DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
ANISA A25118061
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
PROSES PENGELOLAHAN TEBU MENJADI GULA PASIR ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah yang diampuh oleh ibu SRI MULYANI pada bidang studi/mata
kuliah KIMIA PANGAN Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang PROSES PENGELOLAHAN TEBU MENJADI GULA PASIR
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami menyadari, makalah yang kami
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.3 Komponen kimia Makro Dan Mikro Dalam Bahan Pangan Tebu
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan kenyataan diatas, maka kami memilih sebuah karya tulis makalah
yang berjudul “PROSES PENGELOLAHAN TEBU MENJADI GULA PASIR”.
PEMBAHASAN
Pada tahun 1750 terdapat 120 pabrik pemurnian gula yang beroperasi di
Britania dengan hanya menghasilkan 30.000 ton per tahun. Pada tahap ini gula
masih merupakan sesuatu yang mewah dan memberi keuntungan yang sangat
besar sehingga gula dijuluki “emas putih”. Keadaan ini juga berlaku di negara-
negara Eropa Barat lainnya. Para pemerintah menyadari keuntungan besar yang
didapat dari gula dan oleh karenanya mengenakan pajak yang tinggi. Akibatnya
gula tetap merupakan sebuah barang mewah. Keadaan ini terus bertahan sampai
dengan akhir abad ke-19 ketika kebanyakan pemerintahan mengurangi atau
menghapus pajak dan menjadikan harga gula terjangkau untuk warga biasa.
Tanaman tebu biasanya tumbuh baik pada daerah yang beriklim panas
dengan kelembaban untuk pertumbuhan adalah > 70%. Suhu udara berkisar antara
28 oC – 34oC. Tanah yang baik bagi pertumbuhan tebu adalah tanah subur dan
cukup air tetapi tidak tergenang. Fase pertumbuhan tanaman tebu jatuh pada umur
3 sampai 8 bulan dan fase pemasakan pada umur 9 sampai 12 bulan yang ditandai
dengan tebu mengeras dan berubah warna menjadi kuning pucat. Pengolahan
tanah untuk penanaman tebu di lahan kering pada umumnya dilakukan pada
musim kemarau sampai akhir musim hujan, sedangkan penanaman dilakukan di
awal musim kemarau sampai menjelang musim hujan. Dari proses pertumbuhan
tanaman tebu yang telah dijelaskan. Berikut ini adalah kandungan yang terdapat
pada batang tebu
1. Air (75 – 85 %)
Senyawa organik dalam tanaman tebu sebagian besar dalam bentuk Asam
Laktat, Asam Suksinat, serta Asam Glukonat. Jika tebu busuk, asam akan
teroksidasi menjadi asam laktat. Asam laktat dalam jumlah yang cukup banyak
akan mempercepat proses inverse. Inverse dapat dicegah dengan cara
mempertahankan pH > 7 dengan temperatur proses pemurnian tidak terlalu tinggi.
6. Senyawa Phosphate
7. Serabut
Serabut merupakan rangka tanaman tebu yang tersusun dari selulosa atau
hemiselulosa. Ciri umumnya adalah keras karena adanya lignin dan pektin.
Serabut merupakan semua bagian tebu tanpa nira. Jika dipanaskan atau
dikeringkan maka 50 % dari serabut adalah selulosa.
Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor dalam, tetapi juga
ditentukan oleh faktor luar. Salah satu faktor eksternal tersebut adalah unsur hara
esensial. Unsur hara esensial adalah unsur-unsur yang diperlukan bagi
pertumbuhan tanaman. Apabila unsur tersebut tidak tersedia bagi tanaman, maka
tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan unsur tersebut dan pertumbuhan
tanaman akan terganggu. Berdasarkan jumlah yang diperlukan, kita mengenal
unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro diperlukan bagi tanaman dalam
jumlah yang lebih besar (0,5-3% berat tubuh tanaman) unsur hara makro terdiri
dari N,P,K,Ca,Mg. Sedangkan unsur hara mikro diperlukan oleh tanaman dalam
jumlah yang relatif kecil.Unsur hara mikro dalam tebu terdiri dari
B,Cl,Cu,Fe,Mn,Mo,Zn. Unsur hara N termasuk unsur yang dibutuhkan dalam
jumlah paling banyak sehingga disebut unsur hara makro primer. Umumnya unsur
Nitrogen menyusun 1-5% dari berat tubuh tanaman. Unsur N diserap oleh
tanaman dalam bentuk ion amonium (NH4+) atau ion nitrat (NO3-).
Sumber unsur N dapat diperoleh dari bahan organik, mineral tanah, maupun
penambahan dari pupuk organik. Unsur hara N berfungsi untuk menyusun asam
amino (protein), asam nukleat, nukleotida, dan klorofil pada tanaman, sehingga
dengan adanya penambahan unsur N, tanaman akan lebih hijau, cepat dalam
pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, jumlah cabang), dan kandungan
protein hasil panen bertambah. Unsur P juga merupakan salah satu unsur hara
makro primer sehingga diperlukan tanaman dalam jumlah banyak untuk tumbuh
dan berproduksi. Tanaman mengambil unsur P dari dalam tanah dalam bentuk ion
H2PO4-
1. Ekstraksi nira,
adalah proses pemerahan cairan tebu (nira) dari batangnya dengan
menggunakan gilingan yang terbuat dari kayu atau dari logam. Penggilingan dari
kayu merupakan alat sederhana yang biasa digunakan petani secara tradisional.
