Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehilangan gigi biasa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain trauma,

karies, penyakit periodontal dan iatrogenik. Kehilangan gigi akan menyebabkan

gangguan fungsi fonetik, mastikasi, dan estetik serta menyebabkan perubahan

lingir alveolar.
Kehilangan gigi depan atas dan bawah menyebabkan kelainan bicara serta

menjadi buruknya penampilan (loss of appearance), gigi akan kehilangan kontak

dengan tetangganya, demikian pula gigi akan kehilangan lawan gigitnya, bila gigi

sudah tidak mempunyai antagonis lagi maka akan terjadi erupsi berlebih

(overeruption), pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi

menempati posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat

pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakan struktur periodontal.

Kehilangan cukup banyak gigi, apalagi yang belakang akan menyebabkan

menurunnya efisiensi kunyah dan dapat menyebabkan gangguan pada stuktur

sendi rahang. Untuk memperbaiki gangguan fungsi di atas, maka kehilangan gigi

tersebut harus digantikan dengan gigitiruan. Secara umum gigitiruan dapat

dibedakan atas gigitiruan lepasan dan gigitiruan cekat.

Dewasa ini, pemakaian gigitiruan cekat sebagai salah satu piranti untuk

merestorasi gigi alami yang rusak atau hilang semakin populer dikalangan

masyarakat. Alasan penggunaan gigitiruan cekat sebagai salah satu alternatif

untuk merestorasi gigi dilandasi oleh kenyataan bahwa gigitiruan cekat desainnya

1
lebih kecil, sedehana, nyaman digunakan, estetis, dan dapat menambah rasa

percaya diri pemakainya jika dibandingkan dengan gigitiruan lepasan.

Gigitiruan cekat di bidang kedokteran gigi adalah teknik yang digunakan

untuk merestorasi gigi dengan menggunakan restorasi cekat seperti mahkota,

jembatan, inlay, onlay dan veneer. Pada umumnya, masyarakat berkunjung ke

tempat layanan kesehatan gigi dalam kondisi kerusakan dan kehilangan gigi yang

cukup parah sehingga membutuhkan perawatan restorasi yang lebih kompleks,

seperti tindakan restorasi gigi dengan pembuatan gigitiruan cekat, mahkota dan

gigitiruan jembatan. Pasien cenderung memilih gigitiruan jembatan untuk

menggantikan giginya yang hilang karena memiliki konstruksi yang paling baik

dan hanya menutupi sedikit jaringan penyangga. Umumnya gigitiruan jembatan

dibuat dengan melakukan preparasi pada sebagian besar struktur gigi

penyangganya.

Gigitiruan jembatan dinilai cocok dan tidak akan menyulitkan bagi

pemiliknya serta mampu mengambalikan bentuk dan fungsi gigi yang hilang.

Gigitiruan jembatan nyaman digunakan serta dapat dengan mudah diadaptasi

dalam mulut karena mengembalikan fungsi dan bentuk gigi asli persis atau hampir

sama dengan aslinya, namun karena alat ini fixed atau tetap dalam mulut tidak

dapat dilepas oleh si pemakai sehingga dapat membatasi proses pembersihan dan

dapat menyebabkan akumulasi plak. Terdapatnya akumulasi plak akhirnya

berpotensi meningkatkan karies.

1.2 Rumusan Masalah

1. Kenapa pasien datang ke praktek dokter gigi?

2
2. Apa kesalahan yang membuat pasien merasa ngilu?

3. Apa indikasi sehingga pasien memakai gigi tiruan sejak satu tahun

yang lalu?

4. Apa indikasi sehingga gigi tiruan yang dibuatkan berbahan PFM?

5. Kenapa gigi pasien (gigi 21) mengalami resesi gingiva?

6. Kenapa gigi 21 dijadikan abutment?

7. Apa yang menyebabkan terdapatnya radiolusen pada gambaran

radiografi gigi 21?

8. Apa pemeriksaan yang dilakukan untuk pasien?

9. Apa rencana perawatan yang akan dilakukan?

10. Apa diagnosa dari kasus tersebut?

11. Bagaimana penatalaksaan dan prosedur kerja yang dilakukan pada

kasus diatas?

12. Bagaimana prognosis dari kasus tersebut?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mengerti alasan pasien datang ke RSGM.

2. Mahasiswa mengerti kesalahan yang membuat pasien merasa ngilu.

3. Mahasiswa mengerti indikasi sehingga pasien memakai gigi tiruan

sejak satu tahun yang lalu.

4. Mahasiswa mengerti indikasi sehingga gigi tiruan yang dibuatkan

berbahan PFM.

5. Mahasiswa mengerti gigi pasien (gigi 21) mengalami resesi gingiva.

3
6. Mahasiswa mengerti gigi 21 dijadikan abutment.

7. Mahasiswa mengerti peyebab terdapatnya radiolusen pada gambaran

radiografi gigi 21.

8. Mahasiswa mengerti pemeriksaan yang dilakukan untuk pasien.

9. Mahasiswa mengerti rencana perawatan yang akan dilakukan.

10. Mahasiswa mengerti diagnosa dari kasus tersebut.

11. Mahasiswa mengerti penatalaksaan dan prosedur kerja yang dilakukan

pada kasus diatas.

12. Mahasiswa mengerti prognosis dari kasus tersebut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4
2.1 Cara Melepas Crown

Melepaskan crown terbagi menjadi 3 cara :

1. Innersia force : Alat yang digunakan adalah crown retractor atau crown

remover, cara melepaskannya menggunakannya dengan tenaga.


a. Crown retractor atau crown remover
Masukkan ujung alat yang ada kaitan di bagian tepi bawah

retainer yang menonjol atau dibawah konnector. Ujung lain yang ada

batang ditahan kearah aksial lalu dihentakkan tajam dan pendek

diarahkan dengan gerakan sliding pada beban.


b. Kawat
Lingkaran kawat 0,6 mmdibawah konector membentuk

lingkaran, lewatkan sebuah tangkai instrumen genggam dan tahan,

lalu ungkit mahkota tiruan atau bridge dengan palu bedah.


c. Pahat
Pahat yang lurus dimasukkan pada tepi bawah retainer, lalu

diketok perlahan dengan palu kecil kearah aksial.

