DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
Penyusun
Kelompok II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTRA ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Triterpenoid
2.2 Steroid
2.3 Karotenoid
3.1 Kesimpulan
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini dunia farmasi dan kedokteran telah berkembang pesat, sehingga
sudah banyak dibuat dan dipakai berbagai jenis obat-obatan yang diproduksi oleh
pabrik-pabrik farmasi. Oleh karena sebagian besar bahan baku untuk pembuatan
obat-obatan tersebut masih diimport dari luar negeri, maka mengakibatkan
harganya menjadi mahal dan kadang-kadang tidak terjangkau oleh sebagian
masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Adanya krisis moneter dan krisis
ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia akhir-akhir ini membuat harga
obatobatan produksi pabrik menjadi semakin mahal dan semakin tidak terjangkau
lagi oleh masyarakat kecil. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu
digalakkan penggunaan obat-obatan tradisional, khususnya yang dibuat dari
ramuan tanaman. Tanaman, khususnya tanaman obat tradisional mudah diperoleh
karena dapat ditanam sendiri di pekarangan rumah, selain itu tanaman
(tumbuhan) merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui sehingga tidak
akan mengalami kepunahan apabila dilestarikan. Tanaman dikenal banyak
mengandung senyawa-senyawa kimia khususnya senyawa metabolit sekunder.
Salah satu senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam tanaman adalah
senyawa Triterpenoid. Senyawa tersebut dapat dijumpai pada bagian akar,
batang, daun, buah maupun biji tanaman.
1.3 Tujuan
2.1 TRITEROENOID
Kata terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan istilah ini
digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa
tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari
molekul isoprene CH2=C(CH3)-CH=CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh
penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilh-pilah
menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam
senyawa ersebut ; dua (C10), 3 (C15), empat (C20), enam (C30), atau delapan
(C40) satuan. Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari
komponen minak atsiri, yaitu monoterpene dan seskuiterpina yang mudah
menguap (C10 dan C15), diterpina yang lebih sukar menguap (20), sampai ke
senyawa yang tidak menguap, yaitu triterpenoid dan sterid (C30), serta pigmen
karotenoid (C40) (J. B. Harboene 1984)
2.1.1 Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik,
yaitu skualena, senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi
dan bersifat optis aktif. Senyawa triterpenoid dapat dibagi menjadi empat
golongan,yaitu: triterpen sebenarnya, saponin, steroid, dan glikosida jantung
(Harborne,1987).
Menurut Harborne (1987) bahwa kandungan terpenoid/steroid dalam
tumbuhan diuji dengan menggunakan metode Liebermann-Bucchard yang
nantinya akan memberikan warna jingga atau ungu untuk terpenoid dan warna
biru untuk steroid.Uji ini didasarkan pada kemampuan senyawa triterpenoid dan
steroid membentuk warna oleh H2SO4 pekat pada pelarut asetat glasial yang
membentuk warna jingga.
2.2 STEROID
Steroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti
siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah
cincin siklopentana. Dahulu sering digunakan sebagai hormon kelamin, asam
empedu, dll. Tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa steroid
yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan .Tiga senyawa yang biasa disebut
fitosterol terdapat pada hampir setiap tumbuhan tinggi yaitu: sitosterol,
stigmasterol, dan kampesterol (Harborne, 1987; Robinson, 1995). Steroid
merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar triterpena asiklik yang
dibiosintesis yaitu pengubahan asam asetat melalui asam mevalonat dan skualen
(suatu triterpenoid) menjadi lanosterol dan sikloartenol (Lenny, 2006).
Steroid terdiri dari 17 atom karbon yang membentuk 3 cincin 6 karbon
dan 1 cincin 5 karbon dan biasanya terdapat gugus metil pada karbon ke-10 atau
13 dan gugus alkil pada karbon ke-17, pada sterol terdapat gugus hidroksil pada
karbon ke-3.
