Anda di halaman 1dari 12

67

5.2 Pembahasan
Pilihan Karir Mahasiswa Universitas Sriwijaya
Pada pendekatan kuantitatif, berdasarkan tabel 5 jenis profesi yang
diinginkan para mayoritas responden adalah dokter spesialis. Hal ini cukup
sesuai dengan hasil analisa kualitatif yang menyebutkan responden
cenderung memilih menjadi dokter spesialis. Pada pendekatan kualitatif
dapat ditemukan pola, responden dengan tingkat sosioekonomi menengah
ke atas akan memilih segera menjadi dokter spesialis setamat S1dengan
biaya sendiri, sedangkan untuk sosioekonomi menengah cenderung
memilih bekerja dahulu lalu kemudian spesialis.
Pilihan karir lainnya seperti menjadi non klinis (dosen, akademisi,
peneliti) masih kurang diminati, berdasarkan analisa kualitatif posisi ini
kurang diminati karena responden sendiri merasa kurang percaya diri dan
keterbukaan universitas menerima calon dosen dirasakan kurang.
Beberapa responden kualitatif mengungkapkan dirinya memilih menjadi
birokrat karena senang bertemu masyarakat dan merasa dapat mengubah
kebijakan yang dapat memperbaiki kesehatan.
Pilihan dokter layanan primer berada di urutan ketiga pilihan karir,
sebagian memilih ini berdasarkan analisa kualitatif dikarenakan paradigma
menjadi spesialis itu melelahkan, bukan karena ketertarikan tertentu pada
bidang layanan primer. Hasil penelitian ini mirip dengan penelitian yang
dilakukan di negara lain, sebagaimana terangkum dalam tabel 25.
Hasil pilihan karir pada penelitian ini sejalan dengan penelitian
Sari et al yang dilakukan pada mahasiswa tingkat pertama Fakultas
Kedokteran se Indonesia dimana pilihan menjadi dokter spesialis sebesar
90,7%.
38
Penelitian di negara India pun menghasilkan nilai serupa,
sebanyak 95,26% memilih bidang spesialisasi.
32
Penelitian yang
dilakukan dari Oktober 1994 hingga Oktober 2004 mengenai faktor-faktor
terkait pilihan karir terhadap dokter yang baru lulus di Negara Eropa
menunjukkan bahwa lebih dari 60% dokter yang baru lulus dari sekolah
kedokteran lebih memilih untuk mengambil spesialisasi medis.
24
Di Korea
68

sebanyak 87,7% mahasiswa di 6 fakultas kedokteran memilih karir klinis,
sedangkan sisanya adalah karir non klinis.
20
Alasan pilihan karir ini
bermacam-macam dan akan dibahas pada subbagian selanjutnya.

Tabel 25. Perbandingan hasil pilihan karir mahasiswa kedokteran di berbagai
penelitian
Pilihan karir Penelitian
ini
FK se
Indonesia
38

India
32
Eropa
24
Korea
20

Dokter Spesialis 51,9% 90,7% 90,20% 60%
87,7% Dokter layanan
primer
8,3% 9,3% 5,06% 12,5%
Non klinis 32,26% 6,4%
4,74%
22%
12,3%
Non medis 0,12% 1,3% 5,5%


Spesialisasi Pilihan Karir Mahasiswa Kedokteran Universitas Sriwijaya
Pada pendekatan kuantitatif terlihat empat bidang yang menjadi
minat terbesar spesialisasi karir responden adalah menjadi dokter anak,
dokter kebidanan, bedah, dan penyakit dalam. Jumlah pilihan karir
terbanyak kelima dan setelahnya telah menentukan subspesialistiknya di
bidang kardiologi, urologi, atau ortopedi. Penelitian kualitatif tidak
dilakukan eksplorasi spesialisasi pilihan karir ini.
Keempat bidang mayor spesialisasi tersebut (anak, kebidanan, bedah
dan penyakit dalam) memang menjadi bidang yang paling digemari oleh
mahasiswa di berbagai penelitian di seluruh dunia. Studi oleh Bhat et al
kepada mahasiswa kedokteran di sekitar Jordan Universitas Sains dan
Teknologi menunjukkan bahwa bedah, penyakit dalam, pediatri, dan
kebidanan adalah spesialisasi yang paling disukai di kalangan mahasiswa
kedokteran di sana.
32