2. Reciprocal force
Menggunakan:
a. Tang pelepas pita ortodonti
Dibuat lubang pada bagian atas MT/retainer lebih besar dari ujung

tang, lalu ujung tang ditempatkan memegang tepi servikal dan

pegangannya dikatupkan lalu digerakkan melepas mahkota tiruan atau

retainer.
b. Pelepas inlay
Dibuat lubang pada mahkota tiruan, ujung alat yang dimasukkan

sampai menyentuh oklusal abutment dan uliran pelepas inlay

memegang logam MT/retainer


c. Retainer devition : Membelah MT/retainer dengan menggunakan bur
- Membelah : Pemotongan permukaan bukal/lingualretainer dengan

5
bur lalu pahat dimasukkan dan diputar pada alur yang terbentuk
- Membelah konektor bridge dengan bur disk intan

2.2 Mahkota Tiruan Sementara

Restorasi sementara yang digunakan sebelum restorasi tetap di insersikan.

Syarat mahkota sementara:

1. Melindungi pulpa
2. Posisi yang stabil
3. Fungsi oklusi
4. Mudah dibersihkan
5. Tepi mahkota sementara tidak mengiritasi gingival
6. Kuat dan retensi
7. Estetik
Fungsi mahkota sementara:
1. Melindungi pulpa dengan menutupi tubulus tubulus yang baru dari bentuk

gigi.
2. Mengembalikan estetik dari bentuk gigi
3. Mempertahankan posisi gigi yang telah dipreparasi gigi sebelah serta gigi

antagonisnya.
4. Menegah gingival bertumbuh melewati tepi kavitas.

Mahkota sementara ada 2 :

a. Prefabricated customs
1. Stock aluminium cylinders (“tin cans”)
2. Anatomic metal crown forms
3. Clear celluloid shells
4. Tooth- colored polycarbonate crown form
b. Customs made
1. Direct
2. Indirect
3. Direct-indirect

Macam-macam custom made:

1. Teknik direct
- Dikerjakan langsung di dalam mulut penderita setelah gigi

penyangga di preparasi

6
- Tidak memerlukan model kerja
- Diperlukan ketrampilan operator atau dokter gigi
- Kerugian dari teknik ini dapat terjadi trauma pada jaringan karena

proses polimerisasi resin akrilik dan didapatkan marginal fit yang

kurang akurat.
2. Teknik indirect
- Dikerjakan diluar mulut pasien dengan membuat model kerja
- Dilakukan pengiriman ke dental laboratorium
- Keuntungan:
a. Tidak ada kontak antara free monomer dengan gigi penyangga

yang telah di preparasi agar tidak ada kerusakan jaringan atau

reaksi alergi dan sensitivitas


b. Menghindarkan gigi yang telah di preparasi daripanas yang

dihasilkan polimerisasi resin akrilik


c. Pembuatan tepian(marginal fit) dari mahkota sementara pada

model lebih baik daripada mahkota sementara yang dikeluarkan

langsung dari mulut sebelum mengeras. Karena adanya

shrinkage resin akrilik pada waktu polimerisasi dan distorsi

pada waktu pemisahan resin akrilik dari gigi penangga yang

telah di preparasi.
d. Dapat dibuat tanpa mendatangkan pasien
e. Teknik ini meberikan kesempatan istirahat pada pasien dan

dokter gigi dapat mengerjakan kasus lainnya. Karena

pembuatannya dikirim ke dental laboratorium.


3. Teknik indirect-direct
Keuntungan dari teknik ini adalah:
a. Waktu kunjungan dapat dipersingkat
b. Panas yang dihasilkan resin akrilik lebih sedikit terjadi di dalam mulut
c. Kontak antara soft tissue dan resin monomer dapat lebih di

minimalkan pada teknik direct

Cara pembuatan custom indirect professional fixed partial dentures:

7
Alat dan bahan (klinik):

- Shade guide
- Irreversible hydrocolloid impression material
- Rubber bowl
- Impression tray
- Mixing spatula

Cara pembuatan :

a. Setelah melakukan pemilihan warna gigi dan gigi penyangga selesai di

preparasi siapkan sendok cetak untuk mencetak dengan menggunakan

irreversible hydrocolloid impression material (double impression).

b. Cavosurface margin gingival sebaiknya terlihat jelas pada waktu

pencetakan. Bisa dengan menggunakan benang retraksi.


c. Dilakukan pencetakan dengan irreversible hydrocolloid impression

material ( double impression) kemudian dilakukan pembuatan model

kerja.

Alat dan bahan ( dental laboratorium) :

- Accelareted-setting plaster
- Rubber bowl
- Spatula
- Vibrator
- External surface form

Car pembuatan:

1. Hasil cetakan dicor dengan menggunakan gips


2. Setelah setting, model dilepas dari cetakan, kemudian pastikan external

surface form dalam keadaan yang fit ( pas ) dan kompleks.


3. Ulasi dengan bahan separating terutam pada daerah cavosurface margins,

biarkan sampai kering.Setelah kering tandai cavosurface margins dengan

pensil sebagai panduan untuk trimming.


4. Aduk resin akrilik kemudian masukkan kedalam syringe polypropylene.

8
Jalan masuk ( orifice) dari syringe sebaiknya berdiameter 2-3 mm.
5. Aplikasikan pada external surface formdengan menggunakan syringe dari

daerah restorasi yang satu ke restorasi lainnya.


