Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KIMIA OBAT BAHAN ALAM

METABOLIT SEKUNDER

DISUSUN OLEH

NAMA : Novika Mefdy Chaqila

NPM : 183110013

KELAS : 7A

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TULANG BAWANG

LAMPUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Saya menyusun Makalah yang berisi pembahasan ini untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Kimia Obat Bahan Alam.

Saya mencoba menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini


memang masih belum sempurna. Untuk itu, Saya mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikannya dalam hal pembuatan makalah selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, 26 Desember2021

Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh tanaman
dalam jumlah yang kecil dan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, tetapi digunakan sebagai perlindungan
agar terhindar dari gangguan mikroba dengan menghasilkan senyawa fitoaleksin,
gangguan dari herbivora dengan menghasilkan bau yang tidak disukai oleh hewan
seperti senyawa terpenoid dan juga bertahan pada kondisi lingkungan yang
ekstrim. Produk metabolit yang dihasilkan oleh tanaman memiliki sifat yang
spesifik dan kadar yang berbeda untuk setiap spesies dan bagian tanaman. Selain
itu perbedaan kandungan metabolit yang dihasilkan juga dapat dipengaruhi oleh
faktor kondisi geografis lingkungan seperti ketinggian tempat, temperatur, curah
hujan, jenis tanah dan faktor lainnya. Berdasarkan studi literatur, penentuan
kandungan senyawa kimia tanaman jahe telah dilakukan sebelumnya, namun
penentuan karakteristik senyawa kimia minyak atsiri tanaman jahe yang berasal
dari daerah Sumatera Barat dan sifatnya terhadap bioaktivitas belum dilaporkan,
maka peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap jahe di daerah Tanah Datar
untuk melihat karakteristik minyak atsiri yang dihasilkan, serta seberapa besar
sifat minyak atsiri yang dihasilkan terhadap bioaktivitas antioksidan dan
sitotoksik dari jahe yang berasal dari Tanah Datar. Peneliti melakukan analisis
kandungan senyawa kimia menggunakan analisis GC- MS, aktivitas antioksidan
dengan metode DPPH serta aktivitas sitotoksik dengan metode BSLT.

2
BAB II

Metabolit sekunder dimanfaatkan manusia pada berbagai bidang kehidupan, mulai


dari kesehatan, pertanian, pangan, dan lain sebagainya, seiring dengan semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan Metabolit sekunder Fungsi Pertahanan Penarik
Proteksi-UV Penyimpanan-N Herbivora/predator: -serangga -moluska -vertebrata
Mikroba/virus: -bakteri -fungi Tumbuhan yang berkompetisi -serangga polinator -
binatang penyebar biji -bakteri bintil akar -spesialis yang adaptif -penolakan -
pencegahan -peracunan -penghambatan pertumbuhan Penghambatan: -
perkecambahan -pertumbuhan bibit -penghambatan pertumbuhan -peracunan 3
dan teknologi. Hingga kini sudah puluhan ribu MS diisolasi dan dikarakterisasi (,
bahkan banyak yang sudah diperdagangkan.

Klasifikasi metabolit sekunder secara sederhana terdiri atas tiga kelompok utama:
1) terpen (misalnya volatil, glikosida kardiak, karotenoid, dan sterol; 2) fenolik
(misalnya asam fenolat, kumarin, lignan, stilbena, flavonoid, tanin, dan lignin);
dan 3) senyawa yang mengandung nitrogen (misalnya alkaloid dan glukosinolat)
(AgostiniCosta et al., 2012). Ada tiga jalur utama biosintesis MS, yaitu melalui
(1) jalur asam sikimat, (2) jalur asam mevalonat dan metileritritol fosfat (MEP),
serta (3) jalur malonat . Jalur biosintetik MS berasal dari berbagai prekursor
metabolisme primer. Prekursor adalah molekul yang digunakan oleh enzim
biosintetik sebagai substrat dan dikonversi menjadi suatu produk. Produknya bisa
berupa senyawa intermediet, jadi digunakan sebagai prekursor enzim biosintetik
berikutnya, atau sebagai produk akhir dari reaksi tertentu. Dalam suatu skema
reaksi yang kompleks, dengan banyak simpangan, suatu senyawa intermediet
secara simultan juga merupakan prekursor untuk bagian lain dari jalur reaksi.
Sebagai contoh, asam sikimat bisa menjadi senyawa intermediet untuk
metabolisme asam amino dan juga sebagai prekursor untuk biosintesis MS
aromatik. 1.3.1 Terpen atau Terpenoid Terpen atau terpenoid, merupakan kelas
MS terbesar dengan ciri pada umumnya tidak larut air. Terpen disintesis dari
asetil-CoA atau intermediet glikolisis dan dibentuk oleh penggabungan unit-unit
isopren berkarbon lima. Kelompok terpen disintesis melalui jalur asam mevalonat
(MVA) dan metileritritol fosfat. Semua terpen berasal dari gabungan elemen

