Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK III

Windi Astuti F201501006


Munawwarah F201501010
Sri Devi Anna F201501015
Winda Priana M F201501026
Seftian Anugrah P F201501029
Nurdin Arifuddin F201501034
Muh. Zayarman F201501040
Fiqri Algafiq Abdillah F201501045
Ilka Agista Wulandari F201601220
Tumbuhan obat yang berkhasiat
sebagai antitumor
1. Tapak Dara
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Catharanthus
Spesies : Catharanthus roseus
Zat aktif dalam daun tapak dara yang berfungsi
sebagai antitumor/kanker adalah vincristin (Foye, 1995).
Pada akar, batang, daun, dan biji bunga tapak darah
ditemukan lebih dari 70 macam alkaloid. Komponen
antitumor/kanker yang dikandungnya yaitu alkaloid
seperti vinblastine (VLB), vincristine (VCR), leurosine
(LR), vincadioline, leurodisine, dan catharanthine.
Bagian tanaman tapak dara yang dapat dijadikan sebagai
antitumor adalah herba. Hasil uji praklinik tapak dara diketahui
bahwa fraksi alkaloid herba dosis 10mg/kg dan 75 mg/kg oral
efektif untuk leukimia pada tikus. Ekstrak metanol dapat
menghambat proliferasi sel kanker mammae MCF-7) dengan
dosis 82 µq/100 ml menginhibis MCF-7 setara 10 µq tamoxifen
yang digunakan sebagai antiestrogen pada kanker mammae.
Asam asiatik 10 µq menginduksi 95% kematian sel dalam 48
jam.
Efek antimutagenik juga ditunjukkan pada ekstrak air daun
tapak dara pada sel darah merah. Ekstrak air daun tapak dara
mereduksi jumlah micro-nucleated polycromatic sel darah
merah yang disebabkan oleh mutagen.
Kandungan senyawa kimia tapak dara yang memiliki
aktifitas sebagai antitumor adalah vincristine dan vinblastine.
VINCRISTINE
Indikasi:
Vincristine digunakan sebagai terapi pada
Leukemia Limfositik Akut (LLA), Limfoma Hodkin,
Limfoma non-hodkin, tumor wilms’, neuroblastoma,
rhabdomyosarcoma.
Farmakodinamik :
Vincristine merupakan alkaloid yang berfungsi
sebagai agen antineoplastik dari vinca. Alkaloid vinca
menjadi sangat berguna pada penggunaan klinis sejak
ditemukan khasiatnya sebagai antitumor pada tahun
1959. Vincristine memiliki efek immunosuppressan.
Alkaloid vinca diperkirakan berperan pada fase
pembelahan sel yang spesifik.
Mekanisme Kerja :
 Aktifitas antitumor pada vincritine melalui
penghambatan fase metafase mitosis, melalui
interaksinya dengan tubulin.
 Vincristine juga berperan pada 1) asam amino, cyclic
AMP, dan metabolisme glutathione, 2) aktifitas
calmodulin-dependent Ca2+-transport ATPase, 3)
respirasi selular , dan 4) biosintesis asam nukleat dan
lipid.
Dosis :
 Injeksi, bubuk, lipofil, untuk suspensi diberikan secara
intravena: 5 mg/ 31 ml
 Injeksi, solution diberikan secara intravena: 1 mg/ ml
Efek samping :
 Mula, muntah, penurunan berat badan, diare, sakit kepala,
konstipasi.
 Penurunan daya tahan tubuh untuk melawan infeksi (demam,
radang tenggorokan persisten, batuk)
 Gangguan penglihatan dan pendengaran, perubahan status
mental/ mood (seperti depresi, halusinasi, konfusi), mudah
mengalami perdarahan/ bruising, kelelahan.
 Kejang, nyeri dada/ lengan kiri, manifestasi gangguan hati
(seperti urin yang pekat, muntah, mual, nyeri perut, kulit
tampak kuning)
Efek toksik :
 Terjadi pada hari ke-5 setelah penggunaan selama 2 minggu
 Dapat timbul trombositopenia, leukopenia, stomatitis,
gastrointestinal disorder (mual, muntah, konstipasi)
Interaksi obat :
Beberapa produk menimbulkan interaksi dengan
vincristine, yaitu:
 Digoksin (urunkan efek digoksin), fenitoin, obat yang
dapat menimbulkan keusakan syaraf pendengaran
(misalnya kemoterapi dengan obat yang mengandung
platinum).
 Obat yang mempengaruhi enzim hati dapat mengeluarkan
vincristine dari tubuh ( aprepitant, cimetidine, St. John's
wort, antijamur golongan azole sepeti itraconazole,
antibiotik mikrolid seperti erythromycin, rifamycins
termasuk rifabutin, anti kejang seperti carbamazepine);
 Obat yang menyebabkan kesulitan berkemih (belladonna,
anticholinergic seperti atropine, antispasmodik seperti
dicyclomine, obat yang menyebabkan overaktif bladder
seperti oxybutinin)
VINBLASTINE
Indikasi :
Vinblastine digunakan sebagai terapi pada
Leukemia Limfositik Akut (LLA), Limfoma Hodkin,
Limfoma non-hodkin, tumor wilms’, neuroblastoma,
rhabdomyosarcoma.
Vinblastine merupakan alkaloid yang berfungsi
sebagai agen antineoplastik dari vinca.
Interaksi Obat :
 Obat analgesik antipiretik (aspirin dan agen AINS seperti
ibuprofen, naproxen, aspirin karena dapat menimbulkan
perdarahan), hidantoin (fenitoin), tolterodin, obat yang
berefek pada pendengaran (cisplatin, carboplatin,
aminoglikosida seperti gentamisin).
 Obat yang menimbulkan efek pada enzim hati, sehingga
menyebabkan vinblastin dikeluarkan dari tubuh
(aprepitant, cimetidine, St. John's wort, antijamur
