Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH FITOKIMIA 2

SENYAWA METABOLIT SEKUNDER

TERPENOID

Dosen Pengampu:

Ibu Ika Maruya Kusuma, S.Si, M.Si.

Oleh :

EKA ARFIN YUNIANTI 16330004

MONIKA AGUSTIN LILIAN COLINA 16330006

CHINTYA RAHMADHANI 16330007

REVIND NOVIANDA 16330008

REKA PANTIASI PUTRI 16330009

Program Studi Farmasi

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, yang atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Fitokimia 2 di Institut Sains dan Teknologi
Nasional Jakarta. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan
terima kasih yang kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Jakarta, 19 Maret 2019

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Senyawa metabolit sekunder merupakan molekul kecil yang dihasilkan dari


organisme. Senyawa ini bukan merupakan senyawa komponen dasar untuk proses
kehidupan. Beberapa contoh senyawa metabolit sekunder adalah terpenoid,
flavonoid, alkaloid, fenilpropanoid.

Dalam makalah akan dibahas mengenai salah satu senyawa metabolit


sekunder yaitu terpenoid. Terpenoid adalah komponen-komponen tumbuhan yang
mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan.

Pada tumbuhan, terpenoid berguna sebagai hormon pertumbuhan dan


sebagai pelindung untuk menolak serangga dan serangan mikroba. Sedangkan
pada pengobatan, senyawa ini dapat mengendalikan aktivitas bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif.

Penelitian mengenai terpenoid telah banyak dilakukan melihat manfaatnya


yang begitu luas khususnya dalam dunia kesehatan. Contoh dari golongan
senyawa terpenoid adalah monoterpen, seskuiterpen, diterpen, triterpen,
tetraterpenoid, politerpenoid. Beberapa golongan senyawa tersebut mempunyai
turunan senyawa khusus yang berbeda-beda contohnya pada monoterpenoid
terdapat senyawa champor, sineol, thymol. Pada seskuiterpen terdapat senyawa
artemisinin, chamomile, feverfew, valerian. Pada diterpenoid terdapat senyawa
ginkgo dan taxol. Pada triterpenoid terdapat senyawa Cucurbitacins. Pada
tetraterpenoid terdapat senyawa karotenoid. Dan pada politerpenoid terdapat
senyawa karet alam.

Lada merupakan salah satu tanaman yang mengandung senyawa terpenoid


sekitar 1 – 4 %. Penggunaan lada sebagai sumber potensial insektisida botani
pernah dilaporkan oleh Arnason (1993) dan Isman (1995) sedangkan daun lada
dilaporkan pula dapat digunakan sebagai insektisida terhadap ngengat dalam
lemari pakaian3. Daya insektisidal yang terdapat dalam buah lada cukup efektif
untuk melindungi produk pertanian misalnya digunakan sebagai pencegah daya
makan (antifeedant) terhadap hama gudang1.

Pengendalian hama gudang (Callosobruncus chinensis) dengan


menggunakan daun lada merupakan salah satu contoh penggunaan insektisida
botani yang memiliki sifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak
mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia karena residunya mudah
hilang. Insektisida tersebut juga bersifat pukul dan lari, yaitu apabila diaplikasikan
akan membunuh hama pada waktu itu setelah hamanya terbunuh maka residunya
akan cepat menghilang di alam.

Hingga saat ini informasi tentang pemanfaatan daun lada sebagai sumber
insektisida botani masih sangat terbatas, sehingga perlu diadakan penelitian
tentang pemanfaatan daun lada tersebut. Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan
meng-identifikasi senyawa terpenoid pada daun lada dan menguji sifat
bioaktivitas terhadap hama gudang Callosobruncus chinensis pada biji kacang
hijau.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, timbul suatu pertanyaan sebagai


berikut :

1. Apa saja klasifikasi tanaman lada ?


2. Bagaimana morfologi tanaman lada ?
3. Apa manfaat dan khasiat tanaman lada ?
4. Apa zat yang terkandung dalam tanaman lada ?
5. Bagaimana cara memperoleh metabolit sekunder dari buah lada ?
6. Bagaimana cara identifikasi metabolit sekunder dari buah lada ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui klasifikasi tanaman lada.