6. Aplikasikan pada resin akrilik yang ada di external surface form diatas

tisu. Di tali dengan menggunakan karet, kemudian dimasukkan ke dalam

air hangat.
7. Keluarkan model setelah 5 menit
8. Lepaskan externa surface form dari resin yang sudah menempel pada

tissue surface form.


Kelebihan dari model dapat dihilangkan dengan menggunakan

carborundum disk
9. Kurangi resin akrilik dengan menggunakan akrilik trimming bur dan fine-

grit garnet paper disk


10. Kontur daerah pontic sesuai prosedur desaign pontic
11. Kemudian dipulas dengan menggunakan pumice
12. Periksa kembali dan hilangkan sisa resin pada restorasi

Mahkota sementara dibuat dari:

a. Gutaperca
- Untuk gigi anterior jika pasien tidak keberatan dengan gigi estetik
- Untuk gigi posterior bahan kurang kuat menahan daya kunyah
b. Self-curing acrylic
- Kuat untuk gigi anterior dan posterior
- Memenuhi persyartan estetik

Faktor Yang Dipertimbangkan :

1. Mekanis à Kuat Terhadap

Beban Kunyah,

Retensi

2. Estetis à Warna,

9
Bentuk

3. Biologis à Melindundi Pulpa

Kesehatan Jar.Perio

Permukaan Oklusal

Mempertahan Posisi

Mencegah Fraktur

2.3 Teknik Pemilihan Warna

Sistem waran Munsell merupakan suatu system untuk menyesuaikan

warna gigi tiruan dengan warna asli dalam kedokteran gigi. Untuk menetapkan

suatu warana tanpa kesalahan perlu digunakan tiga parameter yaitu hue, chroma,

dan value yang menjadi standard untuk menggambarkan warna gigi.

1. Hue

Hue berhubungan terhadap karakteristik warna yang memberikan suatu

identifikasi dan perbedaan dari suatu warna terhadap warna yang lainnya. Merah

adalah hue, demikian juga kuning, biru dan warna lain yang telah diketahui

namanya. Salah satu warna dapat dicampur dengan warna lain sebagai warna

tambahan dan dapat dicapai dalam variasi warna yang berkelanjutan dari satu

warna terhadap warna yang lainnya. Contohnya, merah dan kuning dicampur

dalam suatu proporsi untuk mendapatkan seluruh hue dari merah sampai orange

ke kuning. Kemudian Munsell menggunakan symbol untuk mendesain 10 sektor

hue yaitu R, YR, Y, GY, G, BG, B, PB, P, dan PR. R untuk merah, YR untuk

merah-kuning, Y untuk kuning, GY untuk kuningungu, G untuk hijau, BG untuk

10
hijau-biru, B untuk biru, PB untuk biru-ungu dan P untuk ungu.

2. Chroma

Chroma adalah suatu kualitas yang membedakan warna yang kuat dari

satu warna yang lemah. Chroma merupakan intensitas warna yang memisahkan

hue dari value. Chroma menunjukkan sejumlah warna dalam hue, dihubungkan

sebagai lingkaran dari pusat seperti jari-jari dalam kumparan. Chroma

berhubungan dengan banyaknya pigmen yang ada pada warna yang digambarkan

pada awalnya. Jika warna memiliki konsentrasi yang kuat pada pigmen hue, maka

warnanya kuat. Skala chrome dari /0 untuk abu-abu netrak ke /10, /12, /14 dan

seterusnya.

c. Value.

Value adalah kualitas warna yang digambarkan dengan istilah gelap dan

terang yang berhubungan dengan pencahayaan. Hal ini merupakan tingkat

kecerahan. Value merupakan parameter fotometrik yang diasosiasikan dengan

pemantulan total yaitu kecerahan atau kegelapan warna. Hue yang diukur dari

putih absolute atau hitam absolute disebut value. Value menunjukkan tingkat

kecerahan atau kegelapan warna yang dihubungkan dengan skala abu-abu normal

yang meluas dari hitam absolute ke putih absolute. Symbol 0 untuk hitam

absolute, symbol 10 untuk putih absolute, symbol 5 untuk abu-abu sedang dan

semua warna chromatic antara hitam absolute dan putih absolute. Hitam dan putih

disebut warna netral karena tidk memiliki hue. Warna hitam dan putih dihasilkan

dari pancaran cahaya objek yang tidak dapat diabsorbsi pada posisi spectrum

tetapi direfleksikan keseluruh pancaran cahaya. Objek yang direfleksikan dari

11
banyak pancaran cahaya adalah warna putih sebaliknya objek yang sedikit

pancaran cahaya adalah hitam.

Prosedur:

Teknik ini menggunakan beberapa shade guide yang disusun berdasarkan

hue, chrome, value cincin tabung enamel dan dentine yang merupakan standard

satuan shade guide yang berasal dari pabrik. Pemilihan warna dengan system

Munsell dimulai denagn langkah hue, value, dan chroma.

1. Langkah Hue

Langkah dalam memilih hue adalah:

1. Hal penting pertama kali dalam memilih warna gigi adalah ketika pasien

duduk pertama kali dikursi unit, pilih sumber cahaya dari berbagai cahaya

yang berada disekeliling pasien.

2. Perhatikan sekeliling mulut secara misalnya mahkota gigi, akhiran servikal

dan tepi insisal. Buat taksiran umum hue, gigi umumnya coklat, kuning,

atau abu-abu.

3. Gunakan shade guide yang disusun berdasarkan hue yaitu shade guide

yang memiliki 4 warna dasar yaitu A, B, C, dan D. A menunjukkan warna

kecoklatan, B warna kekuningan, C warna keabu-abuan dan D warna semu

merah jambu. Lampu dihidupkan pada jarak 20 cm dari lengkung gigi dan

shade guide disusun dengan 4 warna dasar, masing-masing 2 diseberang

dan 2 diseberangnya.

