Disusun oleh :
Dosen Pembimbing :
DEPARTEMEN PROSTODONSIA
YOGYAKARTA
2023
I. PENDAHULUAN
tulang wajah, menimbulkan keriput pada wajah sehingga penampilan menjadi lebih
tua, dan kerusakan geligi yang tersisa. Hal ini menjadi lebih vital apabila seseorang
dengan kehilangan seluruh gigi telah menderita gangguan pencernaan, dan efisiensi
mastikasi (Zarb dkk., 2013). Beberapa faktor penyebab hilangnya gigi antara lain
kesehatan rongga mulut, yaitu dengan melakukan penggantian gigi tiruan satu atau
lebih gigi yang hilang serta jaringan sekitarnya, termasuk jaringan orofasial. Tujuan
rongga mulut (Veeraiyan dkk., 2017). Pemilihan jenis gigi tiruan yang dibutuhkan
oleh seorang pasien disesuaikan dengan jumlah elemen gigi yang hilang, kondisi
jaringan pendukung gigi tiruan, lokasi gigi yang hilang, usia pasien, kesehatan
sistemik pasien, keinginan dan kebutuhan pasien (Mangkat dkk, 2015). Gigi tiruan
dibagi atas dua jenis, yaitu gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan cekat. Gigi tiruan
lepasan terdiri atas gigi tiruan penuh (GTP) dan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL),
sedangkan gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan jembatan. Gigi tiruan lengkap
(GTL) merupakan bagian dari prostodonsia yang mencakup restorasi dan prosedur
yang dilakukan pada pasien yang kehilangan seluruh giginya.GTL dibuat untuk
mengganti semua gigi asli beserta jaringan pendukung gigi yang hilang (Mangkat
dkk, 2015).
Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan/ atropi prosesus alveolaris
pipi karena tidak ada penyangga, dan hilangnya oklusi sentrik. Selama berfungsi
rahang bawah (RB) berusaha berkontak dengan rahang atas (RA) sehingga dengan
menggantikan fungsi dari gigi asli yang telah hilang dan jaringan gigi. Keberhasilan
perawatan gigi tiruan melibatkan berbagai faktor. Dokter gigi harus dapat mendesain
gigi tiruan dengan benar dan tepat, laboran harus bekerja sesuai instruksi dokter gigi,
serta pasien harus dapat menjaga pemeliharaan gigi tiruan dengan benar, terutama
Gigi tiruan lengkap adalah gigi tiruan lepasan yang menggantikan seluruh gigi asli
dan struktur pendukungnya yang telah hilang pada rahang atas dan rahang bawah, yang
didukung oleh jaringan pendukung, baik lunak maupun keras dalam rongga mulut (Santoso
dkk, 2013). Gigi tiruan lengkap harus dapat mengembalikan kontur fasial dan dimensi
vertikal yang hilang, dan memiliki keseimbangan oklusi dengan tujuan meningkatkan
edentulous.
3. Memperbaiki dimensi wajah dan kontur yang terganggu dengan memperhatikan segi
estetis.
1. Pasien yang kehilangan gigi secara keseluruhan karena dicabut atau tanggal.
2. Pasien dengan beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang tidak
mungkin diperbaiki.
3. Pasien yang jika dibuatkan GTS, gigi yang tersisa akan mengganggu keberhasilannya.
6. Pasien bersedia dibuatkan GTL (berhubungan dengan waktu, biaya, dan prognosa).
1. Pasien yang tidak menginginkan GTL untuk menggantikan gigi yang hilang.
2. Pasien dengan alergi terhadap akrilik yang digunakan sebagai bahan GTL.
4. Pasien dengan tulang alveolar yang resorbsi parah sehingga dapat mengganggu retensi
dari GTL.
Permukaan gigi tiruan lengkap yang konturnya ditentukan dari cetakan. Permukaan
cetakan merupakan permukaan yang paling penting karena dapat memberikan titik
kontak yang rapat dengan jaringan sehingga dapat mempertahankan gigi tiruan
berada pada rongga mulut. Permukaan ini akan berkontak dengan jaringan (area
basal seat dan struktur-struktur batas) ketika gigi tiruan diletakkan di dalam mulut.
Permukaan ini adalah replika negatif dari jaringan pasien. Permukaan cetakan dapat
diperoleh dengan baik apabila rahang dicetak dengan sendok cetak individual yang
mempunyai batas tepi 1-2 mm di atas atau di bawah vestibulum. Area ini harus bebas
Permukaan yang membentang dari tepi gigi tiruan lengkap ke tepi permukaan
oklusal. Permukaan ini adalah area yang dipoles dan meliputi permukaan bukal dan
lingual gigi-geligi, labial flange¸ dan permukaan palatal eksternal dari gigi tiruan.
Permukaan poles yang ideal adalah permukaan bukal yang bentuknya konveks
sehingga otot-otot bukal dapat bertumpu pada permukaan tersebut. Desain yang baik
pada permukaan bukal mencegah akumulasi makanan pada sulkus bukalis. Area ini
c. Permukaan oklusal
Permukaan oklusal dari gigi tiruan yang menyerupai gigi asli yang berkontak dengan
Gambar 1. Permukaan gigi tiruan lengkap. (1) permukaan cetak; (2) permukaan poles;
Merupakan bagian gigi tiruan yang melekat dengan mukosa oral dan menjadi
tempat pelekatan gigi-geligi. Basis gigi tiruan berfungsi memberikan fondasi, retensi,
dan dukungan. Basis gigi tiruan membantu mendistribusikan dan menyalurkan gaya
ke jaringan basal.
