Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanaman Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) yang banyak

ditemukan di Indonesia merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan

sebagai zat pewarna alami. Zat warna antosianin yang terkandung dalam bunga

kembang sepatu merupakan salah satu sumber zat pewarna alami yang sudah

digunakan sebagai pewarna makanan. Pewarna alami terbukti lebih aman

dibandingkan dengan pewarna sintetik karena tidak pernah ditemukan adanya

kasus keracunan dari penggunaan pewarna alami (Marwanti, 2010).

Lipstik merupakan suatu kosmetik dekoratif yang berfungsi untuk memberi

warna pada bibir, sehingga dapat memberi efek mempercerah wajah dan sekaligus

untuk melembabkan serta melindungi bibir dari radiasi sinar ultraviolet (Mitsui,

1997). Zat warna adalah senyawa aktif dari formula lipstik. Namun, untuk

membuat sediaan lipstik yang baik, tidak hanya zat pewarna saja yang perlu

diperhatikan. Bentuk fisik dari sediaan juga memegang peranan penting untuk

menarik konsumen. Komponen yang sangat mempengaruhi bentuk dan stabilitas

fisik lipstik adalah basis wax. Pemilihan dan perbandingan jumlah basis wax yang

digunakan sangat mempengaruhi pada kekerasan, kehalusan dan mengkilapnya

lipstik saat diaplikasikan. Beberapa jenis basis lilin yang sering digunakan pada

formulasi sediaan lipstik adalah carnauba wax, paraffin wax, beeswax, candelilla

wax dan spermaceti (Jellinek, 1970).

Paraffin wax merupakan komponen penting pada formulasi sediaan lipstik.

1
2

Paraffin wax dapat membuat sediaan lipstik menjadi lemah dan rapuh pada

jumlah yang besar, namun pada jumlah sedikit dapat meningkatkan kehalusan dan

mengkilapnya lipstik saat digunakan (Lauffer, 1957). Oleh sebab itu, paraffin wax

harus dikombinasikan dengan basis wax lain untuk memperbaiki sifatnya. Salah

satu yang dapat dikombinasikan dengan paraffin wax adalah carnauba wax.

Dalam jumlah kecil, carnauba wax dapat menaikkan kelembutan dan kekuatan

lipstik sehingga tidak menjadi mudah patah dan rapuh, juga dapat menaikkan titik

leleh dan memudahkan pada saat proses pencetakan. Carnauba wax merupakan

salah satu lilin alami dari sayuran yang terkeras, dan memiliki titik leleh tinggi

yaitu 85C (Lauffer, 1957).

Kombinasi terbaik dari basis paraffin wax dan carnauba wax dalam sediaan

lipstik dapat diperoleh dengan menggunakan metode Simplex Lattice Design.

Metode tersebut dapat digunakan untuk optimasi formula pada berbagai jumlah

komposisi bahan yang berbeda sehingga menghasilkan formula optimum yang

memiliki sifat-sifat fisik yang diharapkan. Metode ini cepat dan praktis karena

dapat menghindarkan penentuan formula secara coba-coba (trial and error)

(Armstrong and James, 1996; Bolton, 1997).

Satu hingga tiga persen dari populasi diperkirakan alergi terhadap kosmetik

atau bahan penyusun kosmetik (De Groot, 1990). Bahan tersebut dikenal sebagai

iritan primer dan efeknya disebut iritasi primer (Tranggono & Latifah, 2007),

sehingga perlu dilakukan uji iritasi primer pada hewan uji. Keamanan sediaan

lipstik dapat dilihat dengan tidak adanya iritasi. Hasil penelitian yang diperoleh
3

diharapkan dapat menjadi alternatif pilihan formulasi yang memenuhi syarat

sediaan lipstik yang baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Berapakah kombinasi komposisi carnauba wax dan paraffin wax pada

formula optimum lipstik ekstrak etanol mahkota bunga kembang sepatu

(Hibiscus rosa-sisnensis L.) berdasarkan metode Simplex Lattice Design?

2. Bagaimanakah sifat fisik dan stabilitas fisik formula optimum lipstik

ekstrak etanol mahkota bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis

L.)?