4. Mata operator kemudian diistirahatkan dengan melihat kea rah latar

belakang warna biru. Kuning yang umumnya warna gigi dapat diimbangi

12
dengan warna biru sebagai warna komplementer. Melihat kea rah latar

belakang biru kira-kira 1 menit meningkatkan kesensitifan mata terhadap

warna kuning.

5. Misalkan pilihan hue adalah A1, dan ketiga warna dasar lainnya diletakkan

di samping.

6. Jika hue telah ditetapkan, misalkan pilihan adalah A, dan ketiga warna

dasar lainnya diletakkan di samping. Menentukan hue dilakukan dengan

mengobservasi bagian servik gigi. Melihat ke bagian servik dapat

meningkatkan penerimaan chroma sementara melihat ke insisal dapat

menurunkan penerimaan chroma, sehingga lebih sulit mendapatkan hue.

Bila kaninus ada, itulah gigi yang paling baik untuk memilih hue karena

memiliki chroma yang paling tinggi.

2. Langkah Chroma

Langkah dalam memilih chroma adalah:

1. Pilih chroma berdasarkan hue yang telah ditetapkan. Chroma dari hue

dipilih dengan membandingkan shade guide dengan bagian tenagh gigi,

bila tidak sesuai warna dasar diturunkan. Hal ini lebih mudah karena yang

ada hanya chroma yang berbeda pada hue yang sama.

2. Gunakan shade guide yang disusun berdasarkan hue, dibagi lagi atas

chroma, misalnya A terbagi atas A1, A2, A3 dan A4 yan memiliki hue

yang sama tetapi berbeda chroma. Hal yang sama juga untuk B, C, dan D.

misalnya chroma yang dipilih adalah A2.

3. Mata istirahatkan lagi dengan melihat kea rah latar belakang warna biru

13
sebagai warna komplementer. Perbedaan chroma warna dasar yang sama

sangat dekat satu sama lain pada shade guide buatan pabrik, dapat

membingunkan dalam menyesuaikan warna. Hal ini membuat orang

melihat perbedaan hue lebih efektif karena chroma lebih kuat. Hal ini

merupakan langkah sulit sebab tidak banyak bedanya antara warna-warna

tersebut.

4. Jika chroma telah ditetapkan, pilih warna dentin dan enamel dengan cincin

warna dentin dan enamel. Sesuaikan waran dentin dengan cincin warna

dentin. Kadang-kadang perlu dilakukan perbaikan, nomor chroma dentin

yang dipilih dicatat. Gunakan latar belakang biru lagi untuk

mengistirahatkan mata.

5. Sesuaikan warna enamel dengan cincin warna enamel. Observasi harus

dilakukan pada bagian insisal gigi yang enamelnya lebih tebal dan nomor

enamel dicatat.

3. Langkah value

Langkah dalam memilih value adalah:

1. Pilih value dengan memicingkan mata. Memicinkan mata menyebabkan

rods pada mata lebih sensitive dari pada cones terhadap warna, rods

bertanggung jawab membantu menentukan value. Hindari pertimbangan

terhadap hue dan chroma.

2. Gunakan shade guide yang disusun berdasarkan value yang merupakan

buatan pabrik.

3. Value yang telah dipilih digunakan untuk memilih porselen yang inti. Ini

14
adalah tahap kritis untuk memilih value yang lebih penting daripada

pilihan hue. Bila value ini salah, efeknya akan kurang baik untuk warna

bagian servik gigi. Teknik ini dapat dibantu dengan penggambaran peta

corak gigi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi warna:

a. Kondisi pengamatan

Waktu yang tepat untuk pemilihan warna gigi tiruan adalah pada saat

pemeriksaan pertama. Pada saat menentukan warna sangat dipengaruhi oleh

kondisi pengamatan yaitu sumber cahaya pada praktek dan laboratorium, latar

belakang objek seperti warna dinding, baju dan make-up pasien serta keadaan

objek.

b. Sumber cahaya.

Cahaya terdiri dari berbagai panjang gelombang yang tergantung pada

sumber cahaya. Terdapat berbagai sumber cahaya yang menghasilakan efek

yang berbeda pada suatu benda, disebut metamerisme. Sebuah benda akan

tampak berbeda jika dilihat pada dua sumber cahaya yang berbeda, misalnya

benda yang dilihat di bawah sinar matahari akan berubah jika benda tersebut

dilihat di bawah sinar fluoresen atau lampu pijar. Cahaya lampu fluoresen

cenderung untuk menghasilakan spectrum warna biru sedangkan lampu pijar

menonjolkan spectrum warna kuning-merah, sebaiknya membandingkan dan

mengurangi pengaruh metamerisme. Cahaya dapat bersifat alami maupun

buatan, dalam setiap kategori ada keanekaragaman baik secara kualitatif

15
maupun kuantitatif. Cahaya alami berasal dari matahari baik secara langsung

maupun tidak langsung. Kualitas warna, beraneka ragam dari kemerah-

merahan sampai putih kekuning-kuningan. Pada saat warna diseleksi pasien

harus duduk denagn kepala tegak terhadap mata operator. Mata operator harus

mampu bertahan pada pasien dan sumber cahaya sewaktu memilih warna.

Pada waktu langit cerah akan menunjukkan cahaya dengan komponen biru

lebih besar daripada awal pagi atau lewat sore hari dimana matahari lebih

memiliki komponen kuning. Dalam pemilihan warna yang paling baik adalah

menggunakan sumber cahaya matahari, terutama siang hari atau sore hari,

saat matahari tepat diatas kepala sehingga mengurangi pengaruh atmosfer

terhadap perubahan warna. Ketika menentukan warna pasien sebaiknya

berada dekat jendela sehingga cahaya matahari dapat berperan langsung.

