Anda di halaman 1dari 8

2.3.

2 Prosedur Perawatan Gigitiruan Sebagian Lepasan

2.3.2.1 Prosedur Diagnostik

Untuk menegakkan diagnosa terlebih dahulu dilakukan anamnesa terhadap

keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi dan mulut

khususnya pengalaman pasien terhadap perawatan prostodontik sebelumnya serta

harapan pasien terhadap gigitiruan yang akan dibuat. Dokter gigi juga harus

mengevaluasi sikap mental pasien terhadap perawatan gigitiruan.

2,3,5,6,20,21

Prosedur pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan ekstra oral dan

pemeriksaan intra oral. Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk wajah, profil, bentuk

bibir dan sendi temporomandibular. Pemeriksaan intra oral dilakukan secara visual,

palpasi, perkusi, sonde, termis dan rontgen foto terhadap gigi, jaringan lunak rongga

mulut, jaringan periodonsium, residual ridge dan saliva. Pemeriksaan terhadap gigi

meliputi gigi yang hilang, oklusi, warna gigi, oral hygiene, kondisi gigi yang tinggal

apakah terdapat karies, restorasi, mobility, elongasi, malposisi, atrisi dan vitalitas gigi.

2,3,5,6,20,21

Pemeriksaan radiografik berfungsi untuk mengevaluasi struktur tulang

alveolar gigi penyangga, evaluasi morfologi, panjang dan jumlah akar gigi

penyangga, memeriksa adanya lesi karies, sisa akar gigi, gigi terpendam, resorpsi

maupun sclerosis tulang alveolar dan kelainan periapikal, serta mengevaluasi

perawatan gigi yang telah dilakukan baik tambalan maupun perawatan saluran akar.

2,3,5,6,20,21

Pembuatan model diagnostik yang ditanam pada artikulator perlu dilakukan

untuk membantu dalam mendiagnosa dan menentukan rencana perawatan. Tujuan

dari pembuatan model diagnostik meliputi

1. Digunakan sebagai tambahan pada pemeriksaan rongga mulut dari oklusi

bagian lingual, derajat overclosure, dan besar ruang interoklusal.

2. Digunakan untuk survey lengkung rahang pada pembuatan GTSL.

3. Digunakan untuk gambaran gigitiruan yang dibutuhkan.

4. Digunakan sebagai referensi tetap dalam persiapan kerja seperti tipe

restorasi, daerah permukaan gigi yang dimodifikasi, lokasi rest dan desain gigitiruan

serta menentukan arah memasang dan melepas gigitiruan.

Penegakan diagnosa dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah


dilakukan, kemudian ditentukan rencana perawatan yang dirinci selengkap mungkin

mencakup perawatan pendahuluan dan desain perawatan yang akan dilakukan sesuai

dengan kebutuhan pasien. Perawatan pendahuluan bertujuan untuk mengadakan

sanitasi rongga mulut dan menciptakan kondisi oklusi normal yang menjamin

kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya meliputi tindakan bedah pra prostetik,

perawatan konservasi, perawatan periodontik dan perawatan orthodontik. Desain

perawatan yang akan dilakukan meliputi penentuan gigi penyangga dan menentukan

desain GTSL. Seluruh hasil pemeriksaan, diagnosa dan rencana perawatan dituliskan

pada kartu status penderita (dental record).

2,3,5,6,20,21

Diagnosa dan rencana perawatan untuk rehabilitasi rongga mulut yang

kehilangan sebagian gigi, mempunyai beberapa pertimbangan, antara lain kontrol

karies dan penyakit periodontal, pemulihan gigi pasien, pemulihan dan

mengharmoniskan hubungan oklusal dan penggantian gigi yang hilang.6

2.3.2.2 Pencetakan Anatomis

Pencetakan anatomis dilakukan sebelum preparasi mulut dengan

menggunakan bahan irreversible hidrokolloid. Sendok cetak harus dipilih dengan

ukuran 4-5 mm lebih besar dari ukuran rahang yang akan dicetak. Sendok cetak ini

ada yang berlubang dan tidak berlubang, sesuai dengan bahan cetaknya. Jenis sendok

cetak menurut bagian rahang yang akan dicetak meliputi normal stock tray untuk

kehilangan gigi paradental, depressed anterior tray untuk kasus Klas I Kennedy dan

sendok cetak untuk sebagian rahang

Hasil cetakan harus segera diisi dengan bahan dental stone dan dilakukan

trimming untuk mendapatkan model studi.6

2.3.2.3 Pencetakan Fisiologis

Pencetakan fisiologis dilakukan setelah preparasi mulut berfungsi untuk

mendapatkan model kerja. Pada GTSL indikasi untuk pencetakan fisiologis adalah

gigitiruan dengan perluasan distal terutama untuk lengkung rahang Klas I dan Klas II