Namun, penelitian lainnya menyebutkan bidang kedokteran keluarga
pun menjadi salah satu pilihan karir yang banyak digemari, hal ini tidak
sesuai dengan hasil dalam penelitian ini yang hanya sebesar 5,3%. Sebuah
studi mahasiswa kedokteran Kanada menunjukkan bahwa pilihan yang
69

paling populer di kalangan siswa penyakit dalam dan subspesialis medis,
operasi dan subspesialis bedah, pediatri, dan kedokteran keluarga.
32,39
Di
Jepang, penyakit dalam, bedah umum, pediatri, dan kedokteran emergensi
adalah spesialisasi yang paling menarik bagi mahasiswa kedokteran di
Yamaguchi University School of Medicine.
39
Hal ini juga mungkin
disebabkan karena spesialisasi inilah yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini didukung dalam studi distribusi Kuwait dokter selama
periode 1968-1999, yang menunjukkan bahwa mayoritas lulusan memilih
spesialisasi mereka di kedokteran, antara lain pediatri, kedokteran keluarga,
obstetri dan ginekologi, dan bedah serta diikuti oleh spesialisasi lainnya.
20


Tabel 26. Perbandingan spesialisasi pilihan karir mahasiswa di berbagai negara
No.
Lokasi
Penelitian Empat Spesialisasi Pilihan Karir Utama
1 Penelitian ini
Anak (20,8%), Kebidanan (14,3%), Bedah (10%), Penyakit
Dalam (8,1%)
2 Yordania
32
Bedah, Penyakit Dalam, Anak, Kebidanan
3 Kanada
32,39
Penyakit Dalam, Bedah, Anak, Kedokteran Keluarga
4 Jepang
39

Penyakit Dalam (52,8%), Bedah (25,4%), Anak (22,7%),
Ortopedi (17,6%)
5 Kuwait
20
Anak, Kedokteran Keluarga, Kebidanan, Bedah
6 Kolumbia
25
Penyakit Dalam, Bedah, Anestesi, kedokteran emergensi
7 Saudi Arabia
30
Pria: Bedah, Ortopedi; Wanita: Kebidanan, Anak, Mata
8 Pakistan
40
Bedah, Penyakit Dalam, Anak, Kulit Kelamin
9
Nigeria
Tenggara
27
Kebidanan, Bedah, Anak, Anestesi
10 Korea
24
Penyakit Dalam, Psikiatri, Anak

Penelitian pada 590 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas King
Khalid Saudi Arabia mengenai pilihan spesialisasi oleh mahasiswa
kedokteran didapat kesimpulan bahwa bidang spesialisasi yang paling
diminati oleh laki-laki adalah bedah, diikuti oleh ilmu penyakit dalam, dan
bedah ortopedi, sedangkan bidang spesialisasi yang paling diminati oleh
perempuan adalah obstetri dan ginekologi, yang diikuti oleh pediatri, dan
oftalmologi.
30
Dari penelitian di Universitas British Columbia tahun 2005
didapatkan sebanyak 28,6% siswa memilih kedokteran keluarga sebagai
70

pilihan utama untuk karir masa depan, sedangkan 22,9% menyatakan
minatnya dalam bidang penyakit dalam, dan 8,6% tertarik pada spesialisasi
bedah. Sisanya 37,1% siswa yang tertarik pada spesialisasi lain, seperti
anestesi, kedokteran emergency, patologi, pediatri, psikiatri, dan
radiologi.
25

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 terhadap 771 mahasiswa
dari 4 fakultas kedokteran di Pakistan mengenai preferensi spesialisasi
mahasiswa kedokteran di Pakistan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
didapatkan bahwa kebanyakan mahasiswa memilih untuk mengambil
spesialisasi dengan persentase bedah dan subspesialisasinya sebanyak
50,3% diikuti penyakit dalam dengan subspesialisasinya sebanyak 26.8%,
pediatri 23.2%, kulit dan kelamin 16,7%, obstetric dan ginekologi 16,7%,
jiwa 13,1%, radiologi 10,8%, THT 8,8%, anestesi 8,7%, mata 7,5%, dan
patologi klinik 61%, sedangkan yang memilih administrasi kesehatan
sebanyak 8,6%.
40
Kebanyakan mahasiswa di Nigeria Tenggara memilih
untuk mengambil spesialisasi, dengan bidang yang lebih diminati yaitu
bedah (19,6%) dan pediatri (16,0%) dengan (P < 0,002), sedangkan persentase
bidang yang lain yaitu obstetri dan ginekologi (22,6%), anestesi (3,1%), jiwa
(0,3%).
27
Bidang spesialisasi yang paling banyak diminati Korea oleh
responden adalah penyakit dalam (n=352), psikiatri (n=111), dan bedah
ortopedi (n=101). Dari 171 responden (12,3%) yang memilih karir di bidang
non klinis, sebanyak 42 responden memilih ilmu kedokteran dasar (fisiologi,
biokimia, dan farmakologi), 90 responden memilih non klinis (administrasi
pelayanan kesehatan), dan 39 responden memilih karir di bidang non medis
(bisnis, hukum, dan keuangan).
24