Ketika timbul keraguan dalam menentukan pilihan warna, dengan melihat

objek pada cahaya berbeda baik alami maupun buatan dengan jarak yang

berbeda pula akan sangat membantu dokter gigi. Hal ini juga merupakan

praktek yang baik untuk memeriksa pilihan warna dengan bantuan asisten.

c. Latar Belakang Objek

Latar belakang terlihat sebagai suatu efek yang berarti pada warana yang

dipusatkan. Latar belakang gelap membuat warna terlihat lebih terang

daripada warna yang sama terhadap latar belakang lebih terang. Warna

gorden jendela, warna dinding praktek, lipstick pasien dapat mempengaruhi

warna yang muncul pada daerah mulut. Cahaya harus memancar secara

merata, tanpa ada bayangan bibir yang berlipstik di dekat gigi untuk

16
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satu faktor mempengaruhi

dalam pemilihan warna adlah penggunaan lipstick, yang merupakan latar

belakang selain garis bibir. Gigi merupakan warna netral, sehingga gigi yang

berdekatan dengan lipstick berwarna merah akan terlihat kehijauan.

Sebaiknya hapus lipstick terlebih dahulu. Dinding yang digunakan sebagai

latar belakang sebaiknya diberi warna dinding abu-abu netral atau warna

gelap. Bagian insisal gigi sangat dipengaruhi oleh warna gelap sebagai latar

belakang, sehingga memiliki translusensi tinggi pada enamel.

d. Keadaan objek

Warna dari suatu objek tergantung dari sifat yang dimiliki benda tersebut,

pada benda yang tembus cahaya akan mengabsorbsi cahaya yang melaluinya,

sehingga warna dari benda tersebut akan berbeda dengan warna yang

dihasilkan dari benda yang berkilat, dengan sifatnya memantulkan

memantulkan cahaya yang diterimanya. Lain halnya dengan benda yang

mempunyai permukaan bersifat fluoresen, benda tersebut mempunyai

kemampuan untuk mengabsorbsi sebagian cahaya dan menunjukkan warna

yang lebih muda daripada benda yang opak. Beberapa bahan kedokteran gigi

seperti porselen mengandung bahan fluoresen. Permukaan objek dan bentuk

sama pentingnya dalam memilih warna gigi, permukaan halus dapat

direfleksikan lebih banyak cahaya yang membelakangi operator. Kekasaran

pada permukaan gigi akan mengurangi level warna dasarnya. Karakteristik

gigi yang termasuk dalam bentuk insisal, garis retak dan stein berguna sekali

dalam menempatkan warna dan karakter gigi. Gigi asli menunjukkan

17
peningkatan penyerapan cahaya pada bagian insisal daripada bagian sentral

dan penurunan cahaya terhadap bagian servikal.

2.4 Insersi/Sementasi

Bahan yang digunakan (semen tipe 1)

1. ZnPO4

Sifat bahan:

- Sifat bahan mengandung asam

- Mudah larut dengan saliva

- Penggunaan ZnPO4, 7-10 hari setelah preparasi supaya tubulus

dentin mengecil.

- Sisa Semen dibersihkan setelah mengeras

2. Polycarboksilate

3. Glass ionomer cement ( SIK )

Sifat bahan:

- Melekat baik pada dentin, email dan logam

- Fitting surface antara gigi dengan GTC baik sehingga perlekatan

sempurna

- Tidak mudah larut dengan saliva dan bersifat mencegah proses

karies

4. Dual cure resin ( gabungan light curing dan self curing khusus crown

all porselen )

Cara mengaduk:

18
1. Letakkan powder dan liguid pada glass plate 1:1

2. Aduk dengan semen spatel powder mencapai liguid sedikit demi sedikit

sampai homogen.

3. Siap masuk kedalam crown apabila semen ditarik sudak terbentuk benang

dan tidak putus

4. Semenkan pada gigi penyangga dengan ditekan dan pasien disuruh

menggigit kapas

5. Bersihkan sisa semen setelah mengeras

Insersi

Sebelum di semenkan terlebih dahulu lakukan Try In, yang diperhatikan :

1. Estetis (warna, bentuk)

2. Kontak proksimal dengan gigi tetangga

3. Kontak tepi GTC tidak boleh menekan gingiva

4. Akhiran servical dengan margin crown rapat

5. Batas crown dengan gigi asli tidak boleh diastema dan kontak (masih

bisa dibersihkan dental floss)

6. Retensi GTC

7. Stabilisasi GTC

8. Kontak oklusal

Sebelum Insersi Lakukan

1. Pemeriksaan akhiran servikal dengan batas margin crown

19
2. Pemeriksaan oklusi dengan articulating paper

3. Pemeriksaan oklusi, jangan sampai terjadi trauma oklusi

Cara Penyemenan

1. GTC dan gigi yang akan dipasangi gtc dibersihkan dan dikeringkan

2. Aduk semen sesuai petunjuk pabrik dan sesuai konsistensinya,

dioleskan pada gigi yang dipreparasi dan bagian dalam gtc

3. GTC dipasang dengan tekanan maksimal, pasien disuruh menggigit

gulungan kapas yang diletakkan di atas gtc

4. Buang kelebihan semen dan tunggu hingga keras

20
Pemeliharaan GTC

Intruksi Dari Operator

1. Penyikatan yg baik : Digukan untuk daerah yg mudah terlihat, dapat

membersihkan sisa makanan tanpa merusak tekanan ringan & sikat yg

lunak.

2. Pemakaian dental floss,oral irigating & alat pembersih lainnya daerah yg

sukar terlihat interdental /dasar pontik.