3. Apakah lipstik ekstrak etanol mahkota bunga kembang sepatu (Hibiscus

rosa-sinensis L.) tidak menyebabkan iritasi primer pada hewan uji?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui perbandingan komposisi basis paraffin wax dan carnauba

wax yang dapat menghasilkan formula optimum lipstik ekstrak etanol

mahkota bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) berdasarkan

metode Simplex Lattice Design.

2. Mengetahui sifat fisik dan stabilitas fisik formula optimum sediaan

lipstik ekstrak etanol mahkota bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-


4

sinensis L.).

3. Mengetahui apakah sediaan lipstik bunga kembang sepatu (Hibiscus

rosa-sinensis L.) tidak menyebabkan iritasi primer pada hewan uji.

D. Tinjauan Pustaka

1. Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)

a. Klasifikasi Ilmiah

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Sub-kelas : Dialypetalae

Ordo : Malvales / Columniferae

Famili : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Species : Hibiscus rosa-sinensis L.

(Tjitrosoepomo,2007)

Gambar 1. Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)


5

b. Morfologi Tanaman

Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) merupakan

tanaman perdu dengan tinggi 1-4 m. Memiliki daun bertangkai, bulat

telur, meruncing, kebanyakan tidak berlekuk, bergerigi kasar, dengan

ujung runcing dan pangkal bertulang daun menjari. Daun penumpu

berbentuk garis. Tangkai bunga beruas. Bunga berdiri sendiri, berada di

ketiak batang, tidak atau sedikit menggantung. Kelopak berbentuk

tabung. Daun mahkota bulat telur terbalik dengan panjang sekitar 5,5-8,5

cm, merah dengan noda tua pada pangkalnya, berwarna daging, oranye,

atau kuning. Panjang tabung benang sari kurang lebih sama seperti

mahkotanya (Steenis C.G.G.J., 2008).

c. Kandungan kimia

Daun dan batang mengandung -sitosterol, stigmasterol, tarakseril

asetat dan 3-siklopropan dan turunannya. Bunga mengandung sianidin

diglukosida, flavonoid dan vitamin, tiamin, riboflavin, niasin dan asam

askorbat (Kumar & Singh, 2012). Pada bagian akar terdapat flavonoid,

tanin dan saponin (Hutapea, 2000). Nakamura dkk. (1990) menyebutkan

pada bagian calyces dan petals mengandung sianidin-3-sophorosida.

d. Kegunaan

Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) banyak ditemukan

di Indonesia, biasanya tanaman ini digunakan sebagai tanaman pagar.

Namun, fungsi tanaman ini tidak hanya sebatas penghias saja. Tanaman

bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dipercaya masyarakat


6

dapat menyembuhkan berbagai penyakit, diantaranya adalah anti radang,

diuretik dan peluruh dahak (ekspetoran). Terkadang juga digunakan

untuk pewarna makanan karena mengandung senyawa pewarna

antosianin (Delgado-Vargas & Paredes-Lopez, 2003).

2. Antosianin

Gambar 2. Struktur dasar antosianin (Delgado-Vargas & Paredes-Lopez, 2003)


Keterangan : Rx dapat berupa H, OH atau OCH3

Antosianin merupakan flavonoid yang banyak ditemukan dialam. Berasal

dari bahasa Yunani anthos yang berarti bunga dan kyanos yang berarti warna

biru tua. Antosianin mempunyai kisaran warna yang luas mulai dari biru

scarlet yang banyak tampak pada bunga dan buah-buahan, dan terkadang

juga tampak pada beberapa daun. Antosianin umumnya terdapat pada

tumbuhan tingkat tinggi dan tidak ditemukan pada tumbuhan tingkat rendah,

misalnya algae. Sangat mungkin ditemukan tanaman yang hanya memiliki

satu jenis antosianin, contohnya bunga Camellia japonica dan buah Panax

ginseng. Secara umum, konsentrasi antosianin pada buah dan sayuran

berkisar antara 0,1 hingga 1% dari berat kering buah atau sayuran tersebut

(Delgado-Vargas & Paredes-Lopez, 2003).

Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur


7

aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen

sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau

dengan metilisasi atau glikosilasi (Harborne, 1987). Untuk membentuk

antosianin, sebuah sianidin harus berikatan dengan paling tidak satu buah

molekul gula. Maka dari itu, antosianin juga diklasifikasikan dari jumlah

molekul gula yang terdapat dalam strukturnya, contohnya monosida, biosida

dan triosida (Delgado-Vargas & Paredes-Lopez, 2003).