Basis gigi tiruan biasa dibuat dari resin akrilik yang memiliki kelebihan
mudah difabrikasi dan ekonomis. Resin akrilik memiliki warna merah muda
translusen yang dapat disesuaikan sehingga menyerupai gingiva. Selain itu bahan ini
kekurangan tidak bisa dibuat dalam wujud yang terlalu tipis sehingga dapat
mengubah gaya bicara pasien. Selain itu, bahan ini tidak menyalurkan panas sehingga
Perluasan vertikal dari badan gigi tiruan ke vestibulum oral. Terdiri atas dua
permukaan, yakni permukaan internal basal seat dan permukaan eksternal labial atau
lingual. Fungsi flange adalah untuk memberikan peripheral seal dan stabilitas
Tepi basis gigi tiruan pada pertemuan antara permukaan poles dan permukaan cetak
yang bertanggung jawab terhadap peripheral seal. Tepi gigi tiruan harus dijauhkan
dari nodul maupun kondisi tajam untuk menghindari perlukaan jaringan lunak. Tepi
d. Gigi tiruan
Berdasarkan bahannya dapat diklasifikasikan menjadi (1) gigi akrilik; (2) gigi
porselen; (3) gigi resin IPN (inter-penetrating polymer network); (4) oklusal emas;
(5) resin akrilik dengan amalgam stop. Berdasarkan morfologi gigi dibagi menjadi:
(1) gigi anatomis; (2) gigi semi anatomis; (3) gigi non-anatomis; (4) gigi crossbite;
A. Pencetakan mukostatik/pasif
dalam kondisi normal dan relaksasi. Cetakan dibuat dengan sendok cetak berukuran
statis/anatomis karena pada saat pencetakan, bagian ini tidak mendapat tekanan.
Cetakan ini dilakukan dengan bahan jenis alginat dan hasilnya digunakan untuk
B. Pencetakan mukodinamik
Metode pencetakan ini memperhatikan batas jaringan yang bergerak dan tidak
bergerak serta mukosa tidak boleh tertekan. Sendok cetak yang digunakan merupakan
sendok cetak individual dari shellac atau self curing acrylic resin. Pencetakan
dilakukan dengan tekanan jari tangan dan konsistensi bahan cetak yang dianggap
sesuai dengan tekanan pada saat rongga mulut berfungsi. Bahan cetak yang
digunakan yaitu plaster (xanthano), Zn-Oxyd pasta atau rubber base impression
paste.
Jarak antara pinggir sendok cetak dengan fornik dibuat 1-2 mm, hal tersebut
supaya tepi cetakan nanti tidak meruncing tetapi membulat. Hasil cetakannya
- Frenulum labialis
- Vestibulum labialis
- Frenulum buccalis
- Vestibulum buccalis
- Hamular notch. Tepi gigi tiruan harus meluas hingga hamular notch, apabila
terlalu ke anterior dari tuberositas maksila maka gigi tiruan tidak akan retentif.
- Area posterior palatal seal. Area ini berada di antara vibrating line anterior dan
posterior yang berguna untuk mencegah masuknya udara antara basis gigi tiruan
dan palatum lunak. Fungsi dari posterior palatal seal adalah untuk memperbaiki
retensi dengan menjaga kontak yang konstan antara palatum lunak selama
celah antara basis gigi tiruan dengan palatum lunak saat pergerakan fungsional,
mencegah akumulasi makanan antara tepi posterior gigi tiruan dengan palatum
- Vibrating line
Gambar 2. Anterior vibrating line (kiri) dan posterior vibrating line (kanan)
- Rugae
- Tuberositas maksila
3) Relief area. Area ini dibebaskan dari tekanan berlebih karena dapat resorpsi atau
- Papilla incisiva. Bila tidak dibebaskan, gigi tiruan akan menekan pembuluh
- Eminensia kuspid
- Raphae mid-palatina
- Fovea palatina
raphe pterygomandibular.
3) Relief area: krista lingir sisa, foramen mentalis, tuberculum genial, torus
mandibularis
Keberhasilan pembuatan GTL tergantung dari retensi dan dukungan dari jaringan
1. Kondisi mulut edentulous berupa: prosesus alveolaris, saliva, batas mukosa bergerak
dan tidak bergerak, kompresibilitas jaringan mukosa, bentuk dan gerakan otot-otot
gigi, posisi individual gigi, dan relasi gigi yang terjadi dalam satu lengkung dan
Jaringan yang tidak bergerak di dalam mulut akan dijadikan landasan bagi gigi
tiruan lengkap. Batas antara jaringan yang bergerak dan tidak bergerak disebut
mucobuccal fold atau fornik. Batas ini harus diteliti dengan seksama untuk
mengetahui batas yang tepat dari gigi tiruan lengkap yang akan dibuat.
a. Retensi. Ketahanan gigi tiruan terhadap pelepasannya dari mulut. Pemeriksaan retensi
dengan gaya tegak lurus terhadap bidang oklusal. Bila gigi tiruan dapat bertahan
terhadap gaya tersebut, berarti gigi tiruan mempunyai retensi yang cukup.
