Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FITOKIMIA

TERPENOID 2

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:


1. Yesicha Prasetianingtyas

1343050027

2. Lewi Debora

1343050035

3. Christa Marupa S

1343050059

4. Cindy Nova S

1343050128

5. Hotnida Esterina K

1343050136

6. Voni Yuni Mariati


7. Johanny Grace Daniela

1143050048
1143050065

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA


Jl. Sunter Permai Raya, Sunter Agung Podomoro - Jakarta Utara 14350
Telp. (021) 64715666 Fax. (021) 6410287
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Tepenoid
Dalam tumbuhan biasanya terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon
teroksigenasi yang merupakan senyawa terpenoid. Kata terpenoid mencakup sejumlah besar
senyawa tumbuhan, dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis
semua senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal
dari molekul isoprene CH2==C(CH3)CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh
penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi
beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut, 2
(C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40).
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri,
yaitu monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena
menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Masingmasing
golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme maupun pada
ekologi tumbuhan. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8). Terpenoid merupakan
senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis
diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang
rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau atom karboksilat. Mereka berupa senyawa
berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optic yang umumnya
sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya
Sifat sifat umum senyawa terpenoid :
a. Sifat-sifat fisika dari terpenoid adalah :
1) Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi warna
akan berubah menjadi gelap
2) Mempunyai bau yang khas
3) Indeks bias tinggi
4) Kebanyakan optic aktif 4
5) Kerapatan lebih kecil dari air
6) Larut dalam pelarut organic eter dan alcohol
b. Sifat kimia dari terpenoid adalah :
1) Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik)
2) Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer
BAB II
PENJELASAN
2.1 Sintesa Terpenoid
Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
a. Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.

b. Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-,
sester-, dan poli-terpenoid.
c. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan
steroid.

Asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen
menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A
melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana
ditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam
fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi
DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepada keekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi
isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron
dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti
oleh penyingkiran ison pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni
senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.
Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme yang
sama seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan
senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen. Senyawa-senyawa diterpen diturunkan
dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara atau satu unit IPP
dan GPP dengan mekanisme yang sama pula.
Gambar :Mekanisme Biosintesa Senyawa Terpenoid

2.2 Penggolongan Terpenoid


Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul
umum (C5H8)n.
Penggolongan biasanya tergantung pada nilai n.

a. Monoterpenoid
Monoterpeoid merupakan senyawa essence dan memiliki dan memiliki bau
yang spesifik yang dibangun oleh 2 unti isopren atau dengan jumlah atom karbon 10.
Lebih dari 1000 jenis senyawa monoterpenoid telah diisolasi dari tumbuhan tingkat
tinggi, binatang laut, serangga, dan jenis vertebrata dan struktur senyawanya telah
diketahui.
Struktur dari senyawa monoterpenoid yang telah dikenal merupakan
perbedaan dari 38 jenis kerangka yang berbeda, sedangkan prinsip dasar
penyusunannya tetap sebagai penggabungan kepala dan ekor dari 2 unit isoprene.