2. Untuk mengetahui morfologi tanaman lada.
3. Untuk mengetahui manfaat dan khasiat tanaman lada.
4. Untuk mengetahui zat yang terkandung dalam tanaman lada.
5. Untuk mengetahui cara memperoleh minyak atsiri biji lada.
6. Untuk mengetahui cara identifikasi minyak atsiri biji lada.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 METABOLIT SEKUNDER

Terpenoid adalah komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai


bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan disebut
sebagai minyak atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya
dikenal dari penentuan struktur secara sederhana yaitu dengan perbandingan
atom hidrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu delapan
banding lima. Dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa
senyawa tersebut adalah golongan terpenoid.
Terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua
atau lebih unit C -5 yang disebut unit isoprene. Unit C-5 ini dinamakan
demikian karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isoprene.
Secara umum biosintesa dari terpenoid terjadi dengan tiga reaksi dasar
yaitu:
1. Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam
mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk
mono-, seskui-, di-, tri-, tetra-, dan poli- terpenoid.
3. Penggabungan ekor unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan
steroid.

Berdasarkan unit isoprene terpenoid dapat dikelompokkan sebagai


berikut:

N Jumlah atom
o Jenis Senyawa karbon Sumber
1 Monoterpenoid 10 Minyak atsiri
2 Seskuiterpenoid 15 Minyak atsiri
3 Diterpenoid 20 Resin Pinus
4 Triterpenoid 30 Damar
5 Tetraterpenoid 40 Zat warna karoten
6 Politerpenoid ≥40 Karet alam

Terpenoid yang tersusun atas dua isoprene membentuk senyawa


golongan monoterpenoid (C10H16), seskuiterpen (C15H24) tersusun atas
tiga unit isoprene. Diterpenoid (C20H32) tersusun atas empat unit
isoprene, triterpenoid (C30H42) tersusun atas enam unit isoprene, dan
tetraterpen (C40H64) tersusun atas delapan isoprene.
2.1.1 Monoterpenoid

Monoterpenoid merupakan senyawa “essence” dan memiliki bau yang


spesifik yang dibangun oleh 2 unit isopren atau dengan jumlah atom
karbon 10. Lebih dari 1000 jenis senyawa monoterpenoid telah diisolasi
dari tumbuhan tingkat tinggi, binatang laut, serangga dan binatang jenis
vertebrata dan struktur senyawanya telah diketahui.
Struktur dari senyawa mono terpenoid yang telah dikenal merupakan
perbedaan dari 38 jenis kerangka yang berbeda, sedangkan prinsip dasar
penyusunannya tetap sebagai penggabunga kepala dan ekor dari 2 unit
isopren.struktur monoterpenoid dapat berupa rantai terbuka dan tertutup
atau siklik. Senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai
antiseptik, ekspekteron, spasmolotik dan sedatif. Disamping itu
monoterpenoid yang sudah dikenal banyak dimanfaatkan sebagai bahan
pemberi aroma makan dan parfum dan ini merupakan senyawa komersial
yang banyak diperdagangkan.
Penetapan struktur monoterpenoida mengikuti suatu sistematika
tertentu yang dimulai dengan penetapan jenis kerangka karbon. Jenis
kerangka karon suatu monoterpen monosiklik antara lain dapat ditetapkan
oleh reaksi dehidrogenasi menjadi suatu senyawa aromatik (aromatisasi).

A. Monoterpenoid Asiklik
Secara biosintesis, pirofosfat isopentenil dan pirofosfat dimetilalil
digabungkan untuk membentuk geranil pirofosfat.

B. Monoterpenoid Monosiklik
Secara lampiran linier, unit isoprena dapat membuat koneksi untuk
membentuk cincin. Ukuran cincin yang paling umum dalam monoterpen
adalah cincin beranggota enam. Sebuah contoh klasik adalah siklisasi
geranil pirofosfat untuk membentuk limonen.
C. Monoterpenoid Bisiklik
Geranil pirofosfat juga dapat mengalami reaksi siklisasi dua berurutan
untuk membentuk monoterpen bisiklik, seperti pinen yang merupakan
konstituen utama dari getah pinus.

2.1.2 Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3
unit isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan
kerangka dasar naftalen.
Senyawa seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktifitas yang cukup
besar, diantaranya adalah sebagai antifeedant, hormon, antimikroba,
antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis.
Senyawa-senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis farnesil pirofosfat
dan trans farnesil pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder
lainnya. Kedua isomer farnesil pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui
mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara geranil dan nerol.