3
berkarbon lima yang memiliki tulang punggung karbon bercabang dari
isopentana. Elemen struktur dasar dari terpen disebut juga unit-unit isopren karena
terpen dapat terdekomposisi pada suhu tinggi untuk menghasilkan isopren,
sehingga kadang-kadang disebut sebagai isoprenoid (Croteau et al., 2012). Terpen
diklasifikasikan berdasarkan jumlah unit penyusunnya yang berkarbon lima,
meskipun modifikasi yang ekstensif kadang kala membuatnya sukar untuk
memilah residu-residu berkarbon lima 8 aslinya. Struktur khas terpen adalah
mengandung kerangka karbon (C5)n, dan diklasifikasi sebagai hemiterpen (C5),
monoterpen (C10), seskuiterpen (C15), diterpen (C20), sesterterpen (C25),
triterpen (C30), dan tetraterpen (C40) (Wick, 2009). Senyawa-senyawa terpenoid
memiliki sifat antimikroba, antijamur, antivirus, antiparasit, antihiperglikemik,
antialergenik, antiradang, antipasmodik, imunomodulator, dan kemoterapetik,
bermacam-macam tergantung pada jenisnya. Terpen merupakan racun dan
pencegah makan terhadap sejumlah serangga dan mamalia herbivor, jadi berperan
penting dalam pertahanan kingdom tumbuhan. Sebagai contoh, ester monoterpen
yang disebut piretroid, ditemukan di daun dan bunga spesies Chrysanthemum,
menunjukkan aktivitas insektisidal. Piretroid merupakan neurotoksin yang
mengganggu pengiriman pesan sepanjang saraf dengan menjaga kanal ion Na+
dalam kondisi terbuka sehingga influx saraf berulang atau depolarisasi, akibatnya
muncul gejala-gejala seperti tremor, pergerakan tidak terkontrol, dan peningkatan
produksi air liur pada binatang (EPA, 2014). Piretroid merupakan bahan utama
insektisida komersial karena sifat persistensinya yang rendah di lingkungan dan
toksisitasnya terhadap mamalia dapat diabaikan. Pada konifera seperti pinus dan
cemara, monoterpen terakumulasi dalam saluran resin di daun, ranting, dan
batang. Senyawa-senyawa tersebut toksik terhadap berbagai serangga, termasuk
kumbang kayu, yang merupakan hama utama spesies konifera. Sejumlah
tumbuhan mengandung campuran monoterpen volatil dan seskuiterpen, yang
disebut dengan minyak atsiri (essential oils), 9 dengan karakteristik aroma pada
daunnya. Pepermin, lemon, kemangi, dan saga merupakan contoh tumbuhan yang
mengandung minyak atsiri. Wibaldus et al. (2016) mendapatkan rendemen
minyak atsiri pada kulit jeruk nipis sebesar 0,23% (b/b). Hasil identifikasi GC-MS
menunjukkan bahwa minyak atsiri kulit jeruk nipis mengandung lima senyawa