Struktur monoterpenoid dapat berupa rantai terbuka dan tertutup atau siklik.
Senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptik, ekspektoran,
spasmolotik, dan sedatif. Disamping itu monoterpenoid yang sudah banyak dikenal
banyak dimanfaatkan sebagai bahan pemberi aroma makanan dan parfum dan ini
banyak digunakan komersial dalam perdagangan.
Dari segi biogenetik, perubahan geraniol nerol dan linaol dari salah satu
menjadi yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga alkohol ini
yang berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi reaksi-reaksi
sekunder, misalnya dehidrasi menghasilkan mirsen, oksidasi menghasilkan sitral dan
oksidasi reduksi menghasilkan sitronelal.
Perubahan GPP in vivo menjadi senyawa-senyawa monoterpen siklik dari segi
biogenetic disebabkan reaksi siklisasi yang diikuti oleh reaksi-reaksi sekunder.
Senyawa seperti monoterpenoid mempunyai kerangka karbon yang banyak
variasinya. Oleh karena itu penetapan struktur merupakan hal yang penting. Jenis
kerangka karbon monoterpenoid antara lain dapat ditetapkan oleh reaksi
dehidrogenasi menjadi senyawa aromatik. Penetapan struktur selanjutnya adalah
melalui penetapan gugus fungsi dari senyawa yang bersangkutan.
b. Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit
isoprene yang terdiri dari kerangka unit asiklik atau bisiklik dengan kerangka
naphtalen. Senyawa terpenoid mempunyai boiaktifitas yang cukup besar, diantaranya
sebagai antifeedant, hormone, antimikroba, antibiotic dan toksin sebagai regulator
pertumbuhan tanaman dan pemanis.
Senyawa-senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis-farnesil pirofosfat dan
trans farnesil piropospat melaului reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lain. Kedua
isomer farnesil piropospat ini dihasilkan dari melalui mekanisme yang sama seperti
isomerisasi abtara geranil dan nerol.
c. Diterpenoid
Diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom karbon yang
dibangun oleh 4 unti isoprene. Senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang cukup luas
yaitu sebagai hormone pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan
tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, abtifouling dan
anti karsinogenik. Senyawa diterpenoid dapat membentuk asiklik, bisiklik, trisiklik,
dan tetrasiklik. Tata nama yang digunakan merupakan tata nama trivial.
d. Triterpenoid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid, telah diisolasi dengan lebih dari 40 jenis
kerangka dasar yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi
dari sekualen. Tritepenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung
dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai fungsi siklik pada siklik
tertentu.
Struktur terpenoid yang bermacam ragam timbul akibat dari reaksi sekunder
berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi atas geranil,
farnesil, dan geranil-geranil pirofosfat.
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu
skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa
alkohol, aldehida atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tanwarna,
berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik, yang umumnya sukar
dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. Uji yang banyak digunakan ialah

reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan


triterpena dan sterol memberikan warna hijau biru.]
Triterpenoid dapat dipilih menjadi sekurang-kurangnya empat golongan
senyawa : triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Kedua
golongan yang terakhir sebenarnya triterpena atau steroid yang terutama terdapat
sebagai glikosida. Banyak triterpena dikenal dalam tumbuhan dan secara berkala
senyawa baru ditemukan dan cirikan. Sampai saat ini hanya beberapa saja yang
diketahui tersebar luas. Senyawa tersebut ialah triterpena pentasiklik -amirin dan amirin serta asam turunannya yaitu asam ursolat dan asam oleanolat. Senyawa ini dan
senyawa sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan malam daun dan dalam buah,
seperti apel dan pear, dan mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk
menolak serangga dan dan serangan mikroba. Triterpena terdapat juga dalam damar,
kulit batang, dan getah seperti : Euphorbia, Hevea, dan lain-lain (Harborne, 1987).
e. Tetraterpenoid
Merupakan senyawa dengan senyawa C yang berjumlah 40. Rumus molekul
tetraterpenoid adalah C40H64. Terdiri dari 8 unit isoprene. Sedangkan biosintesisnya
berasal dari geranyl-geraniol. Tetraterpenoid lebih dikenal dengan nama karotenoid.
Terdiri dari urutan panjang ikatan rangkap terkonjugasi sehingga memberikan warna
kuning, oranye dan merah. Karotenoid terdapat pada tanaman akar wortel, daun
bayam, buah tomat, dan biji kelapa sawit.
f. Polyterpenoid
Disintesis dalam tanaman dari asetal melalui pyroposfat isopentil (C5)dan dari
konjugasi jumlah unit isoprene. Ditemukan dalam latek dari karet. Plyterpenoid
merupakan senyawa penghasil karet.
2.3 Senyawa Terpenoid pada Minyak Atsiri
Minyak atsiri atau minyak eteris (essential oil, volatil oil, etherial oil) adalah minyak
mudah menguap yang diperoleh dari tanaman dan merupakan campuran dari senyawa
senyawa volatil yang dapat diperoleh dengan distilasi, pengepresan ataupun ekstraksi.
Minyak atsiri mempunyai sifat fisik dan kimia yang sangat berbeda dengan minyak pangan.
Penghasil minyak atsiri berasal dari berbagai spesies tanaman yang sangat luas dan
digunakan karena bernilai sebagai citarasa dalam makanan dan minuman serta parfum dalam
produk industri, obat-obatan dan kosmetik. Minyak atsiri tanaman diperoleh dari tanaman
beraroma yang tersebar di seluruh dunia (Simon, 1990). Dari 350.000 spesies tanaman yang
ada, sekitar 17.500 (5%) spesies adalah tanaman penghasil senyawa beraroma dan sekitar 300
spesies tanaman digunakan untuk memproduksi minyak atsiri untuk industri makanan,
citarasa dan parfum (Boelens, 1997). Hampir semua tanaman berbau mengandung minyak
atsiri. Tergantung pada tipe tanaman, beberapa bagian tanaman dapat digunakan sebagai
sumber minyak atsiri misalnya buah, biji, bunga, daun, batang, akar, kulit kayu atau kayunya.
Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan minyak atsiri dapat segar, setengah kering
atau kering, untuk bunga harus dalam bentuk segar. Beberapa metode digunakan untuk
mengisolasi minyak atsiri dari sumbernya (Sonwa, 2000).
Menurut Reineccius (1999) minyak atsiri terdiri atas campuran kompleks senyawa
organik yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
(1) Terpen yaitu senyawa hidrokarbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit isopren (C5, n
=1). Jika n = 2 maka hidrokarbon tersebut dikenal dengan monoterpen, jika n = 3 disebut