Personal Hygiene

1. Menghilangkan plak  brushing, flossing & irigasi disclosing solution

sebagai kontrol plak & menghindari makanan/minuman

mengandung sukrose, asam nitrat

21
2. Pengunaan obat kumur

3. Pemeriksaan ulang 3 – 6 bulan

Kontrol Berkala

1. Pembersihan plak

2. Motivasi pasien

3. Restorasi dan fabrik

4. Mencegah kelainan

2.5 Kegagalan GTC

Kegagalan gigi tiruan cekat dapat terjadi karena

- Kegagalan sementasi.

- Kegagalan mekanis

- Iritasi dan resesi gingiva

- Kerusakan jaringan periodontal

- Karies

- Nekrosis pulpa

Hal-hal tersebut diatas dapat terjadi akibat dari kesalahan pada desain GTC,

penyelesaian di laboratorium atau di tempat praktek, perawatan gigi tiruan yang

tidak baik oleh pasien atau karena gigi tiruan telah usang dan rusak.

Kegagalan sementasi.

Kegagalan sementasi bisa sebagian atau seluruhnya, biasanya terjadi karena

retainer yang tidak memadai. Jika mahkota gigi pendek, preparasi sebaiknya

dibuat full crown dan dapat ditambah auxilliary groove. Preparasi sedapat

22
mungkin mendekati paralel dengan sudut konvergensi 5-6°. Selain itu kegagalan

dapat terjadi karena teknik sementasiyang tidak baik.

Apabila suatu GTC menjadi longgar karena teknik sementasi, maka dapat

dianggap

bahwa baik gigi abutment maupun permukaan sebelah dalam dari retainer tidak

kering atau bersih, atau bahwa semen tidak tercampur dengan baik. Insersi

prothesa pada saat semenmulai setting, akan menghasilkan semen yang lemah dan

GTC tidak terpasang dengan sempurna.

Selain itu semen dapat terlarut karena salah satu dari tiga alasan berikut ini:

margin sudah terbuka sejak mulanya, retainer telah mengalami deformasi

sehingga membuat margin terbuka, atau sebuah lubang telah kelihatan melalui

permukaan okltisal dari retainer.

Kegagalan mekanis

Kegagalan mekanis yang berakibat pada GTC berupa:

a. Fleksi, pecah atau fraktur logam.

Hal tersebut dapat berakibat pada kegagalan sementasi atau terlepasnya

facing. Sebuah GTC bisa fraktur karena kesalahan pada joint yang disoldir,

teknik casting yang salah dan kelebihan beban pada logam yang disebabkan

oleh span (rentangan) yang terlalu panjang.

b. Fraktur pontik

Kegagalan mekanis dari pontik terjadi karena kekuatan pontik yang tidak

memadai. Salah satu penyebab kegagalan pontik adalah kesalahan oklusi

biasanya lateral excursion yang tidak dapat dikoreksi saat GTC dipasang.

23
Bila logam yang melindungi facing porselen kurang bisa menahan deformasi

akibat gigi-gigi yang beroklusi, maka fraktur atau kegoyahan akan terjadi.

Dalam kondisi seperti itu, maka dilakukan ekuilibrasi sebelum dilakukan

penggantian dengan facing yang lain, atau tipe facing yang berbeda.

c. Kegagalan perlekatan porselen

Iritasi dan Resesi Gingiva

Kemungkinan penyebab iritasi gingiva di sekitar GTC adalah retensi plak

karena kebersihan mulut pasien jelek. Hal ini karena mereka tidak pernah diberi

instruksi khusus cara merawat gigi tiruannya, atau karena desain GTC yang

menyebabkan kesulitan pembersihannya.

Resesi gingiva dapat terjadi secara umum (menyeluruh) atau lokal. Jika tidak

ada pertimbangan estetik maka hal ini bisa diterima. Namun demikian sebaiknya

dilakukan perawatan periodontal

Kerusakan Jaringan Periodontal

Kerusakan jaringan periodontal ditandai dengan gigi-gigi yang drifting atau

hanya terbatas pada gigi pilar. Hal tersebut karena desain GTC yang tidak baik

atau pada pembuatannya, misal perhitungan yang tidak tepat pada kekuatan gigi

pilar dan jumlah gigi pilar yang dipakai.

Pinggiran subgingiva dan daerah soldir memperhebat retensi plak sehingga

dapat timbul gingivitis. Trauma oklusogenik dapat menyebabkan kerusakan

tulang, gabungan dengan pembentukan plak dapat menuju ke arah mobilitas dan

berlanjut hilangnya gigi.

GTC harus selalu diperiksa dan kemungkinan harus dibuat kembali saat

24
terjadi overloading pada jaringan periodontal gigi pilar. Overloading dapat

dihindari dengan diagnosa yang benar dan perencanaan restorasi. Apabila

rentangan terlalu panjang, atau tidak terdapat cukup gigi yang cocok sebagai gigi

pilar, maka tidak boleh dibuatkan restorasi yang cekat (GTC).

Untuk mengurangi beban yang terjadi selama pengunyahan, maka ukuran dari

dataran kunyah dapat dikurangi, bentuk embrassure dapat diubah, dan/atau kontur

dari retainer dapat diubah. Apabila terlalu sedikit gigi abutment yang dipakai,

maka GTC harus dilepas dan dibuat kembali dengan penambahan gigi abutment.

Jika semua itu tidak tersedia, maka gigi abutment yang telah dipreparasi harus

dikontur kembali guna mendapatkan dukungan dan retensi dari protesa lepasan.

Hilangnya prosesus alveolaris dapat dihambat atau dihilangkan dengan

perawatan periodontal, memantapkan kembali bidang oklusal yang benar, atau

ekuilibrasi oklusi yang sudah ada.

Karies

Karies dapat merusak GTC melalui beberapa cara : secara langsung pada tepi

retainer dan secara tidak langsung melalui GTC yang longgar. Selanjutnya dapat

menyebabkan terbukanya pulpa dalam waktu 3-4 bulan.

