Anda di halaman 1dari 11

Hasil Analisis Jurnal “Abortion-care education in Japanese nurse practitioner and

midwifery programs: A national survey”

A. Judul Jurnal
Abortion-care education in Japanese nurse practitioner and midwifery
programs: A national survey(Pendidikan Perawatan Aborsi,Perawat Praktisi
dan Program Kebidanan di Jepang: sebuah Survei Nasional)
B. Penulis : Maki Mizuno
C. Tahun : 2014.
D. Sumber Jurnal : Nurse Education Today,34 (2014) 11–14. journal
homepage: www.elsevier.com/nedt
E. Abstrak
Latar belakang: Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan program
pendidikan perawatan aborsi di Jepang dan untuk menyelidiki direktur
program atau persepsi orang lain yang relevan tentang pendidikan perawatan
aborsi. Tingkat respons bervariasi menurut jenis program yaitu 18,4% (n =
45) untuk program keperawatan dan 29,0% (n = 32) untuk program
kebidanan. Metode dengan survey rahasia yang meminta informasi tentang
cakupan kurikuler dari sepuluh topik kesehatan reproduksi yang terkait
dengan aborsi di kirimkan ke direktur program. Dengan hasil menunjukkan
bahwa mayoritas program CNM dan RN yang di survey menawarkan paparan
didaktik terhadap instruksi dalam keluarga berencana dan kontrasepsi,
kontrasepsi darurat, pertimbangan hukum, dan mungkin komplikasi medis.
Namun, beberapa program menawarkan paparan klinis untuk 10 topik. Dari
para responden, 36% melaporkan bahwa kurangnya waktu dan prioritas
rendah yang di berikan untuk pendidikan aborsi adalah masalah kurikulum.
Adapun materi pendidikan, beberapa buku teks atau buku panduan ada pada
perawatan aborsi di Jepang, kebanyakan dari pendidik menggunakan buku

1
pelajaran keperawatan umum untuk membahas topik ini. Terlepas dari minat
atau keinginan untuk menyediakan layanan aborsi sebagai bagian dari praktik,
semua penyedia layanan pendidikan aborsi harus memiliki pengetahuan
tentang berbagai pilihan kesehatan reproduksi, termasuk keluarga berencana
dan aborsi, serta untuk dapat menyampaikan informasi ini kepada klien.
Metode : Pada penelitian ini menggunakan metode berupa survei rahasia
yang meminta informasi tentang cakupan kurikuler dari sepuluh topik
kesehatan reproduksi yang terkait dengan aborsi yang dikirimkan ke direktur
program. Penelitian ini di lakukan di 288 sekolah perawat dan atau kebidanan
di Jepang yang di undang untuk berpartisipasi pada penelitian yang di
lakukan. Desain penelitian ini merupakan deskriptif yang di gunakan untuk
menentukan tingkat program pendidikan perawatan aborsi dan persepsi
responden dalam pendidikan perawatan aborsi.
Hasil : Konten Kurikulum Didaktik dan Klinis
Topik yang paling sering dimasukkan dalam kuliah kelas adalah pertimbangan
hukum (87,0%), keluarga berencana dan kontrasepsi(83,1%), kontrasepsi
darurat (79,2%), komplikasi (74,0%), dan efek psikologis (63,6%). 32
program (41,6%) memberikan pendidikan pada dilatasi dan kuretase.
Pemeriksaan tanggapan oleh jenis program mengungkapkan bahwa program
CNM merupakan topik yang berada pada tingkat yang lebih tinggi dari pada
program RN. Secara khusus, 87,5% dari program CNM dimasukkan pada
kuliah keluarga berencana dan kontrasepsi dibandingkan dengan 80%
program RN. Namun, untuk program RN lebih memungkinkan di sediakan
dalam paparan kelas yang memberi informasi tentang kontrasepsi darurat di
banding dengan program CNM.
Materi yang sering di jadikan untuk pendidikan berasal dari buku teks
(60,8%), selebaran asli (58,8%), buku referensi (27,5%), bantuan audiovisual
(13,7%), tidak ada (9,8%), dan lain-lain (11,8%). Dari penelitian yang di
lakukan, tidak ada perbedaan yang signifikan di antara kedua program.

