta mengisi saluran-saluran lateral dan saluran-saluran tambahan.Adapun merek-
merek guttap yang sering dipergunakan yakni ProTaper Gutta percha point [P-LC], ProTaper [P] dan
warm [P-OE] Gutta percha point, Teknik Kondensasi Vertical (Gutta perca panas).

Bahan adhesif dentin

Sistem adhesif dalam kedokteran gigi telah dipakai selama 30 tahun terakhir. Perkembangan bahan
adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat diandalkan dan bertahan lebih
lama. Sistem adhesif yang lebih baru menghasilkan kekuatan perlekatan yang tinggi pada dentin
yang lembab dan kering, dengan pembuangan smear layer secara keseluruhan ataupun sebagian.
Akan tetapi, kekuatan perlekatan dapat bervariasi tergantung pada kelembaban intrinsik dentin,
daerah yang dietsa, dan bahan adhesifnya.

Kata adhesif berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti melekatkan. Secara terminologi, adhesi
adalah suatu proses interaksi zat padat maupun cair dari suatu bahan (adhesive atau adherent)
dengan bahan yang lain (adherend) pada sebuah interface. Dental adhesion biasanya disebut juga
dengan dental bonding. Kebanyakan keadaan yang berhubungan dengandental adhesion akan
melibatkanadhesive joint. Adhesive joint adalah hasil interaksi lapisan
bahanintermediet (adhesive atau adherent) dengan dua permukaan (adherend) menghasilkan dua
buah adhesive interface. Enamel bonding agentyang melekat di antara enamel yang dietsa dan
bahan resin komposit, merupakan dental adhesive jointyang klasik.
Gambar 1. Skema adhesi dan adhesive joint dental

Perlekatan yang kuat bahan tumpatan pada dentin sulit didapatkan bila dibandingkan ke permukaan
enamel meskipun telah dilakukan pengetsaan asam. Hal ini disebabkan adanya komponen tertentu
yang dimiliki dentin seperti struktur tubulus dentin, kelembaban intrinsik dentin dan bersifat lebih
hidrofilik dibanding enamel. Beberapa faktor yang memberikan pengaruh pada perlekatan dentin
antara lain komposisi dari dentin (dentin mengandung air lebih banyak 12%, kolagen 18% dan
hidroksiapatit 70%), adanya cairan di dalam tubulus dentin, prosesusodontoblast yang terdapat pada
tubulus dentin, jumlah dan lokasi dari tubulus dentin, serta keberadaan smear layer. Smear
layer tersebut dapat menutup tubulus dentin dan berperan sebagai barrier difusi sehingga
mengurangi permeabilitas dentin

Permukaan dentin yang telah dietsa dapat dikeringkan dengan dua cara yaitu teknik wet-
bondingdan dry-bonding. Teknik wet-bonding yaitu permukaan dentin dikeringkan dengan
cara blottingsehingga permukaan dentin dalam kondisi lembab. Teknik dry-bondingyaitu permukaan
dentin dikeringkan dengan semprotan udara yang menghasilkan permukaan dentin yang benar-
benar kering.

Teknik ”wet-bonding” mencegah perubahan yang timbul (kolapsnya kolagen) saat pengeringan
dentin yang terdemineralisasi. Penggunaan bahan adhesif pada dentin yang lembab dimungkinkan
oleh penggabungan solvent organik aseton atau etanol dalam primeratau adhesif.
Karena solvent dapat menggantikan air dari permukaan dentin dan kolagen yang lembab, hal
tersebut mendukung infiltrasi monomer resin ke dalam kolagen. Teknik ”wet-bonding”
meningkatkan kekuatan perlekatan karena air mempertahankan porositas kolagen untuk difusi
monomer. Penelitian in vitro yang telah dilakukan menyebutkan bahwa kondisi dentin yang basah
dapat memberi pengaruh buruk dan dapat mengurangi kekuatan perlekatan bahan adhesif pada
dentin, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kanca menunjukkan kekuatan perlekatan bahan
adhesif dengan pelarut aseton secara signifikan lebih tinggi pada permukaan dentin yang basah
daripada permukaan dentin yang kering. Tay et al menyebutkan bahwa bahan adhesif yang
menggunakan primer berpelarut air pada permukaan dentin yang basah akan menimbulkan
fenomena ”over-wet”.