Kemampuan gigi tiruan untuk bertahan terhadap pergeseran terhadap arah insersinya
1) Faktor anatomis
- Luasnya permukaan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting
surface)
- Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh
2) Faktor fisiologis
- Viskositas saliva yang pekat akan terakumulasi di antara gigi tiruan dan
3) Faktor mekanis
Undercut, spring retentif, gaya magnet, denture adhesive, suction chamber,
suction disc.
4) Faktor fisis
- Adhesi
- Kohesi
- Ikatan kapiler/kapilaritas
- Tekanan atmosfer
- Peripheral seal.
atmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah di sekeliling tepi gigi tiruan yaitu
pada permukaan bukal gigi tiruan atas, pada permukaan bukal gigi tiruan bawah.
sirkular seal. Sirkular seal ini berfungsi membendung agar udara dari luar tidak
dapat masuk ke dalam basis gigi tiruan (fitting surface) dan mukosa sehingga
tekanan atmosfer di dalamnya tetap terjaga. Apabila pada sirkular seal terdapat
kebocoran (seal tidak utuh/ terputus) maka protesa akan mudah terlepas. Hal
inilah yang harus dihindari dan menjadi penyebab utama terjadi kegagalan dalam
pembuatan protesa gigi tiruan lengkap. Postdam area atau posterior palatal seal,
diletakkan tepat di sebelah anterior garis getar dari palatum molle dekat fovea
palatine. Postdam berbentuk bead dengan kedalaman 1–1,5 mm dan lebar 2 mm.
5) Residual ridge oleh karena tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai
b. Stabilisasi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk bertahan pada tempatnya ketika
GTL mendapat tekanan. Kemampuan gigi tiruan untuk bertahan terhadap gaya
horizontal yang dipengaruhi oleh tinggi vertikal residual ridge, kualitas jaringan
lunak yang meliputi ridge, kualitas cetakan, bite rim, penyusunan gigi-gigi, kontur
permukaan poles, tekanan yang merata, balanced occlusion, relief area, sliding, over
jet dan over bite. Ketidakstabilan gigi tiruan dapat diakibatkan oleh pencetakan gigi
dan perluasan basis gigi tiruan yang tidak tepat; penyusunan oklusi dan dimensi
vertikal yang tidak cermat, kontak prematur gigi tiruan, serta gaya horizontal dari
bibir, pipi, dan lidah terhadap gigi dan sayap gigi tiruan lengkap.
c. Dukungan. Dukungan adalah dasar tempat gigi tiruan bersandar dan jaringan yang
menahan beban kunyah yang menimpa gigi tiruan. Pada pasien GTL jaringan ini
adalah mukosa mulut yang bergerak dan yang tidak bergerak, serta tulang di
bawahnya. Faktor yang mempengaruhi dukungan gigi tiruan lengkap dibagi dalam 2
faktor-faktor yang berhubungan dengan gigi tiruan atau basis gigi tiruan.
1. Tekanan permukaan, meliputi adhesi antara saliva dengan gigi tiruan serta saliva
dengan mukosa.
2. Gaya-gaya dalam cairan, seperti tegangan permukaan saliva, gaya-gaya kohesi dalam
3. Tekanan atmosfer, hal ini dapat menahan gaya-gaya yang akan melepaskan gigi tiruan
1. Permukaan oklusal : bagian permukaan gigi tiruan yang berkontak atau hampir
2. Permukaan poles : bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang dari tepi gigi tiruan
ke permukaan oklusal, termasuk permukaan palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah
yang biasanya dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan
Pergerakan gigi tiruan bisa terjadi apabila permukaan poles tidak baik atau kasar, oleh
3. Permukaan cetakan : bagian dari permukaan gigi tiruan yang konturnya ditentukan
oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi tiruan yang terbentang ke permukaan
terpenting untuk keberhasilan fungsi gigi tiruan lengkap. Terdapat 4 cara penentuan
untuk memperoleh kontur muka yang sesuai dengan pemakai gigi tiruan dan dalam
posisi mandibula istirahat atau yang disebut pengukuran dimensi vertikal rest position
(DVRP), yaitu jarak pupil ke sudut mulut sama dengan jarak dasar hidung/subnasion
dengan dagu (gnathion) atau disebut PM = HD. Jarak pupil mata ke sudut mulut rata-rata
pada laki-laki 65-75 mm, sedangkan pada wanita rata-rata 60-70 mm.
