Anda di halaman 1dari 16

RESUME DISKUSI PERAWATAN SALURAN AKAR GANDA

Oleh :
Nadya Indah Permataningrum
191611101020

Dosen Pembimbing :
drg. Raditya Nugroho, Sp. KG

KLINIK KONSERVASI GIGI

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS


KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER

2021
PERAWATAN SALURAN AKAR

A. Outline Cavity Enterence


a. Premolar 1 RA
Pengukuran dari ujung cusp bukal ke ujung cusp lingual lebih kecil dari
pengukuran akar bukolingual pada servikalnya. Karena lebih banyak cusp bukal
yang terlihat daripada lingual, preparasi akses miring bukal ke area servikal tetapi
tidak diperpanjang ke derajat yang sama pada oklusal. Outline cavity entrance dari
gigi premolar pertama maksila berbentuk ovoid pada arah bukolingual dimana
pada saat pengeburan untuk preparasi cavity entrance tidak boleh meluas melebihi
separuh kecondongan fasial cusp palatal.

b. Molar 1 RA
Gigi ini memiliki empat tanduk pulpa pada mesiobukal,distobukal, mesiopalatal,
distopalatal. Dasar kamar pulpa gigi ini berbentuk segitiga dan orifisnya saluran
akar terletak pada ketiga sudut dasar. Orifis terbesar terletak pada bagian palatal
yang bentuknya bulat atau oval. Outline cavity entrance gigi ini berbentuk segitiga
dengan alas sejajar bukal.
c. Premolar 1 RB
Panjang rata-rata gigi premolar pertama rahang bawah 21.9mm. Premolar pertama
memiliki bentuk outline yang sama yaitu berbentuk oval dala arah bukal lingual,
namum terkadang dapat juga berbentk bulat.

d. Premolar 2 RB
Panjang gigi premolar kedua rahang bawah memiliki panjang rata-rata 22.3 mm.
Premolar kedua memiliki bentuk outline yang sama yaitu berbentuk oval dala arah
bukal lingual, namum terkadang dapat juga berbentk bulat.

e. Molar RB
Ada variasi jumlah saluran akar. Misalnya pada gigi molar pertama jumlahnya
dapat mencapai 4 saluran (2 mesial-2 distal) dan pada gigi molar kedua rahang
bawah terdapat bentukan khusus dari saluran akarnya yang disebut “C- shaped ”.
Umumnya pada molar rahang bawah bentuk Outline nya berupatriangular denga
alas sejajar mesial / rhomboid.
B. Penentuan Panjang Kerja (DWP)
a. Teknik Diagnostic Wire Photo (DWP)
 File nomor kecil diberi stopper sebagai batas panjang alat. Stopper diletakkan
sesuai dengan panjang gigi rata – rata. File dimasukkan dalam saluran akar
hingga stopper terletak pada cusp tertinggi.
 Dilakukan foto rontgen. Berdasarkan hasil foto dilakukan pengukuran panjang
gigi dan panjang kerja dengan rumus

Pgs = Pgf x Pas


Paf

Pk = Pgs – 1 mm

Keterangan :
Pgs : Panjang gigi sebenarnya
Pgf : Panjang gigi dalam foto
Pas : Panjang alat sebenarnya
Paf : Panjang alat dalam foto
Pk : Panjang kerja

b. Apeklocator
Cara penghitungan panjang kerja gigi dengan alat Electronic Apeks Locater:
1. Jenis electronic apeks locator tipe Multi-frekuensi adalah yang terbaik saat ini.
2. Dapat beroperasi dalam saluran akar terisi pus atau jaringan.
3. Hindari pada saluran yang penuh dengan larutan elektrolit, kontak dengan
restorasi logam.
4. Error dapat terjadi pada variasi apikal: Sal. aksesori, percabangan, delta,
kalsifikasi, penyumbatan.
5. Bila memungkinkan, perkirakan PK dari radiograf diagnostik / preoperatif.
6. File dipilih yang pas dalam saluran.
7. File dimasukkan sebagian dalam saluran sebelum ditempelkan pada penjepit
file.
8. Gerakkan file maju mundur (osilasi) pada saat perlahan-lahan masuk menuju
apeks.
9. Pada saat file menuju apeks, posisi file terlihat di layar unit menunjukkan file
masih di dalam saluran atau menembus.
10. Ulangi berkali-kali gerakan tersebut untuk membuktikan posisi dan panjang
yang benar. Apabila hasilnya sama, catat sebagai PK.