2.1.3 Diterpenoid
Senyawa diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom
karbon dan dibangun oleh 4 unit isopren. Senyawa ini mempunyai
bioaktifitas yang cukup luas yaitu sebagai hormon pertumbuhan tanaman,
podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor
tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen. Senyawa
diterpenoid dapat berbentuk asiklik , bisiklik, trisiklik dan tetrasiklik dan
tatanama yang digunakan lebih banyak adalah nama trivial.

2.1.4 Triterpenoid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih dari 40
jenis kerangka dasar yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan
proses siklisasi dari skualen. Penamaan pada triterpenoid lebih
disederhanakan dengan memberikan penomoran pada tiap atom karbon,
sehingga memudahkan dalam penentuan substituen pada masing-masing
atom karbon.
Struktur terpenoid yang bermacam ragam itu timbul sebagai akibat
dari reaksi – reaksi sekunder berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi,
oksidasi, reduksi dan siklisasi atas geranil-, farnesil- dan geranil-geranil
pirofosfat.

2.1.5 Tetraterpenoid
Merupakan senyawa dengan senyawa C yang berjumlah 40. Rumus
molekul tetraterpenoid adalah C4OH64. Terdiri dari 8 unit isoprene.
Sedangkan biosintesisnya berasal dari geranyl-geraniol. Tetraterpenoid
lebih dikenal dengan nama karotenoid. Terdiri dari urutan panjang ikatan
rangkap terkonjugasi sehingga memberikan warna kuning, oranye dan
merah. Karotenoid terdapat pada tanaman akar wortel, daun bayam, buah
tomat dan biji kelapa sawit.

2.1.6 Polyterpenoid
Disintesis dalam tanaman dari asetal melalui pyroposfat isopentil (C5)
dan dari konjugasi jumlah unit isoprene. Ditemukan dalam latek dari karet.
Polyterpenoid merupakan senyawa penghasil karet.

Contoh
Nama Sumber Nama Tumbuhan
Senyawa
Kamfer (Cinnamomum
Champor
camphora)
Minyak Kayu putih (Melaleuca
Monoterpenoid Sineol
Atsiri leucadendron)
Thymus (Thymus
Thymol
vulgaris)
Bunga Artemisia
Artemisinin
(Artemisia annua)
Bunga Matricia (Matricia
Chamomil
Minyak recutita)
Sesquiterpenoid
Atsiri Daun Tanaman Feverfew
Feverfew
(Tanacetum parthenium)
Bungan Valerian
Valerian
(Valeriana officinalis)
Tanaman Ginkgo (Ginkgo
Ginkgo
biloba)
Diterpenoid Resin Pinus
Tanaman Taxus (Taxus
Taxol
brevifolia)
Tanaman Labu
Triterpenoid Cucurbitacins Cucurbitacins
(Cucurbita foetidissima)
Pigmen Wortel (Daucus carota)
Tetraterpenoid Karotenoid
Karoten
Politerpenoid Karet Alam Karet Alam Karet (Ficus elastica)

2.2 SIFAT FISIKA KIMIA SENYAWA TERPENOID

Secara fisika terpenoid larut dalam lemak dan terdapat didalam


sitoplasma sel tumbuhan.Terpenoid memiliki titik didih dan titik leleh
tinggi diantaranya :
1. monoterpenoid memiliki titik didih 1400C-180OC.
2. Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna. Tetapi
jika teroksidasi warna, akan berubah menjadi gelap.
3. Mempunyai bau khas.
4. Indeks bias tinggi
5. Kebanyakan optik aktif
6. Kerapatan lebih kecil dari air
7. Larut dalam pelarut organik eter dan alkohol
Sifat kimia :
1. Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik)
2. Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam
dua bentuk enantiomer

2.3 MANFAAT TERPENOID

1. Sebagai pengatur pertumbuhan (seskuiterpenoid abisin dan diterpenoid


giberellin) tumbuhan.
2. Sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik, dan sedative,
sebagai bahan pemberi aroma makan dan parfum (monoterpenoid)
3. Sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes, gangguan menstruasi,
patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria (triterpenoid)
4. Sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor
pertumbuhan tanaman, antifeedant serang, inhibitor tumor, senyawa
pemanis, anti fouling dan anti karsinogen (diterpenoid)
5. Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta
regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis (seskuiterpen)
6. Penghasil karet (politerpenoid)
7. Karotenoid memberikan sumbangan terhadap warna tumbuhan dan
juga diketahui sebagai pigmen dalam fotosintesis
8. Monoterpen dan seskuiterpen juga memberikan bau tertentu pada
tumbuhan
9. Terpenoid memegang peranan dalam interaksi tumbuhan dan hewan
misalnya sebagai alat komunikasi dan pertahanan pada serangga.
10. Beberapa terpenoid tertentu yang tidak menguap juga diduga berperan
sebagai hormon seks pada fungus.

2.4 Tanaman Lada (Piper nigrum Linn.)

2.4.1 Uraian Tanaman


Klasifikasi tanaman lada (Ditjenbun, 2013) :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionata (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Divisi : Magnoliopsida (berkepimg dua/dikotil)
Kelas : Magnoliidae
Sub-kelas : Monocotyledonae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae (Suku sirih-sirihan)
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum L

Tanaman ini adalah batang pokok berkayu, beruas-ruas dan


tumbuh merambat dengan menggunakan akar pelekat pada tiang panjat
atau menjalar di atas permukaan tanah. Tanaman lada merupakan akar
tunggang dan memiliki daun tunggal, berseling dan tersebar
(Tjitrosoepomo, 2004).
Daun berbentuk bulat telur sampai memanjang dengan ujung
meruncing (Rismunandar, 2007). Buah merupakan produksi pokok
daripada hasil tanaman lada. Buah lada berbentuk bulat, berbiji keras
dan berkulit buah yang lunak. Kulit buah yang masih muda berwarna
hijau, sedangkan yang tua berwarna kuning. Buah yang sudah masak
berwarna merah, berlendir dengan rasa manis.
Sesudah dikeringkan lada berwarna hitam. buah lada merupakan
buah duduk, yang melekat pada malai. Besar kulit dan bijinya 4-6 mm,
sedangkan besarnya biji 3-4 mm. Berat 100 biji kurang lebih 38 gram
atau rata-rata 4,5 gram. Kulit buah atau pericarp terdiri dari 3 bagian,
yaitu epicarp (kulit luar), mesocarp (kulit tengah), endocarp (kulit
dalam) (Rismunandar, 2007).

Kulit ini terdapat biji-biji yang merupakan produk dari lada, biji-

biji ini juga mempunyai lapisan kulit yang keras (Sutarno dan Agus

Andoko, 2005). Buah lada umumnya dikenal dalam dua jenis, yaitu

lada hitam dan lada puith. Yang membedakan kedua jenis ini adalah

proses pembuatannya. Proses pembuatan lada hitam adalah dengan

mengambil buah yang masih hijau, diperam, kemudian dijemur sampai

kering. Dari penjemuran diperoleh buah lada yang keriput dan berwarna

kehitam-hitaman. Sedangkan lada putih diambil dari buah yang hampir

masak, direndam, dan dikupas kulitnya yang kemudian dijemur hingga

berwarna putih (Rismunandar, 2007).

2.4.2 Syarat tumbuh


1. Iklim
 Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.
 Cukup sinar matahari ( 10 jam sehari ).
 Suhu udara 200c-340c.
 Kelembaban udara 50% - 100% lengas nisbi dan optimal antara
60% - 80% RH.
 Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.
2. Media Tanam

 Tidak tergenang atau terlalu kering


 pH tanah 5,5-7,0
 Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik,
Lateritic, Latosol dan Utisol.
 Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m.
 Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300.
 Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.
2.4.3 Kandungan dan Manfaat Piper nigrum Linn.

Piper nigrum Linn. dalam ekstrak aquoeous, ekstrak metanol

dan ekstrak etanol positif mengandung karbohidrat, protein, tannin,

fenol, kumarin, alkaloid dan antrakuinon. Kandungan alkaloid Piper

nigrum Linn. sebanyak 5-9% mengandung senyawa utama piperin,

piperidin, piperetin, dan piperenin (Kadam et al, 2013). Penelitian

mengenai alkaloid mendapat perhatian khusus karena memberikan

aktivitas yang menjanjikan seperti antiinflamasi, antibakteri, anti-asma,

dll. (Khusbhu et al, 2011).

Gambar 2. Struktur Kimia Piperin


(Sumber : Pubchem)

Rumus kimia piperin adalah C179NO3. Sruktur kimia piperin

dapat dilihat pada Gambar 2. Kristal piperin berwarna kuning, larut

dalam eter, etanol, metanol, klorofom, sedikit larut dalam air (Kolhe,

2011). Rentang titik lebur piperin adalah 128-130oC (Adosraku, 2013)


sedangkan larutan piperin dalam etanol menyerap panjang gelombang

maksimal pada 360 nm (Kolhe, 2011).

2.4.4 PANEN DAN PASCA PANEN


A. PANEN
1. Ciri dan Umur Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya
berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning
atau merah).
2. Cara Panen
Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas,
dengan mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.
3. Periode Panen
Periode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan
intensitas pemeliharaan.

B. PASCAPANEN
1. Sortasi Buah
Lada yang sudah dipetik selanjutnya disortir. Buah lada yang
busuk dan abnormal dipisahkan dan dibuang sedangkan buah yang baik
dan mulus dikumpulkan dalam satu tempat.

2. Pemisahan Buah Dari Tangkai (Perontokan)


Buah lada yang sudah dipanen ditumpuk selama 2 – 3 hari atau
langsung dirontok untuk memisahkan buah dari tangkainya. Proses
perontokan dapat dilakukan dengan cara diremas-remas atau
menggunakan kaki (diinjak-injak /secara tradisional). Hal ini juga dapat
dilakukan dengan menggunakan alat perontok tipe pedal atau motor
yang digerakkan oleh bensin/listrik. Buah lada yang sudah agak kering
akan mudah terlepas dari tangkainya.

3. Pengeringan
Pengeringan dilakukan selama 2 - 3 hari sampai kadar air
mencapai 15% yaitu kadar air yang dikehendaki pasar.Pengeringan
dengan penjemuran dilakukan dengan menggunakan alas (terpal/tikar)
yang bersih, hindari kontak dengan tanah. Tumpukan lada dibolak-balik
atau ditipiskan dengan ketebalan tumpukan 10 cm menggunakan garpu
dari kayu.

4. Penampian /Sortasi
Pemisahan atau sortasi bertujuan untuk memisahkan biji lada
hitam yang sudah kering dari kotoran sepeti tanah, pasir, daun kering,
gagang, serat-serat dan juga sebagian lada enteng. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan tampah atau mesin (blower).

5. Pengemasan Dan Penyimpanan


Buah lada hitam yang sudah kering dan terlepas dari tangkainya
dikemas dengan menggunakan karung plastik. Ruang penyimpanan
harus kering dan tidak lembab (± 70%) hal ini untuk menghindari lada
berjamur. Ruang penyimpanan diberi alas dari bambu atau kayu setinggi
lebih kurang 15 cm dari permukaan lantai sehingga bagian bawah
karung tidak berhubungan langsung dengan lantai. Kualitas lada hitam
dapat dipertahankan 3–4 tahun jika disimpan di ruangan bersuhu20-
28oC.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode penelitian

Persiapan sampel

Sampel daun lada diambil dari Way Kanan. Daun lada yang diperoleh
kemudian dibersihkan dari kotoran yang menempel dan kemudian dikeringkan
pada suhu kamar. Setelah kering sampel daun lada digiling untuk mendapatkan
ukuran yang lebih kecil.

Proses isolasi dan pemurnian

Sampel kering seberat 5 kg dimasukkan dalam wadah dan direndam


dengan menggunakan pelarut

aseton selama 2 x 24 jam. Hasil perendaman kemudian disaring untuk


mendapatkan filtrat. Filtrat tersebut lalu dipekatkan dengan penguap putar
vakum hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental tersebut kemudian
dipartisi dengan menggunakan pelarut n-heksana : H20 (1 : 1). Fasa n-heksana
diambil dan dipekatkan dengan penguap putar vakum. Kemudian dilakukan uji
KLT dengan eluen n-heksana dan kloroform, plat KLT tersebut dilihat pada
lampu UV kemudian disemprot dengan pereaksi Liebermann-Burchad untuk
mengetahui letak senyawa terpenoid. Setelah itu dilakukan uji bioaktif dengan
menggunakan hama gudang Callosobruncus chinensis dan bahan uji biji kacang
hijau

3. Pemisahan dengan Kromatografi Kolom

Ekstrak kental hasil partisi dimasukkan ke dalam kolom dan dielusi dengan
pelarut mulai dari n-heksana, kloroform, metanol dan perbandingan

dari pelarut-pelarut tersebut. Dari hasil pemisahan fraksi-fraksi tersebut


kemudian dilakukan uji KLT dan uji bioaktif untuk mendapatkan fraksi yang
aktif dan mengandung senyawa terpenoid. Untuk memurnikan fraksi yang
diperoleh dari hasil kromatografi kolom , fraksi tersebut kemudian di rekolom
untuk yang kedua kalinya. Hasil elusi ditampung setiap 1 ml per botol sampel
agar didapatkan pemisahan yang lebih baik.

4. Uji Bioaktif

Uji bioaktif dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh daun lada


sebagai insektisida5. Uji bioaktif dilakukan pada semua fraksi hasil setiap

tahapan pemurnian. Pengujian bioaktivitas dilakukan dengan metode


percobaan makan. Pengamatan mortalitas hama uji dilakukan setiap 6 jam sekali
sampai didapatkan fraksi aktif yaitu fraksi yang ditambahkan pada biji kacang
hijau mengakibatkan hama uji mati seluruhnya pada 5 kali pengulangan. Data
yang ditampilkan dalam waktu (jam) merupakan data hama yang masih dapat
bertahan hidup6 .

5. Identifikasi Senyawa Terpenoid

Sampel yang telah diisolasi kemudian diidentifikasi dengan metode


spektroskopi, yaitu spektroskopi UV-Vis, IR dan GC-MS.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil perendaman daun lada disaring sehingga didapatkan filtrat yang
kemudian dipekatkan dengan penguap putar yang bertujuan memekatkan filtrat
dengan suhu (30 – 40 0C dan putaran 60
rpm) rendah menggunakan bantuan vakum sehingga senyawa-
senyawa dalam filtrat relatif aman dari kerusakan akibat pemanasan yang
berlebihan. Dari hasil pemekatan didapatkan ekstrak kental sebanyak 50
gram. Ekstrak kasar

aseton yang diperoleh dipartisi dengan menggunakan n-heksana : air


(1 : 1). Partisi ini bertujuan untuk memperkecil pola penyebaran range
komponen senyawa hasil maserasi

berdasarkan kelarutannya. Setelah didiamkan beberapa saat kemudian


akan didapatkan 2 lapisan yang selanjutnya dipisahkan dan dihasilkan fasa
n-heksana dan fasa air. Pada kedua fasa tersebut diuji dengan pereaksi
Liebermann-Burchard. Pada fasa air tidak terbentuk endapan yang
mencirikan terdapatnya senyawa terpenoid, sedangkan pada fasa n-heksana
ternyata didapatkan endapan berwarna ungu sehingga fasa inilah yang
dilanjutkan ketahap berikutnya.

Fasa n-heksana yang didapat kemudian dipekatkan dengan penguap


putar vakum sehingga didapatkan crude n-heksana sebanyak 10 gram.
Selanjutnya dilakukan uji KLT menggunakan plat KLT dengan SiO2
sebagai fasa diam. Dari hasil KLT fasa n-heksana didapatkan 10 bercak
noda dengan harga
Rf masing-masing Rf1 = 0,03, Rf2 = 0,09, Rf3 = 0,16, Rf4 = 0,41, Rf5 =
0,46, Rf6 = 0,5, Rf7 = 0,61, Rf8 = 0,77,Rf9 = 0,8, dan Rf10 = 0,95 dengan
kloroform 100 % sebagai fasa gerak, hasil KLT diberikan pada Gambar 1.

Hal itu menunjukkan bahwa dalam ekstrak n-heksana


terkandung sedikitnya 10 komponen senyawa dan dengan pereaksi
Liebermann-Burchard dapat dilihat adanya senyawa terpenoid pada
bercak noda dengan Rf2, Rf5, Rf6, Rf8 dan Rf10 ditandai dengan
terbentuknya warna ungu, merah jambu dan ungu kemerahan

3.1. Pemisahan dengan Kromatografi Kolom


Pemisahan komponen senyawa pada crude n-heksana
dilakukan menggunakan kromatografi kolom dengan fasa diam
silika gel 60 dan fasa gerak menggunakan cara elusi landaian
dimulai dengan pelarut n-heksana, kloroform, dan
perbandingan dari pelarut tersebut terakhir
menggunakan pelarut metanol. Dari hasil penampungan
kolom kromatografi didapatkan 5 fraksi yaitu fraksi n-heksana
(1), fraksi n-heksana : CHCl3 (2), fraksi CHCl3 (3), fraksi
CHCl3 : MeOH
(4) dan fraksi MeOH (5). Hasil kromatografi kolom fasa n-heksana
diberikan pada Tabel 1.

