Anda di halaman 1dari 17

KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM

METODE IDENTIFIKASI DAN METODE ANALISIS


(METODE ANALISIS TUMBUHAN)

Disusun
Oleh :

1. Adrian Lawren Lumy (A25118062)


2. Sely Artasasta Lawongo (A25118058)
3. Wahda Nur Alisa (A25118018)
4. Fernanda C. Bulage (A25118086)
5. Dita Juniarti (A25118104)

ROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN Dan ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan

rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Tugas mata kuliah ini

dengan baik serta tepat waktu. Mudah- mudahan makalah yang kami buat ini bisa

menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi.Kami menyadari kalau

masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.Oleh sebab itu, kritik serta

anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan

makalah ini.Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

ii
\DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………….................................. .i

Daftar Isi ………………………………………….............. .............. .…………… ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………..................................... 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………...…….1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………... 1

1.3 Tujuan Masalah ………………………………………………………………... 1

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………… 2

2.1. Metode Identifikasi Senyawa Organikdalam tumbuhan…................. ..............2

2.2. Metode Analisis Hasil.......................................……………………….. …….8

BAB III PENUTUP .......…………………………………………………….……....13

3.1. Kesimpulan ……….………………………………………………………….....13

3.2 Saran ………………………………………………….…………………………13

Daftar Pustaka ………………………………………………………………............14

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Identifikasi struktur senyawa organik merupakan masalah yang sering
dihadapi dalam laboratorium kimia organik.Senyawa organik tersebut dapat
berasal dari hasil suatu reaksi (sintesis) maupun isolasi bahan alam. Dalam
melakukan identifikasi senyawa organik yang belum diketahui perlu dilakukan
pemisahan dan pemurnian komponen-komponen penyusun campuran semua
metode pemisahan disarankan pada perbedaan sifat fisik dari komponen-
komponen penyusun campuran  Teknik pemisahan seperti ekstraksi, yang di
dasarkan pada perbedaan kelarutan, destilasi fraksinasi dan destilasi uap, yang
didasarkan pada perbedaan tekanan uap. 
Senyawa organik begitu penting untuk dilakukan pengidentifikasikan, dimana
dapat mengetahui sifat-sifat dari suatu senyawa organik yang belom diketahui
namanya atau sample larutan tidak tertera nama larutan atau senyawanya.
Identifikasi senyawa organik sangat penting bagi orang yang akan menghabiskan
waktunya bekerja dalam laboratorium atau orang yang akan melakukan penelitian
sangat penting untuk mempelajari identifikasi senyawa organik

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa kimia dalam tumbuhan?
1.2.2. Bagaimana analisis hasil dari senyawa tersebut?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi identifikasi dalam
tumbuhan?
1.3.2. Untuk mengetahui bagaimana analisis hasil dari senyawa tersebut?
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Metode Identifikasi Senyawa Organik bahan Alam


Berbagai jenis tumbuhan mengandung senyawa metabolit sekunder, seperti
alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin dan lain-lain. Senyawa metabolit
sekunder yang terdapat dalam tumbuhan merupakan zat bioaktif yang berkaitan
dengan kandungan kimia dalam tumbuhan, sehingga sebagian tumbuhan dapat
digunakan sebagai bahan obat.
Proses pemisahan senyawa :

1. Fraksinasi

Ekstrak awal merupakan campuran dari berbagai senyawa. Ekstrak awal


sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa
tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang
memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama. Fraksinasi dapat dilakukan
dengan metode ektraksi cair-cair atau dengan kromatografi cair vakum (KCV),
kromatografi kolom (KK), size-exclution chromatography (SEC), solid-phase
3

extraction (SPE) ( Sarker SD, dkk., 2006).


Metode Identifikasi
Identifikasi golongan senyawa dapat dilakukan dengan uji warna, penentuan
kelarutan, bilangan Rf dan ciri spectrum UV (Harborne, 1998). Identifikasi yang
paling penting dan digunakan secara luas ialah pengukuran spektrum serapan
dengan menggunakan spektrofotometer. Pengukuran ini tidak merusak
senyawa dan senyawa dapat dipakai lagi untuk uji-uji yang lain. Seringkali
gabungan kromatografi dan spektrofotometri memungkinkan fraksinasi menjadi
sempurna terhadap campuran alami yang sangat kecil jumlahnya dan identifikasi
setiap komponennya secara pasti.

Tiga jenis spektrum serapan telah dikenal yaitu sinar tampak, ultraviolet
dan inframerah. Kesamaan spektrum inframerah suatu senyawa murni yang
tidak diketahui dengan senyawa pembanding dapat dianggap sebagai bukti bahwa
kedua senyawa itu sama. Spektrum serapan ultraviolet-visibel tidak didasarkan
pada getaran atom dalam molekul akan tetapi pada kenyataannya elektron
tertentu yang terikat longgar dapat ditingkatkan ke arah energi yang lebih tinggi
dengan menyerap radiasi dengan panjang gelombang tertentu.
Spektra UV digunakan untuk mengetahui keberadaan ikatan rangkap
terkonjugasi pendek misalnya aromatik dan panjang misalnya karotenoida.
Spektra IR digunakan untuk mengetahui gugus fungsi dan perkiraan jenis
senyawa (Harborne, 1998).

Spektrofotometer UV
Daerah pengukuran spektrofotometer UV adalah pada panjang gelombang
200-400 nm. Spektrum UV disebut juga spektrum elektronik karena terjadi
sebagai hasil interaksi radiasi UV terhadap molekul yang mengakibatkan molekul
tersebut mengalami transisi elektronik. Apabila radiasi elektromagnetik
dikenakan pada suatu molekul atau atom maka sebagian dari radiasi tersebut
4

diserap oleh molekul atau atom tersebut sesuai dengan strukturnya yang
mempunyai gugus kromofor (Mulja, 1990).
Spektrofotometer IR
Radiasi infrared (IR) atau infrared merupakan bagian dari spektrum elektro-
magnetik antara daerah gelombang cahaya tampak dan gelombang mikrowafe.
Penggunaan terbesar terhadap kimia organ- ik adalah pada panjang gelombang
4000- 400 cm-1. Frekuensi radiasi IR kurang dari 100 cm-1 diabsorbsi dan diubah
oleh mole- kul organik menjadi energi rotasi molekul. Serapan ini diukur. Radiasi
IR dalam dae- rah panjang gelombang 10000-100 cm-1 diabsorbsi dan diubah oleh
sebuah molekul organik ke dalam energi vibrasi molekul. Serapan ini juga dihitung.
Tapi, spektrum vibrasi muncul sebagai tanda lebih baik karena sebuah perubahan
energi vibra tunggal diikuti oleh sejumlah perubahan energi rotasi. Absorbsi
frekuensi atau pan- jang gelombang tergantung pada massa relatif atom, gaya
konstan ikatan dan ge- ometri atom.
Posisi tanda dalam spektrum IR disajikan dalam jumlah gelombang yang
memiliki satuan cm-1. Jenis ikatan yang dapat ditunjukkan pada daerah serapan
1300-800 cm-1 (C-C, C-O, C-N), 1900-1500 cm-1 (C=O, C=N, N=O), 2300-
2000 cm-1 (CΞC, CΞN), dan 3000-2200 (C-H, O-H, N-H) (Silverstain, 1998).
Berikut ini akan ditampilkan sejumlah identifikasi senyawa kimia
metabolit sekunder dalam tumbuhan :

a. Indentifikasi Flavonoid
5

Sampel dalam bentuk serbuk halus sebanyak 200 mg diekstrak dengan 5


ml etanol dan dipanaskan selama 5 menit dadalam tabung reaksi. Selanjutnya
ditambah bebrapa tetes HCl pekat. Kemudian ditambahkan 0,2 gr bubuk
Mg. Hasil positif ditunjukkan dengan timbulnya warna merah tua selama 3
menit (Harborne, l987).
b. Identifikasi Tanin

Sampel bentuk serbuk halus sebanyak 20 mg ditambah etanol sampai


sampel terndam semuanya. Kemudian ditambahkan 2- 3 tetes larutan FeCl3
1%. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam kebiruan
atau hijau. Hal ini menunjukkan adanya senyawa tanin (Robinson, l99l).

c. Identifikasi alkaloid

Merupakan kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus


fungsi amin. Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang besar.
Pada umumnya alkaloid mencangkup senyawa yang bersifat basa
6

 Cara Identifikasi
Sebanyak 5 ml sampel dibasakan dengan larutan amonium 10 % (tes dengan
kertas PH) kemudian dipartisi dengan kloroform (2x 10 ml). Fraksi kloroform di
gabungkan lalu di asamkan dengan HCl 1 M. Larutan asam di pisahkan dan di uji
dengan pereaksi dragendrof atau mayer. Endapan kuning jingga atau putih
menunjukan adanya alkaloid.Tujuan penambahan amonia berfungsi untuk
membasakan dan mengendapkan alkaloid agar dapat diperoleh alkaloid dalam
bentuk garam ataupun alkaloid dalam bentuk basa bebas.Kloroform digunakan
dengan tujuan dapat menarik senyawa alkaloid karena alkaloid mempunyai
kelarutan yang baik dalam kloroform, alkohol, tetapi tidak larut dalam air
meskipun dapat larut dalam air panas. Setelah itu diberikan pereaksi dragendrof
dimana jika terbentuk endapan kuning jingga berarti terdapat alkaloid atau
pereaksi mayer bila terdapat endapan putih menunjukan adanya alkaloid
d. Identifikasi saponin

Merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu


gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan
menghasilkan gula (glikon ) dan non- gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari dua
kelompok : saponin triterponoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan
dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam lerak yang digunakan
untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampo.Saponin dapat diperoleh
dari tumbuhan melalui ekstrasi.
7

 Cara Identifikasi :
Uji saponin dilakukan dengan metode Fort yaitu dengan cara memasukan 2
ml sampel kedalam tabung reaksi kemudian di tambahkan 10 ml akuades lalu di
kocok selama 30 detik. Di amati perubahan yang terjadi. Apabila terbentuk busa
yang mantap (tidak hilang selama 30 detik) maka identifikasi menunjukan adanya
saponin.Uji penegasan saponin dilakukan dengan menguapkan sampel samapi
kering kemudian mencucinya dengan heksana sampai filtrat jernih.Residu yang
tertinggal di tambahkan kloroform.Di aduk 5 menit.Kemudian ditambahkan
Na2SO4 anhidrat dan disaring. Filtrat dibagi menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A
sebagai blangko, filtrat B di tetesi anhidrat asetat, diaduk perlahan, kemudian
ditambahkan H2SO4 pekat dan diaduk kembali. Terbentuknya cincin merah
samapi coklat menunjukan adanya saponin.
e. Identifikasi Terpenoid

Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu melalui


sokletasi dan maserasi. Sekletasi dilakukan dengan melakukan disokletasi
pada serbuk kering yang akan di uji dengan 5L n- heksana. Ekstrak n- heksana
dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 ml KOH 10 %. Ekstrak n- heksana
dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktifitas bakteri.
Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol. Ekstak methanol di
pekatkan lalu di hidrolisis dalam 100 ml HCl 4M. Hasil hidrolisis diekstrasi
dengan 5 x 10 mL KOH 10%.
f. Identifikasi Steroid
8

Identifikasi steroid dari daun getih – getihan, serbuk kering dari daun getih-
getihan menggunakan pelarut ethanol, kemudian dipartisi dengan pelarut n-
heksana yang menghasilkan ekstrak n-heksana sebanyak 2,4 gram. Uji
fitokimia menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard menunjukan bahwa
ekstrak n-heksana positif menggandung steroid.

2.2. Analisis Hasil


Pengertian Analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti
mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokan
kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsir
maknannya.

Adapun senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan antara lain :

a. Uji Flavonoid

Dari hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa sampel tumbuhan yang


mengandung flavonoid adalah sampel tumbuhan daun kelor, sirih hutan dan ubi
hutan,. Hal ini dapat dilihat Pada hasil reaksi terbentuk atau munculnya warna
merah tua selama 3 menit. Menurut Harborne (l987), apabila indicator ekstrak
mengandung flavonoid jika lapisan amil alcohol menjadi berwarna jingga.

Berikut ini tumbuhan yang mengandung Flavonoid


9

( belimbing wulu ) ( tanaman ganda rusa)

( daun kelor)

b. Uji Tanin

Hasil uji kandungan fitokimia sampel tumbuhan yang mengandung tannin


adalah tapak liman, ganda rusa, paku simpai, benalu, boroco, sukun, rotan tikus,
Nantu, nanamuha, sirih hutan, ubi hutan, takokak .Ini ditunjukkan dengan hasil
positif terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau. Menurut Robinson (1994),
apabila larutan uji sebanyak 1 ml direaksikan dengan larutan Besi klorida 10 % jika
terbentuk warna biru tua atau hitam kehijauan menunjukkan adanya tannin.

Tumbuhan yang mengandung tanin :


10

(tanaman paku simpai) (tanaman boroco)

c. Uji Alkaloid

Hasil uji kandungan fitokimia yang mengandung senyawa alkaloid adalah


Sampel tumbuhan tapak liman, gandarusa, paku simpai, benalu, nanamuha, boroco,
nantu, sukun, rotan tikus, sirih hutan, ubi hutan, takokak. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil reaksi melalui pereaksi Mayer membentuk endapan putih kemudian
melalui pereaksi Wagner terbentuk endapan coklat, sedangkan melalui pereaksi
Dragendorf terbentuk endapan jingga Farsworth (1966), apabila terbentuk
endapan putih dengan pereaksi Mayer, warna jingga dengan pereaksi Dragendorf, dan
endapan coklat dengan pereaksi Wagner berarti ekstrak mengandung alkaloid.

Tumbuhan yang mengandung alkaloid :


11

(Daun sirih hutan) (sukun)

d. Uji saponin

Hasil uji kandungan fitokimia sampel tumbuhan yang mengandung


saponin adalah sampel, belimbing wulu dan daun kelorRusdi, (1990), timbulnya
busa pada uji saponin menunjukkan adanya saponin yang mempunyai
kemampuan menjadi glukosa dan senyawa lain.

Tumbuhan yang mengandung saponin :

( belimbing wulu ) ( daun kelor)

e. Uji terpenoid

Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-


Burchard. pereaksi Lieberman- Burchard merupakan campuran antara asam
asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat
anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil dari terpenoid yang akan
membentuk turunan asetil di dalam kloroform.

Tumbuhan yang mengandung terpenoid :


12

(kayu putih) ( bunga matricia )

f. Uji Steroid

Steroid di uji kermuniannya dengan metode KLT dengan berbagai pelarut.


Dari KLT dua dimensi, didapatkan satu noda dan diduga isolat telah murni.
Isolat steroid dianalisis menggunakan spektrokopi GC-MS, namun belum dapat
ditentukan strukturnya. Tumbuhan yang mengandung steroid :

( daun getih- getihan) (eceng gondok)


13

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. cara mengidentifikasi senyawa dalam tubuhan digunakan metode Skrining
fitokimia. Metode ini adalah tahapan awal untuk mengidentifikasi
kandungan kimia yang terkandung didalam tumbuhan yang akan mengetahui
golongan senyawa yang akan kita uji atau teliti
2. Analisis hasil yang diperoleh dari uji positif dari masing” tumbuhan tersebut
apakah mengandung (Flavonoid, Tanin, Alkaloid, trepenoid, steroid dan
saponin)
3.2. Saran
Diharapkan para pembaca memberikan masukkan agar kedepannya makalah
kami dapat lebih baik lagi.
14

DAFTAR PUSTAKA

Farnsworth, N.R. 1996. Biological and phytochemical Screning of Plants. J. Pharm.


Sci. P.55.

Harborne, J.B. 1987.Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern menganalisis


Tumbuhan. Bandung Institut Teknologi Bandung Press.

Mulja M. 1990. Aplikasi Spektrofotometer UV-VIS. Mecphiso. Surabaya. Hal 3.

Robinson, T. 1995., Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Terjemahan Prof.


Dr. Kosasih Padmawinata. Bandung. Institut Teknologi Bandung Press

Sarker SD, Latif Z, & Gray AI. 2006. Nat- ural products isolation. In: Sarker SD,
Latif Z, & Gray AI, editors. Natural Products Isolation. 2nd ed. Totowa
(New Jersey). Humana Press Inc. hal. 6-10, 18.
Silverstain,R.M., Webster,F.X., (1998), Spectrometric Identification Of Organic
Compound, sixth edition, John Wiley & Sons,Inc,US, hal 71-74.

Anda mungkin juga menyukai