4
utama yaitu limonena (26,04%), β-sitral (10,40%), β-pinena (18,84%), sitral
(13,09%), dan β-pelandrena (6,29%). Pada tanaman Mentha arvansa, mentol
merupakan komponen utama minyak atsiri dengan persentase tertinggi pada
minyak dari bagian pucuk batang (78,16%) dan terendah pada minyak dari bagian
stolon (43,7%) (Thawkar et al., 2016). Monoterpen utama yang terkandung dalam
minyak lemon adalah limonena, sedangkan dalam minyak pepermin berupa
mentol (Gambar 1.3). Gambar 1.3. Monoterpen utama yang mengandung minyak
esensial. A. limonena dalam lemon; B. mentol dalam minyak pepermin (Taiz &
Zeiger, 2015) Minyak atsiri memiliki sifat menolak serangga (repellent). Senyawa
ini sering ditemukan dalam kelenjar minyak yang dikeluarkan Limonen Mentol 10
dari epidermis dan bersifat toksik, sehingga menghindarkan tanaman dari
serangan herbivor. Triterpen yang melindungi tumbuhan terhadap herbivor
vertebrata di antaranya adalah kardenolida dan saponin. Kardenolida merupakan
glikosida (senyawa mengandung gula) yang menyebabkan rasa lebih pahit dan
sangat toksik terhadap hewan tingkat tinggi. Saponin merupakan steroid dan
triterpen glikosida, dinamakan demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun.
Adanya unsur larut lemak (steroid atau triterpen) dan larut air (gula) pada satu
molekul menyebabkan saponin memiliki sifat seperti deterjen. Biosintesis terpen
pada sel-sel tumbuhan tingkat tinggi ditunjukkan pada Gambar 1.4. Meskipun ada
banyak perbedaan struktural di antara terpen, semuanya berasal dari kerangka C
isopren yang sama. Tulang punggung terpen disintesis dari dua prekursor:
isopentenil pirofosfat (IPP) dan dimetilalil pirofosfat (DMAPP) melalui jumlah
ulangan yang berbeda, penyusunan ulang, dan siklisasi. Ada dua jalur yang
digunakan, yaitu jalur asam mevalonat (MVA), yang terjadi pada mitokondria dan
jalur metileritritol fosfat (MEP) yang terjadi di kloroplas dan plastida lainnya. 11
Gambar 1.4. Gambaran skematik biosintesis terpen pada sel-sel tumbuhan tingkat
tinggi, melalui jalur asam mevalonat dan metileritritol fosfat (Wick, 2009) 1.3.2
Senyawa Fenolik Tumbuhan memproduksi berbagai jenis MS yang mengandung
gugus fenol, suatu hidroksil fungsional pada cincin aromatik. Senyawa ini
diklasifikasikan sebagai senyawa fenolik atau fenolik. Fenolik tumbuhan
merupakan kelompok yang secara kimiawi heterogen, hampir 10.000 berupa
senyawa tunggal: (1) ada yang hanya larut di Asam mevalonat Metileritritol fosfat

5
Dimetilalil PP (DMAPP) (C5) Isopentenil PP (IPP) (C5) Hemiterpen (C5)
Monoterpen (C10) Iridoid Seskuiterpen (C15) Diterpen (C20) Sesterterpen (C25)
Triterpenoid (C30) Steroid (C18-C30) Tetraterpen (C40) Karotenoid 12 pelarut
organik, (2) ada yang berupa asam-asam karbosilat dan glikosida yang larut air,
dan (3) yang lain merupakan polimer tak larut berukuran besar. Senyawa fenolik
terdiri dari berbagai kelompok: flavonoid sederhana, asam-asam fenolat,
flavonoid kompleks, dan antosianin. Senyawa fenolik biasanya dikaitkan dengan
respon pertahanan pada tumbuhan. Meskipun demikian senyawa fenolik juga
berperan penting dalam proses-proses lain, misalnya atraktan zat untuk
mempercepat polinasi, warna untuk kamuflase dan pertahanan terhadap herbivor,
dan aktivitas antibakteri dan antifungi (Alasalvar et al., 2001; Acamovic &
Brooker, 2005; Edreva et al., 2008). Gambar 1.5. Senyawa fenolik yang sering
ditemukan pada tumbuhan (Lin et al., 2016) Asam galeat Asam kafeat Asam
ferulat Asam elagat Kuersetin Asam rosmarinat Asam protokatekuat Asam
koumarat Resveratrol L-DOPA 13 Senyawa fenolik memiliki cincin aromatik dan
penggantian satu atau lebih gugus hidroksil, dari molekul yang sederhana hingga
sangat kompleks (Lin et al., 2016). Senyawa fenolik secara sederhana dapat
dikategori menjadi beberapa kelas seperti ditunjukkan pada Gambar 1.6. Gambar
1.6. Kelas-kelas utama senyawa polifenol (Ozcan et al., 2014) Biosintesis
senyawa fenolik dapat melalui dua jalur, yaitu jalur asam sikimat dan jalur asam
malonat. Jalur asam sikimat digunakan dalam sintesis kelompok tanin yang dapat
terhidrolisis dan senyawa-senyawa berbasis asam amino fenilalanin, misalnya
lignin. Jalur asam malonat memanfaatkan asetil-koA sebagai bahan utama.
Meskipun bukan merupakan jalur utama, namun senyawa intermediet dibutuhkan
dalam sintesis berbagai MS dengan penggabungan produk senyawa intermediet
dari jalur asam sikimat, misalnya dalam Tanin Stilbena Tanin yg dapat
terhidrolisis Turunan tanin Asam fenolat Asam hidroksibenzoat fenolat Asam
hidroksisinamat Flavonoid Flavon Flavonol Flavanon Antosianidin Isoflavon
Polifenol 14 pembentukan kelompok flavonoid atau tanin yang tidak mudah
terhidrolisi. Senyawa fenolik tumbuhan disintesis melalui beberapa jalur. Pada
tumbuhan tingkat tinggi, sebagian besar fenolik merupakan turunan fenilalanin,
suatu produk jalur asam sikimat. Formula dalam kurung mengindikasikan susunan