Hasil fraksi-fraksi tersebut dipekatkan dengan penguap putar vakum,


kemudian diambil sejumlah cuplikan dan dilarutkan dengan aseton untuk uji
bioaktif terhadap hama Callosobruncus chinensis untuk mengetahui fraksi yang
bersifat aktif.

Dari hasil uji bioaktivitas yang disajikan pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa
fraksi n-heksana : CHCl3 dan fraksi CHCl3 bersifat aktif. Pada fraksi n-heksana :
CHCl3 mempunyai sifat aktif terhadap hama uji tetapi tidak mengandung
senyawa terpenoid sedangkan fraksi CHCl3 merupakan fraksi yang aktif
terhadap hama gudang Callosobruncus chinensis dan mengandung senyawa
terpenoid ditandai dengan adanya bercak noda yang berwarna ungu kemerahan.
Fraksi
CHCl3 memiliki keaktifan terhadap hama Callosobruncus chinensis
dengan waktu kontak selama 24 jam untuk dapat mematikan semua hama uji
pada lima kali pengulangan.

Hasil KLT pada fraksi CHCl3 menunjukkan bahwa dalam fraksi tersebut
masih terdapat 4 komponen senyawa dengan harga Rf masing-masing senyawa
adalah Rf1 = 0,41, Rf2 = 0,46, Rf3 = 0,5 dan Rf4

= 0,61. Pada Rf = 0,46 dan Rf = 0,5 diidentifikasi sebagai senyawa


terpenoid karena berwarna ungu kemerahan dan merah jambu setelah disemprot
dengan Liebermann-Burchard, maka komponen yang berada pada Rf tersebut
menjadi target isolasi berikutnya
Untuk memisahkan senyawa yang menjadi target isolasi dari komponen
yang lain dilakukan kembali kromatografi kolom dengan menggunakan silika gel
60 sebagai fasa diam dan fasa gerak n-heksana, kloroform, perbandingan pelarut-
pelarut yang digunakan dan MeOH. Hasil rekolom dari fraksi CHCl3 dapat
dilihat pada Tabel 3.

Dari hasil rekolom fraksi CHCl3 didapatkan 4 fraksi. Pada fraksi-fraksi


tersebut kemudian diuji

bioaktivitas dan uji terpenoid. Didapatkan senyawa target berada difraksi


3.3 dengan eluen CHCl3 : MeOH dan setelah diuji bioaktivitas ternyata fraksi
tersebut aktif terhadap hama gudang Callosobruncus chinensis, hasil uji bioaktif
diberikan pada Tabel 4.

Hasil KLT fraksi 3.3 diberikan pada Gambar 3. Dari gambar tersebut dapat
dilihat hasil KLT rekolom fraksi 3.3 bercak noda yang dihasilkan sudah satu spot
tetapi masih agak memanjang sehingga perlu dilakukan lagi kromatografi kolom
terhadap fraksi tersebut untuk mendapatkan senyawa target yang lebih murni.
Pada tahap pemurnian ini, hasil tampungan dilakukan setiap 1 ml per botol
sampel dengan menggunakan eluen n-heksana : CHCl3, CHCl3, CHCl3 : MeOH
dan MeOH. Dari hasil kolom didapatkan hasil penampungan sebanyak 210 botol
sampel dan tiap botol diuji KLT dan disemprot

dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Berdasarkan hasil KLT yang


dilihat dari harga Rf bercak noda yang terbentuk didapatkan 6 fraksi. Setelah
didiamkam selama beberapa hari pada masing-masing fraksi terbentuk kristal
berbentuk jarum. Kristal yang terbentuk tiap fraksi memiliki bentuk yang hampir
sama dan memiliki nilai Rf yang memiliki perbedaan sangat tipis. Hasil kristal
terbanyak terdapat pada fraksi 3.3.4. Hasil kolom kromatografi pemurnian ini
diberikan pada Tabel 5.

Pada masing-masing fraksi yang didapat dari hasil kromatografi kolom


fraksi 3.3 kemudian dilakukan

uji bioaktivitas terhadap hama gudang Callosobruncus chinensis.


Berdasarkan hasil uji bioaktivitas yang diberikan pada Tabel 6. fraksi 3.3.4.
bersifat aktif terhadap hama uji, sehingga kristal yang ada pada fraksi ini yang
kemudian diidentifikasi dengan alat spektroskopi.