C. Preparasi Saluran Akar


Merupakan pembukaan akses ke saluran akar dengan membuang seluruh
jaringan karies, membuka atap pulpa, dan membentuk akses garis lurus, dengan
prinsip Cleaning and Shaping.
Cleaning merupakan membersihkan saluran akar dengan melakukan
debridemen. Debridemen adalah mengeluarkan iritan (bakteri, produk batkteri,
jaringan nekrotik, debris organik, jaringan vital, produk dari saliva, darah, dll) yang
ada ataupun yang mampu menjadi iritan dari seluruh sistem saluran akar.
Shaping merupakan membentuk saluran akar agar bisa diisi secar optimal dan
saat pengisian kedap dari zat apapun (hermetic).
Teknik Preparasi Saluran Akar
1. Teknik Konvensional
 Preparasi saluran akar dilakukan dengan K-file dimulai dengan K-
file #15 (namun apabila sulit mecapai panjang kerja, pada awal
preparasi menggunakan K-file #8 atau #10 atau Nitiflex #15) yang
diberi stopper karet dan diukur panjang file dengan endoblock.
Setelah panjang sesuai, file dimasukkan dalam saluran akar,
menempel dinding saluran akar dan digerakkan memutar 90o-180o
searah jarum jam kemudian diputar kembali berlawanan arum jam.
Dilakukan sampai stopper berada tepat pada batas cusp tertinggi
(sesuai panjang kerja) dan alat dapat digerakkan tanpa hambatan,
lalu irigasi.
 K-file #15 dimasukkan lagi kedalam SA sampai stopper tepat pada
cusp tertinggi dan dilakukan Gerakan push and pill mengasah
dinding SA hingga halus, lalu irigasi.
 Preparasi dilanjutkan denganK-file #20 dengan cara yang sama dan
seterusnya hingga nomor lebih besar.
 Preparasi dianggap selesai jika bagian dentin yang terinfeksi telah
terambil, saluran akar cukup lebar untuk tahap pengisian sesuai
dengan panjang kerja dan dinding saluran akar halus.
2. Teknik Step Back (Step Back Technique = Serial Technique)
Mulai di bagian apikal dengan instrumen yang halus dan bekerja dengan cara
dibantu dengan instrument semakin besar. Diperkenalkan oleh Mullaney.
Dirancang untuk menghindari penyempitan apikal dan saluran melengkung.
a. Tahap 1 . Preparasi di bagian apikal dengan jarum maksimal sampai no.25
dengan jarum awal jarum terkecil (no.10 atau 15) dengan pengulangan
sampai dirasa halus.
b. Tahap 2. Kurangi 1mm, gunakan jarum mulai dari jarum terakhir (no.25)
sampai jarum paling besar dengan tetap mengacu ke panjang kerja. Irigasi
debridement dengan NaOCl 2,5%
c. Tahap 3. Gunakan Gates Glidden-drill untuk membentuk preparasi dinding
saluran akar dibagian tengah hingga bagian orifice. Biasanya digunakan
no.2,3,4.
d. Tahap 4. Haluskan kembali saluran akar dengan jarum File no.25 sesuai
panjang kerja. Irigasi debridement dengan NaOCl 2,5%
e. Hasil akhir – preparasi yang berkesinambungan membuat bentuk saluran
akar melebar dari persimpangan cementodentinoenamel ke mahkota.
3. Tehnik Step Down (Step Down Technique = Crown Down)
Diperkenalkan oleh Marshall dan Pappin, yang disebut preparasi Crown-down
tanpa tekanan. Menggunakan Glidden-Gate dan file yang lebih besar di sepertiga
koronal dari saluran akar (dari orifice) dan file semakin kecil yang digunakan dari
'mahkota-kebawah' sampai panjang yang diinginkan tercapai.
