Anda di halaman 1dari 19

Sialaden

itis
?

definisi
infeksi berulang-ulang di
glandula submandibularis yang dapat diserati
adanya batu (sialolith) atau penyumbatan.
Sialadenitis adalah

Biasanya sistem duktus menderita kerusakan, jadi


serangan tunggal sialadentis submandibularis jarang
terjadi. Kelenjar ini terasa panas, membengkak, nyeri
tekan dan merupakan tempat serangan nyeri hebat
sewaktu makan. Pembentukan abses dapat terjadi
didalam kelenjar maupun duktus. Sering terdapat
batu tunggal atau multiple (Gordon, 1996).

Etiologi
biasanya terjadi setelah obstruksi

hiposecretion atau saluran tetapi dapat


berkembang tanpa penyebab yang jelas
sering terjadi pada kelenjar submandibularis
biasanya terjadi pada umur 50an-60an
Organisme penyebab paling umum:
- staphylococcus aureus
- streptococcus koli, dan
- berbagai bakteri anaerob

Klasifikasi
a. Sialadenitis akut

Pembengkakan atau pembesaran glandula dan salurannya,


disertai nyeri tekan dan sedikit terasa lebih hangat pada
regio yg terkena. Peradangan muara duktus, jika terlihat
ada aliran saliva biasanya keruh dan purulen. Sering diikuti
demam
b. Sialadenitis kronis
membutuhkan pemeriksaan yang lebih menyeluruh.
seringkali timbul jika infeksi akut telah menyebabkan
kerusakan atau pembentukan jar. parut. Glandula yang
terkena lebih rentan atau peka terhadap proses infeksi
lanjutan.
c. Sialadenetis supuratif
Jarang terjadi pada g.submandibularis. Jika ada, seringkali
disebabkan oleh sumbatan duktus dari batu saliva atau oleh
benturan langsung pada duktus.

Salivary gland

Acute bacterial sialadenitis


of left parotid gland

Sialadenitis with sialolithiasis

minor salivary gland lobules focal chronic


sialadenitis

Manifestasi Klinis
Menurut Juliarti, gejala umum penyakit
sialadenitis meliputi :
gumpalan lembut yang nyeri di pipi atau di
bawah dagu
terdapat tonjolan pus dari glandula ke bawah
mulut, dan
pada kasus yang parah terjadi : demam,
menggigil, dan malaise (bentuk umum rasa
sakit).

Patofisiologi
Terjadi penurunan fungsi duktus oleh karena

infeksi, penyumbatan atau trauma


menyebabkan aliran saliva akan berkurang
atau bahkan terhenti.
Sering didapatkan di kelenjar submandibula.
Glandula saliva utama yang mengalami
gengguan aliran saliva akan mudah
mengalami serangan organism melalui duktus
atau pengumpulan organism yang terbawa
aliran darah (Gordon, 1996).

Komplikasi Klinis
1. Komplikasi yang paling serius dari sialadenitis

akut adalah pembentukan abses.


2. Komplikasi kronis dan sialadenitis autoimun
yang paling sering gigi di alam karena
penurunan fungsi kelenjar dan efek
perlindungan yang diberikan terhadap karies.
3. Peradangan kronis dari kelenjar dengan atau
tanpa kalkuli sering membuat kelenjar sulit
untuk cukai karena hilangnya pesawat
jaringan normal.

Penatalaksanaan
Perawatan awal: hidrasi yang

memadai,kebersihan mulut baik, pijat berulang


pada kelenjar dan antibiotic intravena
Eval. USG/CT > menunjukkan terjadinya abses
Sialography adalah kontraindikasi
Insisi dan drainasi
aspirasi jarum pada abses parotis > membantu
menghindari prosedur operasi terbuka

Pemeriksaan
Diagnostik
riwayat, pemeriksaan fisik, budaya,

laboratorium investigasi, radiografi, dan jika


diindikasikan, halus Aspirasi jarum biopsi
Penelitian laboratorium
Kultur darah
jarum aspirasi abses diduga tidak
diindikasikan
Elektrolit rutin dan jumlah sel darah lengkap
Jika diagnosis autoimunitas yang terhibur,
analisis serum untuk antibodi antinuklear, SSA, SS-B, dan laju endapan darah harus
dilakukan

Prognosis
Pascaoperasi, pasien sering sudah mengakui dengan

antibiotik intravena yang tepat. Pasien-pasien ini memiliki


prognosis yang baik.
Pasien dengan sialadenitis kronis sering memiliki program
kambuh dan timbul.Prognosis tergantung pada etiologi.
Pasien dengan sialolithiasis memerlukan perawatan bedah
definitif dalam banyak kasus, yang menghasilkan
prognosis yang sangat baik.
Pasien dengan Sjgren atau penyakit autoimun lainnya
cenderung memiliki kursus yang berkepanjangan terkait
dengan keterlibatan sistemik.
Pasien dengan sialadenosis memiliki prognosis yang

baik,

jika masalah yang mendasari mereka cukup dikendalikan.


Bahkan jika kontrol dicapai, pembengkakan bilateral
mungkin persisten.

WOC Sialadenitis
Bakteri staphylococcus aureus,

streptococcus koli, dan berbagai


bakteri anaerob
Menginfeksi saluiran
kelenjar saliva bagian
submandibulari

Sialadenitis
Respons
Respons inflamasi lokal
lokal

Respons inflamasi
sistemik

Sensitivitas serabut
saraf lokal

MK: hipertermi

MK: Nyeri

Intake nutrisi tidak


adekuat, anoreksia, malaise
MK:
MK: Risiko
Risiko ketidakseimbangan
ketidakseimbangan

nutrisi

ASUHAN
KEPERAWATAN

Pengkajian
Identitas > tidak dipengaruhi oleh ras, jenis kelamin,

agama tapi usia tertentu,50-60an.


Riwayat Penyakit Sekarang > gumpalan lembut yang
nyeri di pipi atau di bawah dagu, terdapat tonjolan pus
dari glandula ke bawah mulut dan pada kasus yang
parah, pasien mengalami demam, menggigil, dan
malaise (bentuk umum rasa sakit).
Riwayat Penyakit Dahulu > biasanya pernah mengalami
obstruksi hiposecretion atau saluran kelenjar saliva yang
menyebabkan saliva sedikit.
Riwayat Penyakit Keluarga > tidak berhubungan dengan
genetik dari klien dan keluarganya tapi kongenital

Observasi dan Pemeriksaan Fisik

TTV: RR : 18-24 x/menit


N : 60-100 x/menit
S : 38 C
TD : 120/80 mmhg
B1 (Sistem Pernafasan)
Tidak tmengalami gangguan
B2 (Sistem Kardiovaskuler)
Tidak mengalami gangguan.

B3 (Sistem Persyarafan)

Terdapat gangguan rasa nyeri di pipi atau di bawah dagu


B4 (Sistem Perkemihan)
Tidak tmengalami gangguan
B5 (Sistem Pencernaan)
Anoreksia
b. Sulit menelan
c. Timbulnya nyeri tekan
a.

B6 (Sistem Muskuloskeletaldan Integumen)

Diagnosa Keperawatan
1.

2.

3.

Nyeri berhubungan dengan


Sensitivitas serabut saraf lokal
sekunder akibat respon inflamasi
lokal terhadap parotitis.
Risiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakadekuatan intake
makanan sekunder akibat kesulitan
menelan.
Hipertermi berhubungan dengan

Intervensi Keperawatan
Hiperlink

Thank
you

Anda mungkin juga menyukai