Anda di halaman 1dari 6

Nama: Irfa Zahra Malaka

NIM : 18020102058

Kelas : Muamalah A

Sejarah Penemuan

Pada tanggal 31 Desember 2019, World Health Organization (WHO)


mendapatkan informasi mengenai kasus pneumonia yang terjadi di kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Cina.

Tanggal 7 Januari 2020, otoritas Cina mengkonfirmasi telah


mengidentifikasi virus baru, yaitu virus Corona, yang merupakan famili virus flu,
seperti virus SARS dan MERS, yang mana dilaporkan lebih dari 2.000 kasus
infeksi virus tersebut terjadi di Cina, termasuk di luar Provinsi Hubei.

Virus Corona (CoV) merupakan famili virus yang menyebabkan penyakit


mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS-SoV) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS-CoV). Pada 11 Februari 2020, WHO mengumumkan nama
virus Corona jenis baru tersebut adalah Corona Virus Disease 2019 (disingkat
menjadi COVID-19).

Masa Inkubasi

Masa inkubasi dapat bervariasi antar pasien, yaitu 2-14 hari setelah
terpapar virus berdasarkan periode inkubasi yang ditunjukkan sebelumnya pada
virus MERS. Masa inkubasi 24 hari telah diamati dalam penelitian terbaru. WHO
mengatakan periode inkubasi yang panjang dapat mencerminkan paparan
ganda Coronavirus.
Menurut laporan terbaru, ada kemungkinan orang yang terinfeksi Covid-
19 dapat menular sebelum menunjukkan gejala yang signifikan.

Penularan

Penularan dari orang ke orang diperkirakan terjadi melalui droplet ketika


orang yang terinfeksi batuk atau bersin, mirip dengan bagaimana influenza dan
patogen pernapasan lainnya yang dapat terhirup ke dalam paru-paru.

Penularan Covid-19 dapat juga terjadi dengan menyentuh permukaan atau objek
yang memiliki virus di atasnya dan kemudian orang tersebut menyentuh mulut,
hidung, atau mungkin mata mereka sendiri.

Adakah Antibiotik untuk Mencegah dan Mengobati Covid-19?

Antibiotik tidak bekerja melawan virus. Antibiotik digunakan hanya untuk


melawan bakteri. Antibiotik tidak boleh digunakan sebagai sarana pencegahan
atau pengobatan infeksi virus. Namun, antibiotik akan diberikan karena infeksi
sekunder bakteri mungkin terjadi saat pasien tersebut dirawat di rumah sakit.

Pencegahan Penularan Covid-19

1. Cuci tangan selama 20 detik dengan sabun dan air mengalir sesuai dengan
standar WHO

2. Hindari kerumunan/keramaian

3. Jaga posisi jarak dengan orang lain

4. Hindari melakukan kontak langsung dengan orang yang sakit

5. Konsumsi secara rutin vitamin yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh saat
sehat dan mempercepat penyembuhan saat sedang sakit

6. Gunakan masker saat keluar rumah

7. Membersihkan dan mendisinfeksi secara berkala barang-barang yang sering


disentuh
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia telah menerbitkan fatwa mengenai
kehalalan vaksin Covid-19 buatan Sinovac.

Fatwa ini dikeluarkan menyusul diterbitkannya Emergency Use


Authorization (EUA) oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Dalam Fatwa MUI Nomor: 02 Tahun 2021 Tentang Produk Vaksin Covid-
19 dari Sinovac Life Science Co. LTD China dan PT Bio Farma (Persero), MUI
menyatakan bahwa vaksin tersebut hukumnya suci dan halal.

Vaksin tersebut juga boleh digunakan untuk umat Islam sepanjang terjamin
keamanannya menurut ahli yang kredibel dan kompeten.

Dasar menetapkan kehalalan vaksin Sinovac

Pertama, pendapat para ulama, antara lain pendapat Imam al-Zuhri dalam
Syarah Shahih al-Bukhari karya Ibnu Baththal yang menegaskan ketidakbolehan
berobat dengan barang najis.