Tujuan utama: untuk meminimalkan atau menghilangkan sejumlah jaringan
nekrotik yang terekstrusi ke arah foramen apikal selama instrumentasi.
Akan mencegah ketidaknyamanan karena kurang bersihnya saat instrumentasi dan
debridement karena adanya debris di arah foramen apikal dan menyebabkan
penyempitan secara biokompatibel.
Keuntungan: bebasnya dari kendala atau masalah dari melebarnya apikal karena
instrumentasi.
4. Crown down Pressureless
 Panjang gigi rata-rata diketahui dari table Ingle, melakukan
perhitungan 2/3 akar gigi pada saluran akar dan dipreparasi
menggunakan K-file #8, #10, #15, #20, Protaper S1 dan Sx
(optional) secara berurutan sepanjang 2/3 saluran akar. Irigasi dan
rekapitulasi dengan K-file paling kecil.
 Melakukan perhitungan panjang kerja, selanjutnya dilakukan
preparasi denganK-file #8, #10, #15, #20, Protaper S1, S2, F1/F2/F3
secara berurutan sesuai panjang kerja. Irigasi dan rekapitulasi dengan
K-file paling kecil.
D. Macam-macam Bahan Irigasi
1. Sodium Hipoklorit (NaOCL)
Sodium Hipoklorit merupakan bahan irigasi yang paling sering digunakan.
Konsetrasi yang bisa digunakan adalah 0,5%, 1%, 2,5% dan 5,2%. Merupakan
agensia pereduksi berupa larutan yang berwarna jernih seperti warna jerami dan
harus disimpan di tempat yang teduh. NaOCL berfungsi sebagai debridemen,
pelumas, antimikroba dan dapat menarutkan jaringan lunak. Pada prosedur
preparasi saluran akar NaOCL akan melarutkan kolagen pada dentin saluran akar
sehingga mudah di preparasi. Cara kerja antibakteri didapatkan melalui beberapa
cara yaitu dengan melepaskan oksigen bebas yang bergabung dengan sel
protoplasma sehingga merusak sel, kombinasi CL2 dengan sel membran
membentuk N-chlotocompound yang akan mengganggu metabolisme sel,
kerusakan sel secara mekanis oleh CL2 dan oksidasi CL2 pada enzim sehingga
menghambat kerja enzim.
2. Chlorhexidine
Daya antibakteri berfungsi untuk merusak integritas sel membran dan
menyebabkan pengendapan caran sitoplasma. Daya antibakterinya berspektrum
luas, tiksisitas rendah dan larut dalam air. Konsentrasi yang digunakan sebagai
bahan sterilisasi 2% dan bahan irigasi 0,12%. Chlorhexidine bukan bahan irigasi
utama karena bahan ini tidak mampu melarutkan sisa-sisa jaringan nekrotik dan
kurang efektif terhadap bakteri gram nekatif. Sebagai bahan disinfeksi saluran
akar juga tersedia dalam bentuk konus yang terdiri atas chlorhexidine 5% yang
ditambahkan didalam gutta perca padat.
Sebagain bahan sterilisasi gutta perca chlorhexidine 2% dapat membunuh
Bacterioides subtilis bentuk vegetatif dalam waktu 10 menit dan dapat membunuh
mikroorganisme lain dalam waktu 15 menit sampai 2 jam.
3. EDTA
Asam sitrat and Asam lainnya : EDTA melepaskan beberapa bakteri protein
permukaan dengan menggabungkan dengan ion logam dari sel envelope. Ini
bahkan dapat menyebabkan bakteri kematian. Lebih penting lagi, EDTA adalah
agen pelunak yang efektif di saluran akar. Bahan irigasi chelator sangat penting
dalam pembersihan saluran akar karena dapat menghilangkan debris dentin dan
smear layer. Asam sitrat juga bisa digunakan untuk irigasi saluran akar dan untuk
menghilangkan sisa-sisa dinding saluran akar yang terpreparasi.