6
dasar kerangka karbon: C6 menunjukkan cincin benzena, dan C3 merupakan
rantai tiga karbon. (Taiz & Zeiger, 2015). Pigmen berwarna dari tumbuhan
memberikan isyarat visual yang membantu dalam menarik polinator dan penyebar
buah. Pigmenpigmen yang penting misalnya karotenoid dan flavonoid.
Karotenoid bisa berupa senyawa terpenoid kuning, oranye, dan merah yang juga
berperan sebagai pigmen asesori dalam fotosintesis. Flavonoid juga termasuk
substansi berbagai warna. Antosianin merupakan kelompok flavonoid berwarna
yang paling tersebar, bertanggung jawab untuk sebagian besar warna merah,
merah muda, ungu, dan biru pada bunga dan buah. Dua kelompok lain flavonoid
yang ditemukan pada bunga flavonoid Eritrosa 4-fosfat (dari jalur pentosa fosfat)
Asam fosfoenolpiruvat (dari glikolisis) Jalur asam sikimat Asetil-CoA Jalur asam
malonat Asam galat Tanin yang dapat terhidrolisis Berbagai macam Fenolik
sederhana senyawa fenolik Lignin Tanin padat Fenilalanin Asam sinamat 15
adalah flavon dan flavonol. Flavonoid kelompok ini biasanya menyerap cahaya
bergelombang lebih pendek dibandingkan antosianin, sehingga tidak terlihat oleh
mata manusia. Namun, serangga misalnya lebah, yang dapat melihat lebih jauh ke
spektrum kisaran ultraviolet dibandingkan manusia, mampu merespon flavon dan
flavonol sebagai isyarat atraktan visual. Flavonoid berpigmen yang paling
melimpah adalah antosianin, yang bertanggung jawab terhadap warna merah,
merah muda, ungu, dan biru pada bunga dan buah (Tabel 1.3). Tabel 1.3.
Pengaruh penggantian cincin terhadap warna antosianidin Antosianidin
Penggantian Warna Pelargonidin Sianidin Delfinidin Peonidin Petunidin 4’-OH
3’-OH, 4’-OH 3’-OH, 4’-OH, 5’-OH 3’-OCH3, 4’-OH 3’-OCH3, 4’-OH, 5’-
OCH3 Oranye-merah Merah keunguan Ungu kebiruan Merah mawar Ungu (Taiz
& Zeiger, 2015) Isoflavonoid sebagian besar ditemukan pada legum, memiliki
aktivitas biologis yang berbeda, misalnya rotenon, dapat digunakan secara efektif
sebagai insektisida, pestisida (misalnya sebagai racun tikus), dan piscisida (racun
ikan). Isoflavon lainnya memiliki efek antiestrogenik; contohnya, jika domba
memakan daun semanggi yang banyak mengandung isoflavonoid dapat
mengalami infertilitas. Sistem cincin isoflavon memiliki struktur tiga dimensi
sehingga memungkinkan zat-zat tersebut berikatan dengan reseptor estrogen. 16