golongan azole sepeti itraconazole, antibiotik mikrolid
seperti erythromycin, rifamycins termasuk rifabutin, anti
kejang seperti carbamazepine);
 Aspirin dosis rendah dapat dilanjutkan untuk pencegahan
serangan jantung dan stroke (dosis yang dianjurkan of 81-
325 mg/ hari).
Aktifitas farmakologi yang lain.
Tapak dara
 Antispermatogenik.
 Antifertilitas.
• Antihipertensi.
• Antifungi.
• Antihiperkolsterolemia.
• Antidiuretik.
• Antimlaria.
• Antihiperglikemi
• Antibakteri
• Obat Bisul atau Bengkak
CONTOH PRODUK TAPAK DARA
2. Delima (Punica granatum L.)
Berdasarkan International Taxonomy Integrated System
(ITIS), klasifikasi tanaman delima adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Subkingdom: Viridaeplantae
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Infradivisi : Angiospermae
Kelas: Magnoliopsida
Superordo : Rosanae
Ordo: Myrtales
Famili : Lythraceae
Marga : Punica
Spesies : Punica granatum L.
 Kandungan kimia
Kulit akar dan kulit kayu pohon delima mengandung sekitar 20%
ellagitanin dan 0,5-1% senyawa alkaloid, antara lain alkaloid
pelletoerine (C8H14NO), pseudopelletierine (C9H15NO),
metilpellettierine (C9HNO). Daun delima mengandung alkaloid,
tanin, kalsium oksalat, lemak, sulfur, peroksidase. Jus buah
mengandung asam sitrat, asam malat, glukosa, fruktosa, maltosa,
vitamin A dan C, mineral (kalsium, fosfor, zat besi, magnesium,
natrium, dan kalium), serta tanin. Kulit buah delima mengandung
alkaloid pelletierene, granatin, betulic acid, ursolic acid, isoquercetine,
ellagitanin, resin, triterpenoid, kalsium oksalat, dan pati (BPPT, 2005).
Kulit buah delima juga mengandung asam gallat (Zeweil, elNagar,
Zahran, Ahmed, & El-Gindy, 2013), pedunculadin, punicalagin,
granatin A, casuarinin, gallagyldilakton, dan asam ellagat.
 Delima sebagai Antitumor.
Pada penelitian invitro menggunakan cell-lines
kanker prostat (DU-145, LnaP, dan PC- menunjukkan efek
ekstrak delima (juus, minyak bji, dan kulit buah)
berpotensi menghambat pertumbuhan proliferasi dan
invasi sel kanker prostat, menyebabkan kerusakan sel,
menginduksi apoptosis, dan menhambat pertumbuhan sel
tumor. Penelitian ini juga menunjukkan kombinasi ekstrak
dari beberapa bagian buah lebih efektif daripada 1 bagian
saja. Beberapa penelitian invivo juga menunjukkan
mekanisme antikanker dari delima. 2 penelitian pada tikus
yang ditanam sel kanker prostat PC-3 menunjukkan
ekstrak buah delima (bagian buah, tidak termasuk kulit)
menghambat pertumbuhan dan menginduksi apoptosis
melalui protein regulator apoptosis (Lansky, et al, 2007)
Aktifitas Farmakologi Lain delima
 Antiinflamasi
 Neuroprotektif.
 Antiatherogenik.
 Antiglikemik.
 Penggunaan secara Tradisional.
Punica granatum (L) atau delima merupakan salah
satu tanaman yang mengandung beberapa fitoestrogen
alami. Bertahun-tahun jus Punica dikenal dan digunakan
sebagai obat tradisional, seperti kulit buah kering dan jus
buah yang digunakan sebagai obat oral dalam pengobatan
kolik, kolitis, keputihan, menorrhagia, oxyuriasis,
kelumpuhan, dan aplikasi eksternal untuk payudara dan
pangkal leher pada gondok dan sakit kepala.
Badan Pengkajian dan Penerapan Tehnologi
atau BPPT (2005) juga menyebutkan bahwa kulit
buah delima secara empiris telah digunakan oleh
masyarakat untuk mengobati sakit perut karena
cacing, buang air besar mengandung darah dan
lendir (disentri amuba), diare kronis, perdarahan
akibat wasir, muntah darah, batuk darah,
perdarahan rahim, perdarahan rektum, prolaps
rektum, radang tenggorok, radang telinga,
keputihan (leukorea), dan nyeri lambung.
3. Spirulina (Arthospira sp).
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Cyanobacteria
Class : Cyanophyceae
Order : Oscillatoriales
Family : Phormidiaceae
Genus : Arthospira
Spesies : Arthospira maxima
Arthospira plantesis
Spirulina adalah cyanobacterium yang dapat
dikonsumsi oleh manusia dan hewan lainnya dan dibuat
terutama dari dua spesies cyanobacteria: Arthrospira
platensis dan Arthrospira maxima. Spirulina merupakan
sumber makanan bagi suku Aztec dan Mesoamericans lain
sampai abad ke-16, Suku Aztec menyebutnya "tecuitlatl“.
Morfologi.
 Kandungan Kimia
1. Protein
Spirulina kering mengandung sekitar 60 % ( 51-71
% ) protein . Ini adalah protein lengkap yang
mengandung semua asam amino esensial , meskipun
dengan jumlah yang berkurang dari metionin , sistein
dan lisin jika dibandingkan dengan protein daging ,
telur dan susu . Hal ini , bagaimanapun , unggul
protein tanaman khas , seperti yang dari kacang-
kacangan .
The US National Library of Medicine mengatakan
bahwa spirulina tidak lebih baik dari susu atau daging
sebagai sumber protein , dan sekitar 30 kali lebih
mahal per gram
2. Nutrisi lain