Kennedy. Sendok cetak fisiologis dibuat dari bahan resin akrilik swapolimerisasi atau

visible light cured resin akrilik.3,6

a. Sendok Cetak Fisiologis

Buat outline pada model rahang atas dan bawah sesuai dengan batas sendok

cetak fisiologis. Setelah itu selembar baseplate wax dilapiskan pada model di atas
permukaan linggir edentulus dan daerah palatal dan 2 lembar baseplate wax

dilapiskan di atas gigi-geligi yang berfungsi sebagai spacer. Wax spacer harus 2 mm

lebih pendek dari outline sendok cetak yang telah ditentukan pada daerah tidak

bergigi dan 1 mm lebih pendek pada daerah bergigi untuk proses border molding.

Wax spacer tidak menutupi daerah posterior palatal seal pada rahang atas dan buccal

shelf pada rahang bawah, sehingga sendok cetak fisiologis yang dihasilkan akan

berkontak dengan mukosa daerah tersebut yang berfungsi sebagai pedoman untuk

menempatkan sendok cetak pada posisi yang benar di rongga mulut. Buka bagian

incissal edge pada gigi insisivus sentral sebagai stopper pada bagian anterior

Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi pada rahang atas
atau rahang bawah dan dapat dibuka-pasang oleh pasien. Gigi yang tidak diganti dapat menyebabkan masalah
bagi gigi yang masih ada dan jaringan pendukungnya seperti bergesernya gigi ke ruang yang kosong (migrasi),
memanjangnya gigi antagonis ke arah ruang yang kosong, gigi antagonis akan kehilangan kontak, resesi
gingiva, trauma pada jaringan pendukung, dan resorpsi linggir alveolar.3

2.2 Jenis Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

2.2.1 Berdasarkan Jaringan Pendukung

Victor L.S mengklasifikasikan gigi tiruan sebagian lepasan berdasarkan jaringan pendukungnya, yaitu:14, 15

a. Tooth borne, yaitu gigi tiruan yang hanya mendapat dukungan dari gigi asli.

b. Mucosa borne, yaitu gigi tiruan yang hanya mendapat dukungan dari jaringan mukosa.

c. Tooth and mucosa borne, yaitu gigi tiruan yang mendapat dukungan dari mukosa dan gigi.

2.1.3 Jenis Perawatan Prostodontik

2.1.3.1 Gigitiruan Lepasan

Gigitiruan lepasan merupakan jenis perawatan prostodontik yang menggantikan gigi serta jaringan pendukung
pada kehilangan sebagian maupun seluruh gigi dengan gigitiruan yang dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh
pasiendari rongga mulut. Berdasarkan jumlah gigi yang digantikannya, gigitiruan lepasan terdiri atas gigitiruan
sebagian lepasan (GTSL) dan gigitiruan penuh (GTP).

18,19

2.1.3.1.1 Gigitiruan Penuh

Gigitiruan penuh (GTP) adalah gigitiruan yang menggantikan seluruh gigi-geligi yang hilang dan jaringan
pendukungnya baik di rahang atas dan rahang bawah.

Tujuan pembuatan GTP adalah untuk memenuhi kebutuhan estetik, fonetik, dukungan oklusal, pengunyahan,
kenyamanan dan kesehatan jaringan pendukung.1

2.1.3.1.2 Gigitiruan Sebagian Lepasan


Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang
dan jaringan pendukungnya pada rahang atas atau rahang bawah serta dapat dibuka pasang oleh pasien,
terdiri atas GTSL akrilik dan GTSL kerangka logam. Indikasi pemakaian GTSL, yaitu: 3,5,18,19

1. Panjang daerah tidak bergigi tidak memungkinkan pembuatan GTC

2. Tidak terdapat gigi penyangga di sebelah distal ruang tidak bergigi

3. Resorpsi tulang alveolar berlebih

4. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat atau belum erupsi sempurna.

2.1.3.2 Gigitiruan Cekat

Gigitiruan cekat (GTC) didefinisikan sebagai gigitiruan yang memperbaiki mahkota gigi yang rusak atau
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dengan bahan tiruan dan dipasangkan ke pasien secara
permanen serta tidak dapat dibuka-buka oleh pasien, terdiri dari gigitiruan cekat mahkota (crown) dan
jembatan (bridge).6,18,19Perawatan gigitiruan cekat berfokus untuk mengembalikan fungsi, estetik dan
kenyamanan. Indikasi pemakaian GTC yaitu:

1. Menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang

2. Daerah tidak bergigi masih dibatasi oleh gigi asli pada kedua sisinya

3. Gigi yang dijadikan sebagai penyangga harus sehat dan jaringan periodontal baik

4. Pasien berumur 20-55 tahun.

2.1.3.3 Gigitiruan Implan

Merupakan gigitiruan yang mempunyai dukungan dari bahan yang ditanamkan ke dalam tulang alveolar untuk
mendapatkan retensi dan dukungan yang cukup terhadap gigitiruan cekat maupun gigitiruan lepasan.18

2.1.3.4 Protesa Maksilofasial

Protesa maksilofasial merupakan jenis perawatan protodontik yang berhubungan dengan restorasi dan atau
penggantian sistem stomatognatik dan struktur wajah yang disebabkan oleh adanya penyakit, tindakan bedah
dan kelainan bawaan dengan alat tiruan yang dapat atau tidak dapat dilepas oleh pasien.