Banyak praktisi masih mengeringkan gigi yang telah dietsa untuk memeriksa enamel yang teretsa.
Karena tidak mungkin mengeringkan enamel tanpa mengeringkan dentin, kolagen dentin kolaps
selama pengeringan udara, menyebabkan penutupan celah mikro dalam kolagen.9 Jika dilakukan
pengeringan udara pada dentin yang demineralisasi maka dapat mengakibatkan kolapsnya kolagen
dan mencegah infiltrasi resin.14Adanya air dalam komposisi beberapa bahan adhesif dapat
membasahkan serat kolagen sehingga membuka celah untuk infiltrasi resin primer. Oleh karena itu,
adanya solventorganik dan air dapat menjadi dasar untuk infiltrasi beberapa adhesif ke dalam dentin
yang terdemineralisasi.

Kanca cit. Yesilyurt membagi sistem adhesif menjadi dua jenis ditinjau dari tekniknya, yaitu
sistemtotal-etching dan sistem self-etching.19 Van Merbeek B et al. cit. Purnama Dewi membagi
bahan adhesif berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasi klinisnya yaitutotal-etching three-step
adhesive(generasi keempat), total-etching two-step adhesive (generasi kelima),self-etching two-step
adhesive(generasi keenam) dan self-etching one-step adhesive (generasi ketujuh).10 Perbedaan dari
generasi-generasi bahan adhesif yang telah ada terletak pada perlakuan yang diberikan
terhadap smear layer.

Self-etching telah diperkenalkan untuk mengurangi sensitivitas teknik dengan menyederhanakan


langkah bonding, yaitu menggabungkan langkahconditioning dengan langkah infiltrasi monomer
hidrofilik (priming). Demineralisasi jaringan keras gigi terbatas pada daerah infiltrasi monomer.
Monomer self-etching yang lemah dengan pH 2 atau self-etching yang kuat dengan pH 0.8 sudah
tersedia saat ini. Beberapa produk mengandung semua substansi yang digunakan untuk adhesi
dalam satu kemasan (one-bottle system).

Sistem adhesif generasi ke-7 menggunakan sistem self-etchingsebagai karakteristik utamanya, yaitu
sistem one-step self-etching. Sistem adhesif ini disebut juga dengan all-in-one adhesive
system,ketiga langkah etsa, priming, danbonding resin telah digabung, dalam satu kemasan dengan
air, etanol atau aseton. Aplikasi dari asamprimer menyebabkan demineralisasi dentin dan penetrasi
adhesif. Air dan monomer hidrofilik merupakan komponen penting yang akan menghasilkan ion
hidrogen yang diperlukan untuk melarutkan dan mendemineralisasi gigi. Etanol dan/atau aseton
juga mendukung kelarutan monomer resin.

Untuk mendapatkan perlekatan ke dentin yang stabil, sistem adhesifself-etch harus berpenetrasi
melewatismear layer ke dalam dentin. Sistem adhesif one-step self-etchingmengandalkan
demineralisasi sebagian dari permukaan dentin oleh monomer asam untuk menghilangkansmear
layer serta mengekspos serat kolagen untuk penetrasi monomer resin. Efek pengetsaan sistem
adhesifone-step self-etching berhubungan dengan interaksi monomer fungsional asam dengan
komponen mineral substrat gigi, dan membentuk kesatuan antara permukaan gigi dan adhesif oleh
demineralisasi yang simultan dan penetrasi resin. Sistem adhesif one-step self-etching harus
mengandung air serta monomer hidrofilik yang larut terhadap air seperti 2-hidroksietil metakrilat
(HEMA), sehingga monomer asam dapat penetrasi ke dalam dentin yang hidrofilik. Kedalaman
demineralisasi selama aplikasi adhesif tergantung pada tipe monomer asam, konsentrasinya, dan
lamanya aplikasi serta komposisi dentin.