4. Hidrogen peroksida
Digunakan untuk desinfeksi dan sterilisasi, tetapi toksisitas tinggi
5. Iodine Pottasium Iodide
Dapat membunuh dengan cepat dan memiliki bakterisidal, fungisida,
tuberkulosidal, virucidal, dan bahkan aktivitas sporicidal
6. MTAD and Tetraclean
MTAD memiliki pH rendah (2.15) karena mengandung asam sitrat, sehingga
dapat menghilangkan smear layer setelah irigasi NaOCl, dan memiliki aktivitas
antibakteri terhadap mikroba endodontik. Potensial utama dari MTAD adalah
kemampuannya membuat irigasi lebih sederhana dengan menggabungkan
aktivitas penghilangan smear layer dengan efek antimikroba dan mungkin saja ''
Lebih lembut '' dengan dentin daripada EDTA
E. Macam-macam Bahan Sterilisasi:
1. Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)
Kalsium Hidroksida digunakan sebagai bahan irigasi dalam bentuk larutan dengan
konsentrasi 10%, sedangkan sebagai bahan sterilisasi saluran akar Ca(OH)2
diaplikasikan dalam bentuk pasta non setting atau konus padat. Pasta non setting
dapat dibuat sendiri dengan mencampur serbuk Ca(OH)2 dengan air destilasi,
salin, chlorhexidine, champorated chloropenol dan lain-lain. Ca(OH)2 harus
dikombinasi dengan cairan karena serbuk Ca(OH)2 sulit dimasukkan dalam
saluran akar dan cairan diperlukan untuk ion hidroksil.
2. Chlorophenol Kamfer Menthol (ChKM)
Memiliki spectrum antibakteri yang luas, memusnahkan mikroorganisme yang
ada dalam saluran akar. Pengaplikasiannya menggunakan paper point yang akan
berkontak langsung antara obat dan bakteri.
3. Cresophen
Merupakan agen antimikroba yang digunakan untuk PSA yang terinfeksi,
memiliki efek bakterisida yang kuat dan tidak mengiritasi jaringan.  Sodium
hipoklorit.
4. Ledermix (Antibiotic-corticoid compound)
Penggunaannya ditempatkan di saluran akar pada kunjungan emergency, obat ini
sangat berharga dalam periode 20-60 menit.
5. Hidrogen Peroksida
Merupakan biosida yang telah banyak digunakan untuk sterilisasi dan disinfeksi,
berupa cairan bening tidak berwarna. Bahan ini menghasilkan radikal bebas
hidroksil yang dapat menyerang komponen mikroba seperti protein dan DNA.
Hidrogen peroksida relative stabil dalam larutan. Bahan ini memiliki aktivitas
antimikroba terhadap berbagai mikroorganisme termasuk virus, bakteri, ragi dan
spora. Telah banyak digunakan untuk membersihkan ruang pulpa dari sisa darah
dan jaringan.
F. Teknik Pengisian Saluran Akar
Banyak cara digunakan untuk pengisian saluran akar dengan gutta-percha dan sealer.
Ada beberapa cara teknik pengisian antara lain:
a. Single cone
b. Kondensasi lateral
c. Kondensasi vertikal (gutta-percha panas)
d. Thermoplasticized gutta percha
Pada dasarnya, semua cara menggunakan ciri fisisgutta-percha yang disebut
sebagai sifat plastisitas atau aliran. Plastisitas berhubungan terbalik dengan viskositas
dan dapat di definisikan sebagai kemampuan untuk berubah bentuk dan mengalir
menjauhi kekuatan yang diarahkan pada masanya.
Tiap teknik didesain untuk memaksa bahan pengisi gutta-percha mengalir ke
dalam saluran akar, menekan dindingnya mengisi saluran berluku-liku halus, menutup
berbagai fenomena yang menuju ke periodonsium dan akhirnya ditekan menjadi suatu