Kestabilan antosianin sangat dipengaruhi oleh temperatur, cahaya, O2 dan

H2O2 serta pH. Warna antosianin akan berubah mengikuti pH

lingkungannya, pada pH basa antosianin akan menghasilkan warna biru, pada

pH netral akan menghasilkan warna ungu dan pada pH asam akan

menghasilkan warna merah. Antosianin akan mudah rusak pada temperatur

tinggi, warnanya akan terdegradasi menjadi warna coklat. Paparan cahaya

akan mempengaruhi kestabilan antosianin, hal ini dapat diperbaiki dengan

menambahkan flavonoid lain, misalnya flavon atau isoflavon dan menyimpan

ditempat yang terlindung cahaya (Delgado-Vargas & Paredes-Lopez, 2003).

H2O2 dapat mengoksidasi dan menyebabkan antosianin menjadi tidak

berwarna (Lydia dkk., 2001). Menurut Siregar & Nurlela (2011), lama

penyimpanan ekstrak yang mengandung antosianin pada suhu 27C akan

meningkatkan nilai absorbansi lebih besar dibandingkan pada suhu 9C.

Perubahan ini dimungkinkan karena terjadinya reaksi kopigmentasi atau

ekstrak mengandnung enzim polifenolase yang mengkatalisis reaksi

pencoklatan.
8

3. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan sebuah proses pemisahan berdasarkan perbedaan

kelarutan bahan dengan tujuan untuk mengambil zat pokok yang diinginkan

dari sebuah campuran dan menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan.

Untuk melakukan ekstraksi dibutuhkan solvent (pelarut) yang dapat

melarutkan dan memisahkan solute (zat terlarut) dari zat-zat lain yang

memiliki kelarutan lebih rendah dibandingkan dengan pelarutnya (Berk,

2009). Solvent yang polar akan melarutkan solute yang polar dan solvent

yang non-polar akan melarutkan solute yang non-polar. Hasil dari proses

ekstraksi dinamakan ekstrak sedangkan pelarutnya disebut penyari,

sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut tersari disebut ampas (Harborne, 1996).

Senyawa antosianin pada buah dan sayuran umumnya terletak pada

daerah dekat dengan permukaan (Arisandi, 2001). Senyawa antosianin yang

ingin didapatkan dari bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) dapat

diekstraksi dengan metode maserasi. Proses maserasi ini dapat dilakukan

dengan merendam serbuk simpilisia dalam solvent yang sesuai selama tiga

hari pada temperatur kamar dan terlindung cahaya. Solvent yang digunakan

umumnya menggunakan larutan pengekstrak HCl dalam etanol. HCl akan

mendenaturasi membran sel dan kemudian akan mendesak antosianin untuk

keluar dari sel. Pigmen antosianin akan larut dalam etanol karena keduanya

polar dan juga terdapat perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel

dengan di luar sel. Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi
9

dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan

yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Sudjadi, 1986;

Brouillard & Oliver, 1994).

4. Rotary Evaporator

Rotary evaporator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan suatu

larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia

yang diinginkan. Alat ini sangat cepat melakukan evaporasi, terutama bila

dibantu dengan vakum (Nugroho dkk., 1999). Penguapan dengan

pengurangan tekanan didasarkan atas prinsip bahwa tekanan uap suatu cairan

dipengaruhi oleh suhu dan suatu cairan akan mendidih jika tekanan uap cairan

tersebut sama dengan tekanan atmosfir yang mengelilinginya. Rotary

evaporator dapat menurunkan tekanan hingga dibawah tekanan atmosfer,

sehingga cairan dapat menguap pada suhu yang lebih rendah (Anonim,

1986b). Prinsip kerja rotary evaporator didasarkan pada titik didih pelarut

dan tekanan. Cairan yang akan diuapkan ditempatkan dalam labu kemudian

dipanaskan dengan bantuan penangas dan diputar. Adanya tekanan akan

menyebabkan uap dari pelarut terkumpul di atas, serta kondensor yang

bersuhu dingin yang menyebabkan uap mengembun dan akhirnya jatuh ke

tabung penerima (receiver flask) (Nugroho dkk., 1999). Kelebihan rotary

evaporator antara lain resiko kerusakan kecil bagi bahan-bahan yang peka

panas, cepat, dapat mengurangi resiko terbentuknya busa dan pelarut yang

diuapkan dapat diperoleh kembali (Anonim, 1986b; Nugroho, 1999).