7
Isoflavon juga dapat digunakan sebagai antikanker yang diperoleh dari makanan
berbahan kedelai.

8
BAB III

Sebagian besar karbon, nitrogen, dan energi digunakan untuk menyusun molekul-
molekul utama: (karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat) yang disebut
metabolit primer. Sebagian kecil karbon, nitrogen, dan energi juga digunakan
untuk mensintesis molekul organik yang tidak memiliki peran secara langsung
dalam pertumbuhan dan perkembangan, dinamakan metabolit sekunder (Croteau
et al., 2015). Metabolit sekunder (MS) pada tumbuhan umumnya bersifat sangat
spesifik dalam hal fungsi dan tidak terlalu penting karena jika tidak diproduksi,
dalam jangka pendek tidak menyebabkan kematian. Biosintesis MS dapat terjadi
pada semua organ tumbuhan, termasuk di akar, pucuk, daun bunga, buah, dan biji
(Gutzeit & Ludwig-Muller, 2014). Beberapa metabolit disimpan dalam
kompartemen khusus, bisa pada organ atau tipe sel yang terspesialisasi. Dalam
kompartemen tersebut konsentrasi MS yang bersifat toksik bisa sangat tinggi,
sehingga menjadi pertahanan yang efisien terhadap herbivora. Metabolit sekunder
pada tumbuhan memiliki beberapa fungsi: 1) pertahanan terhadap virus, bakteri,
dan fungi; tumbuhan kompetitor; dan yang terpenting adalah terhadap herbivora,
2) atraktan (bau, warna, rasa) untuk polinator dan hewan penyebar biji, 3)
perlindungan dari sinar UV dan penyimpanan-N (Gambar 1.1). Metabolit
sekunder dapat 2 berperan sebagai pelindung yakni meningkatkan kebugaran
reproduktif tumbuhan melalui penghambatan pertumbuhan fungi, bakteri, dan
herbivora. Salah satu produk metabolit sekunder yang memiliki fungsi ini adalah
fitoaleksin. Jeandet (2015) menyatakan bahwa fitoaleksin merupakan senyawa
antimikroba berberat molekul rendah yang dihasilkan oleh tumbuhan sebagai
respon terhadap cekaman biotik dan abiotik.