Kadar lemak Spirulina adalah sekitar 7 % berat, dan kaya


akan asam gamma - linolenat (GLA), dan juga menyediakan
alpha - linolenic acid (ALA), asam linoleat (LA), asam
stearidonic (SDA), asam eicosapentaenoic (EPA), asam
docosahexaenoic (DHA) dan asam arakhidonat (AA). Spirulina
mengandung vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin) , B3
(nicotinamide), B6 (pyridoxine), B9 (asam folat) , vitamin C,
vitamin D, vitamin A dan vitamin E. Spirulina juga merupakan
sumber kalium, kalsium, kromium, tembaga, besi, magnesium,
mangan, fosfor, selenium, natrium dan seng .
Spirulina mengandung banyak pigmen yang mungkin
bermanfaat dan bioavailable, termasuk beta -karoten,
zeaxanthin, klorofil -a, xantofil, echinenone, myxoxanthophyll,
canthaxanthin, diatoxanthin, 3' - hydroxyechinenone, beta -
cryptoxanthin dan oscillaxanthin, ditambah phycobiliproteins c -
phycocyanin dan allophycocyanin.
 Keamanan.
Studi toksikologi dari efek konsumsi spirulina pada
manusia dan hewan, dengan mengkonsumsi makan sebanyak
800mg/kg, dan mengganti hingga 60% dari asupan protein
dengan spirulina, telah menunjukkan tidak ada efek toksik.
 Spirulina sebagai Antitumor
Studi antitumor pada polisakarida Spirulina platensis
(Xianjun, et al., 2009) menunjukkan efek antitumor in vivo dan
vitro. Pada In vitro, inhibisi paling besar pada B_(37) mamma
carcinoma cells dan K_(562) leukemic cells sebesar 68.0% dan
46.0% pada konsentrasi 0.3-1.5g·L~(-1). Pada In vivo, dosis 300,
150, and 75mg·kg~(-1) p.o, menghambat rata-rata sebesar 55.2%,
44.6% dan 33.8%; 47.1%, 36.4% dan 31.0% dan 56.9%, 44.7% dan
22.8% pada tikut yang ditransplantasi sel tumor Sarcinoma 180,
H_(22) Hepatic tumor, dan EAC tumor.
Aktifitas Farmakologi Lainnya
Berdasarkan beberapa penelitian, baik uji preklinik maupun
uji klinik, diperoleh beberapa khasiat spirulina yang dipaparkan pada
tabel 3.1.
Tabel 3.1. Aktifitas Farmakologi Spirulina
Contoh sediaan spirullina
Tanaman yang Memiliki Khasiat sebagai
Antitumor

Anda mungkin juga menyukai