Kedua, posisi istirahat mandibula. Setelah pengukuran muka, dilakukan penetapan
dimensi vertikal oklusi (DVO) dengan pengurangan dataran oklusal bite rim sebesar free
Ketiga, proses menelan. Fungsi fisiologis selama proses menelan telah dianjurkan dan
digunakan dalam menentukan dimensi vertikal. Latar belakang cara ini adalah ketika
makanan atau air ludah ditelan, permukaan oklusal gigi geligi berkontak pada keadaan
dimensi vertikal oklusi yang normal. Shanahan menyatakan bahwa selama dilakukan
proses menelan mandibula akan menutup ke posisi normal dan gerakan ini akan
berulang-ulang tanpa tergantung adanya gigi geligi. Gigi susu dan gigi tetap tumbuh ke
tingkat tertentu dan dipertahankan pada dimensi vertikal yang normal oleh adanya kontak
memperoleh dimensi vertikal. Pada waktu mengucapkan huruf tertentu dan kata-kata
tertentu, gigi asli atas dan bawah menghasilkan hubungan khusus satu sama lain. Bila
keadaan ini diduplikasikan pada bite rim dan gigi tiruan malam akan memberi ketepatan
dimensi vertikal. Murrell mengatakan pada waktu mengucapkan huruf ‘s’ dan ‘z’ jarak
antara tepi insisal insisivus atas dan bawah berkisar 1 mm. Closest speaking space sulit
Saat gerakan mengunyah tekanan yang diberikan yaitu secara seimbang dan
konstan. Gigi tiruan yang terlalu tinggi menyebabkan premature kontak sehingga
Gigi tiruan yang mengalami premature kontak dapat menyebabkan rasa tidak
enak dan rasa sakit pada jaringan pendukung gigi tiruan lengkap, hal tersebut
diakibatkan karena gigi yang mengalami premature kontak akan menerima tekanan
Pasien tidak dapat mencapai posisi istirahat yang enak karena kehilangan
ruang antar oklusal gigi – gigi RA dan interocclusal gap saat mandibula pada posisi
istirahat. Kesulitan saat berbicara (speech defect), kesulitan menelan dan perubahan
4. Clicking teeth
menempatkan pada posisi tertentu sehingga bunyi/suara bisa terjadi tanpa gigi harus
5. Penampilan
terlihat pada waktu posisi istirahat, bibir akan terbuka dan bila bibir menutup maka
karena gigi – gigi sudah saling bertemu dan ini tidak sesuai dengan rencana yang
telah diprogramkan di otak, akibatnya pemakaian gigi tiruan lengkap akan
Gigi belum berkontak pada saat otot pengunyahan berkontraksi sesuai dengan
2. Pipi tergigit
Tonus otot menjadi hilang karena dimensi vertical yang terlalu rendah,
mukosa pipi yang bersifat labil/flabby memiliki tendensi melekuk masuk antara gigi
3. Penampilan
Muka akan terlihat lebih tua, pendekatan antara hidung dan dagu, jaringan lunak
mengkerut dan jatuh melipat kedalam akibatnya garis-garis wajah menjadi dalam
Disebabkan oleh tekanan pada persendian dan ligament. Keadaan ini dapat
5. Costen’s syndrome
Chorda tympani terjepit oleh processus condyloideus pada fossa glenoidea sehingga
menyebabkan:
- Tinnitus aurium yaitu berdenging pada telinga dan bunyi pada sendi saat
- Gejala neuralgik seperti rasa terbakar pada lidah, tenggorokan tepi hidung, sakit
Base plate adalah suatu bentuk sementara yang mewakili dasar gigi tiruan dan
untuk insersi ke dalam mulut, sedangkan bite rim yang disebut juga tanggul gigitan
dibuat diatas base plate yang telah dihaluskan dengan menggunakan modelling wax
(Zarb et al, 2013). Bite rim digunakan untuk meletakkan gigi sebelum diganti dengan
acrylic dan mencatat maxillo-mandibular relation pada pasien. Bite rim atas harus sejajar
dengan garis pupil dan bite rim harus kelihatan kira-kira 2 mm di bawah garis bibir atas
dan lehernya harus mengikuti general out line processus alveolaris (McCord et al, 2004).
Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, dapat diperoleh dengan pengukuran
jarak pupil dan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung dengan dagu (PM=HD)
dalam keadaan oklusi sentrik (McCord et al, 2004). Oklusi sentrik merupakan hubungan
kontak maksimal dari gigi-gigi RA dan RB, terjadi ketika RA dan RB dalam relasi
sentrik, yaitu keadaan dimana prosesus kondiloideus berada pada posisi paling belakang
dan RB dari mulut pasien ke artikulator beserta modelnya setelah penentuan dimensi
vertikal maupun oklusi sentrik (Zarb et al. 2013).Pemasangan gigi geligi yang penting
terutama untuk gigi anterior. Hal ini berhubungan dengan estetis (ukuran, bentuk, warna),
meskipun demikian tidak kalah pentingnya pemasangan gigi posterior. Gigi posterior
tidak harus sama ukurannya dengan gigi asli, tetapi lebih kecil, tujuannya untuk
jaringan pendukung. Pada saat pemasangan gigi yang harus diperhatikan adalah
personality expression, umur, jenis kelamin yang mana nantinya akan berpengaruh dalam
pemilihan ukuran, warna, dan kontur gigi. Selain itu, juga perlu diperhatikan keberadaan
over bite, over jet, curve Von Spee, curve Monson, agar diperoleh suatu keadaan yang
Perawatan pada pengguna GTL dapat dikatakan berhasil apabila GTL tersebut
5. Cukup kuat.
III. LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Umur : 59 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Janturan
No. RM : 237326
B. Pemeriksaan Subjektif
Motivasi : Pasien datang atas kemauan sendiri ingin dibuatkan gigi tiruan agar lebih
PI : Gigi sudah mulai tanggal sejak beberapa tahun lalu. Terdapat beberapa sisa
akar dan gigi berlubang besar yang tersisa dan sudah dicabut sejak Januari 2023. Terdapat
satu gigi yang terbenam dan sudah dicabut pada bulan Februari 2023.
