Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelainan temporomandibular (TMD) adalah istilah kolektif yang mencakup banyak masalah
klinis orofasial yang melibatkan otot mastikatoris, sendi temporomandibular (TMJ) dan
struktur terkaitnya1. Tanda-tanda utama dan gejala yang terkait dengan TMD berasal dari
struktur mastikasi dan, karenanya, terkait dengan fungsi rahang. Pasien sering melaporkan
rasa sakit di daerah periaurikular, wajah atau pelipis. Suara TMJ juga sering dikeluhkan dan
dapat digambarkan dengan bunyi klik, seperti bunyi meletus, gesekan atau crepitus2. Studi
epidemiologis melaporkan bahwa sekitar 75% populasi memiliki setidaknya satu tanda
disfungsi (suara sendi, deviasi pada pembukaan mulut, penguncian rahang yang episodik) dan
sekitar 33% memiliki setidaknya satu gejala TMD (nyeri wajah, nyeri rahang) 3.
Meskipun pada populasi umum3, tidak ada konsensus tentang prevalensi TMD di antara
pasien gigi tiruan lengkap. Menurut data epidemiologis, hal ini sangat bervariasi mulai dari
15% hingga 94% 4-8. Penggunaan jangka panjang dari piranti yang mengalami deviasi dapat
menyebabkan ketidakstabilan gigi tiruan, mengurangi dimensi vertikal oklusal dan posisi
rahang yang salah. Penyimpangan ini dapat menyebabkan perubahan otot dan menghasilkan
bunyi pada sendi. Ketidakstabilan oklusal, relasi sentris yang salah, dan penurunan dimensi
vertikal juga telah dikatakan sebagai faktor yang berpotensi menyebabkan TMD pada
kelompok pasien ini 10-12. Dalam beberapa penelitian, pembaruan gigi palsu dengan retensi
yang tidak memuaskan tampaknya mengurangi gejala TMD13 dan frekuensi serta keparahan
dari sakit kepala4. Namun, penelitian lain tidak menemukan hubungan antara kualitas gigi
palsu dengan tanda dan gejala TMD8, 14. Temuan yang tidak konsisten ini mungkin terkait
dengan pedoman yang berbeda yang diadopsi untuk penilaian TMD dan kurangnya kriteria
langsung untuk evaluasi kualitas gigi tiruan.
Sejauh pengetahuan penulis, Kriteria Diagnostik Penelitian untuk Kelainan
Temporomandibular15 (RDC / TMD) belum digunakan untuk menilai prevalensi kondisi ini
pada pasien yang memakai gigi tiruan lengkap. Alat ini memiliki keunggulan dibandingkan
alat penilaian TMD lama yang digunakan dalam penelitian lain4–8. Selain itu, identifikasi
faktor prostetik terkait dengan TMD akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
etiologinya dan berguna dalam manajemen kondisi kompleks ini. Oleh karena itu, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meneliti (i) prevalensi TMD pada pemakai gigi tiruan sesuai
dengan RDC / TMD dan (ii) hubungan antara faktor-faktor prostetik dengan TMD
menggunakan alat yang obyektif dan reproduktif untuk penilaian kualitas gigi tiruan16.
Hipotesis penelitian adalah bahwa kualitas gigi tiruan yang kurang dapat dihubungkan
dengan TMD.

Indikasi Gigi tiruan lengkap dikatakan tidak baik jika stabilitasnya kurang, retensinya
buruk dan ada kehilangan dimensi vertikal. Kehilangan dimensi vertikal dapat disebabkan
oleh pembuatan gigi tiruan yang tidak akurat atau terjadi keausan (Khalida, 2016). Hal ini
mengganggu sistem stomatognatik karena kehilangan dimensi vertikal dapat diperparah
dengan penggunaan gigi tiruan yang tidak baik dalam waktu yang lama (khalida, 2016).
Selain itu, kehilangan dimensi vertikal dan peningkatan tekanan horizontal dapat
mempengaruhi kesehatan dalam sistem mastikasi (Khalida, 2016).
Keausan klinis gigi tiruan biasanya ditemukan pada pasien setelah bertahun-tahun
penggunaan gigitiruan. Bagian gigi posterior tampaknya lebih dipengaruhi oleh abrasi
makanan. Adapun pada gigi anterior karena gesekan (kontak gigi ke gigi) biasanya terjadi.
Hubungan positif telah ditemukan antara durasi pemakaian gigi tiruan lengkap dengan
insidensi kelainan temporomandibular (TMD) (Khalida, 2016). Pasien yang menggunakan
gigi tiruan lengkap dapat mengalami distribusi kekuatan oklusal yang tidak seimbang sebagai
akibat abrasi yang mempengaruhi gigi posterior selain dari atrisi yang biasanya mengenai
gigi anterior. Setelah lima tahun pemakaian, sekitar setengah dari pasien pemakai gigi tiruan
lengkap akan memerlukan penggantian.5 Keausan gigi tiruan yang luas dapat mempengaruhi
kualitas hidup pasien akibat dampak berbahaya yang ditimbulkan ke sistem mastikasi.6
Gigi tiruan yang terbuat dari resin akrilik biasanya mengakibatkan keausan oklusal yang
progresif, dan dapat menyebabkan hilangnya dimensi vertikal dengan cepat. Tiga jenis
keausan yang dapat terjadi yaitu: keausan gesekan, keausan perekat dan keausan abrasif. 7
Studi in vitro yang bertujuan untuk mengukur keausan gigi tiruan memiliki kelemahan dalam
menilai keausan abrasif yang hanya muncul pada beberapa kondisi, 8,9 sementara uji klinis
dapat menghasilkan lebih banyak penilaian komprehensif.
Gigi tiruan umumnya terbuat dari dua jenis bahan: resin akrilik dan porselen. Porselen
terkenal karena stabilitasnya terhadap keausan dan ketahanan terhadap gaya abrasif. Gigi
tiruan yang terbuat dari porselen dapat bertindak sebagai kontrol untuk gigi resin akrilik
karena sangat tahan terhadap kekuatan abrasif dan dianggap lebih stabil terhadap keausan.10,
13
Penelitian ini bertujuan untuk menilai peran keausan klinis dalam insidensi TMD di antara
pasien pemakai gigi tiruan lengkap.

Anda mungkin juga menyukai