Casting yang pendek akan menjadikan tepi servikal dari permukaan gigi yang

telah dipreparasi terbuka. Dentin atau email yang kasar ini akan menghimpun

debris, dan akibatnya timbul karies. Margin yang terbuka apapun penyebabnya,

memungkinkan masuknya saliva dan organisme-organisme kariogenik, dan untuk

itu perlu dibuatkan protesa baru. Kebersihan mulut haruslah ditekankan dan terapi

pencegahan harus dikerjakan jika retainer yang dipakai tidak menutup semua

25
permukaan mahkota gigi.

Pengikisan atau keausan dapat menimbulkan celah melalui permukaan oklusi,

sehingga akan menyingkap semen atau jaringan gigi dan bisa terjadi karies.

Apabila terdeteksi tepat pada waktunya, maka sebuah tambalan atau inlay sudah

cukup untuk mengembalikan gigi menjadi normal.

Bila daerah embrassure tidak dapat dibersihkah, akibat bentuk pontik yang

jelek (over crowding), dan hal ini dapat mengakibatkan karies, maka satu-satunya

penyelesaian adalah melepas GTC dan membuat lagi dengan desain yang betul.

Nekrosis Pulpa

Pulpa bisa degenerasi karena preparasi gigi yang terlalu cepat atau karena

tidak semptirnanya pelumasan selama preparasi berlangsung. Gigi yang tidak

tertutupi selatna konstruksi GTC akan terkena terpaan saliva dan berakibat iritasi.

Karies dibawah retainer kadang kadang tidak dapat ditemukan lewat radiografi.

Pemeriksaah margin dengan kaca mulut dan explorer melengkapi pemeriksaan

radiografi.

Terapi endodontik dimungkinkan tanpa harus melepas GTC. Apabila terapi

tersebut tidak bisa dilakukan, maka protesa harus dipotong, pontik dan retainer

yang bersangkutan dilepas, dan gigi abutment diekstraksi. Jika gigi pilar telah

mati dan gigi yang terlibat adalah gigi anterior maka dapat dilakukan apicoectomy

dan dipasang retrograd amalgam. Untuk menambah kekuatan gigi diberi post

untuk mencegah fraktur. Jika gigi posterior yang nekrosis maka diperlukan

perawatan saluran akar.

26
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Skenario Kasus

Bintang usia 28 tahun datang ke praktek dokter gigi dengan keluhan gigi depan

atas terasa ngilu. Anamnesa pasien sudah memekai gigi tiruan permanen sejak 1

tahun yang lalu. Pemeriksaan intra oral pada gigi 11 dan 21 dibuatkan gigi tiruan

cekat denga bahan porcelain fused to metal. Pada gigi 21 terlihat resesi gingiva.

Pemeriksaan radiografi terrlihat gambaran gigi 21 sebagai abutment dan adanya

radiolusen pada bagian mesial mahkota gigi dan belum sampai ke pulpa dan gigi

11 sebagai pontik.

3.2 Terminologi Kasus


- Resesi gingiva : kondisi ketika jaringan gusi di sektar gigi hilang sehingga

akar gigi terekspos.

3.3 Skema Kasus

27
3.4 Identifikasi Masalah dan Analisa Masalah

1. Pasien datang ke dokter gigi.


Pada kasus diatas pasien datang ke dokter gigi karena gigi depan atas

pasien terasa ngilu yang dipasangkan gigi tiruan cekat 1 tahun yang lalu.
2. Pasien merasa ngilu pada gigi tiruan nya.
Pada kasus diatas gigi 21 terasa ngilu karena terbukanya daerah serviks

atau resesi akibat penekanan mahkota tiruan yang terlalu panjang serta proses

pemeliharaan yang tidak sempurna dan juga bisa di sebebkan kurangnya

edukasi pada operator.


3. Indikasi pasien memakai gigi tiruan sejak satu tahun yang lalu.

28
Berdasarkan kasus, indikasi pasien memakai gigi tiruan adalah untuk

menggantikan gigi yang hilang terutama bagian anterior sebagai estetik dari

pasien.
4. Indikasi GTC pasien dibuatkan dengan bahan PFM.
Berdasarkan kasus, indikasi GTC pasien dibuatkan dengan bahan PFM

sebelumnya karena melihat dari status ekonomi pasien.


5. Penyebab gigi 21 pasien mengalami resesi gingiva.
Penyebab gigi 21 pasien mengalami resesi gingiva karena mahkota gigi

tiruan tidak sampai ke sulkus gingiva disebabkan kurang baiknya operator

sebelumnya melakukan retraksi gingiva. Selain itu kemungkinan penyebab

lain dari resesi gingiva adalah retensi plak karna kebersihan mulut pasien

jelek. Pasien tidak diberi instruksi khusus cara merawat gigi tiruannya.
6. Penyebab gambara radiografi radiolusen pada gigi 21 pasien.

Penyebab gambaran radiografi radiolusen pada gigi 21 pasien adalah

adanya karies media.

7. Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter gigi terhadap kasus diatas.