PMH : Pasien tidak ada konsumsi obat secara rutin, tidak memiliki alergi makanan
atau obat. Pasien tidak memiliki riwayat rawat inap dan operasi.
PDH : Pasien pernah melakukan pencabutan gigi dan tanpa komplikasi dan
perdarahan. Pasien sebelumnya pernah membuat gigi palsu di tukang gigi namun sudah
Pasien terbiasa merokok setiap hari dan diperkirakan habis satu bungkus setiap
minggunya. Pasien tidak memiliki riwayat mengonsumsi minuman beralkohol. Pasien
C. Pemeriksaan Objektif
Umum :
Lokal:
2. Intraoral :
a. Attachment
Alveolaris :
d. Pemeriksaan Elemen :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Keterangan :
Foto Intraoral
IV. RENCANA PERAWATAN
A. Kunjungan I
1. Tahap Klinis
c. Cara mencetak:
1.) Pasien duduk menghadap ke depan dengan permukaan oklusal pasien sejajar
lantai
2.) Cobakan sendok cetak pada pasien untuk menentukan ukuran sendok cetak
yang tepat
Rahang atas : operator pertama ada di depan pasien, lalu berpindah ke kanan
belakang pasien
4.) Manipulasi bahan cetak : buat adonan alginat dengan P:W = 3:1 atau sesuai
dengan aturan pabrik. Setelah teraduk dan dicapai konsistensi yang tepat,
5.) Tekan pada processus alveolaris rahang atas dan atau rahang bawah. Kemudian
2. Tahap Laboratoris
Cara membuat :
a. Menentukan outline sendok cetak individual pada model studi dengan batas 2 mm
lebih pendek dari batas GTL, agar tersedia ruang yang cukup untuk ketebalan
bahan cetak membentuk tepi. Outline tersebut 2-3 mm lebih pendek dari lipatan
b. Shellac dilunakkan dengan cara dipanaskan di atas lampu spiritus lalu ditekan di
atas model studi. Shellac dipotong sesuai batas-batas yang telah digambar pada
model studi. Shellac dipotong dengan menggunakan gunting saat masih lunak atau
sendok cetak yang berfungsi untuk mengalirkan kelebihan bahan cetak, karena
apabila tertahan akan menyebabkan tekanan yang berlebihan pada gigi tiruan pada
jaringan pendukungnya, sehingga lubang dibuat pada daerah yang tidak menerima
tekanan. Lubang ini juga berfungsi untuk retensi bahan cetak pada sendok cetak.
Lubang dibuat dengan menggunakan bur bulat no. 8 dengan jarak masing-masing
c. Pada individual tray juga dibuat pegangan yang diletakkan sedemikian rupa
cetak dibuat dengan shellac dengan ukuran lebar 1 cm dan panjang 1 cm, serta
dibentuk vertikal (RA ke arah bawah, RB ke arah atas) agar ketika diinsersikan ke
B. Kunjungan II
1. Tahap Klinis
2.) Relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang bawah
3.) Batas posterior : Operator mengamati bagian posterior sendok cetak yang telah
mengatakan “ah”. Vibrating line harus berada di dalam batas posterior sendok
cetak individual.
Pastikan sendok cetak individual tetap stabil ketika otot-otot rongga mulut
digerakkan, baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Jika sendok cetak ikut
sendok cetak tersebut lebih stabil. Apabila sendok cetak terlalu rendah, sendok
cetak ditambahkan malam merah dari sisi luar sendok cetak (border moulding).
Tepi sendok cetak kira-kira 2 mm dari fornix. Sayap sendok cetak yang berlebihan
Akibatnya, sayap gigi tiruan akan terlalu panjang dan melukai jaringan lunak serta
menjadi tidak stabil. Apabila sendok cetak kurang mencukupi batas tersebut, maka
dan kedua bahan cetak dapat mencapai seluruh dasar fornix namun tidak didukung
dengan baik oleh sendok cetak sehingga ketika diisi gips, berat adonan gips akan
mengubah bentuk bagian bahan cetak yang tidak didukung sendok cetak.