Kemudian, pendapat Imam al-Nawani dalam Raudlatu at-Thalibin wa


Umdatu al-Muftiin yang menjelaskan bahwa sesuatu yang tidak diyakini
kenajisan dan atau kesuciannya, maka ditetapkan hukum sesuai hukum asalnya.

Selanjutnya, pendapat Qasthalani dalam Irsyadu as-Sari yang menjelaskan,


berobat karena sakit dan menjaga diri dari wabah adalah wajib.

Kedua, Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2016 tentang Imunisasi


Ketiga, Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penggunaan Mikroba
dan Produk Mikrobial dalam Produk Pangan.

Keempat, Fatwa MUI Nomor 45 Tahun 2018 tentang Penggunaan Plasma


Darah untuk Bahan Obat.

Kelima, Laporan dan penjelasan hasil audit Tim Auditor LPPOM MUI
bersama Komisi Fatwa MUI ke Sinovac dan PT Bio Farma tentang proses
produksi dan bahan yang merupakan titik kritis sebagai berikut:

• Vaksin diproduksi dengan platform virus yang dimatikan

• Fasilitas produksi hanya digunakan untuk produksi vaksin Covid-19

• Produksi vaksin mencakup tahapan penumbuhan vero cell (sek inang bagi
virus), penumbuhan virus, inaktifasi virus, pemurnian, formulasi, dan
pengemasan

• Sel vero merupakan sel diploid yang digunakan sebagai inang virus. Sel ini
diperoleh dari sel ginjal kera Hijau Afika (African Green Monkey) dari
hasil penelitian tahun 1960-an dan terbukti aman untuk digunakan sebagai
inang virus dan telah disetujui oleh WHO

• Media pertumbuhan vero cell dibuat dari bahan kimia, serum darah sapi,
dan produk mikrobial. Produk mikrobial yang digunakan berasal dari
mikroba yang ditumbuhkan pada media yang terbuat dari bahan nabati,
bahan kimia, dan bahan mineral

• Terdapat pengguanan tripsin dan beberapa enzim lainnya dalam tahap


produksi dan pemurnian. Enzim yang digunakan merupakan produk
mikrobial yang dterbuat dari bahan nabati, bahan kimia, dan bahan mineral

• Tidak ada penggunaan bahan turunan babi dan bahan yang berasal dari
bagian tubuh manusia pada seluruh tahapan proses produksi
• Dalam penyiapan media untuk produksi skal 1.200 liter ditambahkan air
murni sebanyak 1.076 liter. Selain itu, pada tahap formulasi juga
ditambahkan air murni sebanyak 930-940 liter per 1.000 liter hasil
formulasi vaksin

• Kemasan primer produk yang digunakan terbuat dari kaca dan karet.

Keenam, pendapat peserta rapat Komisi Fatwa pada 8 Januari 2021 yang
menyimpulkan:

• Proses produksi Sinovac tidak memanfaatkan babi atau bahan yang


tercemar babi dan turunannya

• Proses produksi Sinovac tidak memanfaatkan bagian tubuh manusia

• Proses produksi Sinovac bersentuhan dengan barang najis mutawassithah,


sehingga dihukumi mutanajjis, tetapi sudah dilakukan pensucian yang
telah memenuhi ketentuan pensucian secara syar'i

• Proses produksi Sinovac menggunakan fasilitas produksi yang suci dan


hanya digunakan untuk produk vaksin Covid-19

• Peralatan dan pensucian dalam proses produksi dipandang telah memnuhi


ketentuan pencucian secara syar'i.

Ketujuh, keputusan BPOM yang memberikan persetujuan penggunaan


darurat (UEA) dan jaminan keamanan, mutu, serta kemanjuran bagi vaksin
Sinovac yang menjadi salah satu indikator bahwa vaksin tersebut memenuhi
kualifikasi thayyib.

Sebelumnya, Komisi Fatwa telah menetapkan kehalalan dan kesucian


vaksin melalui sidang pleno pada Jumat.

Anda mungkin juga menyukai