BAB I
PENDAHULUAN
formulasi sabun cair berbahan aktif daun ketapang sebagai antibakteri dan
pengujian terhadap staphylococcus aureus
1.4 Tujuan
1) Mengetahui potensi dari Daun ketapang ( Terminalia catappa Linn. ) s sebagai
bahan baku alternatif pembuatan sabun mandi,
1.5 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Ketapang
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Classis : Rosidae
Ordo : Combretaceae
Familia : Terminalia
Species
6
3
(Hargono, 1986).
tenggorokan
tanin galat, asam palmitat, asam linolenat, dan asam stearat, fitol, 1-
2.5 .Antibakteri
2. Bakterisida : Membunuh sel bakteri tetapi tidak terjadi lisi sel atau
pecasel. Antibiotik yang bersifat bakterisida adalah golongan
sefalosporin, Rifampicin, aminoglikosid, Isoniazid dan Kotrimoxazol.
3. Bakteriolitik : Menyebabkan sel menjadi lisis/pecah sehingga jumlah
sel berkurang.
Menurut Aulia (2008), Antibakteri adalah obat atau senyawa kimia
yang digunakan untuk membasmi bakteri, khususnya bakteri yang
bersifat merugikan manusia.
Mekanisme Kerja Antibakteri
Beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses pembasmian
bakteri yaitu germisid, bakterisid, bakteriostatik, antiseptik dan desinfektan.
Mekanisme kerja obat antimikroba tidak sepenuhnya dimengerti, namun
mekanisme aksi ini dapat dikelompokkan dalam empat hal utama :
1.Penghambatan Sintesis Dinding Sel Bakteri
Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor
sel (beberapa diantaranya adalah enzym transpeptida). Kemudian
dilanjutkan dengan reaksi transpeptidase dan sintesis peptidoglikan
terhambat. Mekanisme ini diakhiri dengan pembuangan atau penghentian
enzym autolisis pada dinding sel. Pada lingkungan yang isotonis lisis terjadi
pada lingkungan yang jelas hipertonik, mikroba berubah menjadi protoplast
atau seroflaks yang hanya tertutup oleh selaput sel yang rapuh. Sebagai
contoh antibakteri dengan mekanisme kerja diatas adalah penicillin,
sefalosporin, vankomisin, basitrasin, sikloserin dan ampicilline.
2. Penghambatan Keutuhan Permeabilitas Dinding Sel Bakteri
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang
bekerja sebagai penghalang dengan permeabilitias selektif, melakukan
fungsi pengangkutan aktif sehingga dapat mngendalikan susunan sel. Bila
integritas fungsi selaput sitoplasma terganggu misalnya zat bersifat
surfaktan sehingga permeabilitas dinding sel berubh atau bahkan rusak,
maka komponen penting seperti protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-
lain keluar dari sel dan sel berangsur-angsur mati. Contoh : Amfoterisin B,
6
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Maserasi
3.2 Fraksinasi
Metode Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemang Uji aktivitas antibakteri
minyak atsiri daun kemangi (Ocimum americanum L.) dengan cara membuat suspensi
bakteri kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri lalu ditambahkan medium, dibiarkan
memadat kemudian dibuat lubang sumuran untuk memasukkan minyak atsiri lalu
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC dan diukur diameter zona hambat yang
terbentuk.
Formulasi Sediaan Sabun Cair Antibakteri Pembuatan sediaan sabun cair antibakteri
minyak atsiri daun kemangi (Ocimum americanum L.), dibuat dengan cara: pertama
dibuat fase minyak yaitu melarutkan asam stearate,minyak jarak dan cocamid DEA
dengan cara dipanaskan. Kemudian kedua dibuat fase air yaitu melarutkan kalium
hidroksida, sodium lauril sulfat, dan asam sitrat dengan cara pemanasan. Selanjutnya
dicampur fase minyak, minyak atsiri dan fase air dengan cara dimikser, setelah tercampur
dimasukkan gliserin sampai terbentuk emulsi.
Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Minyak Atsiri Daun Kemangi Uji aktivitas antibakteri
sabun cair minyak atsiri daun kemangi (Ocimum americanum L.) dengan cara membuat
suspensi bakteri kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri lalu ditambahkan medium.
Dibiarkan memadat kemudian dibuat lubang sumuran untuk tempat memasukkan sabun
cair antibakteri minyak atsiri daun kemangi lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC
dan diukur diameter zona hambat yang terbentuk Evaluasi Mutu Sediaan sabun cair
Evaluasi mutu sediaan meliputi pengukuran viskositas, pH, daya sebar dan homogenitas
sediaan, pengukuran dilakukan pada hari ke- 0, 7, 14, 21 dan 28
9
BAB IV
METODE PENELITIAN
K O1
K (+) O2
R
K (-) O3
Unit eksperimen
P1 O4
P2 O5
P3 O6
20
10
Berusia 2-3 bulan dengan berat badan ± 200 gram berjenis kelamin jantan,
(k-1)(n-1) ≥ 15
(6-1)(n-1) ≥ 15
5n-5 ≥ 15
5n ≥ 20
n≥4
Keterangan :
k : jumlah kelompok
sebanyak 5 ekor tikus putih berjenis kelamin jantan (n > 4), dan jumlah
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat
3. Variabel luar
Jenis makanan, variasi genetik, jenis kelamin, berat badan dan umur.
tikus putih.
toksik.
2. SGOT
12
enzim yang secara normal berada di sel hati dan organ lain. Level SGOT
3. SGPT
enzim ini banyak terdapat di hati. Hati dapat dikatakan rusak bila jumlah
enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya. Pada tikus
4. Paracetamol
yang sudah ditimbang anak dilarutkan dengan CMC 1%, yang kemudian
4.6.1 Alat
13
1. Evaporator
3. Timbangan analitik
5. Labu erlenmeyer
6. Corong
7. Centrifuge
8. Pipet
9. Beaker Gelas
4.6.2 Bahan
1. Daun ketapang
2. Etanol
3. Aquadest
4. Pelet
5. Tikus putih
Ekstrak daun ketapang ditotolkan pada fase diam lempeng KLT silica
Randomisasi
Pengambilan darah dan pengukuran kadar SGOT dan SGPT (hari ke 15)
Analisis data
Prinsip Kerja :
ASAT
l-Asparate+2-Oxoglutara ↔ LGlutamate+Oxaloasetat
MDH
Oxaoasetat + NADH + H+ ↔ D-Malate + NAD+
Gambar 4.3 Diagram alir analisa kadar SGOT serum dengan reagen dyalisis
Prinsip Kerja :
ASAT
L-Alanin+2-Oxoglutara ↔ L-Glutarat+pyruvat
LDH
Pyruvat + NADH + H+ ↔ D-Lactase+ NAD+
Gambar 4.4 Diagram analisa kadar SGPT serum dengan reagen dyalisis
18
SGOT dan SGPT analisa data dilakukan dengan secara analisa interfersial
dengan uji Least Significance Difference (LSD,) uji ini dilakukan bila