10

5. Lipstik

Lipstik adalah kosmetik untuk bibir yang dicetak menjadi bentuk stik.

Lipstik digunakan untuk memberikan warna yang menarik pada bibir,

memberikan bentuk yang baik pada bibir dan menutupi kekurangannya

(Anonim, 2007). Dalam pembuatannya, lipstik harus memenuhi persyaratan

yang diinginkan oleh konsumen, yaitu sebagai berikut (Mitsui, 1997):

a. Lipstik harus tidak mengiritasi atau membahayakan bibir

b. Lipstik harus memiliki bau dan rasa yang menyenangkan

c. Lipstik harus dapat diaplikasikan dengan lembut, tidak lengket dan

dapat terlihat baik selama jangka waktu tertentu

d. Lipstik harus tidak mudah patah, berubah bentuk atau meleleh

selama penyimpanan dan pemakaian

e. Lipstik harus tidak berair ataupun mengembang

f. Lipstik harus dapat mempertahankan bentuk fisiknya dan juga tidak

berubah warna

Dilihat dari komposisi dan sifat fisiknya, lipstik merupakan produk

kosmetik yang paling kompleks (Jellinek, 1970). Dalam pembuatan lipstik

dibutuhkan komposisi yang tepat juga cara pembuatan yang baik untuk dapat

memenuhi persyaratan lipstik seperti diatas.

a. Komposisi lipstik

1) Zat warna

Zat warna pada sediaan lipstik merupakan faktor utama yang

menentukan penjualan lipstik (Anonim, 2007). Dari struktur dan


11

sifatnya zat warna sintetik dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu dyes

dan pigmen (Lauffer, 1972). Untuk dapat memberikan warna

pada bibir tentunya zat warna perlu menempel pada bibir.

Terdapat 2 cara zat warna menempel pada bibir, yaitu dengan

penetrasi dye pada lapisan luar permukaan bibir dan dengan

menutupi bibir dengan layer berwarna dari gabungan dye yang

tidak larut air dan pigmen (Anonim, 2007).

2) Basis

Basis berperan untuk membawa dan mendispersikan zat warna

sebagai zat aktif dalam lipstik secara merata. Basis juga akan

mengalir dengan mudah saat dilelehkan sehingga mempermudah

proses pencetakan, juga berperan penting dalam menentukan

kekerasan lipstik dan kemudahan saat diaplikasikan. Tidak ada

bahan basis yang dapat memenuhi semua persyaratan kualitas

lipstik, sehingga diperlukan kombinasi. Basis dapat dikategorikan

menjadi tiga, yaitu (Lauffer, 1972):

a) Minyak : minyak sayur, minyak mineral dan minyak jarak

b) Lemak : lemak coklat, lanolin dan lecithin

c) Wax : carnauba wax, beeswax dan paraffin wax

3) Parfum

Parfum yang dipilih hendaknya dapat menutupi aroma basis yang

berlemak dan tidak menimbulkan iritasi bagi bibir. Parfum yang

digunakan harus stabil dan kompatibel dengan basis lipstik.


12

Jumlah parfum yang biasanya digunakan adalah sekitar 2-4%

(Anonim, 2007).

b. Pembuatan lipstik

Secara umum, pembuatan lipstik dilakukan melalui 3 tahap yaitu,

penyiapan komponen yang akan dihomogenkan mencakup campuran

minyak, dispersi zat warna dan campuran wax; proses

menghomogenkan ketiga campuran untuk membentuk massa lipstik

dan mencetak lipstik menjadi bentuk stik. Setelah dimasukkan dalam

wadah, lipstik dapat di-flame. Proses flaming ini dapat dilakukan

dengan cara melewatkan lipstik pada pijaran api secara cepat sambil

diputar agar merata. Proses flaming bertujuan untuk memperbaiki

penampilan lipstik yang sudah dicetak agar lebih mengkilap dan

untuk menghilangkan kecacatan minor (Lauffer, 1972).

c. Monografi bahan

1) Parafin padat (Paraffinum solidum)

Parafin padat adalah campuran hidrokarbon padat yang diperoleh

dari minyak mineral. Pemerian: padat, sering menunjukkan

struktur hablur; warna putih atau tidak berwarna; tidak berbau;

tidak berasa; bila dipegang agak berlemak. Terbakar dengan nyala

terang. Jika dileburkan, menghasilkan cairan yang tidak

berfluoresensi pada sinar matahari. Kelarutan: praktis tidak larut

dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dan

dalam eter P. Suhu beku: 50C sampai 57C. Penyimpanan:


13

dalam wadah tertutup baik (Anonim, 1986a). Kegunaan dan

penggunaan: meningkatkan kilau pada sediaan lipstik (Lauffer,

1972).