Tenaga penggeraknya berupa sapi. Alat penggiling tebu yang digunakan PG
berupa satu rangkaian alat pengerja pendahuluan (Voorbeweer Kers) yang
dirangkai dengan alat gilingan dari logam. Alat pengerja pendahuluan berfungsi
sebagai pemotong dan pencacah tebu. Sedangkan alat gilingan dari logam
digunakan untuk memerah nira setelah batang tebu mengalami pencacahan.
2. Pemurnian Gula,
Proses pemurnian gula adalah proses menghilangkan bahan pengotor
secara maksimum. Tujuan dari proses pemurnian ini adalah (1) membuang bahan
pengotor dengan mempercepat pemisahan atau penghancuran anorganik bukan
gula yang terdapat dalam nira pada keadaan koloid karena hal tersebut dapat
meningkatkan konsentrasi gula yang tersedia untuk dikristalkan, (2) memisahkan
bahan padat yang tersuspensi di dalam nira pada keadaan koloid. Kotoran ini tidak
bisa dipisahkan dengan penyaringan sederhana, sehingga diperlukan aksi dari susu
kapur dan panas.
Sukrosa 11-14
5. Kristalisasi,
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan
vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus
sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula. Sistem yang
dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B sebagai produk,dan gula D dipakai
sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak kembali.
Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah atmosfir dengan vakum
sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa) tidak
rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal
gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu
didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).
6. Pemisahan Kristal Gula,
Pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja
dengan gaya memutar (sentrifungal). Alat ini bertugas memisahkan gula terdiri
dari :
Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-
kira 20% . Gula yang mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula
kering, untuk menjaga agar tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus
dikeringkan terlebih dahulu. pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau
dengan memakai udara panas kira-kira 800c. Pengeringan gula secara alami
dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang goyang yang panjang, melalui
talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses pengeringan dengan
cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara pemanasan. Cara
ini bekerja atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara panas.
Penimbangan termasuk tahap pengemasan. Ini bisa dilakukan secara otomatis atau
manual. Demikian pula pengerjaan menjahit karung, bisa dijahit tangan maupun
mesin. Kondisi gudang untuk penyimpanan harus memenuhi syarat tertentu yaitu
kadar air anara 10-15%. Penyimpanan dilakukan dengan cara penumpukkan
karung yang diatur serapat mungkin dan teratur
1. Batang
Tanaman tebu mempunyai sosok yang tinggi, kurus, tidak bercabang dan
tumbuh tegak. Tinggi batangnya dapat mencapai lebih kurang 3-5 m. Kulit batang
keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau kombinasinya. Pada batang
terdapat lapisan lilin yang berwarna putih ke abu-abuan dan umumnya terdapat
pada tanaman tebu yang masih muda.
2. Daun
Daun tebu merupakan daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari pelepah
dan helaian daun, tanpa tangkai daun. Daun berpangkal pada buku batang dengan
kedudukan yang berseling. Pelepah memeluk batang, makin ke atas makin sempit.
Pada pelepah terdapat bulu dan telinga daun.
3. Akar
Tebu mempunyai akar serabut yang panjangnya dapat mencapai satu meter.
Sewaktu tanaman masih muda atau berupa bibit, ada 2 macam akar yaitu akar
setek dan akar tunas. Akar setek/bibit berasal dari setek batangnya, tidak berumur
panjang, dan hanya berfungsi sewaktu tanaman masih muda. Akar tunas berasal
dari tunas, berumur panjang, dan tetap ada selama tanaman masih tumbuh.
4. Bunga
Bunga tebu merupakan bunga majemuk yang tersusun atas mulai dengan
pertumbuhan terbatas. Panjang bunga majemuk 70-90 cm. Setiap bunga
mempunyai tiga daun kelopak, satu daun mahkota, tiga benang sari dan dua
kepala putik
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses
produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat
aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan
makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak
atau hilang selama proses pengolahan. Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal
dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya
zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan
manusia. Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan
digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman dan
makanan kesehatan. Pemanis dipakai untuk menambah rasa manis yang lebih kuat
pada bahan makanan. Pemanis dapat dibedakan menjadi dua yaitu pemanis alami
dan buatan. Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh
dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Gula tebu atau gula pasir mengandung
zat pemanis fruktosa yang merupakan salah satu jenis glukosa. Gula tebu atau
gula pasir yang diperoleh dari tanaman tebu merupakan pemanis yang paling
banyak digunakan. Selain memberi rasa manis, gula tebu juga bersifat
mengawetkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Produksi gula diupayakan terus meningkat baik dari segi kualitas maupun
kuantitas, penggunaan mesin-mesin (mekanisaai) merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan produksi gula. Meskipun mesin-mesin yang digunakan
bukan mesin berteknologi canggih. Pada umumnya mesin-mesin yangdigunakan
bukan mesin berteknologi canggih. Pada umumnya mesin-mesin yang digunakan
oleh pabrik-pabrik gula di indonesia pengoprasiaannya dilakukan oleh manusia.
Mesin-mesin tersebut bekerja secara manual tidak secara komputeraisasi.
Achyadi N.S dan I. Maulidah. 2004. Pengaruh Banyaknya Air Pencuci Dan
Ketebalan Masakan Pada Proses Sentrifugal Terhadap Kualitas Gula. Jurnal
Informasi dan Teknologi Vol 6 No 4.
Anonim.2007.PT.MADUBARU.Yogyakarta:Padokan.
Nurlaela,Ela.Marlina,dkk.1998.makalah.Sukaresmi.