seskuiterpen dan jika n = 4 disebut diterpen, juga dikenal triterpen (C30) dan tetraterpen
(C40). Meskipun jumlahnya signifikan dalam minyak atsiri tetapi terpen hanya memiliki nilai
citarasa yang kecil, bila dibandingkan dengan oxygenated derivates.
(2) Turunan terpen teroksidasi (oxygenated derivates) yaitu alkohol, aldehid, keton dan ester.
Senyawa tersebut memberikan kontribusi besar pada perbedaan citarasa diantara minyak
atsiri. Contoh senyawa ini diantaranya sitronelol, geraniol, nerol, mentol, nerolidol, sitral.
(3) Senyawa aromatik dengan gugus fungsi yang bervariasi (alkohol, asam, ester, aldehid,
keton, fenol).
(4) Senyawa yang mengandung nitrogen atau sulfur. Senyawa ini tidak terdapat pada
kebanyakan minyak atsiri, biasanya terdapat pada tanaman yang mengandung bahan
albuminous diantaranya indol dan skatol.
Sifat-Sifat Minyak Atsiri :

Bau yang khas

Rasa getir

Mudah menguap pada suhu kamar

Larut dalam pelarut organic & tidak laut dalam air

Berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan

2.4 Contoh Tumbuhan yang Mengandung Senyawa Terpenoid

KLASIFIKASI
a. Monoterpen
1. Camphora (camfer)
Nama Tanaman Asal
: Cinnamomum camphora L.
Keluarga
: Lauraceae
Zat berkhasiat
: Kamfer ( C12 H16 O )
Penggunaan
: Sebagai obat luar rubefacient, obat dalam
untuk antiseptik ringan karminativa dan antiplasmodik.
2. Kayu Putih
Nama Latin
: Melaleuce Leucadendra L.
Nama Suku
: Myrtaceae
Nama Simplisia
: Fructus Melaleucae (buah kayu putih), Folium
Melaleucae (daun kayu putih), Cortex Melaleucae (kulit batang kayu putih)
Nama Daerah
: Sumatra: inggolom (Batak), gelam, kayu
gelang, kayu putih(Melayu). Kalimantan:P galam (Dayak). Jawa: gelam