Jenis

protesa maksilofasial terdiri atas protesa ekstra oral dan intra oral. Protesa ekstra oral adalah protesa yang
merestorasi dan atau menggantikan bagian dari wajah atau struktur kepala yang hilang seperti protesa mata,
protesa hidung dan protesa telinga.

Protesa intra oral adalah protesa yang merestorasi dan atau menggantikan kelainan struktur di dalam rongga
mulut seperti obturator pada celah palatum, speech aids, palatal lifts dan feeding plate pada bayi.

2.1.4 Keberhasilan Perawatan Prostodontik

2.1.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perawatan Prostodontik

Keberhasilan dalam perawatan prostodontik tergantung pada upaya tiga pihak, yaitu dokter gigi yang
membuat diagnosa, persiapan rencana perawatan dan melaksanakan prosedur klinis, tekniker gigi yang
melakukan prosedur laboratorium dan pasien dalam hal menyesuaikan diri terhadap gigitiruan dan menerima
keterbatasan gigitiruan

Prosedur klinis dan prosedur laboratoris merupakan faktor yang paling menentukan untuk keberhasilan
perawatan prostodontik, hal ini disebabkan perawatan prostodontik bagi pasien melibatkan banyak prosedur
terpisah yang saling berkaitan antara satu prosedur dengan prosedur lainnya sehingga harus ada komunikasi,
kerjasama yang baik serta saling menghargai antara dokter gigi dan tekniker gigi selama melakukan
pembuatan gigitiruan.

2.1.4.2 Syarat Keberhasilan Perawatan Prostodontik

Suatu perawatan prostodontik dikatakan berhasil apabila memenuhi beberapa persyaratan, antara lain retensi
dan stabilisasi gigitiruan yang baik, dukungan yang cukup, oklusi harmonis, estetik serta nyaman dan tidak
menimbulkan rasa sakit pada jaringan rongga mulut. Retensi merupakan daya tahan terhadap gaya yang
melepaskan gigitiruan dalam arah yang berlawanan dengan arah pemasangan. Retensi disebut juga sebagai
usaha mempertahankan posisi gigitiruan didalam rongga mulutyang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain adhesi, kohesi, tegangan permukaan antar fasial, daya tarik-menarik kapiler, tekanan atmosfer dan otot-
otot rongga mulut dan wajah. Stabilitas merupakan kemampuan gigitiruan untuk dapat bergerak secara
horizontal dengan baik dan konstan posisinya bila tekanan jatuh padanya.

Kestabilan gigitiruan didapat dari kontak rapat antara basis gigitiruan dengan mukosa, besar dan bentuk
daerah pendukung, kualitas cetakan fisiologis, bentuk permukaan yang dipoles serta lokasi dan susunan anasir
gigitiruan. Sedangkan dukungan merupakan daya tahan gigitiruan terhadap komponen vertikal dari
pengunyahan atau tekanan-tekanan lain yang dijatuhkan ke arah daerah pendukung.

Dukungan terhadap gigitiruan didapat dari tulang rahang atas dan rahang bawah serta jaringan mukosa yang
menutupinya. Dukungan akan bertambah dengan pemberian tekanan selektif yang serasi dengan kekenyalan
jaringan yang tersedia untuk dukungan.

2.2.2 Berdasarkan Waktu Pemasangan

a. Convensional denture, gigi tiruan yang dibuat dan dipasang sesudah luka pencabutan sembuh.

b. Immediate denture, yaitu gigi tiruan yang dibuat sebelum pencabutan dan segera dipasang setelah
pencabutan.

PERAWATAN PENDAHULUAN

Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan lunak maupun keras, dalam
rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan.

Keberhasilan atau gagalnya gigitiruan sebagian lepasan tergantung pada beberapa faktor diantarnya meliputi:

1. Kondisi mulut pasien

2. Keadaan periodontal gigi tang dipilih

3. Prognosa gigi tersebut

Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga untuk menciptakan kondisi
oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya.