2
Sebanyak 32% responden mengatakan merasa cukup terhadap kurikulum
perawatan aborsi. Namun, 36% responden mengatakan bahwa adanya
kekurangan waktu dalam topik ini dan merasa bahwa topik itu bukan
kurikulum prioritas. Dari responden CNM, sebanyak 14% menyebutkan
kurangnya materi. Sebagian besar siswa tidak tertarik pada pendidikan
perawatan aborsi dan para pendidik memiliki pengetahuan yang kurang
tentang aborsi.
Sebanyak 33% responden RN mengatakan perlunya poster untuk pendidikan
perawatan aborsi dan 17% dari responden CNM mengindikasikan bahwa
mereka melihat kebutuhan untuk menumbuhkan pendidikan perawatan aborsi
yang lebih baik. Komentar open-end mencatat bahwa beberapa wanita berada
pada risiko besar tekanan emosional untuk periode setelah aborsi dan
kebutuhan dukungan khusus dari staf profesional. Komentar open-end juga
mencatat untuk penyedia perawatan aborsi membutuhkan berbagai
pengetahuan tentang kesehatan wanita. Di sisi lain, sejumlah responden CNM
mencatat bahwa bidan sudah menjadi profesional perawatan aborsi
bersertifikat dan merasa bahwa tidak perlu membina keterampilan ini di
bidang professional lain. Pendapat lain menyebutkan bahwa keluarga
berencana dan kontrasepsi lebih penting dari pada perawatan aborsi.
Kesimpulan : Penelitian ini di lakukan untuk menggambarkan program
pendidikan perawatan aborsi di Jepang dan untuk menyelidiki direktur
program atau persepsi orang lain yang relevan tentang pendidikan perawatan
aborsi. Metode yang di gunakan berupa survei rahasia yang meminta
informasi tentang cakupan kurikuler dari sepuluh topik kesehatan reproduksi
yang terkait dengan aborsi yang dikirimkan ke direktur program. Penelitian ini
di lakukan di 288 sekolah perawat dan atau kebidanan di Jepang. Pada
penelitian ini, sebanyak dua program yang di gunakan, yaitu program CNM
dan RN yang di gunakan untuk mengetahui tentang pendidikan perawatan
aborsi. Topik yang paling sering dimasukkan dalam kuliah kelas adalah

3
pertimbangan hukum (87,0%), keluarga berencana dan kontrasepsi (83,1%),
kontrasepsi darurat (79,2%), komplikasi (74,0%), dan efek psikologis
(63,6%). Materi yang sering di jadikan untuk pendidikan berasal dari buku
teks (60,8%), selebaran asli (58,8%), buku referensi (27,5%), bantuan
audiovisual (13,7%), tidak ada (9,8%), dan lain-lain (11,8%). Sebanyak 32%
responden mengatakan merasa cukup terhadap kurikulum perawatan aborsi.
Namun, sebanyak 36% responden mengatakan bahwa adanya kekurangan
waktu dalam topik ini dan merasa bahwa topik itu bukan kurikulum prioritas.
Sebanyak 33% responden RN mengatakan perlunya poster untuk pendidikan
perawatan aborsi dan 17% dari responden CNM mengindikasikan bahwa
mereka melihat kebutuhan untuk menumbuhkan pendidikan perawatan aborsi
yang lebih baik. Dari penelitian yang di lakukan, tidak ada perbedaan yang
signifikan di antara kedua program.
F. Pembahasan
Studi ini merupakan survei Jepang nasional pertama pada pendidikan
perawatan aborsi untuk RN dan CNM dan pendapat mereka mengenai
pendidik tentang masalah yang berkaitan dengan penyediaan pendidikan ini.
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas program CNM dan RN yang merespons
penaawaran paparan didaktik untuk beberapa hal berikut: masalah
keluarga,perencanaan dan kontrasepsi, kontrasepsi darurat, pertimbangan
hukum, dan kemungkinan komplikasi medis. Namun, beberapa program
menawarkan paparan klinis untuk semua topik ini.
Dalam penelitian sebelumnya, Foster dkk. (2006) meneliti sejauh mana
pendidikan perawatan aborsi di NP, PA, dan program CNM di AS. Masalah
Keluarga perencanaan dan kontrasepsi menerima cakupan hampir
keseluruhan(96%) dan cakupan klinis yang signifikan (89%). Kontrasepsi
darurat juga secara luas tercakup dalam sampel mereka (88%). pilihan
konseling tentang Kehamilan termasuk dalam kuliah dan pendidikan di klinis,
masing-masing 74% dan 63%,(Foster et al., 2006). Hasil ini menunjukkan hal