Rahang atas :
a.) Cobakan sendok cetak pada pasien hingga retensi, stabilisasi, dan batas
c.) Gambar vibrating line pada mulut pasien dengan pensil tinta (indelible).
d.) Bahan cetak diaduk dan setelah homogen dimasukkan ke dalam sendok
sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, kemudian sendok cetak
h.) Sendok cetak dicuci di bawah air yang mengalir untuk menghilangkan saliva
2. Tahap Laboratoris
Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan stone gips.
mukosa yang bergerak dan tidak bergerak, kemudian ditentukan relief area. Pada
relief area dibuat post dam. Ditentukan pula posterior palatal seal dan membuat
seal. Batas tepi untuk rahang atas adalah peripheral seal dibatasi fornix dan
posterior palatal seal dibatasi oleh hamular notch dan 2 mm di belakang batas
palatum keras dan palatum lunak. Batas tepi untuk rahang bawah adalah
peripheral seal dibatasi fornix, lalu pada bagian posterior dibatasi oleh 2/3 bagian
Berdasarkan batas-batas tersebut dibuat base plate dari wax yang menempel pada
model kerja lalu diproses dengan akrilik dan dihaluskan. Base plate harus
benar-benar menempel pada model kerja. Base plate yang diperoleh dihaluskan
dan di atasnya dibuat bite rim dari wax. Gabungan base plate dan bite rim disebut
C. Kunjungan III
1. Tahapan Klinis
Retensi adalah daya tahan gigi tiruan terhadap upaya pelepasan, sedangkan
stabilisasi adalah daya tahan gigi tiruan untuk tetap di tempat ketika fungsi
pengunyahan berlangsung. Retensi yang baik diperoleh jika base plate tidak lepas
dari tempatnya saat pasien diam. Retensi dicek dengan menekan salah satu sisi
gerakan mengunyah atau ditarik pipinya agar dapat terlihat base plate terbebas
dari muscular attachment atau tidak. Apabila base plate tetap bertahan di
tempatnya, maka base plate tersebut memiliki stabilisasi yang cukup. Faktor
tekanan yang merata, balanced occlution, relief area, sliding, over jet, dan over
bite.
Jika retensi dan stabilisasi base plate telah baik lalu base plate dihaluskan
dan di atasnya dibuat bite rim dari wax. Pembuatan bite rim harus memperhatikan
estetis, tinggi, lebar, dan kesejajaran dataran oklusal. Pembuatan bite rim sesuai
dengan :
1.) Ukuran bite rim rahang atas : anterior lebar 4 mm dengan tinggi 12 mm,
dengan 2 mm di bawah bibir atas, posterior tinggi 10 mm, lebar 6 mm. Bagian
posterior pada oklusal dibagi dua oleh garis alveolar ridge menjadi bagian
2.) Bite rim rahang bawah dibuat sesuai RA tetapi bagian oklusal posterior dibagi
oleh garis alveolar ridge menjadi 3 mm untuk bukal dan 3 mm untuk lingual.
4.) Cek profil wajah pasien: bibir pasien harus isotonus (tidak terlalu tegang
ataupun kendur). Apabila bibir pasien hipertonus, kurangi bite rim pada bagian
labial, apabila bibir pasien hipotonus, tambahkan malam pada bite rim sebelah
a.) Bila dilihat dari anterior, bite rim RA tampak sejajar dengan garis pupil
b.) Bila dilihat dari lateral, bite rim RA tampak sejajar dengan garis chamfer
6.) Tentukan garis chamfer pada pasien. Garis chamfer adalah garis yang berjalan
dari posisi kondilus sisi kanan ke kiri dengan melalui titik-titik berikut ini:
a.) 13-14 mm dari meatus acusticus externus telinga kanan dan kiri ke arah
diperoleh kesejajaran oklusal bite rim RA maka bite rim RB dipasang. Saat
biterim RB dipasang, bite rim RA dan RB harus tertutup secara sempurna (tidak
pengukuran jarak pupil ke sudut mulut sama dengan jarak hidung ke dagu
2.) Vertikal dimensi oklusi (VDO) = Vertikal dimensi rest posisi (VDRP) - free
pada bite rim sampai jarak HD = jarak PM - 2 mm. Free way space 2 mm
didapat dengan cara mengurangi bite rim RB. Ketepatan free way space ini
memerlukan space, misalnya huruf “s” (mississipi). Apabila free way space
kurang, maka huruf “s” akan sulit terucap, apabila free way space berlebihan
3.) Relasi sentrik atau centric relation record adalah suatu relasi mandibula
terhadap maksila pada suatu relasi vertikal yang ditetapkan pada posisi paling
dengan cara menandai midline dan garis caninus pada bite rim RA lalu midline
membuka dan menutup mulut sampai pasien biasa dengan oklusi tersebut
sehingga mandibula akan menutup ke posisi normal. Pasien diminta buka tutup
dan menelan ludah. Setelah diperoleh relasi sentrik, bite rim diberi tanda pada 3
tempat, diantaranya:
a.) Median line, diambil sebagai terusan dari philtrum pasien untuk menentukan
b.) Garis kaninus kanan-kiri yaitu tepat pada sudut mulut dalam keadaan rest
position. Pasien diminta untuk membuka dan menutup mulut lalu dilihat
apakah garis tersebut sudah tepat dan tetap pada kedudukannya dalam
bibir atas sampai pada posisi tertawa, tandai bite rim terhadap ketinggian
bibir pada saat tertawa. Garis ini merupakan panduan untuk penempatan
servikal gigi. Incisal guide ditentukan untuk pemasangan gigi anterior atas
Setelah memperoleh relasi sentrik, dilakukan fiksasi pada bite rim RA dan RB
1.) Groove berbentuk V dibuat pada kanan dan kiri bite rim RA dengan letak
2.) V-groove diolesi vaseline bite rim RB dikurangi sesuai dengan letak V-groove
sedalam 2 mm, record block dan RB dimasukkan ke dalam mulut dan pasien
diinstruksikan melakukan oklusi sentrik lalu bite rim RB diberi tambahan wax.