9
BAB IV

Selain digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, senyawa


metabolit sekunder dalam tumbuhan memiliki banyak manfaat bagi manusia
diantaranya sebagai obat, pestisida alamiah, pewarna makanan, aroma, kosmetika,
dan pewangi. Biosintesis senyawa metabolit sekunder juga dipelajari untuk
memperoleh informasi kimiawi terkait dengan proses pertumbuhan dan
peningkatan kualitas suatu tumbuhan dalam bidang pertanian, perkebunan dan
kehutanan. Proses ekstraksi dan isolasi diperlukan untuk memisahkan dan
mengambil senyawaan metabolit sekunder tersebut sehingga dapat diperoleh
manfaatnya. Beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk memperoleh senyawa
kimia metabolit sekunder tersebut meliputi metode pengumpulan sampel
tumbuhan, pencucian sampel tumbuhan, pengeringan, dan metode ekstraksi dan
isolasi tumbuhan. 3.1 Perlakukan sampel tumbuhan 3.1.1 Pengumpulan sampel
tumbuhan Sampel tumbuhan dapat diperoleh baik dari alam liar maupun dari
herbarium. Ketika tumbuhan dikumpulkan dari alam liar, ada risiko bahwa sampel
tumbuhan telah diidentifikasi secara tidak benar. Keuntungan utama dari
tumbuhan yang diperoleh dari hutan liar adalah mereka tidak akan mengandung
pestisida. Setelah tumbuhan dikumpulkan dari alam liar atau dari herbarium,
sampel tumbuhan harus dibersihkan untuk mencegah atau meminimalisir
terjadinya kerusakan senyawa kimia yang ada pada tumbuhan. 18 Fitokimia:
Tinjauan Metabolit Sekunder dan... 3.1.2 Pencucian sampel tumbuhan Setelah
tahapan pengumpulan dilakukan, sampel tumbuhan harus dibersihkan dengan
benar. Proses pembersihan mungkin melibatkan langkahlangkah berikut.
Membersihkan, mencuci, mengupas atau mengupas daun dari batang.
Pembersihan harus dilakukan dengan tangan untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik. 3.1.3 Preparasi sampel tumbuhan Idealnya jaringan tumbuhan segar
digunakan untuk analisis fitokimia, dilarutkan dalam alkohol mendidih untuk
selanjutnya disimpan. Namun kadang-kadang sampel tumbuhan yang akan
dipelajari tidak selalu dapat langsung diperoleh di daerah tempat anilisis, bahkan
berbeda pulau atau benua. Maka untuk mencegah terjadinya kerusakan senyawa
metabolit sekunder dalam tumbuhan, dilakukan pengeringan sampel. Sampel
tumbuhan seperti daun, kayu, akar, buah, dan bunga dapat diekstrak dari sampel
10
tumbuhan segar atau sampel yang dikeringkan. Metode preparasinya seperti
penggilingan/penghalusan juga berpengaruh terhadap pengawetan senyawa kimia
tumbuhan dalam ekstrak. Sampel segar vs. sampel kering Kedua jenis sampel baik
sampel segar maupun sampel yang dikeringkan, keduanya digunakan dalam
kajian fitokimia dalam tumbuhan. Dalam kebanyakan kasus, sampel yang
dikering lebih disarankan dengan memperhatikan pertimbangan waktu yang
dibutuhkan dalam eksperimen. Interval waktu antara pemanenan dengan
pekerjaan eksperimental maksimum pada jangka waktu 3 jam pada sampel segar
dimana sampel segar mudah rusak dan mengalami penurunan kualitas yang lebih
cepat dibandingkan dengan sampel kering. Sampel tumbuk vs. sampel serbuk
halus Pengurangan ukuran partikel dapat meningkatkan kontak permukaan antara
sampel dan pelarut ekstraksi. Metode tumbuk menghasilkan sampel yang lebih
kecil dan kasar; Sementara itu, sampel serbuk memiliki partikel yang lebih
homogen dan lebih kecil, yang mengarah ke kontak permukaan yang lebih baik
dengan pelarut ekstraksi. Metode Ekstraksi, Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Metabolit Sekunder... 19 Metode Pengeringan Ada beberapa metode pengeringan
yang dapat dilakukan terhadap sampel tumbuhan yaitu: a. Pengeringan udara (Air-
Drying) Pengeringan udara biasanya memakan waktu selama 3-7 hari hingga
beberapa bulan bahkan satu tahun tergantung pada jenis sampel yang dikeringkan
(misalnya daun atau biji). Sampel tumbuhan, biasanya daun tumbuhan dengan
batang yang diikat bersama dan digantung untuk mengekspos tumbuhan ke udara
pada suhu ambien. Metode pengeringan ini tidak memaksakan bahan tumbuhan
kering menggunakan suhu tinggi; Oleh karena itu, senyawa yang tidak tahan
panas dapat terjaga kualitasnya. Namun, pengeringan udara membutuhkan waktu
lebih lama dibandingkan dengan pengeringan microwave dan pengeringan beku
serta dapat mengalami kontaminasi pada kondisi suhu yang tidak stabil. b.
Pengeringan microwave Pengeringan microwave menggunakan radiasi
elektromagnetik yang memiliki medan listrik dan magnet. Medan listrik
menyebabkan pemanasan simultan melalui rotasi dipolar; pelurusan pada medan
listrik dari molekul yang memiliki momen dipol permanen atau induksi (misalnya
pelarut atau sampel), dan induksi ionik, yang menghasilkan osilasi molekul.
Osilasi menyebabkan tumbukan antar molekul dan menghasilkan pemanasan

11
cepat dari sampel secara bersamaan. Metode ini dapat mempersingkat waktu
pengeringan tetapi terkadang menyebabkan degradasi senyawa kimia dalam
jaringan tumbuhan. c. Pengeringan Oven Oven-pengeringan adalah metode pra-
ekstraksi lain yang menggunakan energi panas untuk menghilangkan uap air dari
sampel. Persiapan sampel ini dianggap sebagai salah satu proses termal termudah
dan cepat yang dapat mempertahankan senyawa kimia tumbuhan. Waktu ekstraksi
yang lebih pendek diperoleh dengan menggunakan metode ini. d. Pengeringan
Beku (Freeze Drying) Pengeringan beku adalah metode berdasarkan prinsip
sublimasi. Sublimasi adalah proses ketika padatan diubah menjadi fase gas tanpa
20 Fitokimia: Tinjauan Metabolit Sekunder dan... memasuki fase cair. Sampel
dibekukan pada -80 °C hingga -20 °C sebelum liopilisasi untuk memantapkan
cairan apapun (misalnya pelarut, kelembaban) disampel. Setelah pembekuan
dalam semalam (12 jam), sampel segera diserbukkan untuk menghindari cairan
beku dalam sampel dari meleleh. Mulut tabung uji atau wadah sampel dibungkus
dengan jarum-poked-parafilm untuk menghindari hilangnya sampel selama
proses. Beberapa waktu selanjutnya, sampel akan hilang dengan memercik ke
dalam labu beku. Pengeringan beku menghasilkan kadar fenolik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pengeringan udara karena sebagian besar senyawa kimia
tumbuhan dijaga kondisinya dalam metode ini. Namun, pengeringan beku adalah
metode pengeringan yang rumit dan mahal dibandingkan pengeringan udara biasa
dan pengeringan microwave. Dengan demikian, penggunaan dibatasi untuk bahan
yang halus, labil terhadap panas dan bahan bernilai tinggi. 3.2 Metode Ekstraksi
Tumbuhan a. Maserasi Dalam maserasi, bubuk kasar sampel tumbuhan disimpan
dan dibiarkan mengalami kontak denganpelarut dalam wadah tertutup untuk
jangka waktu tertentu yang disertai dengan pengadukan hingga komponen sampel
tumbuhan ada yang larut. Metode ini paling cocok untuk digunakan dalam kasus
senyawa kimia tumbuhanyang tidak tahan panas (termolabil).Proses maserasi
Metode Ekstraksi, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder. 21 b.
Perkolasi Perkolasi adalah prosedur yang paling sering digunakan untuk
mengekstrak bahan aktif dalam tumbuhan. Sebuah perkolator adalah wadah
sempit berbentuk kerucut terbuka di kedua ujungnya. Sampel tumbuhan padat
dibasahi dengan sejumlah pelarut yang sesuai dan dibiarkan selama kira-kira 4