4
itu berbeda dengan banyak negara, di mana ada pedoman perawatan aborsi
diimplementasikan pada materi yang tersedia, di Jepang, rutin pendidikan
rutin dan pelatihan aborsi- kurangnya perawatan dalam pendidikan dan
program pelatihan untuk para profesional kesehatan, dan sebagian besar
pendidik menggunakan buku ajar keperawatan umum yang mencakup tentang
aborsi. Pengembangan bahan pembelajaran untuk pendidikan perawatan
aborsi akan menjadi sangat penting dalam pengembangan pendidikan
keperawatan berkualitas tinggi.
Di AS dan sebagian besar negara Eropa, perawat dan bidan menolak hak
untuk penugasan (Hanna, 2005);di jepang perawat dan bidan tidak
mempunyai opsi seperti ini. Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan
bahwa orang-orang terlatih sebagai bidan adalah yang paling berdampak
dalam persyaratan untuk berpartisipasi dalam perawatan aborsi (Mizuno,
2011). Mereka sering merasakan celah antara kondisi ideal dan nyata dari
pekerjaan mereka, terutama saat mereka mempunyai peran baru. Perubahan
peran dari bidan menjadi penyedia layanan aborsi menyebabkan dilema atau
krisis professional identitas bagi banyak orang (Mizuno, 2011; Lindström et
al., 2007; Cignacco, 2002). Mahasiswa keperawatan dan kebidanan Jepang
dapat lulus bersama pengetahuan yang kuat tentang perawatan persalinan
tetapi sedikit pengetahuan tentang aborsi.
Namun, penelitian ini telah mengungkapkan bahwa 32% responden
menunjukkan bahwa kurikulum aborsi yang ada sekarang sudah cukup
pelatihannya dan merasa bahwa mereka tidak perlu meningkatkan metode
pendidikan mereka untuk siswa dalam hal ini. Selain itu, 36% responden
merasa bahwa pendidikan perawatan aborsi bukan prioritas serta tidak ada
prioritas waktu yang cukup. Kendala waktu tentu merupakan hal yang
signifikan yang merupakan hambatan untuk memasukkan informasi dan
prosedur baru ke dalam program pelatihan profesional kesehatan secara
umum. Mengidentifikasi prioritas untuk dimasukkan dalam kurikulum dan

5
menyeimbangkan prioritas yang bersaing tantangan yang dihadapi oleh
pendidik kesehatan-profesional. Mengingat pentingnya peran hak atas
terminasi kehamilan dalam praktik kesehatan di Jepang, pendidik harus
memberikan pendidikan program perawatan aborsi yang memperhitungkan
situasi aktual di lapangan. Sebagai tambahan, kode etik profesional untuk
perawat dan bidan di Jepang harus memasukkan referensi perilaku
profesional, nilai-nilai perawatan, dan norma yang terkait dengan perawatan
aborsi.

G. Kelebihan dan Kelemahan Jurnal


Kelebihan Jurnal.
1. Dalam penelitian Studi menyediakan platform untuk penelitian masa
depan dalam mengembangkan.
2. Dalam Penelitian juga meningkatkan edukasi perawatan aborsi.
3. Dalam penelitian ini untuk menciptakan bahan ajar untuk tujuan itu.
4. Penelitian untuk tujuan dapat menggunakan tanggapan terbuka dari survei
ini untuk mengembangkan kuesioner yang divalidasi dan terukur dengan
barang-barang tertutup.

Kekurangan Jurnal
1. Kekurangan Waktu untuk menangani topik
2. Perasaan bahwa topik itu bukan kurikulum prioritas
3. para pendidik kurang memiliki pengetahuan tentang peduli aborsi
4. penelitian menggunakan kuesioner dikirimkan kepada subjek yang
sensitif dan kontroversial dan tidak menawarkan insentif untuk partisipasi

H. Manfaat Hasil Penelitian Bagi Keperawatan


Manfaat penelitian ini bagi keperawatan adalah untuk menggambarkan
program pendidikan perawatan aborsi serta untuk menyelidiki bagaimana

6
persepsi orang lain yang relevan tentang pendidikan perawatan aborsi
tersebut.
Hasil Penelitian ini juga menawarkan tentang pendidikan dalam keluarga
berencana dan kontrasepsi, kontrasepsi darurat, pertimbangan hukum, dan
mungkin komplikasi medis yang akan terjadi.