bahan pengisi yang padat.
a. Teknik single cone
Merupakan teknik pengisian saluran akar dengan cara satu gutta point (cone)
yang dimasukkan ke dalam satu saluran akar.
b. Teknik kondensasi lateral
Menggunakan kerucut utama (master cone) yang dipaskan pada saluran yang
telah dipreparasi. Master cone dimasukkan ke dalam saluran akar pada panjang
kerja yang telah ditetapkan. Harus pas sekali dan terasa sulit jika ditarik (Tug-
back). X-ray foto dibuat untuk menentukan penyesuaian (fit) diapikal dan
lateral master cone.
Kerucut gutta-percha disesuaikan, jika menonjol keluar melalui foramen
apikal, ujungnya dapat dipotong sehingga kerucut yang dimasukkan kembali
pas (Tug-back) dan dapat menutup saluran apikal ± 1 mm kurang dari
pertemuan pulpo periapikal saluran akar jika master cone telah terletak tepat
dalam saluran akar, maka master cone dikeluarkan terlebih dahulu (sebaga
trial). Kemudian saluran akar di keringkan dan dinding-dinding saluran akar
dilapisi dengan selapis tipis pasta saluran akar. Separuh apikal master cone
dilapisi dengan sealer dengan hati-hati ditempatkan kembali ke dalam saluran.
Sebuah spreader dimasukkan disisi master cone dan ditekan ke arah apikal
pada gutta percha tambahkan, tindakan ini dilakukan dengan meletakkan gutta
percha tambahan (sekunder lateral) sejajar dengan spreader dan segera
memasukkannya ke dalam lubang yang terbentuk setelah spreader
dikeluarkan. Pelapisan sealer tidak diperlukan untuk kerucut-kerucut
sekunder. Proses ini diulangi sampai seluruh saluran terisi dan padat. Setelah
ketepatan pengisian diperiksa dengan x-ray foto, kelebihan gutta percha
dipotong dengan instrument panas, kemudian ditumpat sementara.
c. Teknik kondensasi vertikal (gutta percha panas)
Teknik ini diperkenalkan dengan tujuan untuk mengisi saluran akar baik
lateral maupun saluran aksesori yang tentunya tidak ketinggalan saluran akar
utama. Metode ini digunakan pada teknik preparasi step-back, menggunakan
pluger yang dipanaskan, dilakukan penekanan pada gutta percha yang telah
dilunakkan dengan panas ke arah vertikal sehingga gutta percha mengalir dan
mengisi seluruh lumen saluran akar.
Dasar teknik kondensasi vertikal adalah: 1) bentuk saluran akar harus
meruncing seperti corong secara kontinyu dari orifis hingga apeks. 2) Hasil
preparasi yang dicapai harus sesuai dengan bentuk asli saluran akar. 3) Bentuk
foramen apikal tidak boleh diubah (mengalami transformasi). 4) Foramen
apikal harus kecil agar kelebihan gutta percha tidak terdorong melalui
foramen saat kondensasi vertikal.
Adapun langkah-langkah kondensasi vertikal sebagai berikut:
 Master cone dipaskan terlebih dahulu sesuai dengan instrumentasi
terakhir
 Dinding saluran akar dilapisi dengan sealer
 Gutta percha diberi sealer
 Ujung koronal master cone dipotong dengan instrument panas
 Pluger dipanasi hingga merah dan segera didorong ke dalam sepertiga
koronal gutta percha. Sebagian gutta percha koronal terbakar oleh
pluger bila diambil dari saluran
 Sebuah kondensasi vertikal dengan ukuran yang sesuai dimasukkan
dan tekanan vertikal dikenakan pada gutta-percha yang telah dipanasi