Pilihan Lokasi Kerja Mahasiswa Kedokteran Universitas Sriwijaya
Pada pendekatan kuantitatif lokasi kota merupakan pilihan sebagian besar
responden (52,2%), disusul dengan universitas dan luar negeri (17,2%) dan
(17,4%), serta desa (13,1%). Hal ini tidak sesuai dengan analisa kualitatif
dimana sebagian besar responden ingin kembali ke tempat asalnya untuk
71

bekerja. Banyaknya responden yang menginginkan bekerja di desa pada
penelitian ini kemungkinan merupakan responden yang awalnya saja ingin
mengambil peluang bekerja di daerah, lalu selanjutnya pindah ke kota.
Pertimbangan lokasi kerja ini didasarkan pada berbagai faktor. Pada
analisa kualitatif dikemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi antara
lain keluarga, pengabdian pada daerah, peluang kerja, prospek
pengembangan karir, serta fasilitas. Pada pendekatan kualitatif tidak
dilakukan penggalian mendalam mengenai minat seseorang untuk bekerja di
luar negeri atau bekerja di universitas.
Pada penelitian Noor di Kalimantan Selatan pada dokter yang
bekerja di kabupaten, 100% menyatakan tetap ingin bekerja di kabupaten.
6

Trisnantoro mengungkapkan, pilihan lokasi kerja sesungguhnya tidak hanya
ditentukan oleh faktor ekonomi atau daerah asal tempat tinggal, namun juga
terkait hubungan dokter pasien, fasilitas rumah sakit, hubungan dengan
teman kerja, rasa aman dalam melakukan tugas, karakteristik pekerjaan,
keberadaan dan pengakuan profesi di rumah sakit, hingga keluarga.
33


Pilihan Mahasiswa Kedokteran Universitas Sriwjaya terkait Instansi
Tempat Bekerja
Mayoritas responden kuantitatif berencana bekerja di instansi
pemerintah/menjadi PNS dibandingkan instansi swasta/berwirausaha
meskipun berdasarkan persentase tidak jauh berbeda (55,1% dan 43,5%).
Hal ini sesuai dengan analisis kualitatif dalam penelitian ini. Dalam
wawancara dikatakan alasan bekerja di instansi pemerintah ini adalah
karena pendapatan pasti, adanya jenjang karir menjanjikan, pengabdian
daerah, adanya peluang beasiswa, dan mengikuti saran orang tua.
Responden lain yang menyatakan ingin bekerja pada instansi
swasta/berwirausaha mengaku tidak ingin terikat dengan instansi
pemerintah.

72

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Karir Mahasiswa
Kedokteran Universitas Sriwijaya
Hingga saat ini belum ada model analisa baku faktor yang mempengaruhi
pemilihan karir kedokteran. Sehingga data yang dijabarkan di berbagai
negara dapat berbeda-beda tergantung variabel yang diteliti. Berikut adalah
perbandingan faktor yang mempengaruhi pilihan karir kedokteran
mahasiswa di berbagai dunia.