2) Malam karnauba (Carnauba wax)

Malam carnauba diperoleh dari daun Copernicia cerifera Mart

(Fam. Palmae). Pemerian: serbuk agak kasar atau serpihan warna

coklat muda hingga kuning pucat; bau khas lemah, tidak tengik.

Kelarutan: praktis tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol

(95%)P mendidih; larut dalam kloroform P hangat dan dalam

toluen P; mudah larut dalam benzen P hangat. Bobot jenis: lebih

kurang 0,99. Jarak lebur. 810 C- 860 C. Penyimpanan: dalam

wadah tertutup baik (Anonim, 1986a). Kegunaan dan

penggunaan: pada jumlah kecil meningkatkan kelembutan dan

kekuatan lipstik serta meningkatkan kekerasan lipstik (Lauffer,

1972; Jellinek, 1970).

3) Propilparaben (Propylis parabenum)

Rumus molekul: C10H12O3. Propilparabenum mengandung tidak

kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C10H12O3. Berat

molekul: 180,20. Pemerian: serbuk hablur, warna putih; tidak

berbau; tidak berasa. Kelarutan: sangat sukar larut dalam air;

mudah melarut dalam etanol (95%) P dan dalam aseton P; sangat

sukar larut dalam gliserol P; agak sukar larut dalam minyak lemak;

mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Jarak lebur: 95C-


14

98C. Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik. Kegunaan dan

penggunaan: zat tambahan; pengawet (Anonim, 1986a).

4) Setil alkohol (Cetyl alcohol)

Setil alkohol adalah campuran alkohol padat, terdiri terutama dari

setil alkohol. Rumus molekul: C16H34O. Bobot molekul: 242,44.

Pemerian: Berbentuk sisik, butiran, kubus atau lempengan yang

licin; warna putih; bau khas lemah; rasa tawar. Kelarutan: praktis

tidak larut dalam air; larut dalam etanol (95%) P dalam eter P;

kelarutan bertambah dengan kenaikan suhu. Jarak lebur: 45C -

50C. Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik. Kegunaan dan

penggunaan: emulgator, meningkatkan kelembutan dan dispersi

pigmen (Anonim, 1986a ; Jellinek, 1970).

5) Lanolin (Hydrous Wool Fat / Adeps Lanae Hydrosus)

Lanolin ialah zat seperti lemak dari bulu domba Ovis aries L.

(Fam. Bovidae) yang telah dimurnikan. Pemerian: massa seperti

salep, warna putih kekuningan, bau lemah.khas. Pada pemanasan di

atas tangas kukus, mula- mula terjadi dua lapisan; pada pemanasan

selanjutnya dengan sering diaduk, air yang membentuk lapisan

bawah akan menguap. Selagi hangat sisa transparan, setelah dingin

membentuk massa kekuningan yang liat, sangat mudah larut dalam

eter P dan kloroform P, dan agak sukar larut dalam etanol (95%) P.

Kelarutan: praktis tidak larut dalam air, larut dalam kloroform P

dan dalam eter P, dengan pemisahan air. Penyimpanan: dalam


15

wadah tertutup rapat, di tempat dengan suhu kamar yang diatur

(Anonim, 1980). Kegunaan dan penggunaan: membantu dispersi

zat warna, meningkatkan kelembutan lipstik (Jellinek, 1970 ;

Lauffer, 1972).

6) Propilen glikol (1,2- propandiol)

Rumus molekul: C3H8O2. Berat molekul: 76,09. Kelarutan:

dapat bercampur dengan air, dengan aseton P dan dengan

kloroform P; larut dalam eter P dan dapat melarutkan berbagai

minyak atsiri; tidak dapat bercampur dengan minyak lemak. Bobot

jenis: 1,035 sampai 1,037. Kadar air: Tidak lebih dari 0,2%.

Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat. Kegunaan dan

penggunaan: pelarut (Anonim, 1986a).

7) Polisorbat 80 (Polysorbate 80)

Polisorbat 80 adalah campuran ester parsial oleat dari sorbitol dan

anhidrida sorbitol yang dikondensasi dengan 20 molekul

etilenoksida (C2H4O) untuk tiap molekul sorbitol dan mono- dan

anhidridanya. Pemerian: cairan kental, jernih;warna kuning; bau

khas asam lemak. Kelarutan: dapat bercampur dengan air, dengan

etanol (95%) P, dengan etilasetat P, dan dengan metanol P; sukar

larut dalam minyak biji kapas dan dalam parafin cair P.

Kekentalan (20C): lebih kurang 600 centipoise. Kadar air: tidak

lebih dari 3,0%. Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan dan penggunaan: surfaktan (Anonim, 1986a).


16

8) Talk (Talcum)

Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang

mengandung sedikit alumunium silikat. Pemerian: serbuk hablur,

sangat halus, licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran;

warna putih atau putih kelabu. Kelarutan: tidak larut dalam

hampir semua pelarut. Susut pemijaran: tidak lebih dari 5,0%.

Pemijaran dilakukan pada panas tinggi menggunakan lebih kurang

1 gram zat (Anonim, 1986a). Kegunaan: sunscreen (Sayre dkk.,

1990).

9) Minyak mawar (Oleum rosae)

Minyak mawar adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan

penyulingan uap bunga segar Rosa gallica Linne, Rosa damascena

Miller, Rosa alba Linne, Rosa centifolia Linne dan spesies lainnya

(Fam. Rosacae). Pemerian: cairan tidak berwarna atau berwarna

kuning; bau dan rasa khas bunga mawar. Pada suhu 25C berupa

cairan kental. Jika didinginkan perlahan berubah menjadi masa

hablur tembus cahaya yang mudah cair pada penghangatan.

Kelarutan: satu ml dapat bercampur dengan 1 ml kloroform P,

tanpa kekeruhan. Tambahkan 20 ml etanol (90 %) P pada

campuran diatas; larutan bereaksi netral atau asam terhadap kertas

lakmus, dan jika dibiarkan pada suhu 20C, terbentuk hablur dalam

waktu 5 menit. Bobot jenis (30/15): 0,848 sampai 0,863.


17

Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat; terisi penuh.

Kegunaan dan penggunaan: pewangi (Anonim, 1986a).

10) Minyak jarak (Castor oil / Oleum Ricini)

Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan

pemerasan biji Ricinus communis Linne (Fam. Euphorbiaceae),

yang telah dikupas. Pemerian: cairan kental, jernih ; hampir tidak

berwarna atau kuning pucat, bau lemah, bebas dari bau asing dan

tengik; rasa tawar khas. Kelarutan: larut dalam etanol (95%)P ;

dapat bercampur dengan etanol mutlak P, dengan asam asetat

glasial P, dengan kloroform P dan dengan ester P. Bobot jenis:

0,957-0,961. Perbedaan dengan minyak lemak lain: larut dalam

sebagian heksana P; jika dicampur dengan etanol (95%) P volume

sama memberikan cairan jernih. Penyimpanan: dalam wadah

tertutup rapat, pada suhu tidak lebih dari 400C. Kegunaan dan

penggunaan: zat tambahan, membuat lapisan lipstik dapat

menempel pada bibir, mencegah sedimentasi pigmen selama

pembuatan (Anonim, 1986a ; Jellinek, 1970).

6. Iritasi Kulit

Keamanan suatu produk kosmetik menjadi hal yang sangat penting dalam

pembuatan kosmetik, karena dewasa ini kosmetik digunakan oleh ratusan juta

pemakai sehingga keamanannya harus terjamin (Tranggono & Latifah, 2007).