Gambar 2. Bonding resin pada dentin dengan teknik self-etc

Sistem adhesif one-step self-etchingadalah alternatif sistem adhesif yang menguntungkan untuk
restorasi karena dapat digunakan dengan mudah dan dirancang untuk digunakan pada dentin yang
kering. Walaupun tidak bisa mendapatkan dentin yang kering, permukaan dentin dapat dikeringkan
setelah preparasi kavitas.

Tujuan aplikasi bahan adhesif one-step self-etching adalah untuk memudahkan prosedur restorasi
dengan mengurangi langkah-langkah yang dibutuhkan dalam prosedur bahan adhesif. Keuntungan
lain dari sistem adhesif one-step self-etching yaitu sistem adhesif ini tidak teretsa terlalu jauh ke
dalam dentin di bawah smear layer. Pada sistem ini, smear layer tidak disingkirkan sehingga
sensitivitas post-operative, yang disebabkan infiltrasi resin yang tidak sempurna pada tubulus
dentin, dapat dikurangi. Secara klinis, sistem one-step self-etching ini tidak hanya mengurangi
jumlah tahap aplikasi, tetapi juga menghilangkan beberapa sensitivitas teknik dari sistem total-
etching. Meskipun lapisan hybrid dangkal, kekuatan perlekatan resin ke dentin sangat tinggi.

Pada umumnya sistem adhesif one-step self-etching atau sistem all-in-onememiliki kemampuan
perlekatan yang lebih lemah dibandingkan sistem adhesif lain. Hal ini disebabkan beberapa faktor.
Pertama, asam, monomer hidrofilik dan hidrofobik, solvent organik, dan air digabung bersama
dalam satu atau dua botol ini mempengaruhi fungsi dan efisiensi komponen ini menjadi buruk.
Kedua, konsentrasi solvent yang tinggi. Ketiga, kadar air yang tinggi dan viskositas yang rendah
menyebabkan lapisan adhesif yang tebal selama light cured. Keempat, kemungkinan
beberapa solventyang tersisa (air), mengganggu polimerisasi resin. Kelima, sifat hidrofilik yang tinggi
setelah polimerisasi, membuatnya berperan seperti membran yang permeabel.

Pada sistem adhesif one-step self-etching, solvent dan monomer fungsional biasanya 50% dari
adhesif. Maka konsentrasi monomer hidrofobik cross-linking berkurang drastis. Oleh karena
kekuatan mekanis bahan adhesif diberikan oleh polimerisasi monomer cross-linking, monomer
hidrofobik yang lebih sedikit terdapat pada permukaan gigi setelah aplikasi bahan adhesif ini
mengganggu kekuatan perlekatan.
Tokuyama Bond Force memiliki pH sebesar 2,3 sehingga dikelompokkan sebagai self-etch yang
ringan. Kemampuanself-etch yang lebih ringan untuk bereaksi secara kimia dengan kristal
hidroksiapatit di dalam smear layer yang terdemineralisasi sebagian dapat dipertimbangkan. Di
samping itu, monomer self-reinforcing Bond Forcediperlukan untuk memberikan lapisan adhesif
yang lebih kuat yang dapat menghasilkan kekuatan perlekatan yang lebih tinggi (Parulina Tamba,
2010).

Tidak ada bahan pengisi saluran akar yang mempunyai sifat yang ideal, tetapi paling tidak memenuhi
beberapa kriteria yaitu :

Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar

Harus dapat menutup saluran lateral atau apikal

Tidak boleh menyusut sesudah dimasukkan ke dalam saluran akar gigi

Tidak dapat ditembus oleh air atau kelembaban

Bakteriostatik

Radiopaque

Tidak mewarnai struktur gigi

Tidak mengiritasi jaringan apikal

Steril atau dapat dengan mudah disterilkan

Tidak larut dalam cairan jaringan

Bukan penghantar panas

Pada waktu dimasukkan harus dalam keadaan pekat atau semi solid dan sesudahnya menjadi keras
(Ray. H. Seltzer, 2005)

Anda mungkin juga menyukai