Tabel 27. Perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan karir
mahasiswa di berbagai negara
No. Lokasi
penelitian
Faktor yang mempengaruhi pilihan karir
1 Penelitian ini Keluarga, sumber informasi, pemanfaatan teknologi,
lingkungan belajar, faktor internal
2 Kuwait
20
Keluarga (16,7%), Teman (11,1%), Orang Fakultas
(11,8%), Dokter praktik (27,1%)
3 India
32
Pendapatan (2,96%), Keluarga (6,67%), Minat (82,22%),
Resiko profesi (0,74%), Prospek penelitian (0,74%),
prospek menjadi dosen (5,93%)
4 Eropa
24
Minat (52,4%), ekspektasi pekerjaan (32,6%),
pengalaman sebelumnya (41,5%)
5 Kolumbia
25
Ketertarikan, pengalaman positif sebelumnya di bidang
tersebut, alasan pribadi, kesempatan kerja
6 Pakistan
40
Personal, prestis, peluang bekerja di luar negeri


Lingkungan Keluarga
Berdasarkan hasil kuantitatif, partisipan penelitian mengakui
adanya keterlibatan dan pengaruh anggota keluarga dalam menentukan
pendidikan dan arah karir kedokteran. Maka, keluarga dapat dikatakan
sebagai lingkungan yang berpengaruh positif terhadap pendidikan. Selain
itu mayoritas partisipan penelitian merasa kondisi keuangan keluarga saat
ini telah cukup untuk mendukung proses pendidikan dan pengembangan
karir kedokteran mereka. Hal ini sesuai dengan analisis kualitatif, dimana
73

faktor ini lebih berperan pada responden perempuan. Mereka
mempertimbangkan restu orang tua/suami/istri untuk menentukan karir
selanjutnya, terutama responden yang ingin melanjutkan sebagai PPDS,
Bila kedua suami istri adalah dokter, maka pihak perempuan yang
biasanya akan mengalah untuk menunda atau bahkan tidak mengambil
PPDS.
Lingkungan keluarga pun memegang peranan penting sebagai
faktor yang mempengaruhi pilihan karir mahasiswa di berbagai negara.
Seperti tampak pada tabel di atas, lingkungan keluarga merupakan faktor
yang juga mempengaruhi pilihan karir mahasiswa di Kuwait dan India.
20,32

Salah satu tolak ukur pengaruh lingkungan keluarga adalah status
sosioekonomi, yang pada penelitian ini dijabarkan dalam tingkat
pendidikan orang tua, jumlah pendapatan orang tua, dan jumlah anggota
keluarga.
10,41
Penelitian ini sesuai dengan Cabrena & La Nasa yang
mengatakan efek sosioekonomi mempengaruhi pengambilan keputusan di
berbagai tahap pendidikan.
42


Fakultas Kedokteran
Pada penelitian ini didapatkan bahwa Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya tidak sepenuhnya memfasilitasi perencanaan karir
mahasiswanya, baik dalam program temu wicara membahas karir
mahasiswa ke depan maupun ikut serta dalam merancang karir mahasiswa.
Partisipan penelitian merasa tidak yakin ada program khusus
pengembangan karir di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Selain
itu, partisipan penelitian netral mengenai kepedulian dosen dalam
pengembangan pendidikan dan karirnya namun mereka mengakui adanya
sosok dosen yang dikagumi cukup berpengaruh dalam pemilihan karir
kedokteran mereka.
Hal senada diungkapkan pada studi kualitatif, semua responden
menyatakan kurangnya peran Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
dalam mengawal mahasiswanya memilih karir. Mereka mengetahui
74

alternatif pilihan karir dengan menganalisa sendiri tanpa adanya support
system dari FK. Bila dibandingkan dengan fakultas kedokteran universitas
lain, FK Unsri masih banyak memiliki kekurangan dalam hal ini. Sebagai
contoh, di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sistem sosialisasi
pemilihan karirnya adalah dengan adanya website khusus mengenai
pemilihan karir.
Meskipun secara literatur dikatakan faktor sekolah kedokteran
mempengaruhi pilihan karir seseorang, penelitian lainnya menyebutkan
faktor ini tidak berpengaruh besar. Peran sekolah kedokteran terbagi
menjadi dua, yaitu dosen yang mengajar, materi ajar, dan staff
pengembangan karir. Sayangnya di Universitas Sriwijaya badan
pengembangan karir belum maksimal, sehingga ketimpangan ini terjadi.
Hasil yang sama pun terjadi di Bosnia dan Herzegovina, yang juga tidak
memiliki badan pengembangan karir.
6

Pembimbingan karir sebenarnya sangat diperlukan mahasiswa
sebagai pemandu.
43
Namun, pengajar yang kurang baik pun justru
mengakibatkan gagalnya konstruksi karir seorang mahasiswa.
44
Menurut
Connell, mahasiswa yang berasal dari keluarga dengan sosioekonomi
menengah kebawah akan lebih bergantung dengan fakultas dan dosennya
sebagai pemberi masukan, pembangun, memberi pengayaan dan
menyajikan informasi.
45
Lain lagi menurut Boyd, untuk memaksimalkan
hal ini, perlu adanya keterlibatan orang tua bersama tim pengembangan
karir untuk duduk bersama dan membicarakan masa depan mahasiswa
yang dididiknya.
46