(Sunda, Jawa), ghelam (Madura). Sulawesi: baru galang(Makasar), waru


gelang (Bugis). Nusa Tenggara: ngglelak, ngelak (Roti). Maluku: iren,
sakelan (Piru), irano (Amahai), ai kelane (Hila), irono (Haruku), ilano (Nusa
Laut Saparuna), elan (Buru).
Nama Asing
: Bai qian ceng (C), cajuput oil tree, paper bark
tree, melaleuca
Sinonim
: Melaleuca leucadendron L. M. cajuputi Roxb,
M. Cumingiana et lancifolia Turcz, M. minor Sm, M.saligna BI, M.viridifolia
Gaertn, Myrtus leucadendra L., M.saligna Gmel
Kandungan Kimia
:
Kulit mengandung Kulit mengandung lignin dan resinol bernama
mellaleusi.
Daun mengandung Daun mengandung minyak atsiri, terdiri atas
methyleugenol, 1,8, cineol, dl-limonini, terpinol, alfa-pinene,
benzaldehyde, butylalhyde, pentanol, propinoic acid, dan betullin.
b. Sesquiterpenoid
1. Bunga artemisia
Nama Tanaman Asal
: Artemisia annua.
Keluarga
: Asteraceae
Zat berkhasiat
: Saponin, flavonoid, polifenol dan minyak
atsiri.
Penggunaan
: Antimalaria, antipiretik.
2. Valerian
Nama Tanaman Asal
: Valerian officinalis.
Keluarga
: Valerianaceae
Zat berkhasiat
: Flavonoid, glikosida, terpenoid.
Penggunaan
: Meningkatkan kognisi pada diurensia pada
pasien, penambah daya ingat, antivertigo
3. Bunga matricia
Nama Tanaman Asal
: Matricia recutita.
Keluarga
: Masteraceae
Zat berkhasiat
:
Flavonoid,
kumarin,
sequiterpenoid,
kamazulen.
Penggunaan
: Obat sakit perut, anti radang pada usus, obat
penenang, obat antidiabetes
c. Diterpenoid
1. Taxus
Nama Tanaman Asal
Keluarga
Zat berkhasiat
Penggunaan

: Taxus brevifolia.
: Taxaceae
: Minyak atsiri, terpenoid, taxol.
: Obat jantung, antioksidan

d. Triterpenoid
1. Labu
Nama Tanaman Asal
: Curcubita foetidissima .
Keluarga
: Curcubitaceae
Zat berkhasiat
: Karotenoid, vitamin A, vitamin C, serat,
mineral, lemak, karbohidrat.

Penggunaan
sebagai antioksidan

: Mengobati cancing pita, penangkal kanker

e. Tetraterpenoid
1. Wortel
Nama Tanaman Asal
: Daucus carota L.
Keluarga
: Apiaceae
Zat berkhasiat
: Vitamin A, vitamin K, vitamin E, antioksidan,
kalium, Folat, Mangan, Magnesium, Fosfor
Penggunaan
: Mengurangi resiko kanker, menekan resiko
penyakit jantung, mencegah stroke, menjaga kesehatan mata dan kulit serta
meningkatan sistem kekebalan (imunitas) pada tubuh manusia
e. Politerpenoid
1. Karet alam
Nama Tanaman Asal
: Ficus elastica Roxb. Ex Hormem
Keluarga
: Moraceae
Zat berkhasiat
: Saponin, flavonoid, polifenol, tanin
Penggunaan
: Obat maag, bisul, analgetik, rematik sendi
2.4 Kegunaan Terpenoid
Kegunaan terpenoid bagi tumbuhan antara lain :Fitoaleksin
a. Fitoaleksin adalah suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat) dan
diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme patogen
atau terpapar senyawa kimia tertentu dan radiasi dengan sinar UV.
b. Insect antifectan, repellant
c. Pertahanan tubuh dari herbivore
d. Pengatur pertumbuhan (seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid giberellin).
e. Sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan
pemberi aroma makan dan parfum (monoterpenoid).
f. Sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular,
gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria (triterpenoid).
g. Sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman,
antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti
karsinogen (diterpenoid).
h. Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator
pertumbuhan tanaman dan pemanis (seskuiterpenoid).
i. Penghasil karet (politerpenoid).
j. Karotenoid memberikan sumbangan terhadap warna tumbuhan dan juga diketahui
sebagai pigmen dalam fotosintesis.
k. Monoterpen dan seskuiterpen juga memberikan bau tertentu pada tumbuhan.
l. Terpenoid memegang peranan dalam interaksi tumbuhan dan hewan, misalnya
sebagai alat komunikasi dan pertahanan pada serangga
m. Beberapa terpenoid tertentu yang tidak menguap juga diduga berperan sebagai
hormon seks pada fungus.