Gambar 2.2 cholestane, contoh struktur steroid
Menurut asalnya senyawa steroid dibagi atas:
1. Zoosterol, yaitu steroid yang berasal dari hewan.
2. Fitosterol, yaitu steroid yang berasal dari tumbuhan misalnya
sitosterol dan stigmasterol.
3. Mycosterol, yaitu steroid yang berasal dari fungi misalnya ergosterol.
4. Marinesterol, yaitu steroid yang berasal dari organisme laut misalnya
spongesterol.
Berdasarkan jumlah atom karbonnya, steroid terbagi atas:
1. Steroid dengan jumlah atom karbon 27, misalnya zimasterol
2. Steroid dengan jumlah atom karbon 28, misalnya ergosterol
3. Steroida dengan jumlah atom karbon 29, misalnya stigmasterol
Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat
dihasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Senyawa yang termasuk
turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, progesteron, dan estrogen. Pada
umunya steroid berfungsi sebagai hormon. Perbedaan jenis steroid yang satu
dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh ke-
empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin.
Lemak sterol adalah bentuk khusus dari steroid dengan rumus bangun
diturunkan dari kolestana dilengkapi gugus hidroksil pada atom C-3, banyak
ditemukan pada tanaman, hewan dan fungsi. Semua steroid dibuat di dalam sel
dengan bahan baku berupa lemak sterol, baik berupa lanosterol pada hewan atau
fungsi, maupun berupa sikloartenol pada tumbuhan. Kedua jenis lemak sterol di
atas terbuat dari siklisasi squalena dari triterpena. Kolesterol adalah jenis lain
lemak sterol yang umum dijumpai. Beberapa steroid bersifat anabolik, antara lain
testosteron, metandienon, nandrolon dekanoat, 4-androstena-3 17-dion. Steroid
anabolik dapat mengakibatkan sejumlah efek samping yang berbahaya, seperti
menurunkan rasio lipoprotein densitas tinggi, yang berguna bagi jantung,
menurunkan rasio lipoprotein densitas rendah, stimulasi tumor prostat, kelainan
koagulasi dan gangguan hati, kebotakan, menebalnya rambut, tumbuhnya jerawat
dan timbulnya payudara pada pria. Secara fisiologi, steroid anabolik dapat
membuat seseorang menjadi agresif.
2.2.1 Klasifikasi
Triterpenoid dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu
a) Triterpena sebenarnya
Banyak triterpena dikenal dalam tumbuhan, sampai saat ini hanya beberapa
saja yang diketahui tersebar luas, senyawa tersebut yaitu; α-amirin dan βamirin
serta asam turunannaya, yaitu asam ursolat dan asam oleonelat. Triterpena
tertentu terkenal karena rasanya, terutama kepahitannya. Misalnya limonin, suatu
senyawa pahit yang larut dalam lemak dan terdapat dalam buah jeruk. Senyawa
ini termasuk dalam deret triterpena pentasiklik. Kelompok triterpena pahit
lainnya ialah kukurbitasin, yang terdapat terbatas hanya dalam biji berbagai
Cucurbitaceae. Triterpena milik sekelompok besar senyawa diatur dalam empat
atau lima cincin konfigurasi dari 30 karbon dengan beberapa oxigen terpasang.
Triterpena dirakit dari unit isoprena C5 melalui jalur cytosolic mevalonate untuk
membuat senyawa C30 dan steroid di alam. Kolesterol adalah salah satu contoh
dari triterpene. Pitosterol dan phytoecdysteroids juga triterpena. Para triterpena
terbagi menjadi sekitar 20 kelompok, tergantung pada struktur tertentu.