Hal yang sama diungkapkan oleh responden dalam penelitian
kualitatif. Menurut semua responden dalam penelitian ini, support system
sosialisasi pemilihan karir sangat dibutuhkan agar dapat memperkaya
pengetahuan mahasiswa FK Unsri dalam pemilihan karir. Support system
ini dapat berupa program khusus yang diselenggarakan UBKM untuk
sosialisasi alternatif pilihan karir mahasiswa FK, sharing pengalaman dari
senior atau dosen dari berbagai alternatif pilihan karir, serta juga dapat
75

dipergunakan untuk mempermudah penyebaran informasi lowongan kerja,
beasiswa, dan sebagainya. Pelaksanaannya dapat dalam bentuk seminar,
ruang konsultasi, maupun melalui media online.
Menurut Couper dan Iserson, adanya role model lebih berpengaruh
pada mahasiswa yang memilih karir layanan primer.
47,48
Hal tersebut tidak
sesuai dengan penelitian ini yang sebagian besar memilih sebagai dokter
layanan sekunder. Keterlibatan role model menjadi faktor yang
berpengaruh di seluruh tingkat pendidikan.
Pada penelitian kualitatif diungkapkan, figur dosen-dosen Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya yang profesional, kompeten, agamais
serta berpenghasilan tinggi menjadi salah satu faktor yang menjadi
pertimbangan dalam pemilihan karir mahasiswa FK Unsri. Motivasi ingin
menggeluti bidang yang sama timbul pada saat mereka mengetahui
kapabilitas masing-masing dosen favorit mereka tersebut.
Selain itu teknik pembelajaran pun mempengaruhi seorang
mahasiswa. Pembelajaran yang bersifat interaktif, diselingi diskusi yang
komprehensif akan mengasah daya kritis dan kepercayaan diri mahasiswa.
Ini akan berdampak pada terasahnya minat dan jiwa kepemimpinan
seorang mahasiswa kedokteran.
6
Hund menyatakan adanya perubahan
perilaku mahasiwa melalui metode pembelajaran aktif.
49


Teman belajar dan sumber informasi lainnya
Pada penelitian Olzen didapatkan hubungan kuat antara pendapat
teman terhadap pilihan karir mahasiswa.
10
Hal tersebut tidak sesuai dengan
penelitian ini, dimana partisipan penelitian hampir netral mengenai
keterlibatan teman-teman mereka dalam mempengaruhi pilihan karir
mereka. Partisipan penelitian cenderung mendengarkan masukan dan
pendapat dari orang lain, lalu melalukan kritisi sendiri. Mereka juga
mengunjungi situs-situs internet untuk bahan referensi pilihan universitas
dan jurusan kedokteran yang mereka inginkan.
76

Di pendekatan kualitatif, faktor teman belajar memiliki pengaruh
yang tidak dominan dalam penentuan pemilihan karir mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. Responden menyatakan bahwa teman,
baik teman kelompok belajar maupun teman akrab memiliki sedikit
pengaruh dalam proses penentuan pemilihan karir, misalnya sering
sharring memberikan masukan mengenai baik buruk suatu pekerjaan,
saling memberikan semangat satu sama lain, serta pada akhirnya topik
pembicaraan juga menentukan dalam penentuan minat.
Memilih karir merupakan proses yang kompleks dan melibatkan
komunikasi interpersonal.
50-51
Penelitian ini berbeda dengan pendapat
Boyd dan MacDowall bahwa pengumpulan informasi sangat
mempengaruhi pilihan karir seseorang.
51
Hal yang bertentangan pun
terjadi pada pendapat Whitley dan Neil dalam Ozlen yang mengatakan
informasi antarteman sangat mempengaruhi seseorang di level
sosioekonomi rendah.
10