7
ANALISIS JURNAL (PICOT)

No Kriteria Analisis

1 P Populasi: Partisipan Survei Semua sekolah Jepang dan


(Problem/ program universitas terdaftar perawat (RN) dan bidan (UM)
Population) dianggap memenuhi syarat. Koordinator atau orang yang
ditunjuk paling bertanggung jawab untuk perawatan aborsi
pendidikan adalah target penerima.Milis dikembangkan
berdasarkan daftar yang tersedia untuk umum dari
Keperawatan Jepang Asosiasi.
Problem: Persepsi pendidikan perawatan aborsi dan peran
perawat dan bidan sebagai penyedia layanan aborsi.
Intervensi pada penelitian ini yaitu menentukan dan menilai
2 I
tingkat pendidikan tentang perawatan aborsi di kalangan
(Intervention)
perawat dan bidan. Dimana untuk meningkatkan kualitas
layanan kesehatan pada wanita di seluruh dunia.
Diamana antara bulan Januari 2011 dan bulan Maret 2012,
kuesioner dan penjelasan tujuan penelitian dikirim ke 228
direktur program pendidikan keperawatan dan keperawatan
terpilih. Direktur program diminta untuk menyelesaikan
survei itu sendiri atau memberikannya kepada orang yang
tepat dalam program ini. Setelah selesai kuesioner
dikembalikan melalui surat. Tidak ada insentif yang
ditawarkan untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etika Kanazawa
Universitas. Semua peserta diberitahu bahwa partisipasi
mereka bersifat sukarela dan bahwa mereka bebas untuk
menarik diri dari studi di setiap titik tanpa pembenaran atau

8
konsekuensi.
Data studi dimasukkan ke dalam file SPSS (versi 20) untuk
analisis dengan statistik deskriptif, menggunakan jumlah
frekuensi dan ukuran tendensi sentral. Jika memungkinkan,
pertanyaan terbuka diberi kode ke dalam kategori diskrit dan
dilaporkan menggunakan penghitungan frekuensi.
Pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dibuat
3 C
oleh Foster,AM., Polis,M., Allee,M.K., Simmond, K.,
(Comparation)
Zurek, M., Brown, A., 2006 “abortion education in nurse
practitioner, physiciant assistant and certified nurse-
midwifery programs : a national survey contraception
(pendidikan aborsi di praktisi perawat, asisten dokter dan
program perawat-kebidanan bersertifikat : survey nasional
kontrasepsi)” bahwa pendidikan tentang aborsi sangat
penting untuk tenaga kesehatan baik perawat, bidan dan
dokter.
Topik yang paling sering dimasukkan dalam kuliah kelas
4 O
adalah pertimbangan hukum (87,0%), keluarga berencana
(Outcome)
dan kontrasepsi(83,1%), kontrasepsi darurat (79,2%),
komplikasi (74,0%), dan efek psikologis (63,6%). 32
program (41,6%) memberikan pendidikan pada dilatasi dan
kuretase. Pemeriksaan tanggapan oleh jenis program
mengungkapkan bahwa program CNM merupakan topik
yang berada pada tingkat yang lebih tinggi dari pada
program RN. Secara khusus, 87,5% dari program CNM
dimasukkan pada kuliah keluarga berencana dan kontrasepsi
dibandingkan dengan 80% program RN. Namun, untuk
program RN lebih memungkinkan di sediakan dalam
paparan kelas yang memberi informasi tentang kontrasepsi

9
darurat di banding dengan program CNM.
Materi yang sering di jadikan untuk pendidikan berasal dari
buku teks (60,8%), selebaran asli (58,8%), buku referensi
(27,5%), bantuan audiovisual (13,7%), tidak ada (9,8%), dan
lain-lain (11,8%). Dari penelitian yang di lakukan, tidak ada
perbedaan yang signifikan di antara kedua program.
Sebanyak 32% responden mengatakan merasa cukup
terhadap kurikulum perawatan aborsi. Namun, 36%
responden mengatakan bahwa adanya kekurangan waktu
dalam topik ini dan merasa bahwa topik itu bukan kurikulum
prioritas. Dari responden CNM, sebanyak 14% menyebutkan
kurangnya materi. Sebagian besar siswa tidak tertarik pada
pendidikan perawatan aborsi dan para pendidik memiliki
pengetahuan yang kurang tentang aborsi.
Sebanyak 33% responden RN mengatakan perlunya poster
untuk pendidikan perawatan aborsi dan 17% dari responden
CNM mengindikasikan bahwa mereka melihat kebutuhan
untuk menumbuhkan pendidikan perawatan aborsi yang
lebih baik. Komentar open-end mencatat bahwa beberapa
wanita berada pada risiko besar tekanan emosional untuk
periode setelah aborsi dan kebutuhan dukungan khusus dari
staf profesional. Komentar open-end juga mencatat untuk
penyedia perawatan aborsi membutuhkan berbagai
pengetahuan tentang kesehatan wanita. Di sisi lain, sejumlah
responden CNM mencatat bahwa bidan sudah menjadi
profesional perawatan aborsi bersertifikat dan merasa bahwa
tidak perlu membina keterampilan ini di bidang professional
lain. Pendapat lain menyebutkan bahwa keluarga berencana

10
dan kontrasepsi lebih penting dari pada perawatan aborsi.

Januari 2011 dan Maret 2012


5 T
(Time)

11

Anda mungkin juga menyukai