Mulut dikatupkan lalu dilihat apakah V-groove dan kontranya sudah tepat.
2. Tahap Laboratoris
1.) Garis tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garis tengah mounting
table.
2.) Tepi luar bite rim RA menyinggung garis incisal edge dari mounting table.
3.) Jarum horizontal incisal guide pin ujunganya menyentuh tepi luar anterior bite
1.) Upper member digerakan keatas dan adonan gips dituang perlahan pada bagian
atas model kerja RA, kemudian upper member digerakkan ke bawah atau menutup
2.) Upper member dan lower member diikat dengan karet dan gips yang memfiksasi
4.) Occlusal bite rim RB beserta model gips RB diltakkan kembali pada occlusal bite
5.) Lower member diangkat ke atas an adonan gips dituang pada model kerja RB,
6.) Membuat garis median pada bite rim atas yang disesuaikan dengan garis median
D. Kunjungan IV
1. Tahapan Klinis
Pada kunjungan ini, gigi anterior yang sudah dipasang pada bite rim dicobakan (try in)
b. Garis kaninus (pada saat rest position terletak pada sudut mulut)
c. Garis ketawa (batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada saat tertawa)
e. Fungsi estetik (melihat median line dan keserasian antara bentuk dan ukuran gigi
2. Tahapan Laboratoris
Dalam kunjungan ini, telah dilakukan pemasangan gigi anterior. Urutan pemasangan
Aksisnya bersudut 50 terhadap median line, insisal menyentuh bite rim RB,
Aksisnya bersudut 100 terhadap median line, insisalnya berjarak 0,5-1 mm dari
bite rim RB, bagian mesio-insisal berkontak dengan permukaan distal gigi 11
dan 21, permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite rim.
Aksisnya sedikit miring atau hampir sejajar dengan median line, puncak cuspid
menyentuh bite rim RB, sisi mesio-insisal berkontak dengan sisi disto-insisal
gigi incisivus lateralis RA, bagian 1/3 labio-servikal lebih prominen (cervical
prominent), sisi distal tidak terlihat dari anterior, permukaan labial sesuai
E. Kunjungan V
1. Tahapan Klinis
pemasangan gigi adalah gigi posterior RA kemudian gigi posterior RB. Setelah itu
dilakukan try in pada pasien. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan yang sama
dengan gigi anterior dan ditambah dengan cek oklusi. Pemasangan gigi posterior
1.) Bidang horizontal tempat disusunnya gigi 14, 15, 24, dan 25.
2.) Bidang oblik tempat disusunnya gigi 36, 37, 46, dan 47.
1.) Bidang yang terbentuk dari garis singgung pada occlusal bite rim dengan tonjol
2.) Bidang horizontal yang dari garis singgung pada occlusal bite rim dengan kedua
3.) Bidang yang terbentuk dari garis singgung pada occlusal bite rim dengan tonjol
2. Tahap Laboratoris
1.) 14 dan 24 :
Aksis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal, tonjol bukal menyentuh bite
2.) 15 dan 25 :
Aksis tegak lurus bite rim RB, kedua tonjol menyentuh bite rim RB .
3.) 16 dan 26 :
Aksis miring ke mesia, tonjol mesiopalatinal menyentuh bite rim, tonjol
4.) 17 dan 27 :
5.) Pemasangan gigi posterior rahang atas juga memenuhi anteroposterior curve
Gigi posterior RB yang harus dipasang pertama adalah gigi 36 dan 46 karena
1.) 36 dan 46 :
Tonjol mesiobukal 16 dan 26 tepat pada mesiobukal groove 36 dan 46, tonjol
mesiopalatinal 16 dan 26 tepat pada fossa sentral 36 dan 46, relasi 16 dan 26
2.) 35 dan 45 :
Tonjol bukal terletak diantara tonjol bukal gigi P1 dan P2 RA, ujung tonjol
berkontak dengan marginal ridge gigi P1 dan P2 RA, tonjol lingual terletak
3.) 34 dan 44 :
Tonjol bukal terletak diantara tonjol bukal gigi C dan P2 RA, ujung tonjol
4.) 37 dan 47 :
Inklinasi mesiobukal berkontak dengan garis tepi tonjol distobukal gigi 16 dan
26, tonjol palatinal berkontak dengan fossa sentral gigi 17 dan 27.
F. Kunjungan VI
Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu dilakukan
pengamatan pada :
1.) Oklusi.
G. Kunjungan VII
Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan ke mulut pasien. Hal yang harus
1. Retensi
bibir, protesa lepas atau tidak. Perhatikan pula apakah tepi GTL mengikuti fornix,
jaringan yang bergerak harus dihindari dari plat GTL supaya bebas bergerak dan
tidak melepas GTL, protesa harus berelief sesuai dengan keadaan mulut.
2. Stabilisasi
3. Oklusi
Pemeriksaan balancing side, working side, serta ada tidaknya kontak prematur.