Bahan awal pembuatan kosmetik hendaknya dipilih yang paling kecil

menimbulkan iritasi atau memicu sensitisasi bagi kulit pengguna (Lauffer,


18

1972). Iritasi kulit dapat didefinisikan sebagai peradangan kulit sebagai akibat

dari paparan agen eksogen (Chew, 2009). Manifestasi obyektif yang terlihat

antara lain perubahan pada kulit seperti eritema, edema, dan yang bersifat

subyektif seperti rasa panas pada kulit, rasa perih atau rasa gatal tanpa

perubahan yang terlihat pada kulit. Klasifikasi dari reaksi iritasi dermatitis

dapat dijelaskan sebagai berikut (Lauffer, 1972) :

Tabel I. Klasifikasi reaksi iritasi dermatitis


Klasifikasi Ciri khas Gambaran Klinis
Acute Irritant Dermatitis Paparan tunggal Reaksi biasanya terbatas pada
( Iritasi dermatitis akut ) Jenis paparan yang kuat bagian yang terpapar, muncul
pada beberapa menit.
Reaksinya berupa eritema,
edema, melepuh, bula, pustula.
Gejala termasuk rasa panas,
pedih dan sakit.
Memungkinkan terjadinya
infeksi.
Irritant Reaction (Reaksi Reaksi yang mengikuti Mengikuti gambaran klinis
Iritasi) iritasi dermatitis akut. iritasi dermatitis akut, dan
Biasanya dialami oleh mungkin berkembang menjadi
pekerja di daerah yang dermatitis kontak.
basah.
Cumulative Irritant Dibutuhkan paparan Pada awalnya terasa panas atau
Dermatitis (Iritasi berulang. melepuh.
Dermatitis Kumulatif) Paparan awal menyebabkan Pada akhirnya akan menjadi
reaksi yang tidak terlihat. eritema, udem, atau menjadi
Paparan berlangsung dalam kerak.
jangka waktu minggu, bulan,
atau tahunan sampai timbul
dermatitis.
Delayed acute irritant Periode laten pada 12 24 Sama seperti acute irritant
contact dermatitis jam diantara paparan dan dermatitis.
dermatitis.
Iritasi subclinical Iritasi dapat dideteksi
sebelumnya oleh metode
biokimia sebelum menjadi
iritasi dermatitis.
Iritasi subyektif Subyek biasanya Terasa seperti terbakar,
mengeluhkan gejala iritasi melepuh, dan gatal.
tanpa adanya tanda-tanda
iritasi secara kasat mata.
Traumatic irritant Diikuti oleh trauma kulit Proses penyembuhan yang tidak
dermatitis akut seperti terbakar atau sempurna, diikuti oleh eritema,
luka sobek. vesicopapula, dan melepuh.
Pustular dan acnieform Disebabkan oleh logam, Berkembang dari mingguan ke
dermatitis minyak, lemak, getah, aspal bulanan.
atau kosmetik.
Friction dermatitis Disebabkan oleh trauma Seringkali terlihat pada tangan
akibat luka gesek. atau lutut.
19

7. Uji Stabilitas

Uji stabilitas pada sediaan kosmetik bertujuan untuk memastikan bahwa

produk baru atau modifikasi dari produk yang sudah ada memenuhi kualitas

standar fisika, kimia dan mikrobiologi, sesuai dengan fungsi dan estetikanya

sewaktu di simpan dengan kondisi yang sesuai (Anonim, 2013).

Perkembangan dan siklus produk kosmetik relatif pendek dan juga

karena aktivitas pengujian tidak ekonomis jika dipandang dari beberapa

sudut, maka setiap pabrik harus mendesain uji stabilitas produknya sendiri

yang bertanggung jawab dan efisien. Stabilitas produk kosmetik dilakukan

dengan kondisi sebenarnya dan dengan dipercepat. Kedua uji tersebut

dilakukan untuk membuktikan:

a. Stabilitas dan integritas fisik dari produk kosmetik dibawah kondisi

yang sesuai saat penyimpanan, distribusi dan pemakaian.

b. Stabilitas kimia

c. Stabilitas mikrobiologi

d. Kompatibilitas antara isi dengan pengemas (Anonim, 2004).

8. Simplex Lattice Design

Optimasi merupakan desain eksperimental untuk memudahkan

penyusunan dan interpretasi data secara matematis. Simplex lattice design

merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk memprediksi

profil respon campuran bahan. Optimasi formula dilakukan dengan

memasukkan perbedaan jumlah komposisi bahan yang akan diuji, dimana

total akhir perbandingannya adalah sama dengan satu. Profil tersebut


20

digunakan untuk memprediksi perbandingan komposisi campuran bahan yang

memberi respon optimum. Dalam menerapkan simplex lattice design yang

harus disiapkan pertama kali adalah membuat bervariasi formula yang

mengandung kombinasi berbeda dari variasi bahan. Kombinasi disiapkan

dengan suatu cara yang mudah dan efisien sehingga data percobaan dapat

digunakan untuk memprediksi respon yang berbeda dalam ruang simplex

(simplex space). Hasil eksperimen digunakan untuk membuat suatu

persamaan polynomial (simplex) dimana persamaan ini dapat digunakan

untuk memprediksi profil respon (Bolton & Bon., 2004).