Pemeriksaan Subjektif :

Meliputi:

- Pengisian kartu status


1. Nama : Bintang
2. Usia : 28 tahun
- Anamnesa :
Keluhan utama : Gigi depan atas terasa ngilu.

Pemeriksaan Objektif :

Meliputi:

Intraoral ( IO )

- Gigi 11 missing

29
- Gigi 21 resesi gingiva

Pemeriksaan Penunjang : RO Foto

- Gigi 21 adanya gambaran radiolusen pada bagian mesial mahkota gigi

8. Diagnosa dokter gigi terhadap kasus diatas ?


- Gigi 21 karies media

9. Rencana Perwatan yang dilakukan oleh dokter gigi pada kasus diatas ?

Rencana Perawatan Awal :

- Gigi 21 : Dilakukan Scalling dan penambalan menggunakan bahan GIC

tipe II
- Gigi 12 : Dilakukan preparasi sebagai penyangga

Rencana Perawatan Akhir :


Semi Fixed Bridge

- Gigi 11 : Pontik. Jenis pontik : Ridge lap


- Gigi 12 dan 21 : Sebagai Abutment
o Gigi 12 : Intrakorona
o Gigi 21 : Ekstrakorona
- Konektor : Rigid

Bahan :

Bahan yang di indikasikan pada kasus tersebut adalah bahan PFM, karena

berdasarkan pemekaian GTC yang digunakan sebelumnya adalah dengan

mengunakan bahan PFM yang mungkin disebabkan oleh faktor ekonomi pasien,

karena harga PFM lebih murah dari pada All Porcelent.

10. Prosedur kerja yang dilakukan dokter gigi pada kasus tersebut.

30
- Lakukan pembukaan crown yang lama dengan menggunakan crown

retraktor
- Lakukan scalling pada gigi 21 dengan tujuan untuk membersihkan daerah

servikal
- Lakukan penambalan pada gigi 21 yang mengalami karies media dengan

menggunnakan bahan GIC tipe II


- Setelah di lakukan pembukaan crown dengan menggunakan alat gigi 11

ditambal dan dilakukan preparasi kembali, sebelum dilakukan preparasi :

Anasthesi
- Sebelum di preparasi dokter gigi harus melakukan pencetakan terlebih

dahulu untuk mendapatkan cetakan anatomis gigi pasien.


- Kemudian lakukan pemilihan warna gigi tiruan dengan menggunakan

shade guide
- Selanjutnya, lakukan preparasi jembatan sementara dengan cara

pembuatan indirect dengan bahan self curing.


- Setelah selesai preparasi, retrakasi giniva pasien lalu kembali lakukan

pencetakan agar mendapatkan cetakan fisiologis gigi pasien. Cetakan

fisiologis yang baik harus mencakup seluruh gigi yang dipreparasi, sulkus

gingiva dari gigi yang dipreparasi dan rahang secara keseluruhan.Sendok

cetak fisiologis pada umumnya terbuat dari resin akrilik swapolimerisasi

atau visible light cured resin akrilik. Tebal sendok cetak fisiologis sekitar

2-3 mm untuk menghindari distorsi bahan cetak.


Berikut langkah – langkah pencetakan untuk mendapatkan bridge sementara
- Sediakan model gigi pasien yang belum dipreparasi (model diagnostik)

àmodel A.
- Sediakan model gigi pasien yang sudah dipreparasi à oleskan vaselin

pada gigi penyangga à model B.


- Susun gigi pada daerah pontik pada model A à anarsir gigi tiruan, pola

malam.

31
- Cetak model A dengan sendok cetak dengan bahan alginet.
- Buka cetakan à hasil cetakan harus mencakup semua gigi penyangga.
- Aduk akrilik swapolimerisasi panas yang berwarna putih.
- Tempatkan adonan akrilik ke sendok cetak hasil cetakan alginet.
- Cetak kembali ke model B (model gigi yang sudah dipreparasi) à tunggu

sampai polimerisasi hampir sempurna.


- Lepaskan sendok cetak dari model B, rapikan sisa akrilik mahkota pada

model B.
- Setelah polimerisasi sempurna, lepaskan mahkota sementara dari model B.
- Rapikan mahkota sementara dengan menggunakan bur frasser.
- Polish mahkota sementara.
- Mahkota sementara siap dipasang ke pasien à sementasi dengan zinc

oksit eugenol
11. Prognosa
Prognosa terhadap pasien diatas baik karena setelah dilakukan perawatan

awal scalling dan penambalan, serta setelah mengetahui kegagalan –

kegagalan yang timbul akibat pemakain GTC setahun yang laulu

diharapkan kondisi gigi dan gingiva pasien akan membaik dan dapat

dicegah agar tidak terjadi karies tersier

BAB IV

PENUTUP

32
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan kasus, dapat penulis simpulkan bahwa setelah dilakukan

pemeriksaan didapatlah rencana perawatan yang akan dilakukan dokter gigi yaitu

gigi 21 : Dilakukan Scalling dan penambalan menggunakan bahan GIC tipe II dan

gigi 12 : Dilakukan preparasi sebagai penyangga. Serta rencana perawatan akhir

adalah pembuatan gigi tiruan jembatan dengan tipe semi fixed bridge dengan

komponen
- Gigi 11 : Pontik. Jenis pontik : Ridge lap
- Gigi 12 dan 21 : Sebagai Retainer
o Gigi 12 : Intrakorona
o Gigi 21 : Ekstrakorona
- Gigi
- Konektor : Rigid

DAFTAR PUSTAKA

Barclay, C.W; Walmsley, A.D. 1998. Fixed and Removable Prosthodontics.

Birmingham: Churcill Livingstone.

Prajitno, H.R. 1994. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan: Pengetahuan Dasar dan

Rancangan Pembuatan. Jakarta : EGC.

33
Rosenstiel S.F., Land M.F., Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics.

Mosby Inc. St. Louis, 2006 Smith B.G.N. Planning and Making Crown

andBridges. Mosby. St. Louis. 3rd ed. 1998

Shillingburg, et al., Fundamentals of Fixed Prosthodontics 3rd ed. Quimtessence

Publ Co. 1998

Tylman SD. Construction of Pontics For Fixed Partial Dentures: Indications,

Types, and Materials. In Theory and Practice of Crown and Fixed Partial

Prosthodontics. 6th ed. Saint Louis: CV Mosby 1970: 26, 165, 650-81.

34

Anda mungkin juga menyukai