untuk mendorongnya ke arah apikal
 Aplikasi panas berganti-ganti oleh pluger dan kondensasi diulangi
sampai gutta percha plastis menutup saluran aksesoris dan saluran akar
besar hingga ke apeks
Menurut Goodman dkk., bahwa temperatur regional maksimum yang
mengenai gutta percha selama metode kondensasi vertikal adalah 800C dan
temperatur pada daerah apikal 40-420C. Keuntungan teknik ini adalah
penutupan saluran akar bagus sekali, ke arah apikal dan lateral. Kerugian
teknik ini adalah memerlukan waktu yang lama, ada resiko fraktur vertikal
akar akibat kekuatan yang tidak semestinya, dan kadang pengisian yang
berlebih dengan gutta percha dan sealer tidak dapat dikeluarkan kembali dari
jaringan apikal.
d. Teknik thermoplasticized gutta percha
Peralatan penekan terdiri dari barel alat semprit yang dipanaskan
dengan listrik yang disekat dan seleksi jarum berkisar dalam ukuran dari 18-25
gange derajat panas diatur untuk menetapkan gutta percha yang tepat menurut
ukuran jarum.
Menurut Torabinejad dkk. mengatakan bahwa injeksi gutta percha
yang diplastiskan dari alat semprit tekanan menghasilkan pengisian yang sama
baiknya dengan kondensasi lateral atau vertikal.
Menurut Schilder dkk. mengatakan bahwa metode pengisian
thermoplastis dengan gutta percha di atas 450C memberi kecenderungan
bahan pengisi mengalami pengerutan bila gutta percha menjadi dingin kecuali
bila dimampatkan dengan instrumentasi ke arah apeks.
Metode termoplastik mempunyai satu cacat yang sama dengan semua
teknik injeksi, yaitu kurang dapat membawa gutta percha dengan tepat ke
dekat foramen apikal dan tidak melebihinya, sekalipun metode ini dapat
mengisi saluran lateral pada semua celah-celahnya. Teknik injeksi
mengandalkan gutta percha yang dipanasi dan diplastiskan untuk mengalir ke
apikal dengan tekanan apikal yang minimal, bila dibandingkan dengan
kekuatan dan tekanan yang digunakan pada kondensasi lateral dan vertikal.
Kecuali bila tekanan vertikal dikombinasi dengan metode injeksi pengisian.
G. Macam-macam Bahan Pengisi Saluran Akar
Bahan pengisi saluran akar yang digunakan harus menutup seluruh sistem saluran
akar terutama di daerah apikal yang banyak terdapat saluran akar tambahan. Bahan
pengisi saluran akar utama biasanya bahan padat atau semi padat (pasta atau bentuk
padat yang dilunakkan) dan disertai dengan semen saluran akar atau sealer. Bahan
pengisi saluran akar dapat dibagi menjadi :
1. Gutta-percha/gutta-point
Merupakan bahan pengisi saluran akar yang popular. Sampai saat ini masih
digunakan dan merupakan pilihan utama.
a. Karena gutta percha cone bersifat plastis
b. Manipulasinya mudah meskipun untuk think pengisian yang komplek.
c. Mudah dikeluarkan dari saluran akar misalnya pada pembuatan pasak dan
perawatan ulang.
d. Toksisitasnya kecil dan relatif stabil bila berkontrak dengan jaringan. Sampai
saat ini belum ada bahan pengisi saluran akar lain yang menyamai gutta
percha cone
Kekurangannya adalah tidak melekat pada dentin dan sedikit elastis sehingga
menjauhi dinding saluran akar. Oleh karena itu harus digunakan sealer saluran
akar untuk menutup celah antara gutta percha cone dan dinding saluran akar.

