TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2.2 Ekstraksi
Jenis-jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
2.2.1 Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan campuran
bahan kimia berdasarkan perbedaan kemudahan menguap
(Volatilitas) bahan dengan titik didih yang berbeda. Destilasi
menggunakan panas sebagai agen pemisah campuran, campuran zat
dididihkan hingga menguapa dan uap ini kemudian didinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih
rendah akan menguap lebih dulu.
11
2.2.2 Maserasi
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak
digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala
industri (Agoes, 2007). Metode ini dilakukan dengan memasukkan
serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang
tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentkan ketika
tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut
dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi,
pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Kerugian utama
dari metode maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut
14
2.2.3 Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan
dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan
kran pada bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas
serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian bwah.
Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh
pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam
perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau
seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak
pelarut dan memakan banyak waktu.
2.2.4 Soxhlet
Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam
sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong
yang ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang
sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah
suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah proses ekstraksi
yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil
kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak
memakan banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat
termolabil dapat terdegradas karena ekstrak yang diperoleh terus-
menerus berada pada titik didih.
15
2.3 Gel
Menurut Farmakope Indonesia IV (1995) gel merupakan sistem semisolid
terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik kecil atau molekul
organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairaan. Jika massa gel terdiri
dari partikel kecil yang terpisah sistem gel disebut sistem dua fase, atau
biasa disebut juga magma. Jika makromolekul organik tersebar rata dalam
suatu cairan maka sistem gel tersebut disebut sistem satu fase.
Makromolekul sintesis yang menyusun gel fase tunggal antara lain adalah
carbopol.
Gel memiliki kandunagan air yang lebih besar dibandingkan sediaan semi
padat lainnya. Ketika kandungan air menguap setelah aplikasi akan
memberikan sensasi dingin pada kulit. Gel yang memiliki kandungan air
dan atau alkohol juga akan menguap dan dapat memberikan sensasi
menyegarkan pada kulit setelah aplikasi (Baki & Alexander, 2015).
Polimer gel tersusun dari jaringan monomer tiga dimensi yang saling
berikatan dan mengembang di dalam solven hingga batas konsentrasi
tertentu. Gel dapat dikatakan berada di fase intermediet antara sediaan liquid
dan solid. Gel tersusun dari fase terdispersi yaitu polimer, serta fase
pendispersi yaitu air atau solven lain. Sistem gel dapat berbentuk jernih
ataupun keruh, karena penyusunnya mungkin tidak terlarut sempurna dan
dapat membentuk agregat. Konsentrasi penyusun gelling agent dalam
sediaan adalah kurang dari 10%, biasanya 0,5-2,0% (Troy & Beringer,
2006).
ikatan kovalen, gaya Van der Waals, ikatan hindrogen, gaya elektrostatik,
interaksi jembatan ionik, atau interaksi hidrofobik (Dumitriu, 2001).
2.3.1 Kontrol Karakteristik Gel
Pengujian perlu dilakukan untuk mengevaluasi kualitas gel yang
telah diformulasi. Beberapa uji yang direkomendasikan oleh USP
antara lain adalah sebagai berikut :
2.3.1.1 Uji Organoleptis
Pengujian dilakukan secara langsung berkaitan dengan
bentuk, warna dan bau dari sediaan gel yang telah dibuat.
Tujuan dilakukannya uji organoleptis pada sediaan gel
adalah untuk mengetahui kualitas sediaan secara visual.
2.3.1.2 Uji Homogenitas
Pengujian ini dilakukan dengan cara sampel gel antiseptik
ekstrak daun sereh dioleskan pada kaca preparaat, sediaan
harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak
terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1985). Manfaat
dilakukannya uji homogenitas adalah untuk mengetahui
keseragaman partikel dari sediaan gel. Penyebaran partikel
yang merata membuktikan bahwa zat aktif terdispersi secara
merata pada sediaan. Sehingga apabila digunakan akan
memberikan hasil yang maksimal.
2.3.1.3 Uji pH
Pengujian pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH
meter. Cara pengujian yaitu probe ph meter dicelupkn pada
sediaan dan hasil ph dapat dilihat langsung pada alat yang
telah terhubung pada probe ph meter. Uji pH dilakukan
untuk mengetahui keamanan dari sediaan gel apabila
digunakan. Sediaan gel yang terlalu asam atau terlalu basa
akan menyebabkan iritasi pada kulit pengguna. Nilai pH
ideal untuk sediaan gel adalah sama dengan ph kulit, yaitu
berkisar antara 4,5-6,0 (Draelos & Lauren, 2006).
17
Bakteri yang ada di tangan dibagi menjadi dua jenis yaitu bakteri resident
dan bakteri transient. Bakteri resident adalah bakteri yang tinggal dan
berkoloni di kulit dan biasa ditemui pada lapisan stratum korneum kulit.
Sebagai flora normal, bakteri ini memiliki peran protektif dengan
melakukan kompetisi nutrisi dengan bakteri patogen. Bakteri transient biasa
didapatkan melalui kontak dengan permukaan benda asing. Bakteri ini
mungkin tidak dapat berkoloni di tangan dan lebih mudah dihilangkan
dibandingkan bakteri resident. Bakteri transient dapat berifat patogenik dan
menyebabkan infeksi. Hand sanitizer bekerja membunuh mikroorganisme
transient yang hidup di permukaan tangan dan menjaga bakteri resident
untuk hidup setelah penggunaan (WHO, 2005).
21
Tidak sesuai
Sesuai persyaratan
persyaratan mutu fisik
mutu fisik gel
gel