2.5 Isolasi Dan Identifikasi Terpenoid


Cara ekstraksi dapat dilakukan dengan metode maserasi, sokletasi dan destilasi uap.
Dengan metode perkolasi tidak memungkinkan karena sifat terpenoid yang mudah menguap
akan menyebabkan kehilangan zat. Dengan metode refluks juga tidak memungkinkan karena
pemanasan langsung dapat menyebabkan putusnya ikatan rangkap dan perubahan struktur
kimia terpenoid. Metode infundasi kurang optimal karena pelarut air kurang dapat menarik
terpenoid.
Pelarut yang digunakan untuk proses ekstraksi adalah pelarut organik yang cenderung
bersifat non-polar seperti eter karena terpenoid merupakan rantai hidrokarbon yang panjang
sehingga bersifat hidrofob.
Identifikasi senyawa terpenoid dengan skrining fitokimia adalah dengan mereaksikan
terpenoid dengan reagen Liebermann-Burchard (asam asetat anh dan asam sulfat P) yang
positif menghasilkan warna merah.
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan
maserasi.
1. Sokletasi
Dilakukan dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji dengan 5L nhexana. Ekstrak n-hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak nheksana dikentalkan lalu diujifitokimia dan uji aktifitas bakteri.
2. Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol.
Ekstrak methanol dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl4M.hasil hidrolisis
diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan
dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksanadikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas
bakteri.
Uji aktivitas bakteri dilakukan dengan pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum
ose yang dilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL
Muller-Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu 35C.
suspensi baketri homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media
Muller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidikapas yang steril. Kemudian
tempelkan disk yang berisi sampel, standartetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan
sebagai kontrol. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35C. dilakukan pengukuran daya
hambat zat terhadap baketri.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard.
Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setatanhidrat dan asam
sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalahuntuk membentuk turunan
asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetildidalam kloroform setelah. Alasan
penggunaan kloroform adalah karena golongansenyawa ini paling larut baik didalam pelarut
ini dan yang paling prinsipil adalahtidak mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji

terdapat molekul air makaasam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum
reaksi berjalandan turunan asetil tidak akan terbentuk.
3.Skrinning fitokimia
Identifikasi Terpenoid
1. Menghaluskan 1 gram sampel.
2. Menambahkan 2 ml kloroform, kocok dan saring filtratnya.
3. Menambahkan 2 tetes asetat anhidrat pada filtrat.
4. Kemudian menambahkan 2 tetes asam sulfat pekat.
5. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
(metode lieberman-burchard, jika positif menghasilkan merah jingga/ungu)

BAB III
PENUTUP
III.1 DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Gunawan, IW. G., Bawa, G. IA. G., Sutrisnayanti, NL., 2008, Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Terpenoid yang Aktif Antibakteri pada Herba Meniran (Phyllanthus
niruri linn), Jurnal Kimia (2) 1, hal : 31-39.
Lenny, S., 2006, Terpenoid dan Steroid, Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Usman, H., 2002, Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai