Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah Fitoterapi yang berjudul “Tumbuhan yang berkhasiat

sebagai antitumor”.

Makalah ini telah kami susun dengan baik dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak .

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki makalah ini.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker adalah penyakit atau pertumbuhan ganas yang dapat terjadi pada manusia,
hewan dan tanaman. Bersifat perbanyakan sel secara berlebih-lebihan, umumnya embrional
mendesak dan menghancurkan jaringan disekitarnya (invasif). Pertumbuhan dapat menyebar
ke tempat yang disebut yang metastasis. Perubahan sel normal menjadi ganas ini diperkirakan
adanya gangguan mekanisme pengatur pembelahan dan homeostatis (Anonim, 1994).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa setiap tahun jumlah
penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang. Dalam 10 tahun mendatang
diperkirakan 9 juta orang akan meninggal setiap tahun akibat kanker. Dua pertiga dari
penderita kanker berada di negara-negara yang sedang berkembang. Pada saat ini,
diperkirakan bahwa dari 100.000 penduduk Indonesia terdapat 100 penderita penyakit kanker
setiap tahun. Selain itu, kanker merupakan penyebab kematian urutan ke-6 di Indonesia.
Pengobatan penyakit kanker di Indonesia masih tergolong mahal bagi sebagian besar
masyarakat. Oleh karena itu, perlu disusun strategi yang terpadu untuk mendayagunakan
fasilitas dan tenaga serta menghemat biaya (Anonim, 2006).
WHO menyatakan bahwa sepertiga sampai setengah dari semua jenis kanker dapat
dicegah sepertiga lagi dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap permulaan atau stadium
dini. Sisanya dapat diringankan penderitanya (Aninom,1995). Penderita kanker tersebut
menghindari operasi dan mencari pengobatan alternatif. Salah satunya dengan tumbuhan obat
yang berkhasiat anti kanker. Mereka yang mencari kesembuhan itu bukan saja penderita yang
masih dalam stadium dini, tetapi juga penderita kanker stadium lanjut (Dalimarta, 2002).
Bagian tumbuhan obat seperti daun, bunga, ranting, kulit batang, kulit akar,umbi, rimpang,
dan sebagainya mempunyai khasiat penyembuhan (Dalimarta, 2004). Dari 30.000 spesies
tumbuhan yang ada, sekitar 1.250 spesies dapat dimanfaatkan sebagai obat.
1.2 Tujuan
 Mengetahui tanaman obat berkhasiat sebagai antitumor
 Memahami khasiat tanaman obat
BAB II

PEMBAHASAN

Beberapa tanaman yang memiliki khasiat sebagai antitumor. Pada bagian pertama, akan
dijelaskan tentang Tapak Dara (Catharanthus roseus). Kemudian pada bagian kedua akan
dijelaskan tentang Delima (Punica granatum). Yang ketiga akan dijelaskan tentang antitumor
yang berasal dari bahan alam laut, yaitu Spirulina (Arthospira sp). Dan yang terakhir, akan
dipaparkan secara singkat tentang Ceplukan (Physalis minima L), Keladi Tikus (Typhonium
flagelliforme Lodd.), Temu Mangga (Curcuma Mangga Val.), Pegagan (Centella asiatica L.
Urban), Kunyit Putih (Kaempferiae rotunda L.), Sambiloto (Andrographis paniculata Burm.
F. Nees), dan Manggis (Garcinia mangostana L.).
1. Tapak Dara (Catharanthus roseus).
A. Klasifikasi

Sumber: International Taxonomy Integrated System


(http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=30168)
Catharanthus roseus, umumnya dikenal dengan tapakdara Madagaskar, merupakan spesies
asli dan endemik Madagaskar. Namun sudah banyak tersebar diseluruh dunia. Tanaman ini
juga dikenal dengan nama Ammocallis rosea, Vinca rosea, Lochnera rosea, Cape periwinkle,
rose periwinkle. Di Indonesia dikenal dengan nama tapak dara. Simplisia yang dipakai adalah
Catharanthii Folium.
B. Deskripsi Tanaman.
Tapak dara merupakan tanaman herba yang tingginya sekitar 1 meter. Daun oval sampai
lanset, panjang 2,5-9 cm dan 1-3,5 cm luas, hijau mengkilap, berbulu, dengan pelepah pucat
dan tangkai daun pendek panjang 1-1,8 cm, berpasangan. Bunganya berwarna putih, pink,
dan pink tua dengan pusat merah gelap, dengan tabung basal panjang 2,5-3 cm dan
diameter 2-5 cm dengan lima lobus petal. Buah berupa sepasang folikel panjang 2-4 cm dan 3
mm luas.

Gambar 1.1. Tapak Dara: bentuk pohon; bunga dan daun; buah (dari kiri ke kanan)

C. Kandungan Kimia
Rosinidin is an anthocyanidin pigment found in the flowers of C. Roseus. Zat aktif dalam
daun tapak dara yang berfungsi sebagai antitumor/kanker adalah vincristin (Foye, 1995).
Pada akar, batang, daun, dan biji bunga tapak darah ditemukan lebih dari 70 macam alkaloid.
Komponen antitumor/kanker yang dikandungnya yaitu alkaloid seperti vinblastine (VLB),
vincristine (VCR), leurosine (LR), vincadioline, leurodisine, dan catharanthine.
D. Tapak Dara sebagai Antitumor.
Aslam, et al (2010) memaparkan bahwa Ekstrak ethanol (70%) dari daun tapak dara yang
diperikan intraperitoneal pada tikus betina dapat bekerja aktif pada CA-Ehrlich ascites.
Ekstrak etanol 70% daun tapak dara menginduksi berhentinya fase metafase proses mitosis
pada sel acites. Ekstrak diberikan selama 4 hari setelah sel mengalami inokulasi. Ini
menunjukkan aktifitas sitotoksik dari ekstrak ethanol 70% daun tapak dara. Fraksi alkaloid
dari daun kering juga memiliki aktifitas tersebut. Ekstrak kloroform daun tapak dara juga
memiliki akifitas pada cell-line Leuk-P388. Tapak dara mengandung 130 alkaloid yang
berasal dari grup indol. Alkaloid pada tapak dara yang diberikan intraperitoneal pada tikus
dengan dosis 10 mg/ kg BB dan 75 mg/ kg BB per oral juga aktif pada cell-line Leuk-P1534.
Pada uji klinik ekstrak daun dosis 6 mg/m2 luas permukaan tubuh secara intravena efektif
sebagai antineoplastik. Bagian tanaman tapak dara yang dapat dijadikan sebagai antitumor
adalah herba. Hasil uji praklinik tapak dara diketahui bahwa fraksi alkaloid herba dosis
10mg/kg dan 75 mg/kg oral efektif untuk leukimia pada tikus. Ekstrak metanol dapat
menghambat proliferasi sel kanker mammae MCF-7) dengan dosis 82 μq/100 ml menginhibis
MCF-7 setara 10 μq tamoxifen yang digunakan sebagai antiestrogen pada kanker mammae.
Asam asiatik 10 μq menginduksi 95% kematian sel dalam 48 jam. Efek antimutagenik juga
ditunjukkan pada ekstrak air daun tapak dara pada sel darah merah. Ekstrak air daun tapak
dara mereduksi jumlah micro-nucleated polycromatic sel darah merah yang disebabkan oleh
mutagen. Kandungan senyawa kimia tapak dara yang memiliki aktifitas sebagai antitumor
adalah vincristine dan vinblastine. Berikut ini dipaparkan lebih jauh tentang kedua senyawa
aktif tersebut.

Gambar 1.2. Struktur kimia vincristine, vinblastine, dan vindoline.


VINCRISTINE
Indikasi.
 Vincristine digunakan sebagai terapi pada Leukemia Limfositik Akut (LLA), Limfoma
Hodkin, Limfoma non-hodkin, tumor wilms’, neuroblastoma, rhabdomyosarcoma.
Farmakodinamik.
 Vincristine merupakan alkaloid yang berfungsi sebagai agen antineoplastik dari vinca.
Alkaloid vinca memiliki struktur yang menyerupai 2 komponen unit multiring, vindoline dan
catharanthine. Alkaloid vinca menjadi sangat berguna pada penggunaan klinis sejak
ditemukan khasiatnya sebagai antitumor pada tahun 1959. Awalnya ekstrak tanaman tapak
dara (Catharanthus roseus) diteliti karena aktifitasnya sebagai agen hipoglikemik untuk
pengobatan Diabetes Mellitus. Tetapi ternyata memiliki efek men-supresi sumsum tulang
pada tikus dan memiliki efek antileukemik secara in vitro. Vincristine berikatan dengan
protein mikrotubular pada spindel mitosis, menyebabkan kristalisasi pada mikrotubulus dan
mitosis berhenti sehingga sel mati. Vincristine memiliki efek immunosuppressan. Alkaloid
vinca diperkirakan berperan pada fase pembelahan sel yang spesifik.
Mekanisme Kerja.
 Aktifitas antitumor pada vincritine melalui penghambatan fase metafase mitosis, melalui
interaksinya dengan tubulin.
 Vincristine juga berperan pada 1) asam amino, cyclic AMP, dan metabolisme glutathione,
2) aktifitas calmodulin-dependent Ca2+-transport ATPase, 3) respirasi selular , dan 4)
biosintesis asam nukleat dan lipid.
Dosis.
 Injeksi, bubuk, lipofil, untuk suspensi diberikan secara intravena: 5 mg/ 31 ml
 Injeksi, solution diberikan secara intravena: 1 mg/ ml
Efek samping.
 Mula, muntah, penurunan berat badan, diare, sakit kepala, konstipasi.
 Penurunan daya tahan tubuh untuk melawan infeksi (demam, radang tenggorokan
persisten, batuk)
 Gannguan pada otot dan persyarafan (dapat terjadi pada waktu yang lama): nyeri/
kesulitan saat berkemih, perubahan jumlah urin, nyeri muskuloskeletal (pada sendi, tulang
belakang, dan otot, rasa seperti terbakar pada tangan dan kaki, kesulitas
berjalan, gangguan keseimbangan/ koordinasi, kelemahan otot (termasuk otot wajah dan
bagian tubuh yang lain), kesulitan berbicara.
 Gangguan penglihatan dan pendengaran, perubahan status mental/ mood (seperti depresi,
halusinasi, konfusi), mudah mengalami perdarahan/ bruising, kelelahan.
 Kejang, nyeri dada/ lengan kiri, manifestasi gangguan hati (seperti urin yang pekat,
muntah, mual, nyeri perut, kulit tampak kuning)
 Gangguan pernafasan: pasien dengan masalah pernafasan akan lebih mudah mengalami
efek samping ini. Tidak dianjurkan pengobatan vincristine dalam jangka waktu yang panjang.
Efeknya dapat timbul pada hitungan menit sampai beberapa jam setelah pemberian
vincristine dan setelah pemberian selama 2 minggu.
 Reaksi alergi: rash, itching, bengkak (terutama pada wajah, lidah, atau tenggorokan), sakit
kepala hebat, dan gangguan pernafasan.
Over dosis vincristin.
 Muntah, diare, ileus paralitik
Efek toksik
 Terjadi pada hari ke-5 setelah penggunaan selama 2 minggu
 Dapat timbul trombositopenia, leukopenia, stomatitis, gastrointestinal disorder (mual,
muntah, konstipasi
Perhatian.
 Hindari pemberian vincristin pada pasien dengan riwayat alergi, gangguan persarafan dan
otot, gangguan hati, penurunan fungi sumsum tulang, gangguan pada darah, infeksi.
 Selama penggunaan vincristine, hindari terjadinya luka/ trauma dan olahraga, menyetir
kendaraaan, hindari alcohol.
 Anak-anak lebih sensitif mengalami efek pengobatan,terutama muntah dan konstipasi
karena kerja usus yang melambat.
 Pada lansia dapat timbul kesulitan berkemih, sebagai efek dari pengobatan terhadap ginjal
(retensi urin).
 Penggunaan vincristine dapat mengganggu kesuburan, baik pada pria maupun pada
wanita.
 Tidak direkomendasikan pada ibu hamil karena dapat menyebabkan keguguran.
 Belum diketahui efeknya terhadap ASI. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,
disarankan untuk menghindari pemberian ASI ketika mendapatkan treatmen ini.
Interaksi obat.
Beberapa produk menimbulkan interaksi dengan vincristine, yaitu:
 Digoksin (urunkan efek digoksin), fenitoin, obat yang dapat menimbulkan keusakan
syaraf pendengaran (misalnya kemoterapi dengan obat yang mengandung platinum).
 Obat yang mempengaruhi enzim hati dapat mengeluarkan vincristine dari tubuh
( aprepitant, cimetidine, St. John's wort, antijamur golongan azole sepeti itraconazole,
antibiotik mikrolid seperti erythromycin, rifamycins termasuk rifabutin, anti kejang seperti
carbamazepine);
 Obat yang menyebabkan kesulitan berkemih (belladonna, anticholinergic seperti atropine,
antispasmodik seperti dicyclomine, obat yang menyebabkan overaktif bladder seperti
oxybutinin)
2. Delima (Punica granatum L.)
A. Klasifikasi
Berdasarkan International Taxonomy Integrated System (ITIS), klasifikasi tanaman delima
adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Subkingdom : Viridaeplantae
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Infradivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Superordo : Rosanae
Ordo : Myrtales
Famili : Lythraceae
Marga : Punica
Spesies : Punica granatum L.
Delima (Punica granatum L) adalah tanaman buah-buahan yang diperkirakan berasal
dari Iran, namun telah lama dikembangbiakkan di daerah Mediterania. Bangsa Moor
memberi nama salah satu kota kuno di Spanyol, yaitu Granada, berdasarkan nama buah ini.
Tanaman ini juga banyak ditanam di daerah Cina Selatan dan Asia Tenggara.
Tanaman delima memiliki nama daerah. Di daerah Sumatera, tanaman ini dikenal dengan
glima (Aceh), glimeu mekah (Gayo), dalimo (Batak). Di wilayah pulau Jawa, delima disebut
gangsalan, delimo (Jawa), dalima (Sunda), dhalima (Madura). Di Nusa Tenggara, disebut
jeliman (Sasak), talima (Bima), dila dae lok (Roti), lelo kase, rumau (Timor). Di Maluku,
dikenal dengan dilimene (Kisar). Sedangkan di negara lain, delima dikenal dengan Shi liu
(Cina), granaatappel (Burma), grenadier (Filipina), granatbaum (Jerman), luru (Vietnam),
thap thim (Thailand), granada (Spanyol), pomegranate (Inggris) (BPPT, 2005).
b. Deskripsi tanaman
Bentuk pohon perdu atau pohon kecil dengan tinggi 2–5 m. Batang berkayu, ranting bersegi,
percabangan banyak, lemah, berduri pada ketiak daunnya, cokelat ketika masih muda, dan
hijau kotor setelah tua. Daun tunggal, bertangkai pendek, letaknya berkelompok. Helaian
daun bentuknya lonjong sampai lanset, pangkal lancip, ujung tumpul, tepi rata, pertulangan
menyirip, permukaan mengkilap, panjang 1–9 cm, lebar 0,5–2,5 cm, warnanya hijau. Bunga
tunggal bertangkai pendek, keluar di ujung ranting atau di ketiak daun yang paling atas.
Biasanya, terdapat satu sampai lima bunga, warnanya merah, putih, atau ungu. Berbunga
sepanjang tahun. Buahnya buah buni, bentuknya bulat dengan diameter 5–12 cm, warna
kulitnya beragam, seperti hijau keunguan, putih, cokelat kemerahan, atau ungu kehitaman.
Kadang, terdapat bercak-bercak yang agak menonjol berwarna tebih tua. Bijinya banyak,
kecil-kecil, bentuknya bulat panjang yang bersegi-segi agak pipih, keras, tersusun tidak
beraturan, warnanya merah, merah jambu, atau putih.

Gambar 2.3. Kelopak bunga delima dan pengeringan


benang sari setelah pembuahan dan kelopak
bunga jatuh
C. Pertumbuhan dan perkembangbiakan
Tumbuhan ini menyukai tanah gembur yang tidak terendam air, dengan air tanah yang tidak
dalam. Delima sering ditanam di kebun-kebun sebagai tanaman hias, tanaman obat, atau karena
buahnya yang dapat dimakan.
D.Habitat dan Penyebaran
Delima berasal dari Timur Tengah, tersebar di daerah subtropik sampai tropik, dari dataran
rendah sampai di bawah 1.000 m dpl.
E. Kandungan kimia
Kulit akar dan kulit kayu pohon delima mengandung sekitar 20% ellagitanin dan 0,5-1%
senyawa alkaloid, antara lain alkaloid pelletoerine (C 8H14NO), pseudopelletierine
(C9H15NO), metilpellettierine (C9HNO). Daun delima mengandung alkaloid, tanin,
kalsium oksalat, lemak, sulfur, peroksidase. Jus buah mengandung asam sitrat, asam malat,
glukosa, fruktosa, maltosa, vitamin A dan C, mineral (kalsium, fosfor, zat besi, magnesium,
natrium, dan kalium), serta tanin. Kulit buah delima mengandung alkaloid pelletierene,
granatin, betulic acid, ursolic acid, isoquercetine, ellagitanin, resin, triterpenoid, kalsium
oksalat, dan pati (BPPT, 2005). Kulit buah delima juga mengandung asam gallat (Zeweil,
elNagar, Zahran, Ahmed, & El-Gindy, 2013), pedunculadin, punicalagin, granatin A,
casuarinin, gallagyldilakton, dan asam ellagat (Satomi, Umemura, Ueno, Hatano, Okuda, &
Noro, 1993).

F. Delima sebagai Antitumor.


Pada penelitian invitro menggunakan cell-lines kanker prostat (DU-145, LnaP, dan PC-3)
menunjukkan efek ekstrak delima (juus, minyak bji, dan kulit buah) berpotensi
menghambat pertumbuhan proliferasi dan invasi sel kanker prostat, menyebabkan
kerusakan sel, menginduksi apoptosis, dan menhambat pertumbuhan sel tumor. Penelitian
ini juga menunjukkan kombinasi ekstrak dari beberapa bagian buah lebih efektif daripada 1
bagian saja. Beberapa penelitian invivo juga menunjukkan mekanisme antikanker dari
delima. 2 penelitian pada tikus yang ditanam sel kanker prostat PC-3 menunjukkan ekstrak
buah delima (bagian buah, tidak termasuk kulit) menghambat pertumbuhan dan
menginduksi apoptosis melalui protein regulator apoptosis (Lansky, et al, 2007).
3. Spirulina (Arthospira sp).
A. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Cyanobacteria
Class : Cyanophyceae
Order : Oscillatoriales
Family : Phormidiaceae
Genus : Arthospira
Spesies : Arthospira maxima
Arthospira plantesis
Spirulina adalah cyanobacterium yang dapat dikonsumsi oleh manusia dan hewan lainnya dan
dibuat terutama dari dua spesies cyanobacteria: Arthrospira platensis dan Arthrospira maxima.
Spirulina merupakan sumber makanan bagi suku Aztec dan Mesoamericans lain sampai abad ke-
16, Suku Aztec menyebutnya "tecuitlatl“
Arthrospira dibudidayakan di seluruh dunia, digunakan sebagai suplemen makanan serta
makanan utuh, dan tersedia dalam tablet, serpihan dan bubuk. Hal ini juga digunakan sebagai
suplemen pakan dalam akuakultur, akuarium dan unggas industri.
B. Morfologi.
Spirulina memiliki bentuk berserabut mengambang bebas ditandai dengan silinder, trikoma
multiseluler dalam helix kiri terbuka.

C. Kandungan Kimia
1. Protein
Spirulina kering mengandung sekitar 60 % ( 51-71 % ) protein . Ini adalah protein lengkap
yang mengandung semua asam amino esensial , meskipun dengan jumlah yang berkurang dari
metionin , sistein dan lisin jika dibandingkan dengan protein daging , telur dan susu . Hal ini ,
bagaimanapun , unggul protein tanaman khas , seperti yang dari kacang-kacangan .
The US National Library of Medicine mengatakan bahwa spirulina tidak lebih baik dari susu
atau daging sebagai sumber protein , dan sekitar 30 kali lebih mahal per gram

2. Nutrisi lain
Kadar lemak Spirulina adalah sekitar 7 % berat, dan kaya akan asam gamma – linolenat
(GLA), dan juga menyediakan alpha – linolenic acid (ALA), asam linoleat (LA), asam
stearidonic (SDA), asam eicosapentaenoic (EPA), asam docosahexaenoic (DHA) dan asam
arakhidonat (AA). Spirulina mengandung vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin) , B3
(nicotinamide), B6 (pyridoxine), B9 (asam folat) , vitamin C, vitamin D, vitamin A dan vitamin
E. Spirulina juga merupakan sumber kalium, kalsium, kromium, tembaga, besi, magnesium,
mangan, fosfor, selenium, natrium dan seng .
Spirulina mengandung banyak pigmen yang mungkin bermanfaat dan bioavailable, termasuk
beta –karoten, zeaxanthin, klorofil –a, xantofil, echinenone, myxoxanthophyll, canthaxanthin,
diatoxanthin, 3’ – hydroxyechinenone, beta – cryptoxanthin dan oscillaxanthin, ditambah
phycobiliproteins c – phycocyanin dan allophycocyanin .

D.Spirulina sebagai Antitumor.


Studi antitumor pada polisakarida Spirulina platensis (Xianjun, et al., 2009) menunjukkan efek
antitumor in vivo dan vitro. Pada In vitro, inhibisi paling besar pada B_(37) mamma carcinoma
cells dan K_(562) leukemic cells sebesar 68.0% dan 46.0% pada konsentrasi 0.3-1.5g·L~(-1).
Pada In vivo, dosis 300, 150, and 75mg·kg~(-1) p.o, menghambat rata-rata sebesar 55.2%, 44.6%
dan 33.8%; 47.1%, 36.4% dan 31.0% dan 56.9%, 44.7% dan 22.8% pada tikut yang
ditransplantasi sel tumor Sarcinoma 180, H_(22) Hepatic tumor, dan EAC tumor.
Daftar Pustaka
1. Aslam, et al. 2010. Catharanthus roseus (L.) G. Don. AN IMPORTANT DRUG: IT’S
APPLICATIONS AND PRODUCTION. Pharmacie Globale (IJCP) 2010, 4 (12)
2. International Taxonomy Integrated System (ITIS) Report. Catharanthus roseus.
http://www.itis.gov.
3. Arjmandi BH, Alekel L, Hollis BW, Amin D, Stacewicz-Sapuntzakis M, Guo P, Kukreja SC.
Dietary soybean protein prevents bone loss in an ovariectomized rat model of osteoporosis. J
Nutr 1996;126:161–167.

4. Alper, N., & Acar, J. Removal of phenolic compounds in pomegranate juices using
ultrafiltration and laccase-ultrafiltration combinations. Die Nahrung, 2004, 48(3), 184–187.
5. Anderson JJB, Garner SC. The effects of phytoestrogens on bone. Nutr Res 1997;20:220–224.
6. Arlot, M.E., et al. Apparent pre- and postmenopausal bone loss evaluated by DXA at different
skeletal sites in women: The OFELY cohort. Journal of Bone and Mineral Research, 1997. 12(4):
p. 683-690.

7. Aviram, M., Dornfeld, L., Kaplan, M., Coleman, R., Gaitini, D., Nitecki, S., et al.
Pomegranate juice flavonoids inhibit low-density lipoprotein oxidation and cardiovascular
diseases: Studies in atherosclerotic mice and in humans. Drugs under Experimental and Clinical
Research, 2002, 28(2–3), 49–62.
8. Aviram, M., Rosenblat, M., Gaitini, D., Nitecki, S., Hoffman, A., Dornfeld, L., et al.
Pomegranate juice consumption for 3 years by patients with carotid artery stenosis reduces
common carotid intima-media thickness, blood pressure and LDL oxidation. Clinical
Nutrition,2004, 23(3), 423–433.
9. Badan Pengkajian dan Penerapan Tehnologi. (2005). Tanaman Obat Indonesia.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=216, 02/03/2014, 12:43
10. Brown, J.P., R.G. Josse, and C. Scientific Advisory Council of the Osteoporosis Society.
Clinical practice guidelines for the diagnosis and management of osteoporosis in Canada.
CMAJ, 2002. 167(10 Suppl): p. S1-34.

Anda mungkin juga menyukai