12
jam dalam wadah tertutup. Selanjutnya bagian atas perkolator ditutup. Pelarut
ditambahkan hingga merendam sampel. Campuran sampel dan pelarut dapat
dimaserasi lebih lanjut dalam wadah percolator tertutup selama 24 jam. Saluran
keluar perkolator kemudian dibuka dan cairan yang terkandung di dalamnya
dibiarkan menetes perlahan. Pelarut dapat ditambahkan sesuai kebutuhan, sampai
ukuran perkolasi sekitar tiga perempat dari volume yang diperlukan dari produk
jadi Perkolator c. Ekstraksi soxhlet Ekstraksi soxhlet hanya diperlukan apabila
senyawa yang diinginkan memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut, dan pengotor
tidak larut dalam pelarut itu. Jika senyawa yang diinginkan memiliki kelarutan
yang tinggi dalam suatu pelarut maka suatu penyaringan sederhana dapat
digunakan untuk memisahkan senyawa dari zat yang tidak larut. Keuntungan dari
sistem ini adalah proses ekstraksi cukup dilakukan dalam satu wadah dimana
secara kontinyu pelarut yang terkondensasi akan menetes dan merendam sampel
22 Fitokimia: Tinjauan Metabolit Sekunder dan... tumbuhan dan membawa
senyawa terlarut ke labu penampung. Metode ini tidak dapat digunakan untuk
senyawa termolabile karena pemanasan yang berkepanjangan dapat menyebabkan
degradasi senyawa.Alat ekstraksi soxhlet d. Supercritical Fluid Extraction Gas
superkritis seperti karbon dioksida, nitrogen, metana, etana, etilen, nitrogen
oksida, sulfur dioksida, propana, propilena, amonia dan sulfur heksafluorida
digunakan untuk mengekstrak senyawa aktif dalam tumbuhan. Sampel tumbuhan
disimpan dalam bejana yang diisi dengan gas dalam kondisi yang terkendali
seperti suhu dan tekanan. Senyawa aktif yang larut dalam gas terpisah ketika suhu
dan tekanan lebih rendah. Faktor penting dari teknik ini adalah transfer massa zat
terlarut dalam pelarut superkritis. Secara umum, suhu dan tekanan memiliki
pengaruh terbesar. Namun efek tekanannya lebih langsung. Ketika tekanan
meningkat, kepadatan yang Metode Ekstraksi, Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Metabolit Sekunder 23 lebih tinggi dicapai oleh cairan superkritis. Dengan
demikian densitas medium meningkat dan kelarutan zat terlarut akan meningkat.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi, proses harus dioptimalkan. Dengan
menggunakan metodologi permukaan respons, parameter optimum dapat
diperoleh.Supercritical Fluid Extraction (SFE) e. Microwave-assisted extraction
Dalam metode ini energi gelombang mikro (microwave) membantu pemisahan