Pemeriksaan dengan KLT memperlihatkan bahwa senyawa target yang


diperoleh selalu memberikan bercak tunggal walaupun telah digunakan berbagai
eluen dengan kepolaran yang berbeda-beda, harga Rf 0,17 dengan eluen n-
heksana : CHCl3 (1 : 1) (a), Rf 0,46 dengan eluen CHCl3 100 % (b), eluen n-
heksana : CHCl3 : MeOH ( 5 : 4 : 1) Rf 0,60 (c) dan Rf 0,9 dengan eluen CHCl3 :
MeOH (1 : 1)

(d). Kristal yang dihasilkan sebanyak 3 mg berbentuk seperti jarum dan


berwarna putih. Hasil plat KLT senyawa target yang dihasilkan dengan beberapa
eluen diberikan pada gambar berikut:

3.2. Uji Bioaktif

Hasil pengujian uji bioaktivitas Callosobruncus chinensis pada biji kacang


hijau menunjukkan bahwa pada ekstrak daun lada mengandung senyawa
terpenoid yang dapat menyebabkan kematian pada hama uji dan juga dapat
mengurangi aktivitas makan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya hama yang
mati dan biji kacang hijau pada fraksi yang aktif masih dalam keadaan utuh.
Sedangkan biji kacang hijau pada blangko, pelarut dan fraksi yang lain menjadi
berlubang dan berbubuk sehingga menyebabkan penurunan berat kacang hijau.
Berkurangnya berat kacang hijau disebabkan karena selama perkembangannya
larva Callosobruncus chinensis memakan kotiledon maupun embrio dari kacang
hijau. Serangan yang dilakukan oleh hama ini menyebabkan kacang hijau
berlubang bahkan sampai hampa (tinggal kulitnya saja) dan bobotnya menjadi
ringan9
3.3. Identifikasi dengan Spektroskopi Infra Merah

Pemeriksaan spektrum infra merah dari senyawa terpenoid yang diperoleh,


memberikan pita-pita serapan pada bilangan gelombang 3317,3 cm -1 (s)
merupakan serapan dari uluran – OH. Serapan pada 2931,6 cm -1 (k) yang
didukung dengan serapan pada 1458,1 cm -1 (s) merupakan uluran metil, pada
bilangan gelombang 2862,2 cm -1 merupakan uluran =C-H dan serapan di daerah
sidik jari pada 1373,2 cm -1 menunjukkan uluran - CH2. Pada 1643,2 cm -1 (l)
yang didukung oleh serapan di daerah sidik jari pada 887,2 cm -1 (l) merupakan
uluran C=C yang terdapat dalam struktur lingkar. Serapan di daerah sidik jari
pada 1126,4 cm -1 (s) merupakan serapan dari C-O (Sastrohamidjojo, 1990).
Data hasil pengukuran spektroskopi IR diberikan pada Gambar 5.
3.4. Identifikasi dengan Spektroskopi Massa

Dari hasil pengukuran spektroskopi massa didapatkan senyawa dengan


berat molekul 220 m/e dengan puncak dasar (100 %) adalah 43. Senyawa
dengan berat molekul 220 diduga memiliki rumus molekul C15H24O. Jumlah
ekivalen ikatan rangkap
dalam rumus molekul tersebut dapat dihitung berdasarkan rumus DBE dan
dihasilkan sebanyak 4 buah ekivalen ikatan rangkap, yaitu 3 buah lingkar (siklik)
dan 1 buah ikatan rangkap C=C7. Adanya gugus – OH pada struktur dugaan
dibuktikan dengan adanya puncak 202 m/e pada data MS dimana ion molekul
melepaskan molekul netral H2O dan didukung dengan adanya serapan pada
bilangan gelombang 3317,3 cm-1 pada data IR. Gugus metil dilihat dari
munculnya puncak 205 m/e dimana ion radikal metil dilepaskan dari ion molekul
dan juga puncak 187 m/e setelah pelepasan H2O dan gugus metil dari ion
molekul, dari data IR gugus metil ditunjukkan dengan adanya serapan pada
2931,6 cm-1 dan 1458,1 cm-1. Adanya ikatan rangkap pada siklik ditunjukkan
dengan adanya serapan pada 1643,2 cm-1 dan 887,2 cm-1. Ikatan =C-H pada
ikatan rangkap ditunjukkan dengan adanya peak pada 2862,2 cm-1. Hasil
pengukuran Spektroskopi Massa diberikan pada Gambar 6.
J. Sains Tek., Desember 2005, Vol. 11, No. 3

Anda mungkin juga menyukai