Pemeriksaan oklusi dilakukan dalam kondisi sentrik dan eksentrik. Jika oklusinya
articulating paper yang diletakkan pada oklusi, selanjutnya pasien diminta untuk
menggerakkan gigi seperti mengunyah. Jika ada traumatik oklusi dilakukan selective
BULL dan MUDL (pengurangan pada permukaan bukal dan mesial pada RA dan
pengurangan permukaan lingual dan distal pada RB) hinga diperoleh warna dengan
4. Artikulasi
2x24 jam. Pasien diingatkan bahwa akan mengalami hipersalivasi selama satu
minggu.
a. Malam hari ketika tidur, protesa dilepas supaya jaringan otot-otot dibawahnya
dapat beristirahat.
c. Protesa dibersihkan dengan sikat berbulu halus setiap kali setelah makan. Selain
itu, supaya pembersihan lebih maksimal juga dapat dilakukan dengan merendam
untuk mengantisipasi jika gigi tiruan terjatuh, maka tidak akan terjatuh di lantai.
4. Kontrol
a. Jika ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien dianjurkan untuk
b. Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan untuk pemeriksaan lebih lanjut
dan apabila nantinya tidak ada gangguan, pasien bisa terus memakai protesa
tersebut.
H. Kunjungan VIII
Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk control. Pada saat
1. Pemeriksaan Subjektif
2. Pemeriksaan Objektif
Pasien pria berusia 59 tahun datang ingin dibuatkan gigi tiruan atas keinginannya
sendiri. Pasien tersebut ingin membuatkan gigi tiruan karena hilangnya seluruh gigi pada
rahang atas dan rahang bawah. Kondisi umum dan jaringan mulut pasien baik. Pasien tidak
memungkinkan untuk dibuatkan dengan gigi tiruan lengkap (GTL) pada rahang atas dan
rahang bawah.
stabilisiasi, oklusi, dan artikulasi agar didapatkan gigi tiran yang nyaman dan tidak
menimbulkan gangguan pada rongga mulut. Retensi gigi tiruan lengkap dipengaruhi oleh
perluasan basis gigi tiruan, viskositas saliva, peripheral seal, dan residual ridge (Veeraiyan
dkk., 2017)
Stabilisasi gigi tiruan lengkap dipengaruhi oleh tinggi vertikal residual ridge, kualitas
jaringan lunak, kualitas cetakan, bite rim, penyusunan gigi-gigi, kontur permukaan poles,
tekanan yang merata, balanced occlusion, relief area, sliding, over jet dan over bite.
Ketidakstabilan gigi tiruan dapat diakibatkan oleh pencetakan gigi dan perluasan basis gigi
tiruan yang tidak tepat; penyusunan oklusi dan dimensi vertikal yang tidak cermat, kontak
prematur gigi tiruan, serta gaya horizontal dari bibir, pipi, dan lidah terhadap gigi dan sayap
terlalu tinggi (over opening) atau dimensi vertikal terlalu rendah (over closing). Dimensi
vertikal yang terlalu tinggi(over opening) menyebabkan rasa tidak nyaman, trauma,
kehilangan free way space, clicking teeth, perubahan penampakan roman muka dan
kehilangan kontrol makanan. Dimensi vertikal yang terlalu rendah (over closing)
menyebabkan efisiensi pengunyahan berkurang, mukosa bukalis tergigit, perubahan
penampakan roman muka yang tampak lebih tua, sakit pada temporomandibular joint dan
VI. PROGNOSIS
Prognosis dari pembuatan gigi tiruan lengkap ini diperkirakan baik, dengan
mempertimbangkan oral hygiene yang baik, jaringan pendukung yang ada dalam kondisi
sehat, pasien tidak memiliki penyakit sistemik yang dapat mengganggu jalannya perawatan,
VII. KESIMPULAN
1. Pasien memiliki kasus kehilangan seluruh gigi-giginya rahang atas dan rahang bawah
3. Prosedur teknis dan pengetahuan yang baik serta kerja sama pasien dalam perawatan
Harshanur, I. W., 1996, Geligi Tiruan Lengkap Lepas, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Lakhsmi S. 2014. Preclinical Manual of Prosthodontics. 2nd ed. Elsevier. Haryana. Hal. 4.
Mangkat, Y., Wowor, V.N.S., dan Mayulu, N., 2015, Pola Kehilangan Gigi pada Masyarakat
Desa Roong Kecamatan Tondano Barat Minahasa Induk, Jurnal e-Gigi (eG), vol.3
(2).
Oetami, S., dan Handayani, M. (2021) Gigi Tiruan Lengkap Resin Akrilik pada Kasus Full
Siagian, K.V., 2016, Kehilangan Sebagian Gigi pada Rongga Mulut, Jurnal eClinic (eCl), vol.
4 (1).
Tim Pengajar Gigi Tiruan Lengkap. (2020) Gigi Tiruan Lengkap, Modul Semester VII Topik
Tyson KW, Yemm R, Scott BJJ. 2007. Understanding Partial Denture Design. Oxford
Veeraiyan, D. N., Ramalingam, K., dan Bhat, V., 2017, Textbook of Prosthodontics, 2nd Ed