13
senyawa aktif dari sampel tumbuhan ke dalam pelarut. Gelombang mikro
memiliki medan listrik dan magnet yang tegak lurus satu sama lain. Listrik yang
dialirkan menghasilkan panas melalui rotasi dipolar dan konduksi ionik.
Meningkatnya konstanta dielektrik pelarut, pemanasan yang dihasilkan semakin
cepat. Berbeda dengan metode klasik, ekstraksi dengan bantuan microwave
memanaskan seluruh sampel secara bersamaan. Selama ekstraksi, panas
mengganggu ikatan hidrogen yang lemah karena rotasi dipol molekul dan migrasi
ion terlarut meningkatkan penetrasi pelarut ke dalam sampel atau matriks. 24
Fitokimia: Tinjauan Metabolit Sekunder dan... Gambar 3.5 Reaktor Microwave-
assisted extraction (MAE) f. Ultrasound-Assisted Extraction Ultrasound-Assisted
Extractionadalah teknik canggih yang memiliki kemampuan mengekstraksi
sejumlah besar senyawa bioaktif dalam waktu ekstraksi yang lebih pendek.
Keuntungan utama dari teknik ini adalah meningkatkan penetrasi pelarut ke dalam
matriks karena gangguan dinding sel yang dihasilkan oleh kavitasi akustik. Dan
juga ini mencapai pada suhu rendah dan karenanya ini lebih cocok untuk ekstraksi
senyawa termal tidak stabil. Gambar 3.6Alat Ultrasound-Assisted Extraction
Metode Ekstraksi, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder... 25 g.
Acelarated-assisted extraction Dalam teknik ekstraksi pelarut dipercepat, pelarut
digunakan pada suhu tinggi dan tekanan untuk menjaga pelarut dalam bentuk cair
selama proses ekstraksi. Karena suhu tinggi kapasitas pelarut untuk melarutkan
analit meningkat dan dengan demikian tingkat difusi meningkat. Selanjutnya,
suhu yang lebih tinggi mengurangi viskositas dan pelarut dapat dengan mudah
menembus pori-pori matriks. Pelarut bertekanan memungkinkan kontak lebih
dekat dengan analit dan pelarut. Namun, metode ini menggunakan lebih sedikit
waktu dan lebih sedikit jumlah pelarut untuk ekstraksi bahan aktif. Keuntungan
dari metode ini adalah ekstraksi untuk ukuran sampel 1-100g dalam menit,
pengurangan pelarut dramatis dan berbagai aplikasi dan penanganan matriks asam
dan basa Alat Acelarated-Assisted Extraction h. Enfleurasi Enfleurasi adalah
proses yang menggunakan lemak tak berbau yang padat pada suhu kamar untuk
menangkap senyawa yang harum yang dikeluarkan oleh tumbuhan. Prosesnya
bisa berupa enfleurasi dingin atau enfleurasi panas. 26 Fitokimia: Tinjauan
Metabolit Sekunder dan. Ada dua jenis proses: 1. Dalam enfleurasi dingin, sebuah

14
piring kaca berbingkai besar, yang disebut sasis, dilumuri dengan lapisan lemak
hewani, biasanya lemak babi atau lemak (dari babi atau daging sapi, masing-
masing), dan dibiarkan mengendap. Bahan tumbuhan, biasanya kelopak atau
bunga utuh, kemudian ditempatkan pada lemak dan aromanya dibiarkan berdifusi
ke dalam lemak selama 1-3 hari. Proses ini kemudian diulang dengan mengganti
botani yang dihabiskan dengan yang segar sampai lemak telah mencapai tingkat
saturasi aroma yang diinginkan. Prosedur ini dikembangkan di Prancis selatan
pada abad ke-18 untuk produksi konsentrat bermutu tinggi. 2. Dalam enfleurasi
panas, lemak padat dipanaskan dan materi botani diaduk menjadi lemak. Botani
yang digunakan berulang kali tegang dari lemak dan diganti dengan bahan segar
sampai lemak jenuh dengan aroma. Metode ini dianggap prosedur tertua yang
diketahui untuk melestarikan zat aroma tumbuhan. Dalam kedua kasus, setelah
lemak jenuh dengan aroma, kemudian disebut “pomade enfleurage”. Pomade
enfleurage dapat langsung diperdagangkan, atau bisa dicuci lebih lanjut atau
direndam dalam etanol untuk menarik molekul harum ke dalam alkohol. Alkohol
kemudian dipisahkan dari lemak dan dibiarkan menguap, meninggalkan bagian
mutlak dari sampel tumbuhan. Lemak yang terbuang biasanya digunakan untuk
membuat sabun karena masih relatif harum.

15

Anda mungkin juga menyukai