Pemanfaatan Teknologi
Para partisipan penelitian kuantitatif mengakui mereka dapat
memperoleh keuntungan dari teknologi untuk meningkatkan peluang
pengembangan karir mereka (mean 4,21) Mereka menggunakan teknologi
untuk berkomunikasi dengan dosen maupun teman sejawat (mean 3,85).
Mereka pun mengakui para dosen telah mempergunakan teknologi untuk
memudahkan pemahaman mereka dalam proses belajar mengajar (mean
3,78). Persepsi pengaruh teknologi ini merata di seluruh tingkat
pendidikan mahasiswa kedokteran Universitas Sriwijaya
Bila digali lagi pada wawancara mendalam di pendekatan
kualitatif, perkembangan teknologi juga mengambil peran dalam hal
penambahan wawasan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya mengenai berbagai alternatif pilihan karir. Namun, diakui oleh
responden bahwa teknologi seperti handphone, media sosial, atau internet
bukan menentukan jenis pilihan karir, melainkan hanya berpengaruh
77

terhadap proses penambahan informasi mengenai alternatif pilihan karir,
info yang lebih detil mengenai jenis pilihan karir yang sebelumnya sudah
mereka tentukan, serta untuk mencari peluang kerja dan beasiswa.
Hasil ini kurang sesuai dengan penelitian Digital Leadership
Divine yang menyatakan 74% menyetujui teknologi mempengaruhi
keputusan karirnya.
52-53
Namun responden menyetujui adanya teknologi
meningkatkan komunikasi antara dirinya dengan keluarga, guru dan
komunitas, dan 61% responden setuju teknologi dapat meningkatkan
produktivitas proses belajar mengajar.

Kesiapan Diri
Partisipan penelitian secara keseluruhan merasa percaya diri
dengan kemungkinan pengembangan karirnya (3,95), selalu tahu apa yang
akan dilakukannya di masa depan (mean 3,56) dan mengetahui peluang
yang dimilikinya (mean 3,75). Mereka telah memiliki pilihan karir
kedokteran dan merasa mampu menjalani karir kedokteran yang mereka
pilih. Namun partisipan penelitian cenderung tidak yakin dirinya tahu
secara detil kehidupan yang akan dijalaninya nanti (mean 3,38).
Pilihan karir kedokteran sudah mulai mantap pada tingkat
pendidikan 4 (2010) yakni pada masa pendidikan klinik. Menurut
Germeijs dan Vershueren,terdapat 6 proses yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan seseorang: (1) orientasi pada tujuan, (2) eksplorasi
diri, (3) eksplorasi lingkungan, (4) eksplorasi lingkungan mendalam, (5)
menentukan alternatif-alternatif pilihan, (6) menentukan pilihan. Maka
bagian ini eksplorasi diri ini dianggap penting untuk mengetahui sejauh
mana responden mengenal dirinya. Semakin jauh responden mengenal
dirinya, semakin matang pilihan karirnya.
52-53


Faktor Internal dan Peluang
Untuk faktor internal dan peluang, partisipan penelitian cenderung
setuju dengan kelompok pernyataan ini, namun mereka cenderung ragu
78

apakah mereka akan kembali ke daerah asal (mean 3,49). Faktor
kemudahan materi pembelajaran (mean 3,63), adanya peluang kerja (mean
4), adanya beasiswa (mean 3,72), besaran pendapatan di kemudian hari
(mean 3,9) dan kemudahan mencari kerja setelah lulus pendidikan (mean
3,83) mempengaruhi pilihan karir mereka.
Untuk faktor ini pada penelitian kualitatif, peluang beasiswa juga
menjadi dalam pemilihan karir mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya. Beasiswa ini mereka harapkan datang setelah
mereka bekerja menjadi PNS. Untuk peluang kerja, berdasarkan analisa
kualitatif, baik responden yang belum melalui internship (2008) maupun
sudah melalui internship (2007) menyebutkan peluang bekerja juga
menentukan pilihan karir. Masa pendidikan dokter yang sudah dilalui
cukup lama daripada pendidikan di bidang lain, membuat mahasiswa
Fakultas Kedokteran sudah haus untuk mencari penghasilan sendiri.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Olzen, dimana keluarga
dan teman sama berperan dalam karir (mean 4,14), mata pelajaran (mean
4,32), peluang kerja (3,98), beasiswa (4,13), peluang bekerja di luar negeri
(2,75), dan prospek bekerja tanpa perlu pengalaman kerja (3,66). Faktor
yang sama pun berpengaruh pada penelitian di Eropa, India, dan Kolumbia
sebagaimana tabel 27.

Anda mungkin juga menyukai