Berdasarkan jumlah cincin yang terdapat dalam struktur molekulnya
triterpen sebenarnya dapat dibagi atas:
a. Triterpen asiklik yaitu triterpen yang tidak mempunyai cincin
tertutup, misalnya : skualena.
b. Triterpen trisiklik adalah triterpen yang mempunyai tiga cincin tertutup
pada struktur molekulnya, misalnya: ambrein.
c. Triterpen tetrasiklik adalah triterpen yang mempunyai empat
cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya:lanosterol.
d. Triterpen pentasiklik adalah triterpen yang mempunyai lima cincin
tertutup pada struktur molekulnya, misalnya α -amirin.
b) Sterol
Sterol adalah triterpenoid yang bentuk dasar sistem cincin siklopentana
perhidrofenantren. dahulu sterol dianggap sebagai senyawa satwa, tetapi pada
tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa tersebut ditemukan dalam
jaringan tumbuhan. Tiga senyawa yang biasa disebut fitosterol mungkin terdapat
pada setiap tumbuhan tinggi yaitu ; sitosterol (βsitosterol), stigmasterol dan
kampesterol. Sterol umum ini terdapat dalam bebtuk bebas dan sebagai glukosida
sederhana. Sterol tertentu hanya terdapat dalam tumbuhan rendah, contohnya
ergesterol yang terdapat dalam khamirdan sejumlah fungus. Dari stuktur kimia
fitosterol berbeda dengan sterol hewan, sterol tanaman ditandai olah rantai
cabang yang disubstitusi alkil serta gugus metal pada C-24 dari ergosterol. Empat
alkilasi rantai cabang sterol merupakan langkah awal dalam modifikasi
sikloartenol. Ergestero; dan beberapa sterol tanaman mengandung ikatan rangkap
C-22.
Gambar 2.2.2 Sitosterol
c) Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang berupa senyawa aktif
permukaan dan bersifat seperti sabun. Telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku
tumbuhan, dan dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan
menghemolisis sel darah. Saponin dalam tumbuhan dapat diubah menjadi sterol
hewan yang berkhasiat penting misalnya, kartison, estrogen kontraseptif, dan
lainlain. Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Sumber
utama saponin adalah biji-bijian khususnya kedele. Saponin dapat menghambat
pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar kolesterol menjadi normal
2.4 Biosintesis
Secara umum biosintesa dari terpenoid terjadi 3 reaksi dasar yaitu:
1. Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam
mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk
mono,seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan
triterpenoid dan steroid.
2.3. PengertianKarotenoid.
Karotenoid merupakan pigmen organik yang terdapat secara alami
pada khromoplast dari tanaman, organisme photosintesis seperti alga
(Spirulina plantesis, Dunaliella sp) serta beberapa tipe dari jamur dan bakteri.
Merupakan salah satu jenis pewarna pada makanan dan merupakan kelompok
pigmen terbesar yang diproduksi di alam dengan produksi tahunan
diperkirakan mencapai 100.000.000 ton. Sebagian besar merupakan
fucoxantin yang diproduksi dari alga yang hidup di lautan dan juga tiga
pigmen utama yaitu lutein, violaxanthin, dan neoxanthin pada daun hijau.
Karatenoida memegang dua peranan penting pada tanaman dan alga yaitu
untuk menyerap energi cahaya yang akan digunakan dalam proses
fotosintesisi dan melindungi klorofil dari fotodamage.
Untuk mendapat karotenoid biasa didapat dari ekstraksi beberapa
bahan, seperti wortel, broccoli, kulit citrus, Spirulina plantesis , dunaella sp,
tomat. Warna dari karatenoida banyak menarik perhatian dari berbagai
disiplin ilmu karena bermacam- macam fungsi dan sifat yang penting,
warnaya berkisar dari kuning pucat sampai orange yang terkait dengan
strukturnya. Karena permintaan yang tinggi dari karotenoid juga
memunculkan suatu teknologi sintesis karotenoid
Likopena akan digarap oleh enzim siklase membentuk alfa- dan beta-
karotena. Alfa-karotena dapat terhidroksilasi menjadi lutein, sedangkan beta-
karotena terhidroksilasi membentuk zeaxantin. Zeaxantin dapat terketonasi
menjadi kantaxantin dan astaxantin, serta dapat terepoksi
membentuk violaxantin. Salah satu produk degradasi violaxantin adalah asam
absisat, suatu fitohormon.