Simplex lattice design paling sederhana terdiri dari 2 macam kombinasi

bahan yang memerlukan 3 percobaan pada rancangannya, yaitu :

a. Percobaan yang menggunakan bahan A saja (A= bagian = 100%)

b. Percobaan yang menggunakan bahan B saja (B = bagian = 100%)

c. Percobaan yang menggunakan bahan campuran 50% bahan A dan

50% bahan B (A= bagian dan B= bagian) (Bondari, 2005).

Prinsip dasar SLD adalah untuk mengetahui profil efek campuran

terhadap suatu parameter. Dasar dari metode ini adalah adanya dua variabel

bebas A dan B. Rancangan ini dibuat dengan memilih tiga kombinasi dari

campuran dua variabel tersebut dan dari setiap kombinasi diamati respon

yang didapat. Respon yang diharapkan haruslah yang paling mendekati tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya baik maksimum atau minimum. Hubungan

antara respon dan komponen dapat dijelaskan dengan rumus :

Y = a [A] + b [B] + ab [A][B]


21

Keterangan:

Y = respon yang diharapkan

a, b, ab = koefisien yang didapat dari percobaan

[A][B] = fraksi (bagian) komponen dengan persyaratan : 0 [A]

1, 0 [B] 0 1 (Armstrong dan James, 1996).

Nilai respon yang didapat dari hasil percobaan disubstitusikan ke dalam

persamaan di atas, maka dapat dihitung nilai koefisien a, b dan ab. Jika nilai-

nilai koefisien ini telah diketahui, dapat pula dihitung nilai Y (respon) pada

setiap variasi campuran A dan B sehingga didaptkan gambaran profilnya

(Armstrong dan James, 1996).

E. Landasan Teori

Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) merupakan tanaman

bunga yang banyak ditemukan di negara tropis seperti Indonesia. Bunga Kembang

Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) memiliki pigmen warna yaitu antosianin yang

banyak tersebar luas pada tanaman dan lazim digunakan sebagai salah satu

sumber pewarna makanan dan pewarna tekstil alami (Farima, 2009;

Kwartiningsih, 2009). Beberapa ekstrak antosianin lain juga sudah digunakan

sebagai zat warna pada sediaan lipstik, misalnya pada bunga rosella (Safitri, 2010)

dan bunga mawar (Farima, 2009) terbukti dapat menghasilkan sediaan lipstik

dengan sifat fisik yang baik, stabil selama penyimpanan 40 hari, memberikan

warna yang menarik dan tidak menimbulkan iritasi.


22

Basis atau pembawa dalam formulasi lipstik adalah komponen yang penting

karena akan menentukan sifat fisik dan stabilitas lipstik. Paraffin wax dan

carnauba wax merupakan basis wax yang sering digunakan dalam sediaan lipstik.

Paraffin wax memiliki sifat memberikan efek glossy pada lipstik sehingga terlihat

lebih menarik dan juga memiliki titik leleh cukup baik yaitu antara 50-60C.

Sedangkan carnauba wax merupakan wax alami terkeras yang pernah ada yang

meleleh pada suhu 80C, umumnya carnauba wax digunakan untuk meningkatkan

titik leleh dan kekerasan lipstik. Kombinasi Carnauba wax 10% dan Beeswax

15% dari bobot keseluruhan lipstik dapat memberikan thixotropy yang baik

(Lauffer, 1972).

F. Hipotesis

1. Lipstik ekstrak etanol mahkota bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-

sinensis L.) dengan variasi tertentu dari carnauba wax dan paraffin wax dapat

memberikan hasil sediaan lipstik yang optimum.

2. Formula optimum lipstik ekstrak etanol mahkota bunga kembang sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis L.) dapat memberikan sifat fisik yang baik dan stabil

selama penyimpanan.

3. Lipstik ekstrak etanol mahkota bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-

sinensis L.) tidak menimbulkan iritasi primer pada hewan uji.

Anda mungkin juga menyukai