2. Hg poin atau silver cone


Cone ini dari perak murni dengan ukuran bentuk file standar. Keuntungan mudah
digunakan dan papat disesuaikan dengan panjang kerja. Kekurangannya tidak baik
untuk keberhasilan jangka panjang karena tidak beradaptasi secara baik dengan
dinding saluran akar sehingga membutuhkan semen saluran akar yang lebih
banyak. Bila berkontak dengan cairan jaringan semen akan porus, kon berkarat,
toksik dan merusak jaringan periapikal. Kekurangan lainya dari silver cone ini
dapat menyebabkan terjadinya korosi dan gambaran radiologi tidak jelas kelihatan
apakah sudah terisi penuh atau tidak.
3. Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
Biasa digunakan dalam aplikasi pulp capping, untuk perawatan apical yang
terbuka pada gigi permanen muda, perbaikan lesi perforasi, sebagai sealer yang
diindikasikan untuk pengisian saluran akar gigi permanen.
4. Zinc oxide
Merupakan bahan ini merupakan bahan yang komponen utamanya adalah pasta
yang digunakan untuk bahan di endodontik. Bahan ini berpotensi terjadi toksisitas.
Bahan ini mudah larut sehingga tidak efektif untuk bahan pengisi pasak.
H. Pasta Pengisi Saluran Akar
1. Zinc Oxide Eugenol
Bahan ini mengandung zinc oxide dan sampai saat ini masih dipakai. Bahan ini
bersifat sitoksik, relatif rapuh dan larut dalam cairan jaringan. Dapat
menimbulkan iritasi terhadap jaringan periapikal apabila dipakai dalam dosis yang
cukup tinggi. Variasi berbagai jenis mempunyai waktu pengerasan dan
karakteristik flow yang berbeda. Misal pada pengisian saluran akar yang sulit,
bahan ini mempunyai waktu pengerasan yang lambat.
2. Kalsium Hidroksida
Sealer jenis ini hampir memenuhi semua persyaratan bahan pengisi yang baik dan
telah terbukti bahwa sealer jenis ini menghasilkan penutupan apeks yang baik
daripada zinc oxide eugenol. Selain itu kalsium hidroksida dapat digunakan untuk
mengontrol eksudat, perdarahan dan resobsi akar karena trauma.
3. Silikon
Sealer dengan bahan dasar silikon pada pemakean lee endotill, terjadi
penyusutan dan mutlak dibutuhkan persiapan saluran akar yang betul-betul
kering.
4. Glass ionomer
Saat ini banyak digunakan antara lain ketak endo. Menurut Gunawan, sealer
jenis ini ternyata lebih efektif daripada siler zinc oxide eugenol dalam mencegah
kebocoran dan menghasilkan penutupan apeks yang lebih baik. Jika dibanding
dengan sealer kalsium hidroksida. Dengan demikian dianjurkan pemakaian glass
ionomer sebagai pasta pengisi saluran akar.
5. Resin
Semen saluran akar resin tidak begitu popular daripada zinc oxide eugenol dan
kalsium hidroksida. Semen resin tidak larut di dalam cairan mulut. Dalam hal
ini ikatannya dengan dentin, semen yang disebut sebagai semen adhesif, semen
ini tidak mempunyai potensi antikariogenik. Bersifat antibakteri, namun
dapat menyebabkan peradangan sampai beberapa minggu

.
DAFTAR PUSTAKA

Harty, F.J. 1995. (penerjemah. L. Yuwono) Endodonti Klinis. Cetakan ke 3. Penerbit


Hipokrates. 184-194. Ingle, J.I. & Bakland, L.K. 1994. Endodontics. 4th ed.
Philadelphia. Lea and Febiger. 228-251

Mulyawati, Ema. 2011. Peran Bahan Disinfeksi Pada Perawatan Saluran Akar. Bagian Ilmu
Konservasi Gigi, FKG Universitas Gajah Mada.

Rasinta, Tarigan. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan ke.1. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Rusmiany Putu, Dewa Made Wedagama, Ni Pt Okta Kristia Dewi. 2017. Penggunaan Bahan
Resin Sebagai Sealer Adesif Pada Pengisian Saluran Akar. Bagian Konservasi Gigi,
FKG Universitas Mahasaraswati

Siti Mardewi KSA. Perawatan endodontik konvensional. Seri I, 2009

Walton, R.E. & Torabinejad, M.1998. (penerjemah. N. Sumawinata) Prinsip dan Praktek
Ilmu Endodonsi. Cetakan ke 1. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 305.hal 315 –
337

Anda mungkin juga menyukai