Dalam usaha mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan ada 2 (dua) hal penting yang harus
diperhatikan, yaitu:

1. Pemeriksaan mulut, gigi geligi dan jaringan mulut lainnya.

2. Usaha mempersiapkan gigi dan mulut dalam menerima gigitiruan. Kedua hal tersebut merupakan tindakan
dasar dengan mengembalikan kesehatan mulut dan menyingkirkan keadaan-keadaan yang dapat
menyebabkan kegagalan dalam tujuan pemakaian gigitiruan.

Langkah-langkah persiapan gigi dan mulut adalah sebagai berikut:


1. Penentuan dataran oklusal

2. Pengkonturan kembali permukaan proksimal posterior

3. Pengkonturan kembali permukaan proksimal anterior

4. pengkonturan kembali permukaan fasial dan lingual gigi

5. Pembuatan preparasi gigi sandaran

6. Pengahalusan preparasi gigi sandaran

7. Penghalusan dan pemolesan seluruh dasar permukaan

Perawatan ini meliputi:

1. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah.

Umumnya pembedahan mencakup jaringan keras dan lunak yang memerlukan waktu penyenbuhan yang
cukup sebelum pembuatan gigitiruan.

Makin lama jarak waktu pembedahan dengan pencetakan makin sempurna penyembuhan sehingga gigitiruan
lebih stabil.

Antara lain :

a. Pencabutan.

Gigi yang akan dicabut harus ditentukan dengan teliti. Setiap gigi diperiksa apakah cukup penting dan masih
dapat dipertahankan untuk keberhasilan gigitiruan yang akan dibuat atau harus dicabut. Gigi yang cukup kuat
yang akan dijadikan sandaran dapat dipertahankan sebaliknya gigi yang dapat menimbulkan kesulitan dalam
pembuatan gigitiruan sebaiknya dicabut.

b. Penyingkiran sisa akar yang tinggal dan gigi impaksi

Pengambilan sisa akar yang terpenting dapat dilakukan dari permukaan labial/bukal, atau palatal tanpa
mengurangi tinggi alveolar ridge.

Pengambilan gigi yang impaksi dilakukan sedini mungkin agar dapat mencegah infeksi akut dan kronis.

c. Kista dan tumor odontogenik

Semua gambaran radiolusen dan radiopak harus diselidiki. Penderita harus diyakinkan tentang keadaan
mulutnya yang mempunyai kelainan berdasarkan laporan akhir patologis.

d. Penonjolan tulang

Penonjolan tulang yang menghalangi pemasangan gigitiruan harus disingkirkan.

Misalnya :

• Torus palatinus yang meluas sampai pada pertemuan palatum mole sehingga menghalangi adanya posteror
palatal seal

• Torus palatinus yang sangat besar sehingga memenuhi palatum dan akan menyebabkan ketidakstabilan
gigitiruan.

• Torus palatinus yang menyebabkan penumpukan debris.

e. Bedah periodontal

Bedah periodontal dilakukan untuk mendapatkan keadaan jaringan yang sehat sebagai pendukung gigitiruan.
Penyingkiran saku gusi dapat dilakukan dengan cara kuretase dan eksisi surgical.

Misalnya :

• Gingivectomy

• Reposisi flep

2. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung.

Hal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada sehingga dapat memberikan
dukungan dan fungsi yang baik untuk gigitiruan.

Antara lain :

• Menghilangkan kalkulus

• Menghilangkan pocket periodontal

• Melakukan splinting terhadap gigi-gigi yang mobiliti

• Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan menggantung.

• Menghilangkan gangguan oklusal

3. Tindakan Konservasi

Sebelum merencanakan gigitiruan harus diketahui perbaikan yang akurat terhadap gigi-gigi yang ada.

Antara lain :

• Penambalan

• Pembuatan inlay, dsb

• Kedudukan rest

4. Tindakan-tindakan ortodonti

Misalnya ada kasus diastema sentralis, sebaiknya dilakukan perawatan ortodonti terlebih dahulu sebelum
pembuatan gigitiruan.

Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Indikasi gigi tiruan sebagian lepasan adalah :

1. Hilangnya satu atau lebih sebagian gigi


2. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagaigigi pegangan
3. Keadaan processus alveolaris masih baik
4. Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baibai
5. Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan
6. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:a.
7. Usia :Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar, panjang mahkotaklinis masih kurang. Pasien
usia lanjut dengan kesehatan umum yangburuk, karena perawatannya memerlukan waktu yang lama
b.
8. Panjang daerah edentulous tida memenuhi syarat Hukum Antec.
9. Kehilangan tuang yang banyak pada daerah edentulous
10. Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous(free end sadsaddl
11. Bila dukungan sisa gigi asli kurang seha
12. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan
13. Bila membutuhkan estetik yang lebih baik
14. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut

Kontraindikasi GTSL

1. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan gigitiruan.


2. Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita sebaiknyadibuatkan GT temporer.
3. penyakit sistemik

Anda mungkin juga menyukai